Vous êtes sur la page 1sur 17

Antibiotika & Sulfonamida

December 24, 2012 By Lidya cute_doez

1 Vote

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik adalah zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia I. Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut peluru ajaib, yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan. Penggunaan antibiotik sangat diperhatikan oleh para apoteker dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya penggunaan pada orang awam yang kurang memahami arti pentingnya kepatuhan dalam pengunaan antibiotik. Tentu kita sering mendengar kalimat antibiotiknya harus diminum sesuai aturan dan sampai habis ya. Beberapa dari kalian mungkin pernah bertanya, mengapa? Salah satu masalah besar yang timbul dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah resistensi. Dalam kasus ini, jangan meremehkan bakteri ya, karena mereka itu cerdik. Jika kita tidak meminum antibiotik tepat waktu, atau tidak sampai habis karena merasa sudah sembuh, bakteri-bakteri di tubuh kita akan menjadi terlatih dengan serangan yang kita berikan. Tidak hanya itu, mereka juga mengatur strategi agar dapat memodifikasi serangan sehingga mereka dapat menghindari serangan kita dan menjadi kebal. Bayangkan jika infeksi bakteri menjadi sulit diberantas. Berbahaya bukan? Oleh karena itu, konseling yang tepat dan didukung kepatuhan pasien yang tinggi merupakan salah satu pilihan utama dalam membantu penggunaan antibiotik secara benar. Perlu diketahui juga bahwa tidak semua penyakit membutuhkan bantuan antibiotik. Jika anda diberikan resep berisi antibiotik oleh dokter, mintalah penjelasan dari dokter anda mengapa anda membutuhkan antibiotik. Pemahaman terhadap penyakit serta pengobatannya sangat penting untuk membantu kesembuhan.

B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut: antibakteri 1. Apakah yang dimaksud dengan antibiotika? 2. Bagaimana penggolongan antibiotik? 3. Bagaimana mekanisme kerja, prinsip penggunaan, resistensi, efek samping dari antibiotik? 4. Bagaiman apenggunaan antibiotik kombinasi? Sulfonamida 1. Apakah yang dimaksud dengan sulfonamida? 2. bagaimana mekanisme kerja, resistensi, efek samping, farmakinetika dan klasifikasi sulfonamida? C. Tujuan Pada makalah ini akan membaha tentang antibotik dan turunannya yakni sulfonamida. Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya serta bermanfaat sebagai bahan panduan dan referensi pembuatan makalah dikemudian hari. BAB II PEMBAHASAN I. ANTIBIOTIK Antibiotika (anti=lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan dan menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Antibiotik termasuk jenis obat yang cukup sering diresepkan dalam pengobatan modern. Antibiotik merupakan zat yang membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebelum penemuan antibiotik yang pertama, penisilin, pada tahun 1928, jutaan orang di seluruh dunia tak terselamatkan jiwanya karena infeksi-infeksi yang saat ini mudah diobati. Ketika influenza mewabah pada tahun 1918, diperkirakan 30 juta orang meninggal, lebih banyak daripada yang terbunuh pada Perang Dunia I. Pencarian antibiotik telah dimulai sejak penghujung abad ke 18 seiring dengan meningkatnya pemahaman teori kuman penyakit, suatu teori yang berhubungan dengan bakteri dan mikroba yang menyebabkan penyakit. Saat itu para ilmuwan mulai mencari obat yang dapat membunuh bakteri penyebab sakit. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk menemukan apa yang disebut peluru ajaib, yaitu obat yang dapat membidik/menghancurkan mikroba tanpa menimbulkan keracunan. Kegiatan antibiotis untuk pertama kalinya ditemukan secara kebutulan oleh dr. Alexander Fleming (Inggris,1928, penisilin). Tapi, pernemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan Perang Dunia II di tahun 1941, ketika obat-obatan antibakteri sangat diperluhkan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka pertempuran. Penggolongan antibiotik a. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya : Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan Cephalosporin Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide,

Aminoglycoside, dan Tetracycline Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin; Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, Antimetabolit, misalnya azaserine. b. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia : Aminoglikosida Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin. Beta-Laktam Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Glikopeptida Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin. Polipeptida Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin). Polimiksin Diantaranya polimiksin dan kolistin. Kinolon (fluorokinolon) Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin. Streptogramin Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin. Oksazolidinon Diantaranya linezolid dan AZD2563. Sulfonamida Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat. c. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya : Bakterisid : Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin, isoniazid dll. Bakteriostatik : Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuhnya, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dll. Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi harus bakterisid. d. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya : Spektrum luas (aktivitas luas):

