Vous êtes sur la page 1sur 11

TUGAS MANDIRI METODE ILMIAH

Disusun Oleh :

Aggadi Rakhman T Dosen Pengampu Kelas F

115040200111159 Prof. Dr. Ir. Jody M

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

DAFTAR ISI Kata Pengantar............................................................................................................. ii

Daftar Isi. iii 1. Pendahuluan 1.1 1.2 1.3 Latar belakang 1 Pentingnya penelitian ini 2 Hipotesis Morfologi Bunga Tomat Tomat Heirloom Faktor-faktor yang mempengaruhi persilangan/hibridisasi. Tanda Keberhasilan Hibridisasi Tempat dan waktu pelaksanaan Metode pelaksanaan.. 2

2. Tinjuauan pustaka 2.1 2.2 2.3 2.4 3 3 4 5

3. Bahan dan Metode 3.1 3.2 3.3 6 Bahan.. 6 6

PENGARUH WAKTU PENYERBUKAN DAN UMUR PEMBUNGAAN PADA KEBERHASILAN PERSILANGAN TANAMAN TOMAT VARIETAS LOKAL (HEIRLOOM) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Umumnya, seluruh tanaman tomat dari genus lycopersicon merupakan tanaman setahun atau tanaman tahunan yang memiliki umur pendek, berupa semak, dan secara genetik bersifat diploid dengan jumlah kromosom somatis sebanyak 24 unit. Bunga tanaman tomat tersusun dalam rangkaian bunga yang jumlah kuntumnya beragam antar varietas. Bunga tomat termasuk dalam golongan bunga lengkap atau hermaprodit. Serbuk sari terdapat di dalam anther dan letaknya mengelilingi tangkai putik (stylus). Sebagian besar bunga tomat menyerbuk sendiri, tetapi juga dapat dilakukan persilangan. Masyarakat Banyuwangi telah mengenal baik selama puluhan tahun tomat ini. Bentuknya yang menyerupai labu, berwarna jingga pucat jika telah masak dan berasa asam serta ukurannya lebih kecil daripada tomat bulat pada umumnya, menjadi salah satu bahan terpenting dalam membuat sambal khas Banyuwangi. Inilah tomat varietas lokal dan termasuk tomat heirloom karena masyarakat Banyuwangi telah lama membudidayakan dan penampilan fenotipnya yang tidak berubah. Tujuan utama program pemuliaan tanaman tomat adalah mendapatkan kultivar tomat berdaya hasil tinggi dan beradaptasi luas. Mutu buah juga perlu diperhatikan, karena berkaitan dengan selera konsumen dan menentukan varietas bisa diterima atau tidak. Mutu buah tomat mencakup semua sifat dan karakter yang melekat pada buah tersebut. Varietas unggul menjadi salah satu komponen yang tidak dapat diabaikan, karena menjadi penjamin keberhasilan usahatani hortikultura. Penentu jaminan tersebut dibuktikan oleh peran yang nyata dalam peningkatan produksi, baik dalam jumlah maupun hasil tanaman. Dengan dilakukan pemuliaan terhadap tomat lokal ini dengan tomat lain yang memiliki sifat genetik unggul maka diharapkan mendapatkan keturunan yang lebih baik namun tetap mempertahankan sifat unggulnya seperti rasa yang lebih asam namun dengan ukuran yang lebih besar dan tahan penyakit.

1.2 Pentingnya penelitian ini 1) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan tiga waktu berbeda dalam proses penyerbukan yang berkaitan dengan keberhasilan persilangan tanaman tomat heirloom. 2) Manfaat yang didapat adalah dapat menentukan waktu penyerbukan dan umur pembungaan yang tepat sehingga tingkat keberhasilan persilangan tanaman tomat heirloom semakin tinggi. 3) Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk meningkatkan keberhasilan penyerbukan dalam pemuliaan tanaman tomat heirloom varietas lokal Banyuwangi.

1.3 Hipotesis 1) Perlakuan penyerbukan pada bunga betina yang telah diemaskulasi saat umur bunga -1 hari sebelum anthesis dengan waktu antara jam 8.00 -11.00 memberikan keberhasilan persilangan paling tinggi 2) Putik dapat mulai diserbuki setelah kuntum bunga mekar. 3) Keberhasilan persilangan pada umur -3 hari sebelum anthesis rendah, karena kemungkinan kepala putik belum siap untuk menerima polen.

2.

