Vous êtes sur la page 1sur 44

Penggabungan Usaha Pengertian Penggabungan Usaha: Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis

produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No.22 paragraf 08 tahun 1999: Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224), pengertiannya adalah sebagai berikut: Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis. Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi. Jenis dan Bentuk Penggabungan Usaha: 1. Jenis-jenis penggabungan usaha berdasarkan PSAK No.22 paragraf 08 tahun 1999, terdapat dua jenis penggabungan usaha yaitu: 1. Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

2. Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer). 2. Bentuk-bentuk penggabungan usaha: Dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi : Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya. Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru. Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya.

Sifat Penggabungan Usaha Horizontal integration Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama, misalnya perusahaan consumer product bergabung dengan perusahaan consumer product juga. Vertical integration Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara berturut-turut, tahapan produksi dan atau distribusi yang sama, misalnya Merck & Co salah satu produsen obat terbesar, mengakuisisi Medco Containment Services, Inc, distributor obat-obatan dokter. Conglomeration Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam.

Alasan-alasan Penggabungan Usaha

Ada beberapa alasan yang muncul sehingga beberapa perusahaan mengambil tindakan untuk melakukan penggabungan usaha yaitu : a. Manfaat biaya (Cost Advantange). Acapkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui penggabungan dibandingkan melalui pengembangan, terutama pada keadaan inflasi. b. Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih besar risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi. c. Penundaan Operasi Lebih Sedikit (Fewer Operating Delays). Fasilitasfasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera beroperasi. Sedangkan apabila membangun fasilitas perusahaan yang baru akan menimbulkan masalah yang baru juga misalnya perlunya izin pemerintah. d. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers). Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengambilalihan diantara mereka. e. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Akusisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha. f. Alasan-alasan lain. Selain untuk perluasan, perusahaan-perusahaan mungkin memilih penggabungan usaha untuk memperoleh manfaat dari segi pajak. Meskipun pada dasarnya strategi penggabungan usaha yang dilakukan oleh beberapa perusahaan memberikan banyak manfaat, tetapi ada juga risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan yang melakukan penggabungan tersebut yaitu risiko sumber daya manusia, dalam hal ini dampak dari penggabungan usaha tersebut. Metode Pencatatan dalam Penggabungan Usaha Penggabungan badan-badan usaha tersebut dapat dipengaruhi oleh metode akuntansi yang diterapkan untuk mencatat akuisisi dan merger. Berdasarkan pendapat Beams (2002:6), ada dua macam metode akuntansi yang dikembangkan di Amerika Serikat dan kemudian dipakai di Indonesia yaitu: 1. Pooling of interest method (Metode Penyatuan Kepemilikan). 2. Purchase method (Metode Pembelian). Metode Penyatuan kepentingan (pooling of interest)

Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaanperusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru. Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaanperusahaan yang bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan. Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masingmasing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated). Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest v Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat diadakan penggabungan v Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung v Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung

v Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan yang bergabung. Metode Pembelian (purchase method) Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya. Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun. Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase v Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai wajarnya v Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan). v Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva. Sumber: Floyd A, Beams, Advanced Accountin, Edisi7, New Jersey, Prentice Hall Inc, 2000. Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, 2001. http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/penggabungan-badan-usaha-akuisisi/

http://etd.eprints.ums.ac.id/2621/1/B200040336.pdf http://imahido-rochimawati.blogspot.com/

http://diaryintan.wordpress.com/2011/03/26/metode-penggabungan-usaha-2/

Metode Pencatatan dalam Penggabungan Usaha

Penggabungan badan-badan usaha tersebut dapat dipengaruhi oleh metode akuntansi yang diterapkan untuk mencatat akuisisi dan merger. Berdasarkan pendapat Beams (2002:6), ada dua macam metode akuntansi yang dikembangkan di Amerika Serikat dan kemudian dipakai di Indonesia yaitu:

1. 2.

Pooling of interest method (Metode Penyatuan Kepemilikan). Purchase method (Metode Pembelian).

#Metode Penyatuan kepentingan (pooling of interest) Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaanperusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru.

Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-

perusahaan yang bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan. Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masingmasing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated). Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat diadakan penggabungan Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan yang bergabung. #Metode Pembelian (purchase method) Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya. Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK

tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun. Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai wajarnya Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan). Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva. Merger, konsolidasi, akuisisi adalah hal yang sangat umum dilakukan agar perusahaan dapat memenangkan persaingan, serta terus tumbuh dan berkembang. Merger merupakan salah satu pilihan terbaik untuk memperkuat fondasi bisnis, jika merger tersebut dapat memberikan sinergi. Dalam makalah ini kami akan lebih memfokuskan pembahsan terhada penggabungan usaha yang berbentuk meregr. Sutan Remy Syahdeini dalam makalah berjudul Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank memberikan definisi merger atau penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua Bank atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan melikuidasi Bank-bank lainnya.

http://accounting-media.blogspot.com/2013/05/metode-pencatatan-dalampenggabungan.html

Penggabungan Usaha Pengertian Penggabungan Usaha Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun 1999 : Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain Sedangkan menurut Hadori Yunus (1981 : 224), pengertiannya adalah sebagai berikut : Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis. Dari definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.

Jenis dan bentuk penggabungan usaha a. Jenis-jenis penggabungan usaha Berdasarkan PSAK No. 22 paragraf 08 tahun 1999, terdapat dua jenis penggabungan usaha yaitu : 1) Akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. 2) Penyatuan kepemilikan (uniting of interest/pooling of interest) adalah suatu penggabungan usaha dimana para pemegang saham perusahaan yang bergabung bersama-sama menyatukan kendali atas seluruh, atau secara efektif seluruh aktiva neto dan operasi kendali perusahaan yang bergabung tersebut dan selanjutnya memikul bersama segala resiko dan manfaat yang melekat pada entitas gabungan, sehingga tidak ada pihak yang dapat diidentifikasi sebagai perusahaan pengakuisisi (acquirer) b. Bentuk-bentuk penggabungan usaha Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut : 1) Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai berikut : - Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut. - Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi. - Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering). 2) Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi : - Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya. - Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru - Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh

saham perusahaan lain untuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest). Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya. Akuisisi Pengertian Akuisisi Sebelum membahas lebih lanjut tentang tujuan dan motivasi perusahaan melakukan akuisisi, terlebih dahulu akan dibahas pengertian dari akuisisi. Ada beberapa pendapat dari para ahli tentang definisi akuisisi yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Menurut PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999 : Akuisisi (acqusition) adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham. Sedangkan Michael A. Hitt, dkk (2002 : 259) menyatakan bahwa : Akuisisi yaitu memperoleh atau membeli perusahaan lain dengan cara membeli sebagian besar saham dari perusahaan sasaran. Definisi lainnya menurut P.S Sudarsanan (1999) dalam Christina (2003 : 9); Akuisisi dapat didefinisikan sebagai sebuah perjanjian, sebuah perusahaan membeli aset atau saham perusahaan lain, dan para pemegang dari perusahaan lain menjadi sasaran akuisisi berhenti menjadi pemilik perusahaan. Marcell Go dalam Christina (2003 : 9), dalam bukunya yang berjudul manajemen grup bisnis menyatakan bahwa : Akuisisi sering juga disebut sebagai investasi peranan modal. Akuisisi adalah penguasaan sebagian saham dari perusahaan subsidiary, melalui pembelian saham hak suara perusahaan subsidiary, dalam jumlah material (lebih dari 50%). Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka akuisisi dapat disimpulkan sebagai pengambilalihan kepemilikan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang dilakukan dengan cara membeli sebagian atau seluruh saham perusahaan, dimana perusahaan yang diambil alih tetap memiliki hukum sendiri dan dengan maksud untuk pertumbuhan usaha. Klasifikasi Akuisisi a) Berdasarkan bentuk dasar akuisisi, terdapat tiga prosedur dasar yang tepat dilakukan perusahaan untuk mengambil alih perusahaan lain, yaitu :