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin. Spektrum sempit (aktivitas sempit) : Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap kuman gram-negatif. e. Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya : Golongan Penisilin Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin + sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam. Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui. Golongan Sefalosporin Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus. Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase: Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius. Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim. Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis. Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim. Golongan Lincosamides Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne. Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin). Golongan Tetracycline Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini

digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin. Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paruparu, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya selama kehamilan & pada anak kecil. Golongan Kloramfenikol Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol. Golongan Makrolida Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin, klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin. Golongan Kuinolon Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational. Penggolongan : Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi. Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain. Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif. Aminoglikosida Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel. Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin. Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin injeksi pada TBC juga pada

endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan serta nefrotoksik. Monobaktam Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam. Sulfonamide Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin. Penggunaan: Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol Infeksi mata : sulfasetamid Radang usus : sulfasalazin Malaria tropikana : fansidar. Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine. Tifus : kotrimoksazol. Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol. Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia. Vankomisin Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi. Mekanisme Kerja Obat antibiotika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi terpenting dari bakteri, antara lain: Dinding sel. Sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Ex: Kelompok penisilin dan sefalosporin. Membran sel Molekul lipoprotein dari membran plasma (di dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya hingga menjadi lebih permeabel. Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembes keluar. Ex: Polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol dan ketokonazol). Protein Sel. Sintesanya terganggu, misalnya: kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida Asam-asam inti (DNA,RNA) RNA : Rifampisin DNA : asam nalidiksat dan kinolon, acyclovir. Antagonis Saingan Obat menyaingi zat-zat penting untuk metabolisme kuman, hingga pertukaran zatnya terhenti. Ex : Sulfonamida, trimetoprim, INH.

Prinsip Penggunaan Antibiotik 1. Penyebab Infeksi Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksiPemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. 2. Faktor Pasien Antara lain fungsi ginjalnya, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan infeksi (saluran imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, wanita hamil/menyusui. Asumsi Dasar Pemakaian Antibiotik 1. Sifat toksisitas selektif : membunuh mikroorganisme yang menginvasi host tanpa merusak sel host. 2. Toksisitas Antibiotik lebih bersifat relatif daripada absolut : perlu kontrol konsentrasi obat secara hati-hati sehingga dapat ditolerir tubuh. Seleksi Obat Antimikroba Pemberian Antibiotik : 1. Dosis : kadar obat di tempat infeksi harus melampaui MIC kuman. Untuk mencapai kadar puncak obat dlm darah, kalau perlu dengan loading dose (ganda) dan dimulai dengan injeksi kemudian diteruskan obat oral. 2. Frekuensi pemberian : tergantung waktu paruh (t) obat. Bila t pendek, maka frekuensi pemberiannya sering. 3. Lama terapi : harus cukup panjang untuk menjamin semua kuman telah mati & menghindari kekambuhan. Lazimnya terapi diteruskan 2-3 hari setelah gejala penyakit lenyap. EFEK SAMPING Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan mual. Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur merah pada vagina. Resistensi Antibiotik Resistensi : bila pertumbuhan bakteri tidak dapat dihambat oleh antibiotik pada kadar maksimal yang dapat ditolerir host. Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten. Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua proses genetik dalam bakteri: 1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal). Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian tumbuh dan berkembang biak. 2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal). Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain. Contohnya, streptomises mempunyai gen

resistensi terhadap streptomisin (antibiotik yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E. coli atau Shigella sp. Antibiotik kombinasi Penggunaanya : Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik. Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir enzim penisilinase. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin). Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-masing komponen dapat dikurangi. II. SULFONAMIDA Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar yang sama yaitu H2NC6H4-SO2NHR. Pada prinsipnya senyawa ini dapat digunakan terhadap berbagai infeksi. Namun setelah ditemukan antibiotika dan zat-zat yang lebih efektif ( kurang toksis) maka penggunaanya semakin berkurang. Perkembangan sejarah. Pada tahun 1935, domagk telah menemukan bahwa suatu zat warna merah, prosontil rubrum, bersifat bakterisid in vivotapi inaktif in vitro. Ternyata zat ini dalam tubuh dipecah menjadi sulfanilamida yang juga aktif in vitro. Berdasarkan penemuan ini kemudian disintesis sulfapiridin yaitu obat pertama yang digunakan secara sistemis untuk pengobatan radang paru-paru (1937). gambar1. Protonsil Sulfonamida bersifat amfoter artinya dapat membentuk garam dengan asam maupun dengan basa. Daya larutannya dalam air sangat kecil, garam alkalinya lebih baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai. Di bawah ini merupakan berbagai variasi pada radikal R gugus amida (-SO2NHR) dan gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan fisik, kimia, dan daya antibakteri sulfonamida. Aktivitas dan mekanisme kerja Sulfonamida memiliki kerja bakteriostatis yang luas terhadap banyak bakteri Gram-positif dan Gram-negatif; terhadap pseudomonas, Proteus dan Streptococcus faecalis tidak aktif, tapi pada kadar tinggi dalam urin daya kerjanya bakterisida.

PABA : p-aminobenzoic acid; DHPS : Dihydropteroate synthase; DHFR : Dihydrofolate reductase

Resistensi Bakteri 1. Resistensi biasanya ireversibel tetapi tidak disertai resistensi silang terhadap kemoterapeutik lain. 2. Resistensi kemungkinan disebabkan karena: - meningkatkan produksi PABA atau - mengubah struktur molekul enzim yang berperan dalam sintesis asam folat. 3. Banyak galur gonococcus, stafilococcus, meningococcus, pneumococcus, dan streptococcus yang sudah resisten. Obat lain yang menghambat kerja sulfonamida: Obat lain yang mirip PABA tidak boleh diberikan diberikan bersama sulfa karena akan meniadakan efek sulfa. Contoh: - prokain - benzokain - para amino salisilat Farmakokinetik a. Metabolisme: Terjadi perubahan secara asetilasi dan oksidasi. Hasil oksidasinya menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi di kulit dan reaksi hipersensitif. Hasil asetilasinya menyebabkan hilangnya aktivitas obat. Bentuk asetil dari beberapa sulfa sukar larut dalam air sehingga sering menimbulkan kristal uria dan komplikasi ginjal lainnya. b. Ekskresi: Hampir semua sulfa diekskresi melalui ginjal, sedikit yang diekskresi melalui feses, empedu, dan ASI. c. Absorpsi: Secara umum absorpsi dalam sal. cerna mudah dan cepat kecuali sulfonamida yang digunakan secara lokal untuk infeksi usus seperti sulfamezatin, sulfadiazin, dan sulfametoksin. Sebanyak 70-100% dosis oral diabsorpsi di sal. cerna. d. Distribusi: Kadar sulfa aktif dalam urin 10 kali lebih tinggi dari pada dalam plasma >>> Cocok untuk desinfektan saluran kemih. Sulfa tersebar ke seluruh jaringan. Sulfa dapat melalui sawar uri sehingga dapat menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik pada janin Klasifikasi sulfonamida Berdasarkan kecepatan absorpsi dan ekskresi: Keterangan: Sulfonamida dengan absorpsi dan ekskresi cepat

Sulfisoksazol Merupakan prototip golongan ini dengan efek antibakteri kuat. Distribusinya hanya sampai cairan ekstrasel, sebagian terikat pada protein plasma Kadar puncak dalam plasma 2-4 jam setelah dosis oral 2-4 gram. 95% diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah dosis tunggal Kadar dalam urin jauh lebih tinggi dari kadar dalam plasma sehingga daya kerjanya sebagai bakterisida. Kadar dalam SSP hanya 1/3 dari kadar darah. Kelarutannya dalam urin lebih tinggi daripada sulfadiazin sehingga resiko kristal uria dan hematuria jarang terjadi. Sulfametoksazol Merupakan derivat dari sulfisoksazol yang absorpsi dan ekskresinya lebih lambat, sering dikombinasi dengan trimetoprim. Sulfadiazin Diabsorpsi cepat di sal. cerna Kadar maksimum dalam darah setelah 3-6 jam. Sukar larut dalam urin sehingga dapat timbul kristal uria. Harus banyak minum sehingga jml urin min. 1200 ml atau ditambah Na bikarbonat. Untuk mencegah kristaluria dikombinasi dengan sulfamerazin dan sulfamezatin yang disebut trisulfapirimidin (trisulfa). Sulfonaminda yang Sedikit Diabsorpsi Sulfasalazin Absorpsi di sal. cerna sangat lambat. Digunakan utk terapi ulcerative colitis (ringan-sedang) dan regional enteritis. Sulfonamida untuk topikal Sulfasetamid Adalah turunan sulfanilamida Larutan garamnya digunakan untuk infeksi mata Ag-sulfadiazin untuk mencegah infeksi luka bakar. Sulfonamida kerja panjang Sulfadoksin Masa kerjanya 7-9 hari. Digunakan untuk kombinasi dengan pirimetamin (sulfadoksin: pirimetamin=500 mg:25 mg) untuk anti malaria yang resisten terhadap klorokuin Efek samping 1. Kristaluria Pemakaian sistemik dapat menimbulkan gangguan sal. kemih karena terjadi penumpukan kristal dalam ginjal yang menyebabkan iritasi dan obstruksi. Kristaluria dapat dikurangi dengan: penambahan basa seperti Na bikarbonat.

minum yang banyak sehingga produksi urin 1-1,5 liter sehari kombinasi beberapa sulfa seperti trisulfa yang terdiri dari sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin. 2. Reaksi Alergi Gangguan pada kulit seperti eritema, dermatitis, fotosensitivitas , dan demam. Demam timbul pada hari ke 7 sampai ke 10 pengobatan disertai sakit kepala, menggigil, rasa lemah dan erupsi kulit yang semua bersifat reversibel. Hepatitis dapat terjadi pada 0,1% merupakan efek toksik atau sensitisasi yang terjadi 3-5 hari setelah pengobatan. Dapat berlanjut jadi atrofi kuning akut dan kematian. 3. Mual dan muntah: pada 2% penderita 4. Anemia hemolitik (jarang terjadi) Sulfadiazin menimbulkan reaksi ini 0,05%. Sulfadiazin menimbulkan agranulositosis 0,1%. BAB III PENUTUP Kesimpulan Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi atau jamur, yang dapat menghambat atau membasmi bakteri. Antibiotik digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya, struktur kimia, daya kerja, spektrum kerjanya dan penyakitnya. Obat antibiotika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi terpenting dari bakteri yaitu dinding sel, protein bakteri, dan asam-asam inti. Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan mual. Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua proses genetik dalam bakteri. Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Efek samping yang terjadi kerusakan pada selsel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi, gangguan system hematopoetik, dan gangguan pada saluran kemih. DAFTAR PUSTAKA Rahardja, Drs. Kirana. 2007. Obat-obat penting ( khasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya). PT. Alex media komputindo : Jakarta. http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2006-01-10-Antibiotik,-Si-Peluru-Ajaib-(BagianPertama).shtml SOAL ANTIBIOTIK DAN SULFONAMIDA 1. Diantara ini akibat dari variasi radikal R pada gugus amida sulfonamida, kecuali.. a. Perubahan sifat fisik

b. Perubahan sifat kimia c. Perubahan daya antibakteri d. Perubahan cara kerja sulfonamida 2. Sulfonamida mempunyai sifat larut dalam.. a. Air b. Aseton c. Eter d. Klorofom 3. Kuman membutuhkan PABA (p-amino benzoic acid) untuk membentuk a. NADP b. DHPS c. Asam folat d. Asam benzoat 4. Diantara ini yang termasuk sulfonamida adalah. a. Streptomisin b. Kotrimoksazol c. Mikamycin d. asam nalidiksat 5. efek samping sulfonamida yang terjadi kerusakan pada sel-sel darah berupa a. agranulositosis b. ISK c. Hematopoetik d. Dermatitis 6. Manakah yang termasuk antibiotik berdasarkan penggolongan struktur kimianya a. Aminoglikosida, kloramfenikol b. Glikopeptida, sulfonamida c. Pirazinamida, dapson d. Ritonavir, rifampisin 7. Apakah fungsi dari antibiotik a. Pereda nyeri b. Penurun panas c. Mematikan kuman d. Pengering luka 8. a. Penicilin, quinolone b. ionamycin, valinomycin c. macrolide, polypeptide d. aminoglycoside, tetracycline manakah yang termasuk golongan dari inhibitor sintesis protein. a. a b. b c. c d. d 9. antibiotik dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan cara kerjanya yaitu bakterisid dan bakteristatik. Tentukan contoh dari bakterisid. a. penisilin, rifampisin b. polipeptida, linkomisin