Tinjauan Pustaka 2.1 Morfologi Bunga Tomat

Gambar 1. Kenampakan bunga tomat

Bunga tomat berjenis kelamin dua dengan 2 buah kelopak berwarna hijau berbulu, 5 buah daun mahkota berwarna kuning yang pada bagian dasarnya tumbuh menjadi satu sedangkan pada bagian atasnya meruncing hingga seolah-olah menyerupai bintang. Alat kelaminnya terdiri dari benang sari (stamen) yang mengembang menjadi sebuah sarung dan membalut sebuah putik (pistil). Tangkai sari pendek sekali, hingga hanya tampak sebuah sarung (kantong) sari saja. Kantong sari tersebut mempunyai 12 alur, hingga bentuknya seperti gamet. Kedudukan sarung (kantong) sari kadang-kadang sama tingginya dengan kepala putik (stigma) dan kadang-kadang kepala putik tersebut lebih tinggi dari pada batang sarinya, tergantung kepada jenisnya. Tepung sari (pollen) terdapat di bagian dalam kantong sari (anther). Tepung sari ini bersifat kering, hingga setelah masak pada siang hari yang cerah tepung sari tersebut dapat keluar dari kantong dengan mudah. Bakal buah (ovarium) terletak di atas dengan banyak ruangan dan mempunyai bakal biji (ovulum) banyak. Pembuahan terjadi setelah penyerbukan berlangsung 96 jam sedang buah tomat masak antara 45 50 hari setelah pembuahan. (Ardisela, 2012) 2.2 Tomat Heirloom Tomat heirloom ialah varietas tomat dengan tipe penyerbukan terbuka yang diturunkan setidaknya selama 50 tahun oleh beberapa generasi di masyarakat. Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi telah mengenal baik sejak dahulu tomat lokal berbentuk labu dengan rasa yang lebih asam dari tomat biasa. Tomat ini biasa digunakan sebagai campuran untuk membuat sambal.
3

Tanaman open-pollinated dimana polinasi dibantu oleh angina, serangga atau manusia untuk membentuk buah dan menghasilkan biji. Bunga tanaman tomat mempunyai organ reproduksi jantan dan betina di satu kuntum bunga. Kerena adanya dua organ tersebut ketika penyerbukan terjadi, hanya masalah polen yang dipindahkan ke putik dalam satu bunga sehingga tanaman tomat disebut tanaman open-pollinated yang menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang terjadi ketika serbuk sari bertemu dengan putik dari varietas berbeda dan menyebabkan pencampuran sifat genetiknya. Benih tomat heirloom dijaga selama berpuluh-puluh tahun agar tidak melakukan penyerbukan silang dengan varietas lain, sehingga sifatnya akan tetap sama dan identik dengan induknya (Bartovator, 2012; Coulter, 2014; Vanderlinden, 2014).

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi persilangan/hibridisasi 1) Pemilihan Tetua Ada lima kelompok sumber plasma nutfah yang dapat dijadikan tetua persilangan yaitu: (a) varietas komersial, (b) galur-galur elit pemuliaan, (c) galur-galur pemuliaan dengan satu atau beberapa sifat superior, (d) spesiesintroduksi tanaman dan (e) spesies liar. Peluang menghasilkan varietas unggul yang dituju akan menjadi besar bila tetua yang digunakan merupakan varietas-varietas komersial yang unggul yang sedang beredar, galur-galur murni tetua hibrida, dan tetua-tetua varietas sintetik. 2) Waktu Tanaman Berbunga Dalam melakukan persilangan harus diperhatikan: (a) penyesuaian waktu berbunga. Waktu tanam tetua jantan dan betina harus diperhatikan supaya saat anthesis dan reseptif waktunya bersamaan, (b) waktu emaskulasi dan penyerbukan. Pada tetua betina waktu emaskulasi harus diperhatikan, seperti pada bunga kacang tanah, padi harus pagi hari, bila melalui waktu tersebut polen telah jatuh ke stigma. Juga waktu penyerbukan harus tepat ketika stigma reseptif. 3) Pengetahuan tentang Organ Reproduksi dan Tipe Penyerbukan Untuk dapat melakukan penyerbukan silang secara buatan, hal yang paling mendasar dan yang paling penting diketahui adalah organ reproduksi dan tipe penyerbukan. Dengan mengetahui organ reproduksi, kita dapat menduga tipe penyerbukannya, apakah tanaman tersebut menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri.
4

4) Cuaca Saat Penyerbukan Cuaca sangat besar peranannya dalam menentukan keberhasilan persilangan buatan. Kondisi panas dengan suhu tinggi dan kelembaban udara terlalu rendah menyebabkan bunga rontok. Demikian pula jika ada angin kencang dan hujan yang terlalu lebat. 5) Pelaksana Pemulia yang melaksanakan hibridisasi harus dengan serius dan bersungguhsungguh dalam melakukan hibridisasi, karena jika pemuliaceroboh maka hibridisasi akan gagal. (Yunianti, et al., 2010) 2.4 Tanda Keberhasilan Hibridisasi Keberhasilan suatu persilangan buatan dapat dilihat kira-kira satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Jika calon buah mulai membesar dan tidak rontok maka kemungkinan telah terjadi pembuahan. Sebaliknya, jika calon buah tidak membesar atau rontok maka kemungkinan telah terjadi kegagalan pembuahan. Keberhasilan penyerbukan buatan yang kemudian diikuti oleh pembuahan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompatibilitas tetua, ketepatan waktu reseptif betina dan antesis jantan, kesuburan tanaman serta faktor lingkungan. Kompatibilitas tetua terkait dengan gen-gen yang terkandung pada tetua jantan dan betina. Waktu reseptif betina dan antesis jantan dapat dilihat ciri morfologi bunga. Bunga yang terbaik adalah bunga yang akan mekar pada hari tersebut. Sementara itu, faktor lingkungan yang berpengaruh pada keberhasilan persilangan buatan adalah curah hujan, cahaya mahatari, kelembaban dan suhu. Curah hujan dan suhu tinggi akan menyebabkan rendahnya keberhasilan persilangan buatan (Yunianti, et al., 2010).

Gambar 2. Tomat yang terbentuk dari hasil pembuahan

Bahan dan metode 3.1 Tempat dan waktu pelaksaaan Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2014 sampai dengan Desember 2014 di lahan percobaan Ngijo Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 3.2 Bahan Tanaman tomat dengan bunga sebagai tetua jantan dan tetua betina Sungkup dan label, untuk menutup dan menandai bunga yang disilangkan. Sungkup dapat berupa plastik atau kertas. Pinset, scalpel, jarum atau benda tajam lainnya untuk emaskulasi dan pengumpulan polen Alkohol 70%, untuk mensterilkan jarum saat proses penyerbukan 3.3 Metode pelaksanaan

Pilih bunga sebagai induk betina

Perlakuan berupa bunga yang belum mekar pada umur -3, 2, -1 dan 0 hari sebelum anthesis.

Buang kelopak bunga

Buang dua atau lebih kelopak untuk memperlihatkan mahkota bunga dan mempermudah proses penyerbukan.

Buang mahkota dan anther

Tekan perlahan mahkota dan posisikan menjauh dari bunga lalu tarik. Gunakan pinset untuk memudahkan proses. Kemudian hilangkan anther satu persatu dengan pinset hingga terlihat stigma/kepala putik. Kemudian kuntum bunga dapat disungkup dan diberi label sebagai bunga betina.

Hilangkan kuntum bunga yang lebih tua

Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri.

Pilih bunga dewasa sebagai tetua jantan. Dengan scalpel atau jarum yang telah dibersihkan dengan alkohol, tusuk anther pada bagian bawah dan Mengumpulka perlahan angkat scalpel ke atas sepanjang anther. Polen berwarna putih n polen dari akan terkumpul pada ujung scalpel jika proses dilakukan dengan benar. tetua jantan

Lakukan penyerbukan pada bunga betina

Pegang bunga dengan salah satu tangan, dan secara perlahan tempelkan scalpel atau jarum yang berisi polen ke kepala putik. Lakukan sampai kepala putik cukup tertutupi oleh polen.

Sungkup bunga yang telah diserbuki dan beri label.


Pelabelan

Lakukan proses persilangan pada waktu berbeda

Penyerbukan dilakukan pada tiga waktu berbeda yaitu pukul 5.00 7.00, pukul 8.00 11.00 dan sore pukul 15.00 - 17.00.

Pengulangan perlakuan.

Dilakukan sebanyak tiga kali berdasarkan waktu penyerbukan dan umur bunga

Bagan urutan langkah kerja dalam gambar

Daftar Pustaka Ardisela, Dawud. 2012. Identifikasi Karakter Terpilih Pada Tanaman Tomat Tipe Apel dan Tipe Ranti. Bartovator. 2014. Selecting Varieties of Tomatoes. http://igrowtomato.com Chetelat, Roger and Scott Peacock. 2013. Guidelines for Emasculating and Pollinating Tomatoes. C.M. Rick Tomato Genetics Resource Center. University of California. California. Coulter, Cathy. 2014. Heirloom Tomatoes. http://ucanr.edu/sites/UCCE_Sacramento. University of California Cooperative Extension (UCCE) Master Gardeners of Sacramento County. Sacramento County. Depra, Mariana S, et al. 2014. Pollination Deficit in Open-Field Tomato Crops (Solanum lycopersicum L., Solanaceae) in Rio De Janeiro State, Southeast Brazil. Journal of Pollination Ecology 12 (1): 1 8 Murti, Rudi H, et al., 2008. Pola Pewarisan Sifat Buah Tomat. Laboratorium Pemuliaan Tanaman. Fak. Pertanian UGM. Yogyakarta. Vanderlinden, Collen. 2014. Open Pollinated, Slef Pollinated, Heirloom, and Hybrid: What is the Difference?. http://organicgardening.about.com. Yunianti, Rahmi, et al. 2010. Teknik Persilangan Buatan. Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB. Bogor.

Vous aimerez peut-être aussi