1) Merger atau konsolidasi Istilah merger sering digunakan untuk menunjukkan penggabungan dua perusahaan atau lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan consolidation menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan. 2) Akuisisi saham Cara kedua untuk mengambil alih perusahaan lain adalah membeli saham perusahaan tersebut, baik dibeli secara tunai, ataupun menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi). Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memilih antara akuisisi saham atau merger : - Dalam akuisisi saham, tidak diperlukan rapat umum pemegang saham (RUPS) dan pemungutan suara - Dalam akuisisi saham, perusahaan yang akan mengakuisisi dapat berhubungan langsung dengan pemegang saham target lewat tender offer. - Akuisisi saham seringkali dilakukan secara tidak bersahabat untuk menghindari manajemen perusahaan target yang seringkali menolak akuisisi tersebut. - Seringkali sejumlah minoritas pemegang saham dari perusahaan target tetap tidak mau menyerahkan saham mereka untuk dibeli dalam tender offer, sehingga perusahaan target tetap tidak sepenuhnya terserap ke perusahaan yang mengakuisisi. 3) Akuisisi Assets Suatu perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan jalan membeli aktiva perusahaan tersebut. Cara ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki pemegang saham minoritas, yang dapat terjadi pada peristiwa akuisisi saham. Akuisisi assets dilakukan dengan cara pemindahan hak kepemilikan aktiva-aktiva yang dibeli. b) Berdasarkan keterkaitan operasinya, akusisi dikelompokkan sebagai berikut : Akuisisi Horisontal Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan lain yang mempunyai bisnis atau bidang usaha yang sama. Perusahaan yang diakuisisi dan yang mengakuisisi bersaing untuk memasarkan produk yang mereka tawarkan Akuisisi vertikal Akuisisi ini dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap proses produksi yang berbeda. Misalnya, perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau. Akuisisi konglomerat Perusahaan yang mengakuisisi dan yang diakuisisi tidak mempunyai keterkaitan operasi. Akuisisi perusahaan yang menghasilkan food-product oleh perusahaan komputer, dapat dikatakan sebagai akuisisi konglomerat (Suad Husnan, 1998 : 648-651)

Motivasi Akuisisi Alasan yang sering dikemukakan ketika perusahaan bergabung dengan perusahaan lain atau melakukan akuisisi adalah karena dengan akuisisi, perusahaan mampu mencapai pertumbuhan lebih cepat daripada harus membangun unit usaha sendiri. Selain itu, faktor yang paling mendasari perusahaan melakukan akuisisi adalah motif ekonomi (mendapat keuntungan). Beberapa perusahaan melakukan akuisisi karena adanya beberapa motivasi. Menurut Suad Husnan (1998 : 658-660) motivasi akuisisi adalah sebagai berikut : a) Sinergi Sinergi merupakan nilai gabungan dari kedua perusahaan yang bergabung, lebih besar dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Jadi, kondisi saling menguntungkan Pdari peristiwa akuisisi, akan terjadi jika telah diperoleh sinergi. Sinergi yang dihasilkan akuisisi ada dua jenis yaitu operasional sinergi dan sinergi keuangan. Operasional sinergi adalah sinergi yang dinikmati perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi, sehingga dapat menekan biaya atau menaikkan penghasilan. Sedangkan sinergi keuangan, berasal dari penghematan yang dinikmati perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan (financing) b) Peningkatan pendapatan Dengan adanya akuisisi, pendapatan dapat meningkat karena kegiatan pemasaran yang lebih baik, strategi benefits, dan peningkatan daya saing. Pemasaran yang lebih baik dapat terjadi karena pemilihan bentuk dan media promosi yang lebih tepat, memperbaiki sistem distribusi, dan menyeimbangkan komposisi produk. Strategi benefits memungkinkan perusahaan mengembangkan produk, atau menembus target pasar yang semula sulit untuk dilakukan. Sedangkan peningkatan daya saing dapat terjadi apabila penggabungan usaha tersebut meningkatkan pengusaan pasar oleh perusahaan sehingga menimbulkan kekuatan monopoli. c) Penurunan biaya Penurunan biaya mungkin dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan unit yang dihasilkan, sehingga menekan biaya rata-rata (economies of scale) menghilangkan manajemen yang kurang efisien dan penggunaan sumberdaya yang komplementer, juga merupakan sumbersumber untuk mengurangi biaya. d) Penghematan pajak Perusahaan melakukan akuisisi sebagai potensi memperoleh penghematan pajak. Salah satu sumber penghematan pajak adalah untuk meningkatkan debt capacity. Apabila penggabungan perusahaan menyebabkan kombinasi perusahaan tersebut mampu meminjam lebih besar tanpa harus meningkatkan biaya kebangkrutan, maka tambahan pinjaman tersebut akan mampu memberikan manfaat dalam bentuk tax savings. e) Diversifikasi Manajemen melakukan akuisisi untuk tujuan diversifikasi usaha, yaitu keinginan untuk memasuki industri yang lebih luas dan menguntungkan dimana industri target berada, dan dengan menggabungkan dua badan usaha yang berbeda ini, maka akan memiliki jenis usaha yang lebih besar tanpa harus memulai usaha dari awal, karena semuanya sudah dirintis oleh

perusahaan yang diakuisisi, sehingga perusahaan pengakuisisi hanya melanjutkan apa yang telah ada. Manfaat Akuisisi Menurut Shapiro (1991 : 933) dalam Christina (2003 : 12), keuntungan atau manfaat akuisisi adalah sebagai berikut : 1) Peningkatan tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dalam bisnis sekarang daripada melakukan pertumbuhan secara internal. 2) Mengurangi tingkat persaingan dengan membeli beberapa badan usaha guna menggabungkan kekuatan pasar dan pembatasan persaingan. 3) Memasuki pasar baru penjualan dan pemasaran sekarang yang tidak dapat ditembus 4) Menyediakan managerial skill, yaitu adanya bantuan manajerial mengelola aset-aset badan usaha. Proses Akuisisi Proses akuisisi merupakan suatu faktor penting, terutama karena pembelian suatu unit bisnis tertentu pada umumnya berkaitan dengan jumlah uang yang relatif besar dan membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga bagi perusahaan pengambil alih, sebelum memutuskan untuk akuisisi terhadap suatu perusahaan terlebih dahulu akan berusaha memahami secara lebih jelas mengenai prospek dan sasaran yang akan dicapai. Proses akuisisi menurut P.S Sudarsaman (1999 : 50) dalam Christina (2003 : 15) terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1) Tahap persiapan, meliputi : - Mengembangkan strategi akuisisi, alasan penciptaan nilai dan kriteria akuisisi Meneliti, menyaring dan mengidentifikasi perusahaan target. Evaluasi strategi terhadap sasaran dan menilai kelayakan akuisisi 2) Tahap negosiasi, meliputi : Pengembangan strategi pengarahan Mengevaluasi keuangan dan perhitungan harga perusahaan target Negosiasi dan transaksi pembiayaan 3) Tahap integrasi (penggabungan), meliputi : Mengevaluasi kesehatan organisasi dan budaya perusahaan Mengembangkan pendekatan integrasi - Menyesuaikan strategi, organisasi dan budaya antara perusahaan pengakuisisi dan perusahaan yang diakusisi. - Hasil-hasil Sedangkan menurut Alfred Rappaport (1979) dalam Christina (2003: 16) proses analisis akuisisi melalui tiga tahap yaitu : 1) Planning Proses perencanaan akuisisi dimulai dengan suatu analisis terhadap corporate objectives and

product market strategics. Analisis ini ditujukan untuk memahami kekuatan dan kelemahan yang meliputi berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya. Disamping itu, analisis ini juga meliputi parameter-paratemeter industri seperti proyeksi tingkat pertumbuhan pasar, peraturan pemerintah dan faktor sumber daya manusia dengan menggunakan berbagai kriteria seperti kualitas manajemen, profitabilitas, struktur modal dan kriteria lainnya. 2) Search and Screen Proses pencarian dan pelacakan merupakan suatu pendekatan sistematik untuk menggabungkan berbagai prospek akuisisi yang menarik dan dianggap menguntungkan. Proses pencarian lebih menfokuskan pada bagaimana dan dimana mencari calon perusahaan yang akan diambil alih, yang dianggap menunjukkan calon terbaik sesuai dengan sasaran dan kriteria yang dikembangkan dalam tahap proses perencanaan. 3) Financial evaluation Proses evaluasi keuangan lebih memfokuskan pada jawaban manajemen atas beberapa pertanyaan mengenai harga tertinggi yang harus dibayar oleh perusahaan pengambil alih serta apa yang menjadi resiko utama. Perlakuan Akuntansi Akuisisi Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha diselenggarakan bersama atau digabungkan dengan tujuan untuk melanjutkan usaha-usahanya yang terdahulu. Sebagai akibat adanya kombinasi tersebut, maka prosedur pencatatan akuntansinya terdiri dari dua macam metode yaitu metode pembelian (by purchase) dan metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest) Menurut Hadori Yunus (1981 : 251, 258) : a) Metode pembelian (by purchase), yaitu apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila penggabungan badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak lagi ikut berpartisipasi secara substansil di dalam perusahaan tunggal yang dibentuk. Dengan lain perkataan, sebagai akibat kombinasi usaha itu terjadi (timbul) suatu pemilikan baru. b) Metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest), yaitu pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, dimana pemegang-pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan yang bergabung, baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak perusahaan. Sedangkan menurut Suad Husnan (1998 : 655,656) a) Metode pembelian (by purchase) Metode ini mencatat kekayaan perusahaan yang diakuisisi pada harga pasar yang wajar (fair market value) pada buku perusahaan yang melakukan akuisisi. Dengan demikian, maka perusahaan yang melakukan akuisisi dapat menentukan harga perolehan yang baru (new cost

basis) untuk aktiva-aktiva yang diakuisisi. Pada metode ini, istilah akuntansi goodwill diciptakan. Goodwill merupakan selisih antara harga yang dibayar dengan nilai pasar yang wajar dari aktiva yang diakuisisi. b) Metode penyatuan kepentingan (by pooling of interest) Dengan metode ini, aktiva-aktiva perusahaan baru dinilai sama dengan nilai buku dari perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi. Perusahaan yang baru, dimiliki bersama oleh para pemegang saham perusahaan-perusahaan lama. Aktiva total dan ekuitas total tidak mengalami perubahaan. Tidak ada goodwill yang timbul. Metode ini digunakan apabila perusahaan pengakuisisi menerbitkan saham dengan hak suara (voting stock) sebagai pertukaran minimal sebanyak 90% dari saham denga hak suara yang diakuisisi.

http://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/penggabungan-badan-usaha-akuisisi/

BAB

A. PENGGABUNGAN USAHA Penggabungan Usaha adalah penyatuan entitas-entitas usaha. Penggabungan entitas usaha

yang terpisah adalah suatu alternatif perluasan secara internal melalui akuisisi atau pengembangan kekayaan perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan manfaat bagi semua entitas yang bersatu dan pemiliknya. Dunia usaha semakin lama semakin berkembang dan persaingan dalam jenis produk, mutu produk, maupun pemasarannya semakin ramai dan ketat sehingga seringkali timbul persaingan yang tidak sehat dan saling mengalahkan. Untuk mengatasi adanya saling merugikan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perlu kiranya diadakan suatu bentuk kerja sama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama yang dapat ditempuh adalah dengan melalui penggabungan usaha antara dua atau lebih perusahaan dengan perusahaan yang lain baik yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Berdasarkan pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) No. 22 paragraf 08 tahun 1999 :Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting wiith) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain Sifat Penggabungan Usaha Horizontal integration Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama, misalnya perusahaan consumer product bergabung dengan perusahaan consumer product juga. Vertical integration Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan operasi yang berbeda, secara berturut-turut, tahapan produksi dan atau distribusi yang sama, misalnya Merck & Co salah satu produsen obat terbesar, mengakuisisi Medco Containment Services, Inc, distributor obatobatan dokter. Penggabungan usaha secara integrasi vertikal ini diharapkan dapat mengurangi biaya pengiriman obat-obatan ke pasar Conglomeration Adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dengan produk dan atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan melakan diversifikasi untuk mengurangi risiko yang ada pada lini usaha tertentu, atau untuk mengimbangi perubahan penghasilan, seperti kegunaan akuisisi pada perusahaan manufaktur. Alasan-Alasan Penggabungan Usaha Jika perluasan adalah sasaran utama dari perusahaan, mengapa usaha diperluas melalui penggabungan dan bukan dengan melakukan konstruksi fasilitas-fasilitas baru? Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan usaha sebagai alat perluasan adalah: Manfaat Biaya (Cost Adventage). Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui pengembangan. Hal ini benar, terutama pada periode inflasi. Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.

Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays). Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat diharapkan untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers). Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara mereka. Karena perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah diserang untuk diambilalih, beberapa di antara mereka memakai strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan usaha pengambilalihan oleh perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan dengan rasio hutang-terhadap ekuitas yang tinggi biasanya bukan merupakan calon pengambilalih yang menarik. Dalam industri perbankan, contohnya, bank-bank yang independent mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk memperluas pangsa pasar (market share) dan berkembang menjadi bank regional. Bank menggunakan penggabungan sebagai suatu cara untuk mencegah pengambilalihan oleh bank asing. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets). Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Bentuk Penggabungan Usaha Adapun bentuk-bentuk penggabungan usaha menurut Arifin S (2002 : 240-241) dapat dibedakan ke dalam beberapa golongan, antara lain sebagai berikut : 1) Ditinjau dari bentuk penggabungannya, terdapat tiga bentuk penggabungan usaha sebagai berikut : Penggabungan horisontal, yaitu penggabungan perusahaan-perusahaan yang sejenis yang menjadi satu perusahaan yang lebih besar. Pada umumnya dasar dibentuknya penggabungan usaha ini adalah untuk menghindari adanya persaingan diantara perusahaan yang sejenis dan meningkatkan efisiensi diantara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan tersebut. Penggabungan vertikal, yaitu penggabungan perusahaan yang sebelumnya, keduanya mempunyai hubungan yang saling menguntungkan, misalnya suatu perusahaan lain yang kemudian pemasok (supplier) bahan baku perusahaan lain yang kemudian bergabung agar dapat terjaga adanya kepastian bahan baku dan kontinuitas produksi. Penggabungan konglomerat, yaitu merupakan kombinasi dari penggabungan horisontal dan vertikal. Penggabungan konglomerat ini merupakan gabungan dari perusahaanperusahaan yang memiliki usaha yang berlainan misalnya perusahaan angkutan bergabung dengan perusahaan jasa hotel dan perusahaan makanan (catering). 2) Sedangkan dari segi hukumnya, penggabungan usaha dibagi menjadi : Merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan membeli perusahaan lain yang kemudian perusahaan yang dibelinya tersebut menjadi anak perusahaannya atau dibubarkan. Perusahaan yang dibelinya sudah tidak mempunyai status hukum lagi dan yang mempunyai status hukum adalah perusahaan yang membelinya. Konsolidasi, merupakan bentuk lain dari merger, yaitu penggabungan usaha dengan cara satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain membentuk satu perusahaan baru Afiliasi, yaitu penggabungan usaha dengan cara membeli sebagian besar saham atau seluruh saham perusahaan lain tntuk memperoleh hak pengendalian (controlling interest).

Perusahaan yang dikuasai tersebut tidak kehilangan status hukumnya dan masih beroperasi sebagaimana perusahaan lainnya. Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha 1. Metode Penyatuan Kepemilikan (by pooling of interest method) Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK tahun 2007 No. 22 untuk penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode penyatuan. Dalam metode penyatuan kepemilikan, diasumsikan bahwa kepemilikan perusahaanperusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Karena tidak ada salah satupun dari perusahaan-perusahaan yang bergabung telah dianggap memperoleh perusahaan-perusahaan yang bergabung lainnya, tidak ada pembelian, tidak ada harga pembelian, sehingga karenanya tidak ada dasar pertanggungjawaban yang baru. Pada metode penyatuan, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu setiap goodwill pada buku masing-masing perusahaan yang bergabung akan dimasukkan sebagai aktiva pada entitas yang masih beroperasi (disatukan). Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan pendapatan yang bergabung untuk seluruh tahun dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan. Perusahaan-perusahaan terpisah dalam suatu penggabungan usaha masing-masing dapat menggunakan metode akuntansi yang berbeda untuk mencatat aktiva dan kewajiabannya. Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan, jumlah yang dicatat oleh masingmasing perusahaan dengan menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perusahaan tersebut diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi untuk menyesuaikan masing-masing harus berlaku surut, dan laporan-laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode sebelumnya harus disajikan kembali (restated). Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Pooling Of Interest a) Semua aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang bergabung dinilai pada nilai buku saat diadakan penggabungan b) Besarnya nilai investasi pada perusahaan yang bergabung sebesar jumlah modal perusahaan yang digabung atau sebesar aktiva bersih perusahaan yang digabung c) Bila terjadi selisih antara jumlah yang dibukukan sebagai modal saham yang diterbitkan ditambah kompensasi pembelian lainnya dalam bentuk kas ataupun aktiva lainnya dengan jumlah aktiva bersih yang diperoleh, maka harus diadakan penyesuaian terhadap modal perusahaan yang akan digabung d) Laporan keuangan gabungan adalah penjumlahan dari laporan keuangan milik perusahaan yang bergabung. 2. Metode Pembelian ((by purchase method)) Metode pembelian didasarkan pada asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi yang salah satu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode ini perusahaan yang memperoleh atau membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya. Biaya untuk memperoleh perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama

seperti pada transaksi lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai wajarnya pada tanggal penggabungan. Menurut PSAK tahun 2007 No.19 setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasikan selama maksimum 20 tahun. Prosedur Akuntansi Penggabungan usaha Metode Purchase Menyesuaikan nilai aktiva dan kewajiban milik perusahaan yang akan digabung sebesar nilai wajarnya Mencatat transaksi penggabungan sebesar nilai investasinya (biaya perolehan). Jika pengakuisisi mengeluarkan saham, maka nilai wajar saham tersebut sebesar harga pasar pada tanggal transaksi penggabunga. Bila harga pasar tidak dapat digunakan sebagai indikator, maka diestimasi secara proporsional perusahaan pengakuisisi atau yang diakuisisi (mana yang lebih dapat ditentukan). Membuat jurnal pemilikan aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang digabung. Apabila terjadi selisih antara nilai investasi dengan aktiva bersih yang diterima perusahaan pengakuisisi, maka selisih tersebut dicatat ke dalam rekening goodwill pada kelompok aktiva. Alasan perusahaan melakukan diversifikasi produk: Alasan perusahaan melakukan diversifikasi produk: Tidak hanya perusahaan yang sudah dewasa, perusahaan yang ingin mencapai tahap dewasapun melakukan diversifikasi produk, diversifikasi produk sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan, karena diversifikasi sangat membantu,dengan tidak bergantung kepada satu produk/barang saja, apabila salah satu produk/barang menurun dalam pasaran/tidak laku, perusahaan tersebut akan menjual produk lainnya yang sedang in sekarangn ini. Dan seharusnya perusahaan melakukan diversifikasi dengan berbagai macam barang dan tidak mempunya jenis/kegunaan yang hampir sama, kareana apabila perusahaan melakukan diversifikasi dengan dua produk/barang dan mempunyai fungsi yang hampir sama ketika perusahaan mengalami penurunan perusahaan tersebut bisa menglami kebangkrutan, Tujuan Investasi Jangka Panjang Suatu perusahaan melakukan investasi jangka panjang tentunya didasarkan pada tujuan tertentu yang kemungkinan berbeda dengan perusahaan lain. Dalam uraian di depan telah disebutkan bahwa salah satu tujuan investasi adalah untuk mencari keuntungan. Secara umum tujuan investasi memang mencari untung, tetapi bagi perusahaan tertentu kemungkinan ada tujuan utama yang lain selain untuk mencari untung. Dari tulisan para ahli, diperoleh informasi bahwa pada umumnya tujuan investasi adalah sebagai berikut: a) Untuk memperoleh pendapatan yang tetap dalam setiap periode, antara lain seperti bunga, royalti, deviden, atau uang sewa dan lain-lainnya. b) Untuk membentuk suatu dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan ekspansi, kepentingan sosial. c) Untuk mengontrol atau mengendalikan perusahaan lain, melalui pemilikan sebagian ekuitas perusahaan tersebut. d) Untuk menjamin tersedianya bahan baku dan mendapatkan pasar untuk produk yang dihasilkan. e) Untuk mengurangi persaingan di antara perusahaan-perusahaan yang sejenis. f) Untuk menjaga hubungan antar perusahaan.

B. LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi Laporan Keuangan Konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan antara Pemilikan perusahaan pusat atas perusahaan cabangnya, dalam satu satuan ekonomi. Laporan Keuangan Konsolidasi menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk pusat perusahaan (entitas pengendali) dan satu atau lebih cabang perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan akan entitas entitas individual tersebut merupakan satu entitas atau perusahaan satu perusahaan atau diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain, jika tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka adalah badan usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau yang sejenisnya.. Dari difinisi umum diatas, dapat kita tarik suatu pemahaman bahwa; Laporan Keuangan Konsolidasi diperlukan apabila salah satu perusahaan yang bergabung memiliki kontrol terhadap perusahaan lain. Otherwise, laporan keuangan konsolidasi tidak diperlukan. Artinya; jika tidak memiliki hak kendali (control) yang lebih, maka mereka adalah badan usaha (entity) mandiri, artinya mereka masing-masing akan membuat laporan keuangan yang sendiri-sendiri dan tidak mungkin untuk digabungkan, ditambahkan atau yang sejenisnya. Laporan keuangan konsolidasi harus disusun jika salah satu perusahaan yang bergabung memiliki control (kendali) terhadap perusahaan lain. Dalam hal ini tentunya perusahaan investor (acquirer). Pengendalian (control) diasumsikan diperoleh apabila salah satu perusahaan yang bergabung memperoleh lebih dari 50% hak suara pada perusahaan lain, kecuali apabila dapat dibuktikan sebaliknya bahwa tidak terdapat pengendalian walaupun pemilikan lebih dari 50% (IAI 1994). Laporan tersebut tidak boleh menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi Tujuan laporan keuangan konsolidasi Adapun maksud dan tujuan Laporan Keuangan Konsolidasi disusun, yaitu: agar dapat memberikan gambaran yang obyektif dan sesuai atas keseluruhan posisi dan aktivitas dari satu perusahaan (economic entity) yang terdiri atas sejumlah perusahaan yang berhubungan istimewa, dimana laporan konsolidasi keuangan diharapkan tidak boleh menyesatkan pihakpihak yang berkepentingan dan harus didasarkan pada substansi atas peristiwa ekonomi juga. Konsolidasi diharuskan jika satu perusahaan memiliki mayoritas saham beredar dari perusahaan lain. Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya perusahaan hasil gabungan di bawah kendali induk perusahaan, kepada para pemegang saham, kreditor dan peyedia dana lainnya. Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi Perlu disadari; Disamping memberi manfaat, laporan keuangan konsolidasi juga dapat menjadi ekses yang tidak baik, antara lain:

Dapat menyembunyikan kinerja perusahaan individu yang tidak bagus dengan kinerja perusahaan lain yang bagus. Tidak semua saldo laba ditahan konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan, begitu pula dengan aktiva. Rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi yang terbentuk tidak mencerminkan kondisi entitas yang membentuk konsolidasi maupun induk perusahaan Beberapa akun tidak dapat seluruhnya dibandingkan, misalnya akun piutang Banyaknya informasi tambahan yang dibutuhkan untuk memberikan penyajian yang wajar. Gambaran Umum Proses Konsolidasi Sebagai informasi awal, secara umum prosedur dan proses pembuatan laporan keuangan konsolidasi adalah sebagai berikut: Laporan keuangan terpisah (dari dua entity atau lebih) digabungkan atau ditambahkan bersama sama, setelah beberapa penyesuaian dan eliminasi, untuk menghasilkan laporan keuangan konsolidasi. Penyesuaian dan eliminasi tersebut terkait dengan transaksi dan kepemilkan antar perusahaan. Proses pembuatan laporan keuangan konsolidasi akan menjadi masalah apabila kepemilikan terhadap perusahaan anak kurang dari 100%. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 A. Ruang Lingkup Laporan Keuangan Konsolidasi Suatu induk perusahaan yang memiliki baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan lebih dari 50% saham berhak suara pada perusahaan lain, harus menyajikan laporan keuangan konsolidasi. Suatu perusahaan yang memiliki 50% atau kurang saham berhak suara pada perusahaan lain, wajib menyusun laporan keuangan konsolidasi apabila dapat dibuktikan bahwa pengendalian tetap ada. Laporan keuangan konsolidasi harus mengkonsolidasikan seluruh anak perusahaan baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila: a) Pengendalian pada anak perusahaan bersifat sementara karena anak perusahaan khusus diakuisisi dengan tujuan untuk dijual kembali atau dialihkan dalam jangka pendek. b) Anak perusahaan dibatasi oleh suatu restriksi jangka panjang sehingga tidak mampu mengalihkan dananya kepada induk perusahaan. Penyertaan induk perusahaan pada anak perusahaan yang memenuhi salah satu kriteria di atas harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi. B. Prosedur Konsolidasi Transaksi dan saldo resiprokal antara induk perusahaan dan anak perusahaan harus dieliminasi. Keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi, yang timbul dari transaksi antara induk perusahaan dan anak perusahaan, harus dieliminasi. Untuk tujuan konsolidasi, tanggal pelaporan keuangan anak perusahaan pada dasarnya harus sama dengan tanggal pelaporan keuangan perusahaan induk. Apabila tanggal pelaporan tersebut berbeda maka laporan keuangan anak perusahaan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang:

a. Perbedaan tanggal pelaporan tersebut tidak lebih dari 3 (tiga) bulan. b. Peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal pelaporan tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasi. Apabila laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda (yang lebih dari tiga bulan) digunakan untuk tujuan konsolidasi, maka penyesuaian yang diperlukan harus dilakukan untuk pengaruh dari setiap peristiwa atau transaksi antar perusahaan yang signifikan, yang terjadi antara tanggal pelaporan yang berbeda tersebut. Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama atau sejenis. Apabila tidak mungkin digunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi, maka harus diungkapkan penggunaan kebijakan akuntansi yang berbeda tersebut dan proporsi unsur yang terkait dengan kebijakan akuntansi tersebut terhadap unsur sejenis dalam laporan keuangan konsolidasi. Hak minoritas (minority interest) harus disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi antara kewajiban dan modal. Hak minoritas dalam laba disajikan tersendiri dalam laporan laba rugi konsolidasi. I nvestasi pada anak perusahaan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi, terhitung sejak investasi tersebut tidak memenuhi persyaratan sebagai anak perusahaan dan juga bukan perusahaan asosiasi berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 15 tentang Akuntansi untuk Investasi pada Perusahaan Asosiasi. C. INVESTASI PERUSAHAAN ASOSIASI Pengertian perusahaan asosiasi sebagai suatu perusahaan yang investornya mempunyai pengaruh yang signifikan (memiliki wewenang untuk berpartisipasi dalam keputusan yang menyangkut kebijakan keuangan serta operasi investee, tetapi bukan merupakan pengendalian terhadap kebijakan tersebut) dan bukan merupakan anak perusahaan maupun joint venture dari investornya. Sedangkan anak perusahaan (subsidiary) didefinisikan sebagai perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan lain (yang disebut induk perusahaan). Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, 20 % atau lebih dari hak suara pada perusahaan investee, maka dipandang mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, kurang dari 20 % hak suara, maka dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu menghalangi investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Sebaliknya, apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya. Jadi, jika penyertaan saham perusahaan pada perusahaan asosiasi kurang dari 20 %, maka penyertaan saham perusahaan dibukukan dengan metode biaya Pengaruh Signifikan

Istilah "perusahaan asosiasi" digunakan untuk menggambarkan suatu perusahaan dimana investor mempunyai pengaruh signifikan. Jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, 20% atau lebih dari hak suara pada perusahaan investee, maka investor dipandang mempunyai pengaruh signifikan. Sebaliknya, jika investor memiliki, baik langsung maupun tidak langsung melalui anak perusahaan, kurang dari 20% hak suara, dianggap investor tidak memiliki pengaruh signifikan. Kepemilikan substansial atau mayoritas oleh investor lain tidak perlu menghalangi investor memiliki pengaruh signifikan. Apabila investor mempunyai pengaruh yang signifikan maka investasi pada investee dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. Sebaliknya apabila investor tidak mempunyai pengaruh yang signifikan maka investasi dicatat dengan menggunakan metode biaya Metode Akuntansi Metode Ekuitas Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan dan nilai tercatat ditambahkan atau dikurangi untuk mengakui bagian investor atas laba atau rugi investee setelah tanggal perolehan. Distribusi laba (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee mengurangi nilai tercatat (carrying amount) investasi. Penyesuaian terhadap nilai tercatat tersebut juga diperlukan untuk mengubah hak kepemilikan proporsional investor pada investee yang timbul dari perubahan dalam ekuitas investee yang belum diperhitungkan ke dalam laporan laba rugi. Perubahan semacam itu meliputi perubahan yang timbul sebagai akibat dari revaluasi aktiva tetap, perbedaan dalam penjabaran valuta asing, dan dari penyesuaian selisih yang timbul dari penggabungan usaha. Metode Biaya Menurut metode biaya, investor mencatat investasinya pada perusahaan investee sebesar biaya perolehan. Investor menyakui penghasilan hanya sebatas distribusi laba (kecuali dividen saham) yang diterima yang berasal dari laba bersih yang diakumulasikan oleh investee setelah tanggal perolehan. Penerimaan dividen yang melebihi laba tersebut dipandang sebagai pemulihan investasi dan dicatat sebagai pengurangan terhadap biaya investasi sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi. Pilihan Metode Akuntansi dalam Laporan Keuangan Konsolidasi Pengakuan penghasilan berdasarkan dividen yang diterima tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang memadai untuk merefleksikan penghasilan yang diperoleh investor dari investasi dalam suatu perusahaan asosiasi karena distribusi yang diterima tersebut hampir tidak ada hubungannya dengan kinerja perusahaan asosiasi. Mengingat pengaruhnya yang signifikan terhadap perusahaan asosiasi, investor memiliki tolok ukur atas kinerja perusahaan asosiasi, yaitu imbalan investasi (return on investment). Investor melaksanakan tanggungjawab ini dengan memperluas lingkup laporan keuangan konsolidasi sehingga mencakup bagiannya atas hasil usaha perusahaan asosiasi dan dengan demikian menyediakan analisis terhadap penghasilan serta investasi sehingga rasio yang lebih relevan dapat dihitung. Dengan demikian, penerapan metode ekuitas

memungkinkan pelaporan aktiva bersih dan penghasilan bersih oleh investor dengan lebih informatif. Investasi di perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan menggunakan metode biaya jika perusahaan asosiasi beroperasi dengan pembatasan yang ketat dalam jangka panjang sehingga secara signifikan mempengaruhi kemampuannya untuk mengalihkan dana kepada investor. Investasi di perusahaan asosiasi juga dipertanggung jawabkan dengan menggunakan metode biaya jika investasi diperoleh dan dimiliki secara khusus dengan tujuan untuk dijual dalam jangka pendek. Investor menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal dimana: a) investor tidak lagi memiliki pengaruh signifikan dala perusahaan asosiasi tetapi menahan, seluruh atau sebagian, investasinya; atau b) penggunaan metode ekuitas tidak lagi sesuai karena beberapa alasan Penerapan Metode Ekuitas Terdapat beberapa prosedur dalam penerapan metode ekuitas yang tidak berbeda dengan prosedur konsolidasi sebagaimana dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi. Selanjutnya, konsep yang mendasari prosedur konsolidasi yang digunakan dalam perolehan anak perusahaan digunakan dalam perolehan investasi dalam perusahaan asosiasi. Investasi dalam perusahaan asosiasi dipertanggungjawabkan dengan metode ekuitas sejak tanggal pada saat investasi tersebut memenuhi definisi perusahaan asosiasi. Selisih (baik positif maupun negatif) antara biaya perolehan (acquisition cost) dengan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (net identificable asset) pada tanggal akuisisi harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha.Penyesuaian yang diperlukan terhadap bagian investor atas laba rugi setelah akuisisi harus dilakukan untuk halhal berikut: a) Penyusutan aktiva tetap berdasarkan nilai wajarnya. b) Amortisasi atas selisih antara biaya perolehan dan bagian investor atas nilai wajar aktiva neto yang dapat diidentifikasi (investor's share of the fair value of net identifiable assets) . Laporan keuangan perusahaan asosiasl yang paling akhir digunakan oleh investor dalam penerapan metode ekuitas; laporan tersebut biasanya disajikan pada tanggal yang sama dengan laporan keuangan investor. Jika tanggal pelaporan tersebut berbeda, perusahaan asosiasi sering menyajikan, untuk digunakan oleh investor, laporan pada tanggal yang sama dengan laporan keuangan investor. Jika penyamaan tanggal tidak mungkin dilakukan, dapat digunakan laporan keuangan yang disusun pada tanggal pelaporan yang berbeda, akan tetapi prinsip konsistensi mempersyaratkan bahwa jangka waktu penggunaan tanggal tersebut konsisten dari periode ke periode. Jika digunakan laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda, penyesuaian dilakukan terhadap dampak dari setiap transaksi atau peristiwa signifikan yang terjadi antara investor dan perusahaan asosiasi antara tanggal laporan keuangan perusahaan asosiasi dan tanggal laporan keuangan investor. Laporan keuangan investor lazimnya disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi untuk transaksi dan peristiwa yang sama dalam keadaan yang serupa. Apabila

perusahaan asosiasi menggunakan kebijakan akuntansi yang lain daripada yang digunakan investor untuk transaksi dan peristiwa yang sama, maka penyesuaian tertentu dilakukan terhadap laporan keuangan perusahaan asosiasi apabila laporan tersebut digunakan oleh investor dalam penerapan metode ekuitas. Jika penyesuaian semacam itu tidak dapat dilakukan, fakta adanya perbedaan tersebut harus diungkapkan. Jika perusahaan asosiasi memiliki saham preferen kumulatif yang dimiliki oleh pihak luar, investor menghitung bagiannya atas laba atau rugi setelah penyesuaian untuk dividen saham prioritas dengan mengabaikan apakah dividen tersebut telah atau belum dideklarasikan.Jika, berdasarkan metode ekuitas, bagian investor atas kerugian perusahaan asosiasi sama atau melebihi nilai tercatat dari investasi, maka investasi dilaporkan nihil. Kerugian selanjutnya diakru oleh investor apabila telah timbul kewajiban atau investor melakukan pembayaran kewajiban perusahaan asosiasi yang dijaminnya. Jika perusahaan asosiasi selanjutnya laba, investor akan mengakui penghasilan apabila setelah bagiannya atas laba menyamai bagiannya atas kerugian bersih yang belum diakui. Jika terjadi penurunan permanen atas nilai investasi dalam perusahaan asosiasi, nilai tercatat dikurangkan untuk mengakui penurunan tersebut. Karena investasi pada perusahaan asosiasi secara individual penting bagi investor, maka nilai tercatat ditentukan untuk setiap perusahaan asosiasi secara individual. D. SPECIAL PUPURPOSE ENTITY (SPE) Special Purpose Entity (SPE) adalah suatu entitas yang dibentuk oleh perusahaan sponsor/perusahaan induk untuk suatu tujuan tertentu (khusus, sempit, dan temporary), misalnya untuk membagi atau menghilangkan resiko finansial. SPV ini merupakan salah satu bentuk off-balance-sheet-financing. Pada dasarnya, off-balance-sheet entity ini diciptakan oleh suatu pihak (transferor atau sponsor) yang mentransfer asset ke pihak lain (SPV) untuk melaksanakan aktivitas bisnis maupun transaksi bisnis tertentu. Tujuan SPE : Mendanai aset tertentu atau layanan tertentu dan tetap membuat hutang perusahaan induk (sponsor) off-balance-sheet Mengubah aset finansial tertentu, seperti hutang dagang, pinjaman, atau hipotek ke dalam bentuk liquid Mengurangi besarnya pajak Karakteristik SPE : Memiliki modal yang terbatas Biasanya tidak memiliki manajemen yang independen Fungsi administratifnya sering dijalankan oleh suatu trustee yang menerima dan mendistribusikan kas sesuai dengan persyaratan kontrak, sekaligus bertindak sebagai perantara SPV dengan pihak yang membentuk SPV. Jika SPV memegang aset, maka salah satu pihak akan memberikan jasa tertentu sesuai perjanjian. Alasan pembentukan SPE :

Risk Keuntungan Financial Regulatory

Sekuritisasi sharing kompetitif enginering reasons

Standar akuntansi : Accounting Research Bulletin (ARB) 51, Consolidated Financial Statement SFAS 125 Accounting for Transfer and Servicing of Financial Assets and Extinguishment of Liabilities FASB Interpretation 46 (R) SIC-12 PSAK No 4 Tahun 2002 http://asdarmunandar.blogspot.com/2012/01/penggabungan-usaha.html

PENGGUNAAN PURCHASE METHOD METHOD DALAM PENGGABUNGAN TERHADAP PAJAK PENGHASILAN May 5, 2011 by Yulia Silvianti Oleh :

DAN POOLING OF INTEREST USAHA DAN PENGARUHNYA

Joko Galungan, Christwan, Andrie K.Y., Dewi Utari, Yulia Silvianti, Arief Prasetyo, Rainando G.T. Tahun 2005 Abstraksi

Penggabungan usaha merupakan penyatuan dua atau lebih entitas usaha yang terpisah menjadi satu entitas usaha. Beberapa alasan yang mendasari pelaksanaan penggabungan usaha, antara lain mengoptimalkan sinergi, memperluas pasar, penetrasi dan proteksi pasar, akuisisi terhadap produk pesaing, memperkuat bisnis inti, merebut saluran distribusi, meningkatkan daya saing, dan efisiensi perpajakan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (selanjutnya disebut dengan PSAK) No. 22 mengenal adanya 2 (dua) metode yang bisa digunakan dalam penggabungan usaha yaitu Purchase method danPooling of Interest method. Purchase Method memiliki asumsi bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi dimana suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Dalam metode ini, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar nilai pasarnya. Apabila terjadi selisih antara nilai wajar (market value) dan nilai buku (book value) aktiva, maka selisih tersebut adalah penghasilan yang merupakan objek pajak. Di sisi lain, Pooling of Interest Method mengasumsikan kepemilikan perusahaan-perusahaan yang bergabung adalah satu kesatuan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas akuntansi yang baru. Penggabungan usaha menggunakan metode ini tidak akan menimbulkan objek pajak penghasilan, karena harta perusahaan dinilai berdasarkan nilai buku (book value). Perusahaan yang memilih melakukan penggabungan dengan menggunakan metode ini diharuskan memenuhi beberapa persyaratan yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kata kunci : penggabungan usaha, business combination, merger, akuisisi,puchase method, pooling of interest method, pajak penghasilan, manajemen pajak, tax saving. I. PENDAHULUAN Memasuki era pasar bebas, persaingan usaha diantara perusahaan yang ada semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat bertahan atau bahkan dapat lebih berkembang. Untuk itu perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan dapat mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Pengembangan perusahaan dapat dilakukan dengan cara perluasan usaha yang disebut juga sebagai usaha secara internal (internal growth) maupun pertumbuhan eksternal (external growth). Dengan pertumbuhan internal, perusahaan berusaha untuk meningkatkan nilai pemegang saham (shareholders value) melalui ekspansi yang dilakukan di dalam perusahaan sendiri. Untuk pertumbuhan eksternal, perusahaan dapat melakukan merger dan akuisisi. Sutojo (1992) membagi tujuan perusahaan melakukan merger dan akuisisi dalam dua kategori yaitu tujuan ekonomis dan non-ekonomis. Maksud tujuan ekonomis adalah perusahaan target yang menjadi sasaran penggabungan memiliki keunggulan kompetitif, dan apabila dimanfaatkan mampu menghasilkan sinergi. Sedangkan, tujuan non-ekonomis misalnya karena perusahaan sudah lemah secara modal dan keterampilan manajemen; keinginan menjadi kelompok yang terbesar didunia, meskipun ada kemungkinan

penggabungan usaha yang dilakukan tersebut tidak menguntungkan karena diambil alih oleh pihak bank. Ada tiga macam bentuk penggabungan usaha yaitu : konsolidasi, merger dan akuisisi. Dengan bergabung, dua perusahaan atau lebih menjadi lebih mungkin untuk saling menunjang kegiatan usaha, sehingga keuntungan yang akan diperoleh juga lebih besar dibandingkan jika mereka melakukan usaha sendiri-sendiri. Inilah yang dimaksud dengan sinergi. I. PENGERTIAN PENGGABUNGAN USAHA

A. Menurut Praktisi Hukum Istilah penggabungan usaha dalam kaca mata hukum bisa dilihat dalam Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1998, yaitu penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan. Penggabungan Usaha adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Peleburan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua perseroan atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk suatu perseroan baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseoroan tersebut. B. Menurut Praktisi Akuntansi Paragraph 8 PSAK No.22 mendefinisikan penggabungan usaha sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Istilah Peleburan Usaha tidak dikenal dalam PSAK No. 22 sehingga dapat disimpulkan bahwa peleburan usaha digolongkan ke dalam penggabungan usaha. Sementara istilah Pengambil alihan dikenal dengan istilah akuisisi yang didefinisikan sebagai suatu penggabungan usha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham. IFRS No.3 menjelaskan bahwa penggabungan usaha adalah pengabungan entitas-entitas dan bisnis-bisnis terpisah ke dalam suatu entitas pelapor dan hampir semua penggabungan usaha bertujuan agar suatu entitas (pengakuisisi) dapat mengendalikan entitas lain (perusahaan yang diakuisisi).

C. Menurut Praktisi Perpajakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 422/KMK.04/1998 Pasal 1 tanggal 9 September 1998 menggunakan istilah penggabungan usaha, peleburan usaha, dan pemekaran usaha. Penggabungan usaha adalah penggabungan dari dua badan usaha atau lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu badan usaha dan melikuidasi badan usaha lainnya yang menggabung. Istilah Peleburan Usaha didefinisikan sebagai penggabungan dari dua atau lebih badan usaha dengan cara mendirikan badan usaha baru dan melikuidasi badanbadan usaha yang bergabung tersebut. Sedangkan pemekaran usahaadalah pemisahan satu badan usaha menjadi dua badan usaha atau lebih dengan cara mendirikan badan usaha baru dan mengalihkan sebagian aktiva dan pasiva kepada badan usaha baru tersebut yang dilakukan tanpa likuidasi badan usaha yang lama. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa praktisi hukum lebih menekankan kepada pengertian merger dan akuisisi entitas legal; standar akuntansi keuangan menetapkan definisi merger dan akuisisi secara luas dalam pengertian perusahaan sebagai entitas ekonomi; dan praktisi perpajakan lebih menekankan merger dan akuisisi sebagai dua entitas yang berbeda saat sebelum dan sesudah penggabungan III. KETENTUAN AKUNTANSI KOMERSIAL A. Sejarah Standar Akuntansi Tentang Penggabungan Usaha di Indonesia Akuntansi penggabungan usaha telah menyedot perhatian kalangan praktisi dan akademisi akuntan secara luas. Sejarah perkembangan akuntansi penggabungan usaha di Indonesia dipengaruhi oleh akuntansi penggabungan usaha yang berlaku di Amerika Serikat. Sejak tahun 1970 sampai dengan awal decade 2000-an di Amerika telah diberlakukan Accounting Principles Board (APB) Opinion No. 16 tentang Accounting Standard untuk Business Combination. Dalam perkembangannya APB Opinion No.16 diadopsi oleh International Standard Accounting Board (IASB) yang mengeluarkan International Accounting Standard (IAS) No. 22 tentang Business Combination. Selanjutnya IAS No. 22 digantikan oleh International Financial Reporting Standard (IFRS) No. 3 tentang Business Combination yang berlaku efektif sejak 31 Maret 2004. Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia yaitu PSAK. No. 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha merupakan adopsi penuh IAS No. 22 tentang Business Combination. PSAK No. 22 tersebut berlaku efektif sejak 1 Januari 1995 sampai sekarang.

B. Metode Pencatatan Penggabungan Usaha Dalam praktik bisnis, penggabungan usaha dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu, penerbitan saham baru dan pembelian aktiva perusahaan yang diakuisisi. Dari 2 (dua) cara ini lahirlah metode pencatatan yang dikenal, yaitupooling of interest method dan purchase method. Penjelasan kedua metode ini sebagai berikut : 1. Purchase Method Metode ini menggunakan nilai pasar dalam pengalihan aktiva dan kewajiban yang dialihkan. Selisih antara nilai pengalihan dan nilai buku merupakan keuntungan yang menjadi objek pajak penghasilan 2. Pooling of Interest Method Metode yang menggunakan nilai buku dalam pengalihan aktiva dan kewajiban yang dialihkan. Dengan kata lain aktiva dan kewajiban perusahaan yang melakukan penggabungan usaha ditambahkan dalam perusahaan yang menjadi survival company. Oleh karena tidak ada selisih antara nilai pengalihan dan nilai buku, maka tidak terdapat objek pajak penghasilan. Kedua metode ini merupakan pilihan yang dapat digunakan , namun harus tetap memperhatikan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh PSAK No. 22 . IAS No. 22 dan PSAK NO. 22 memberikan ijin atas penggunaan Pooling of Interest Method dan Purchase Method. Sedangkan IFRS No.3 tidak lagi mengijinkan penggunaan Pooling of Interest Method dan menyebutkan bahwa semua penggabungan usaha harus dicatat dengan menggunakan Purchase Method. Larangan ini ditetapkan karena walaupun terdapat kriteria yang ditetapkan oleh IAS No. 22 dalam menggunakan Pooling of Interest Method danPurchase Method, manajemen seringkali mencari celah agar dapat menggunakan salah satu dari dua metode pencatatan tersebut yang menguntungkan bagi mereka. Indonesia belum mengadopsi IFRS No.3 ini sehingga dalam prakteknya di Indonesia manajemen seringkali melakukan pemilihan metode pencatatan berdasarkan metode yang menguntungkan bagi kepentingan dan tujuan mereka

IV. KETENTUAN PERPAJAKAN Ketentuan perpajakan yang mengatur khusus masalah penggabungan usaha sangat terbatas. Hanya satu pasal dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 selanjutnya disebut Undang-undang PPh yang menyentuh secara langsung, yaitu pasal 10 ayat (3) tentang nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan. Pasal 10 ayat (3) Undang-undang PPh, menyatakan bahwa : Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dilakukan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Pernyataan dalam UU PPh tersebut menunjukkan kesamaan dengan Purchase Method dalam ketentuan akuntansi yang berlaku di Indonesia yang menggunakan nilai wajar dari aktiva dan kewajiban yang dialihkan. Namun, untuk menyesuaikan dengan ketentuan akuntansi yang berlaku, diberikan juga alternatif pemakaian nilai buku sebagai nilai perolehan aktiva yang dialihkan. Ketetapan dan syaratnya diatur oleh Menteri Keuangan dalam KMK-422/KMK.04/1998 Jo KMK469/KMK.04/1998 Jo. KMK-211/KMK.03/2003 Jo. PMK-75/PMK.03/2005 yang memuat ketentuan sebagai berikut :

Wajib Pajak (WP) dapat menggunakan nilai buku dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha Untuk dapat melakukan penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha dengan menggunakan nilai buku, WP wajib mengajukan permohonan kepada Direktorat Jenderal Pajak dan melunasi seluruh utang pajak dari tiap badan usaha terkait WP yang melakukan penggabungan atau peleburan usaha dengan menggunakan nilai buku, tidak boleh mengalihkan kerugian/sisa kerugian badan usaha lama, kecuali : Wajib Pajak tersebut melakukan revaluasi aktiva tetapnya terlebih dahulu; dan masih aktif menjalankan usahanya; danWajib Pajak yang menerima penggabungan usaha atau Wajib

Pajak hasil peleburan usaha harus aktif menjalankan usaha sekurang-kurangnya sampai dengan 2 (dua) tahun setelah selesainya proses penggabungan atau peleburan usaha.

Wajib Pajak yang menerima pengalihan harta dengan nilai buku mencatat nilai perolehan harta tersebut sesuai dengan nilai sisa buku sebagaimana tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan Penyusutan atas harta yang diterima berdasarkan nilai buku dilakukan berdasarkan masa manfaat yang tersisa sebagaimana tercantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan Apabila penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang menggunakan nilai buku dilakukan dalam tahun berjalan, maka jumlah angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 dari pihak atau pihak-pihak yang menerima penghasilan tidak boleh pihak kecil dari jumlah angsuran yang wajib dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan. Pembayaran, pemungutan, dan pemotongan Pajak Penghasilan yang telah dilakukan oleh pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan sebelum dilakukannya penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha dapat dipindahbukukan menjadi pembayaran, pemungutan, atau pemotongan Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak yang menerima pengalihan. Penggunaan nilai buku sebagai nilai perolehan aktiva yang dialihkan ini menunjukkan kesamaan perlakuan dengan Pooling of Interest Method dalam akuntansi komersial di Indonesia. V. MANFAAT & KELEMAHAN PENGGABUNGAN USAHA Secara umum, ada beberapa manfaat yang mungkin diperoleh oleh pihak-pihak yang melakukan penggabungan usaha, antara lain : 1. Mengoptimalkan sinergi, 2. Memperluas pasar, 3. Proteksi pasar, 4. Akuisisi terhadap produk pesaing,

5. Memperkuat bisnis inti, 6. Merebut saluran distribusi, 7. Penetrasi pasar, 8. Meningkatkan daya saing, 9. Melakukan efisiensi perpajakan Secara spesifik, menurut Suta (1992:13) keunggulan dan manfaat penggabungan usaha, antara lain : 1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah jelas.

2. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih percaya dengan perusahaan yang telah berdiri dan mapan. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman. Memperoleh pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari awal. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang mapan. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari konsumen baru. Menghemat waktu untuk memasuki bisnis baru. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai pertumbuhan yang cepat.