c. klindamisin, makrolida d. eritromisin, isomiazid 10. efek samping dari antibiotik antara lain. a. demam b. liver c. mual d. badan nyeri PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI 1. Pertanyaan dari: Ardiyana Pranoto Bagaimana pemilihan antibiotik yang tepat? Jawab : Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan penyebab penyakit, lokasi infeksi (target organ) maupun spektrum kerja antibiotik. Pilih antibiotik yang diberikan melalui air minum untuk kondisi penyakit yang ringan. Sedangkan saat kondisi penyakit yang parah dan perlu diatasi segera gunakan antibiotik yang diberikan melalui injeksi. Perhatikan juga catatan pengobatan yang pernah digunakan di farm itu, jika antibiotik dari suatu golongan terlalu sering digunakan, misal 3-4 x pemakaian, pilih antibiotik dari golongan lain agar tidak resisteni. 2. Pertanyaan dari : Dita Anggraini S Bagaimana dengan kombinasi atau pencampuran antibiotik dengan vitamin, apakah diperbolehkan? Jawab : Pada umumnya antibiotik tidak masalah diberikan bersama dengan vitamin, kecuali saat pengobatan dengan golongan sulfonamida sebaiknya hindari pemberian supplement berupa vitamin B atau asam amino karena dapat mempengaruhi kinerja antibiotik tersebut. Berikan vitamin B atau asam amino setelah pemberian antibiotik tersebut berakhir. 3. Pertanyaan dari : Wibi Tegar L adakah kerugian antibiotic secara umum ? Jawab: Pemakaian kombinasi antibiotika juga mengandung risiko misalnya adanya akumulasi toksisitas yang serupa, misalnya nefrotoksisitas aminoglikosida dan nefrotoksisitas dari beberapa jenis sefalosporin. Kemungkinan juga dapat terjadi antagonisme, kalau prinsip-prinsip kombinasi di atas tidak ditaati, misalnya kombinasi penisilin dan tetrasiklin. Walaupun pemakaian beberapa kombinasi dapat diterima secara ilmiah, tetap diragukan perlunya kombinasi tetap oleh karena kemungkinan negatif yang dapat terjadi. Sebagai contoh kombinasi tetap penisilin dan streptomisin justru akan meyebabkan inaktivasi dari masing-masing antibiotika oleh karena terjadinya kerusakan secara kimiawi. Tetapi terdapat kombinasi antibiotik yang sudah tetap yang secara klinis memberikan efek lebih baik, contoh kombinasi tetap. 4. Pertanyaan dari : Yuli Rahmawati Jika kombinasi dua antibiotik diperbolehkan, berapa dosis yang harus diberikan, apakah dikurangi atau tetap? Jawab : Untuk kombinasi obat yang diperbolehkan, dosis pemberiannya disesuaikan dengan aturan pakai

masing-masing obat, tidak boleh dikurangi. Misalnya kombinasi Doxyvet dan Tysinol maka Doxyvet diberikan melalui air minum 2 g tiap liter air minum dan Tysinol disuntikkan 0,5-1 ml/kg berat badan. Kombinasi Doxyvet dan Sulfamix : Doxyvet diberikan melalui air minum 2 g tiap liter air minum dan Sulfamix 3 ml tiap 0,5 liter air minum sehingga per 1 liter air minum terdapat 2 g Doxyvet dan 6 ml Sulfamix. 5. Pertanyaan dari : waridi Adakah reaksi alergi terhadap antibiotik? Jika ada apa alasanya? Jawab: Ada, Alergi antibiotik bisa terjadi karena tubuh menganggap antibiotik yang masuk sebagai benda asing yang harus dilawan sehingga tubuh langsung membentuk antibodi. Efeknya bisa berupa gatal/ruam-ruam di sekujur tubuh. Jangan mengkonsumsi sembarangan, harus menggunakan resep dokter, dan minumlah sesuai dosis yang sudah ditetapkan dokter. Pada saat mulai mengkonsumsi juga perhatikan reaksi di tubuh kita. Jika badan mulai terasa gatal, terasa seperti flu atau pusing dan lain sebagainya sebaiknya konsumsi obat dihentikan dan konsultasikan ke dokter. Bisa jadi obat itu tidak cocok.

