Vous êtes sur la page 1sur 9

STASE KEPERAWATAN JIWA

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN PADA NY. S DI RUANG SHINTA RS GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA

Disusun Oleh : YULIANI KURNIASARI NIM : 3213064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN V SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2014

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN PADA NY. S DI RUANG SHINTA RS GRHASIA PAKEM YOGYAKARTA

Disahkan Pada Hari/Tanggal : Oleh :

Pembimbing Akademik,

Pembimbing Klinik,

Mahasiswa,

Yuliani Kurniasari

A. DEFINISI Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan Sundeen, 2010). Perilaku kekerasan/amuk dapat disebabkan karena frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum rasa dapat tidak diselesaikan. Perilaku kekerasan akan perhatian juga dan

menggambarkan

aman,

kebutuhan

ketergantungan pada orang lain. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Aziz, 2007).

B. FAKTOR PREDISPOSISI Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang mungkin menjadi faktor predisposisi yang mungkin/ tidak mungkin terjadi jika faktor berikut dialami oleh individu : a. Psikologis; kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. b. Perilaku, reinforcement yang diterima ketika melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimuli mengadopsi perilaku kekerasan c. Sosial budaya; budaya tertutup, kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima d. Bioneurologis; kerusakan sistem limbik, lobus frontal/temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter.

C. FAKTOR PRESIPITASI Bersumber dari klien (kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang), lingkungan (ribut, padat, kritikan mengarah penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan) dan interaksi dengan orang lain( provokatif dan konflik).

D. TANDA DAN GEJALA Tanda Untuk menegaskan keterangan diatas, pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan. Gejala klinis Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan melalui pengkajian meliputi : a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang diserasakan oleh klien. b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

E. AKIBAT YANG DITIMBULKAN Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilaku psikososial. 2. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan perilaku merusak diri.

3. Thrihexiphenidil, yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan menenangkan hiperaktivitas. 4. ECT (Electro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada keadaan amuk.

G. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Data yang perlu dikaji a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1). Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. 2). Data Objektif : Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang. b. Perilaku kekerasan / amuk 1). Data Subyektif : Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. 2). Data Obyektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah

1). Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apaapa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 2). Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan/amuk. b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri: harga diri rendah.

3. Intervensi keperawatan/Rencana Keperawatan a. Tujuan Umum: Klien tidak mencederai dengan melakukan manajemen kekerasan b. Tujuan Khusus: 1) Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan : a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. 2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Tindakan: a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan. b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal. c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang. 3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Tindakan : a) Anjurkan klien mengungkapkan perasaan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/ kesal. b) Observasi tanda perilaku kekerasan. c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien. 4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Tindakan : a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. c) Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai. 5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Tindakan : a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan. b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan. c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan. Tindakan : a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat. b) Diskusikan cara lain yang sehat. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal/kasur. c) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal/tersinggung.

d) Secara spiritual : berdo'a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran. 7) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan. Tindakan: a) Bantu memilih cara yang paling tepat. b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih. d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi. e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/marah. 8) Klien mendapat dukungan dari keluarga. Tindakan : a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga. b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. 9) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program). Tindakan: a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping) b) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu). c) Anjurkan untuk membicarakan efek samping obat yang dikonsumsi

DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz R, dkk,2007. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gonohutomo 2. Rasmun, 2008, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV. Agung Seto; Jakarta. 3. Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 2010, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5, Penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta. 4. Videbeck, S. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi