Vous êtes sur la page 1sur 9

AYAT AYAT TENTANG ALLAH

A. AYAT AYAT SIFAT ALLAH


Pada dasarnya, wajib menetapkan segala sifat kesempurnaan terhadap Allah, dan membersihkan segala sifat kekurangan terhadap-Nya. Allah juga memiliki sifat jawz (boleh dan tidak) melakukan sesuatu perkara. Akan tetapi, menurut `Asyirah dan Mthurdiyyah, sifat yang wajib diketahui secara terperinci adalah dua puluh (20) sifat. Memandang 20 sifat itu sangat banyak untuk dibahas penafsiran setiap ayat Alquran yang menjadi dalil baginya, maka sifat (tafsir ayat sifat tersebut) yang akan dibahas hanyalah sifat: 1. al-Baq` yang berarti tetap, 2. al-Mukhlafah li al-Hawdits yang berarti berbeda

dengan makhluk, 3. Al-Kalm yang berarti Maha berbicara. Bagi yang pertama (1), yaitu sifat al-Baq`, dalil Alquran sifat ini berdasarkan pada ayat:

"
qhashas:88)"

(Al-

Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali wajahNya (Allah). Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Imam Ibn Katsr berpendapat bahwa ayat {

} itu mengkabarkan

bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah Zat yang kekal, tetap, hidup, yang berdiri dengan sendiri-Nya, yang mematikan makhluk-Nya, dan Zat yang tidak akan mati. Ini seperti yang ditegaskan Allah SWT pada ayat { }. Kata

{wajhu} di sini berarti Zat yaitu Allah. Dalam Hadis sahih yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulallah SAW pernah bersabda: Aku membenarkan kalimat yang dilantunkan seorang penyair. Dr. Wahbah al-Zuhail melanjutkan bahwa ayat ini juga menetapkan bahwa segala sesuatu yang baru itu pasti rusak dan akan hilang. Imam al-Thabar berkata bahwa ada sebagian ulama berpendapat bahwa makna ayat ini adalah segala sesuatu itu pasti rusak kecuali apa yang diingini oleh Allah. Menurut tafsirannya Ibn Abbs, yang dimaksud dengan ayat adalah segala amal yang bukan karena Allah, itu ditolak kecuali yang ditujukan kepada Allah. Juga ditafsiri dengan segala zat itu pasti berubah kecuali Zat Allah, dan segala kerajaan pasti hilang kecuali

kerajaan Allah. Sifat yang kedua (2) adalah al-Mukhlafah li al-Hawdits, sedangkan dalil Alqurannya adalah ayat:

"

(Al-ikhlas:4)"

Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (Allah).

Sebab turunnya surah al-`Ikhlas ini adalah pada saat orang-orang musyrik berkata pada Nabi Muhammad SAW: Ya Muhammad! Ceritakan kami nasab Tuhan kamu!, maka Allah menurunkan ayat 4 }. Dari

riwayat yang lain mengatakan bahwa ada segolongan orang Yahudi yang datang menemui Nabi Muhammad SAW lalu berkata: Sifatilah kepada kami Tuhan kamu, karena sesungguhnya Allah menurunkan sifat-Nya di dalam Taurat. Maka kabarilah kami dari apakah Dia? Dari jenis apakah Dia? Emaskah, tembagakah, atau perakkah? Apakah Dia makan dan minum? Dari siapakah diwariskan dunia, dan kepada siapakah Dia akan mewariskan dunia?. Maka Allah menurunkan surah ini yang hanya dinisbatkan kepada Allah sahaja. Dari segi bacaan, lafa } itu dibaca sesuai dengan bacaan Imam afsh. agi bacaan }. . imam selainnya, mereka membacanya dengan

Dari segi makna perlafa nya, kata } memiliki arti yang menyamai ( Jadi makna kalimatnya adalah tidak ada satupun yang menyamai-Nya ( .aynniales nad irtsi itrepes ,(

Tafsir yang dikeluarkan Ibn Katsr bagi ayat ini adalah Allah SWT tidak memiliki istri. Ini juga selaras dengan pendapat Mujhid yang berdalilkan ayat }, yaitu Allah adalah Raja segala sesuatu dan Sang Pencipta, bagaimana Allah bisa memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya?, atau hampir menyamai-Nya? Dr. Wahbah al-Zuhail menambahkan bahwa ayat ini digunakan untuk membatalkan keyakinan orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa Allah itu memiliki sepadan di dalam pekerjaan-Nya, sehingga mereka menjadikan malaikat sebagai teman (sahabat) bagi Allah, serta patung-patung dan berhala adalah sepadan dengan Allah. Ini juga didasari oleh ayat Alquran yang lain: 6:101, 19:92-95, dan 21:26-27. Wahbah al-Zuhail menambahkan bahwa ayat ini menolak semua akidah yang sesat seperti 1) al-Tsanawiyyah yang berpendapat

wujudnya Tuhan dua bagi alam yaitu siang dan malam; 2) Kristen yang berpendapat Tuhan tiga (trinitas); 3) al-Shbi`ah yang menyembah langit dan bintang; 4) Yahudi yang mengatakan U air adalah anak Allah; 5 Orang musyrik yang berpendapat bahwa sesungguhnya malaikat adalah anak perempuan Allah. Menurut Imam al-Thabar, ahli pentakwil berbeda pendapat dalam menafsiri ayat ini. Ada sebagian dari mereka yang berpendapat maknanya adalah tidak ada yang menyerupai atau menyamai Allah ( istri. Sedangkan secara bahasa, kata . Sifat yang ketiga (3) adalah al-Kalm ( " , sedangkan dalil Alqurannya adalah ayat: . Sebagian yang lain berpendapat Allah tidak memiliki } memiliki arti yang sama yaitu

164)"

Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.

Dr. Wahbah al-Zuhail menerangkan bahwa ayat ini menunjukkan keistimewaan Nabi Musa AS yang mendapat gelar Kalm Allah. Ini didasari oleh Ayat } yaitu

berbicara yang benar secara hakiki dengan tanpa perantara. Sedangkan sifat al-Kalm Allah kepada para nabi yang lain, itu disebut dengan wahyu. Ini berdasarkan ayat

}. Hikmah dibalik hijab;

adalah bertujuan memerhatikan perkara yang penting kepada hanya satu perkara. Sedangkan yang bertugas untuk mengirim wahyu dengan izin Allah adalah Jibril AS, yaitu malaikat wahyu, yang dikenal dengan Ruh Amin. Syaikh Ahmad al-Shw al-Mlik menjelaskan bahwa ayat ini bertujuan menolak ucapan orang Yahudi kepada Nabi Muhammad SAW: Sesungguhnya kamu tidak ingat Nabi Musa AS serta apa yang kamu hitung dari kalangan nabi-nabi. Maka ini adalah dalil bahwa kamu tidak membawa rislah. Maka Allah menolak tersebut dengan menurunkan ayat ini dan setelahnya. Selanjutnya, al-Shw menafsiri lafa }dengan menegaskan

bahwa Allah SWT menghilangkan hijab sehingga Musa AS mampu mendengarkan kalam Allah, dan Allah SWT bukanlah Zat yang diam ( , lalu baru berfirman, karena } itu sesungguhnya perkara tersebut itu adalah mustahil bagi Allah SWT. Kata

adalah masdar mu`akkad bagi firman } . Tujuan memperkuat hukum adalah agar menghilangkan kemungkinan dimaknai dengan majz bagi lafaz tersebut, karena Allah SWT

itu berfirman kepada Musa AS dengan firman-Nya yang Azali, Qadm, dengan tanpa huruf, bukan berupa suara, tidak dapat digambarkan, tidak dibatasi, dan tidak ada yang mengerti kecuali Allah. Imam Fakhr al-Dn al-Rz menambahkan bahwa ayat ini tidak menunjukkan dengan keistimewaan Musa ini, berarti merendahkan derajat dan keistimewaan nabi-nabi yang lain. Begitu juga ayat ini bukan merendahkan nabi yang mendapat rislah tidak dengan jalan sekali turun seluruhnya (seperti yang didapatkan Nabi Musa AS).

B. AYAT TENTANG AKHLAK YANG TERPUJI TERHADAP ALLAH


Dalam Alquran, juga disebutkan beberapa akhlak (budi pekerti) yang terpuji terhadap Allah. Salah satu yang paling utama adalah syukur. Masalah syukur ini disebut di dalam Alquran pada ayat: "

152)"

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kemu mengingkati (nimat -Ku. Dalam menerangkan konsep syukur bagi ayat ini, Imam Ibn Katsr menerangkan di dalam tafsirnya bahwa ayat } itu adalah sebuah perintah Allah untuk bersyukur

kepada-Nya, dan syukur tersebut dilaksanakan dengan menambahkan kebaikan. Dari ini Allah berfirman }. Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan sebuah hadis yang datang dari Ab Raj` al-Uthrid yang menceritakan bahwa Imrn keluar menemuiku, dan Imrn membawa sepotong kain dari sutera ( :atakreb nrmI ulal ,aynhaletes nad ini mulebes tahilem uka hanrep muleb gnay ( sesungguhnya Rasulallah SAW bersabda: Barangsiapa yang Allah memberi nikmat kepadanya dengan sebuah nikmat, maka Allah itu menyukai untuk diperlihatkan efek dari nikmat tersebut dari makhluk-Nya. Menurut Imam al-Thabar, ayat ini menyuruh orang-orang mukmin agar bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka, yaitu berupa Islam, atau hidayah berupa agama yang telah disyariatkan bagi nabi-nabi Allah serta kekasih-Nya. Lalu Allah memerintahkan untuk tidak melakukan kekufuran (tidak bersyukur) terhadap kebaikan Allah kepada mereka (mukmin), niscaya Allah akan merampas nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Sebaliknya kalau mereka bersyukur, maka Allah akan menambah lalu

menyempurnakan nikmat-Nya terhadap mereka, dan Allah akan memberi mereka hidayah seperti hidayah yang diberikan kepada hamba-Nya yang diridai-Nya. Selanjutnya, Imam alThabar menjelaskan bahwa makna syukur di sini adalah memuji. Menurut Dr. Wahbah al-Zuhail, Allah memerintahkan untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah kepada orang mukmin dengan cara hati, lisan, dan mengunakan segala anggota pada apa yang dijadikan Allah bagi anggota tersebut untuk melakukan kebaikan dan kemanfaatan. Orang mukmin dilarang mengkafiri nikmat ini dengan cara memalingkan penggunaan anggota tersebut menuju apa yang dilarang syariat. Akal sehat juga tidak dapat menerima kekufuran tersebut. Sesungguhnya kalau perbuatan itu bagus, maka baguslah balasannya, dan kalau perbuatan itu tercela, maka tercelalah balasannya. Ini seperti ayat: }.

Tafsiran ayat ini menurut tafsir Jallain, al-Khzin, dan al-Nawaw, bahwa menysukuri nikmat Allah itu adalah dengan cara melakukan ketaatan kepada Allah. Sedangkan Imam Zamakhsyar cuma menafsiri dengan bersyukur atas nikmat yang telah dikurniakan Allah kepada mukmin. Selain dari syukur, salah satu akhlak yang terpuji terhadap Allah adalah tawakal. Konsep ini terdapat dalam Alquran pada ayat: "

3)"

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Kata } adalah bacaaan Imam afsh. agi bacaan imam selainnya adalah

}.

Ibn Mardawaih dan al-Khathb meriwayatkan dari Ibn Abbs, Sesungguhnya ayat ini turun pada seorang anak dari Auf bin Mlik yang ditawan musuh, lalu dia dan istrinya memperbanyak membaca kalimat [ ]. Lalu musuh yang menawan

anaknya lengah dalam menjaganya, sehingga anak itu berhasil melarikan diri dengan membawa kambing-kambing musuh dan diserahkannya kepada ayahnya. Lalu turnlah ayat ini. Imam al-Kh in menafsiri kata } dengan mengatakan

barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah pada apa yang diwakilkan kepadanya (dipinjamkan Allah kepadanya), maka Allah akan mencukupkan apa yang lebih penting bagi orang

tersebut. al-Khzin juga menambahkan dengan dukungan Hadis: Rasulullah SAW bersabda: Adaikan kamu bertawakal (menyerah kepada Allah dengan sungguh-sungguh niscaya Allah akan memberi rizqi kepadamu sebagaimana burung yang keluar pagi dengan perut kosong (lapar dan kembali senja hari sudah kenyang. Dalam kitab Tanwr al-Miqbs, lafa mencukupinya. Dr. Wahbah al-Zuhail menambah dari pendapat kitab Tanwr al-Miqbs dengan qayyid setelah orang tersebut melakukan usaha untuk mencari rezeki. Setelah wujudnya usaha ini barulah Allah akan mencukupkan apa yang paling penting bagi orang tersebut dalam semua hal. Ini dikarenakan Allah adalah Zat yang Maha mampu pada segala sesuatu ( kadit gnay arakrep irad uti aynniales nad ike er ayngnatad alibapA .ayak ahaM gnay ,( akan ada kecuali dengan takdir Allah, maka seseorang tidak akan disebut sebagai orang yang memiliki akal kecuali apabila ia percaya kepada takdir Allah. Ini didasari dengan firman Allah }. Hujah ini adalah sebagai dalil tentang wajibnya bertawakal kepada } itu bermakna barangsiapa yang percaya dengan Allah dalam masalah rezeki, maka Allah akan