AMINOGLIKOSID Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewatikatan glikosidik pada inti heksosa.Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin, Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin, Micromomospora purpures untuk Gentamisindan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid pertama yangditemukan adalah Streptomisin. Antibiotika lain untuk bakteri gram negatif adalah golongan Sefalosporin generasi 3 yang lebih aman,akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai golongan Aminoglikosid.Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin, Netilmisin dan Amikasinterutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan oksigen).Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara kronik; misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut.Resistensi terhadap Streptomisin dapatcepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid lainnya terjadi lebih berangsur-angsur. Sediaan dari Aminoglikosid Sediaan dari Aminoglikosid dapat dibagi dalam dua kelompok : a. Sediaan Aminoglikosid sistemik untuk pemberian IM atau IV yaitu Amikasin, Gentamisin,Kanamisin dan Streptomisin b. Sediaan Aminoglikosid topikal terdiri dari Aminosidin, Kanamisin, Neomisin, Gentamisindan Streptomisin. Dalam kelompok topikal termasuk juga semua Aminoglikosid yangdiberikan per oral untuk mendapatkan efek lokal dalam lumen saluran cerna. Sediaan Aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai garam sulfat. 1. Streptomisin Untuk suntikan tersedia bentuk bubuk kering dalam vial yang mengandung 1 atau 5 gzat.Kadar larutan tergantung dari cara pemberian yang direncanakan; dan cara penyuntikantergantung dari jenis dan lokasi infeksi.Suntikan IiM merupakan cara yang paling sering diberikan. Dosis total sehari berkisar 1-2 g(15-25 mg/kg BB); 500 mg - 1 g disuntikkan setiap 12 jam. Untuk infeksi berat dosis hariandapat mencapai 2-4 g dibagi dalam 2-4 kali pemberian.Dosis untuk anak ialah 20-30mg/kgBB sehari, dibagi untuk dua kali penyuntikkan.

2. Gentamisin Tersedia sebagai larutan steril dalam vial atau ampul 60mg/1,5 ml; 80 mg/2 ml; 120 mg/3 mldan 280 mg/2 ml. Salep atau krim dalam kadar 0,1 and 0,3 % salep mata 0,3 %.Sediaan parenteral ada di pasar tidak boleh digunakan untuk suntikan intratekal atau intraventrikular (otak) karena mengandung zat pengawet.

3.

Kanamisin Untuk sediaan tersedia larutan dan bubuk kering. Larutan dalam vial ekuivalen dengan basaKanamisin 500 mg/2 ml dan 1 g/3 ml untuk orang dewasa; serta 75 mg/2 ml untuk anak. Vial bubuk kering berisi 1 g dan 0,5 g. Untuk pemberian oral tersedia bentuk kapsul/tablet 250 mgdan sirup 50 mg/ml.4.

Amikasin Obat ini tersedia untuk suntikan IM dan IV dalam vial berisi 100; 250; 500; 1.000; da 2.000mg. Dosis total sehari umumnya tidak lebih dari 1,5 gram sehari. Penyesuaian dosis perludipertimbangkan pada berbagai keadaan. Adanya gangguan faal ginjal memerlukan pengurangan dosis dan perpanjangan interval waktu antara dosis, dengan berpedoman padakadar efektif dalam darah yang berkisar antar 510 ug/ml sampai 20-25 ug/ml.5.

T obramisin Obat ini tersedia sebagai larutan 80 mg/2 ml untu suntikan IM.Untuk infus Tobramisindilarutkan dalam Dekstrose 5% atau larutan NaCl isotonis dan diberikan dalam 30-60menit.Jangan diberikan lebih dari 10 hari.6.

Netilmisin Obat ini boleh diberikan IM atau IV, dan tersedia sebagai larutan 50 dan 100, 150 mg/2 ml.Dosisnya ialah 4-6,5 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 2-3 dosis.Untuk penggunaan intravena dosis tunggal diencerkan dalam 50 sampai 200 ml pelbagailarutan.7.

Neomisin Neomisin tersedia untuk penggunan topikal dan oral, penggunaan parenteral tidak lagidibenarkan karena toksisitasnya.Salep mata dan kulit mengandung 5 mg/g untuk digunakan 2-3 kali sehari. Untuk oral tersediatablet 250 mg. Dosis oral neomisin dapat mencapai 4-8 g sehari, dalam dosis terbagi; misalnyayang digunakan pada pengendalian koma hepatik atau pembersihan lumen usus.Untuk pemilihan obat Aminoglikosid yang tepat ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasike

dokter.Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat Aminoglikosid dengan merk yang berbedasecara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore.Sehingga anda dapat memilih dan beliobat Aminoglikosid sesuai dengan kebutuhan anda.

Vous aimerez peut-être aussi