Allah dan memasrahkan segala perkara kepada-Nya. Syaikh Ahmad al-Shw al-Mlik menjelaskan makna dari tawakal adalah memberi/memasrahkan masalah-masalah kepada Allah. Selanjutnya, al-Shw menjelaskan bahwa melakukan beberapa sebab (usaha) agar tercapai apa yang diingini, itu tidak bertentangan dengan tawakal, karena sesungguhnnya melakukan sebab (uasaha) di sini adalah yang diperintah. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tidak muktamad bergantung pada sebab-sebab tadi.

C. AYAT TENTANG AKHLAK YANG TERCELA TERHADAP ALLAH


Selain dari akhlak yang terpuji terhadap Allah, terdapat juga akhlak yang tercela terhadap Allah. Dari sekian banyak akhlak yang tercela terhadap Allah, syirik adalah yang paling tercela. Syirik disebut di dalam Alquran pada ayat:

" nisa: 48)"

( An

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Kata

} adalah bermakna menutup dosa (

. Sedangkan

} ,

adalah orang yang dimasukkan ke dalam syurga dengan tanpa dosa, dan orang mukmin yang diseksa sebab dosanya lalu dimasukkan ke syurga. Kata mengerjakan ( .( Sebab turunnya ayat ini dikeluarkan Ibn `Ab Htim dan al-Thabrn yang diceritakan dari `Ab Ayb al-`Anshr, berkata: Seorang lelaki datang menemui Nabi SAW lalu berkata: sesungguhnya aku memiliki anak saudara lelaki yang tidak berhenti melakukan dosa, lalu Nabi Muhammad SAW bertanya: Apa agamanya? Dia pun menjawab: Anak itu sholat dan mentauhidkan Allah. Nabi baerkata: mintalah dia memberikan agamanya, kalau dia menolak, maka belilah agamanya. Lalu orang tersebut melakukan perintah Nabi, dan ternyata anak itu menolak. Maka lelaki itu datang menemui Nabi Muhammad SAW dan mengkabari beliau, dan lelaki itu berkata: aku menemui kalau anak itu kikir/lokek akan agamanya. Maka turunlah ayat ini. Imam Ibn Katsr dalam menafsiri ayat ini dengan mengunakan banyak sekali hadis. Salah satu yang menarik adalah hadis kedua yaitu perkataan `Ab Bakar al-Bazzr di dalam musnadnya: Ahmad menceritakan dari Zidah al-Namr dari Anas bin Malik dari Nabi Muhammad SAW, bersabda: Ke aliman itu ada tiga, ( apapun ( alim yang tidak diampuni Allah, , atau berbuat ( . Kata } berarti membuat ( } adalah dosa besar (

(2) zalim yang diampuni Allah, (3) zalim yang Allah tidak meninggalkan darinya sesuatu . Zalim yang tidak diampuni Allah adalah syirik, dan Nabi . Zalim yang kedua adalah alimnya hamba Muhammad SAW bersabda

terhadap dirinya sendiri yang berhubungan dengan Allah. Zalim yang ketiga adalah zalimnya hamba terhadap sesama mereka sehingga terjadi hutang (material maupun non material) yang belum dilunasi di antara mereka. Menurut Dr. Wahbah al-Zuhail, ayat ini mengkabarkan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, yaitu dosa pelaku kesyirikan. Yang diingini dengan syirik di sini adalah mutlak kekufuran yang terkandung di dalamnya kekufuran orang Yahudi dan lainnya. Allah juga akan mengampuni dosa selainnya bagi hamba yang diingini-Nya. Selanjutnya, Dr. Wahbah al-Zuhail juga mengeluarkan sebuah `Atsr yang diambil dari al-Turmudz, bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata: Tidak ada di dalam al-Quran ayat yang lebih aku sukai daripada ayat ini, yaitu }. Imam al-Thabar mengatakan bahwa Allah tidak akan mengampuni perbuatan syirik

terhadap-Nya dan kekufuran. Allah akan mengampuni orang-orang yang berbuat dosa selain syirik. Ayat ini juga mejelaskan bahwa setiap pelaku dosa besar, mungkin diampuni oleh Allah kalau Allah menghendakinya, atau meyiksanya selagi bukan dosa besar berupa syirik yang mana tidak akan diampuni. Imam Fakhr al-Dn al-Rz menambahkan bahwa ayat ini memasukkan golongan Yahudi ke dalam golongan musyrik (orang yang melakukan syirik menurut urf syarak. Alasan ini didasari dari penalaran, kalau memang Yahudi bukan yang melakukan syirik (karena mereka memang masih percaya Tuhan itu satu), maka pastilah mereka diampuni dosa mereka sesuai dengan hukum ayat ini. Sedangkan secara ijmak, Yahudi itu bukanlah golongan yang diampuni. Maka atas dasar ini, Yahudi digolongkan di dalam golongan musyrik. Syaikh Nawaw al-Jw menjelaskan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang melakukan syirik adalah bagi orang yang tetap dengan sifat kekufuran tersebut dengan tanpa melakukan taubat dan iman. Allah akan mengampuni dosa besar maupun kecil yang selain syirik walaupun tanpa taubat. Sedangkan melakukan syirik lalu bertaubat, maka tetap akan diampuni kalau memang dikehendaki Allah. Pendapat ini juga dikeluarkan Imam Zamakhsyar. Pendapat ini berdasarkan hadis kisah seorang hamba bernama Wahsyi masuk Islamnya tetap diterima walaupun dia juga yang melakukan pembunuhan terhadap paman Nabi Muhammad SAW yaitu Sayyidina Hamzah. Selanjutnya, akhlak yang tercela terhadap Allah adalah al-nifq atau orang tersebut digelar munafik ( . al-Nifq digolongkan ke dalam akhlak yang tercela terhadap Allah adalah

sesuai dengan ayat:

"
(An nisa:142)"

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Imam Ibn Katsr dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa pada awal surah al- aqarah, Allah SWT berfirman: }, lalu di sini firman-Nya } . Tidak diragukan lagi bahwa Allah SWT itu tidak dapat ditipu. Allah Maha mengetahui rahsia-rahsia dan apa yang tersimpan. Akan tetapi, orang munafik karena

kebodohan mereka itu berkeyakinan bahwa masalah mereka itu seperti apa yang disangka manusia. Mereka melakukan hukum syariat secara lahir. Begitu juga hukuman mereka di hari kiamat menurut Allah. Pada hari kiamat nanti mereka akan bersumpah bahwasanya mereka itu istiqmah dan benar. Mereka juga akan beriqtikad kalau perkara tersebut dapat memberi manfaat pada mereka, seperti firman Allah }. Akan

tetapi, Allah SWT lebih tinggi dari mereka, dan Allah akan membuat mereka tidak mendapatkan yang hak dan sampai kepada Allah SWT di dunia dan akhirat. Ini seperti firman Allah SWT dalam Alquran 57:13-15. Dalam kitab Tanwr al-Miqbs, lafa } itu dinisbatkan kepada Abdullah bin `Ubai

dan sahabat-sahabatnya. Mereka menipu Allah secara diam-diam dan menyangka kalau berjaya menipu Allah. Padahal Allah akan menipu mereka pada hari kiamat nanti di sisi alShirth. Dalam menyikapi tafsir ayat ini, Dr. Wahbah al-Zuhail memberi kesimpulan dengan beberapa poin. Menurutnya, ayat ini menunjukkan: 1. al-Nifq dan al-Riy` itu adalah dua perkara yang berlaku pada setiap umat dan zaman. alNifq: merahsiakan kekufuran, dan memperlihatkan keislaman. al-Riy` memperlihatkan kebaikan, demi dilihat manusia, bukan karena mengikuti perintah Allah. 2. Orang munafik menipu Allah, sebenarnya Allah yang mempermainkan mereka. 3. Orang munafik melakukan hukum syarak di dunia secara lahir. Sedangkan di akhirat, orang mukmin dan munafik akan diberi cahaya. Maka orang munafik akan suka dan menyangka mereka itu beruntung. Akan tetapi pada waktu mereka sampai di al-Shirth maka padamlah semua cahaya orang munafik. 4. Salah satu sifat orang munafik adalah solat dengan riy`. Mereka malas melakukan solat, dan tidak mengharapkan pahala, serta menganggap tidak akan diseksa kalau meninggalkannya. Dalam hadis sahih .

Vous aimerez peut-être aussi