Di samping itu, Rusli (1992) mengemukakan lima alasan utama suatu perusahaan melakukan penggabungan usaha melalui merger, yaitu : 1. Keinginan untuk mengurangi kompetisi antar perusahaan atau ingin memonopoli salah satu bidang usaha.

2. Untuk memanfaatkan kekuatan pasar yang belum sepenuhnya terbentuk. 3. Untuk mencapai skala ekonomi tertentu sehingga dapat menjadi lowest cost procedure. 4. Untuk memperoleh sumber bahan baku yang murah (dari hulu ke hilir). 5. Untuk mendapatkan akses pasar atau dana yang relatif murah kapasitas hutang yang semakin besar serta kemampuan baik dalam hal teknologi maupun manajerial. Selain manfaat penggabungan usaha yang dikemukakan sebelumnya, Payamta (1997:5) juga menyebutkan beberapa manfaat lainnya sebagai berikut : 1. Komplementaris

Penggabungan dua perusahaan sejenis atau lebih secara horizontal dapat menimbulkan sinergi dalam berbagai bentuk, misalnya perluasan produk, transfer teknologi, sumber daya manusia yang tangguh dan sebagainya. 2. Pooling Kekuatan

Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi-fungsi penting untuk perusahaannya, misalnya fungsi research and development akan lebih efektif jika bergabung dengan perusahaan lain yang telah memiliki fungsi tersebut. 3. Mengurangi Persaingan

Penggabungan usaha diantara perusahaan sejenis akan mengakibatkan adanya pemusatan pengendalian sehingga dapat mengurangi pesaing. 4. Menyelamatkan Perusahaan dari kebangkrutan Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh kreditur, keputusan merger dan akuisisi dengan perusahaan yang kuat akan menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan. Di samping memperoleh berbagai manfaat, Suta (1992:12) mengemukakan bahwa penggabungan usaha juga memiliki kelemahan sebagai berikut :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Proses integrasi yang tidak mudah. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat. Biaya konsultan yang mahal. Meningkatnya kompleksitas birokrasi. Biaya koordinasi yang mahal. Seringkali menurunkan moral organisasi. Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.

Dalam penulisan ini kelompok kami hanya akan membahas mengenai pengaruh pemilihan metode pencatatan penggabungan usaha terhadap jumlah penghematan pajak penghasilan yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Untuk memperjelas pembahasan, kami menggunakan ilustrasi kasus Sinar Surya Group. 1. I. HUBUNGAN ANTARA PEMILIHAN METODE PENCATATAN PENGGABUNGAN USAHA DENGAN TAX SAVINGDALAM PAJAK PENGHASILAN Masalah efisiensi perpajakan tercakup dalam kerangka manajemen perpajakan, yaitu bahwa yang dimaksud manajemen perpajakan yang baik apabila perusahaan dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara efektif dan efisien. Menurut Hutagaol, pengertian efektif dalam ini adalah bahwa hak dan kewajiban perpajakannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sedangkan efisien mengandung pemahaman bahwa pemborosan yang timbul dalam pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan akibat dari ketidaktahuan, dan kurang peduli atau lengah (misalnya pengenaan denda, bunga, dan kenaikan) dapat dihindari oleh para WP. Dengan demikian pembayaran pajak tidak dapat dihemat (tax saving), tetapi yang ada bahwa pembayaran pajak dapat diefisienkan. Zain (2005:51) menambahakan bahwa yang dimaksud dengan penghematan pajak adalah usaha memperkecil jumlah utang pajak yang tidak termasuk dalam ruang lingkup pemajakan. Cara yang mungkin dilakukan oleh para WP yaitu dengan jalan menahan diri untuk tidak

membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya, atau pajak penjualannya, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja yang dapat dilakukan oleh WP sehingga penghasilannya menjadi kecil, sehingga dapat terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. Namun, pemahaman manajemen perpajakan tersebut pada umumnya berbeda dengan apa yang dipahami oleh para WP. Pada prakteknya, manajemen perpajakan oleh para WP dipahami sebagai upaya efisiensi perpajakan yang tujuan akhirnya adalah mengecilkan jumlah pajak yang masih harus dibayar, atau adanya penghematan pajak (tax saving). Sehubungan dengan itu, penulis akan berusaha membahas adanya hubungan antara pemilihan metode pencatatan penggabungan usaha dengan tax savingdalam pajak penghasilan, yaitu dengan memfokuskan kepada penggabungan usaha antara perusahaan yang mengalami laba dengan perusahaan yang mengalami rugi melalui ilustrasi kasus Sinar Surya Group di bawah ini. Fokus pembahasan tersebut didasari oleh kondisi bahwa jika ada 2 (dua) perusahaan laba melakukan penggabungan usaha, maka laba dari masing-masing pihak digabungkan sehingga akan terkena tarif pajak yang lebih besar . Efisiensi perpajakan tidak terjadi, bahkan jumlah pajak yang dibayar menjadi lebih besar. Dengan demikian tidak mungkin penggabungan usaha seperti ini memiliki tujuan efisiensi perpajakan. Sebaliknya jika suatu perusahaan laba melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan rugi dan seluruh syarat penggabungan dengan nilai buku dapat dipenuhi, maka perusahaan laba tersebut akan memperoleh tax saving dari adanya kompensasi kerugian perusahaan yang mengalihkan aktiva dan kewajibannya tersebut. VI. HUBUNGAN PENGGABUNGAN PENGHASILAN ANTARA PEMILIHAN USAHA DENGAN TAX METODE PENCATATAN SAVING DALAM PAJAK

Masalah efisiensi perpajakan tercakup dalam kerangka manajemen perpajakan, yaitu bahwa yang dimaksud manajemen perpajakan yang baik apabila perusahaan dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara efektif dan efisien. Menurut Hutagaol, pengertian efektif dalam ini adalah bahwa hak dan kewajiban perpajakannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sedangkan efisien mengandung pemahaman bahwa pemborosan yang timbul dalam pemenuhan hak dan kewajiban perpajakan akibat dari ketidaktahuan, dan kurang peduli atau lengah (misalnya pengenaan denda, bunga, dan kenaikan) dapat dihindari oleh para WP. Dengan demikian pembayaran pajak tidak dapat dihemat (tax saving), tetapi yang ada bahwa pembayaran pajak dapat diefisienkan.

Zain (2005:51) menambahakan bahwa yang dimaksud dengan penghematan pajak adalah usaha memperkecil jumlah utang pajak yang tidak termasuk dalam ruang lingkup pemajakan. Cara yang mungkin dilakukan oleh para WP yaitu dengan jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya, atau pajak penjualannya, atau dengan sengaja mengurangi jam kerja yang dapat dilakukan oleh WP sehingga penghasilannya menjadi kecil, sehingga dapat terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang besar. Namun, pemahaman manajemen perpajakan tersebut pada umumnya berbeda dengan apa yang dipahami oleh para WP. Pada prakteknya, manajemen perpajakan oleh para WP dipahami sebagai upaya efisiensi perpajakan yang tujuan akhirnya adalah mengecilkan jumlah pajak yang masih harus dibayar, atau adanya penghematan pajak (tax saving). Sehubungan dengan itu, penulis akan berusaha membahas adanya hubungan antara pemilihan metode pencatatan penggabungan usaha dengan tax savingdalam pajak penghasilan, yaitu dengan memfokuskan kepada penggabungan usaha antara perusahaan yang mengalami laba dengan perusahaan yang mengalami rugi melalui ilustrasi kasus Sinar Surya Group di bawah ini. Fokus pembahasan tersebut didasari oleh kondisi bahwa jika ada 2 (dua) perusahaan laba melakukan penggabungan usaha, maka laba dari masing-masing pihak digabungkan sehingga akan terkena tarif pajak yang lebih besar . Efisiensi perpajakan tidak terjadi, bahkan jumlah pajak yang dibayar menjadi lebih besar. Dengan demikian tidak mungkin penggabungan usaha seperti ini memiliki tujuan efisiensi perpajakan. Sebaliknya jika suatu perusahaan laba melakukan penggabungan usaha dengan perusahaan rugi dan seluruh syarat penggabungan dengan nilai buku dapat dipenuhi, maka perusahaan laba tersebut akan memperoleh tax saving dari adanya kompensasi kerugian perusahaan yang mengalihkan aktiva dan kewajibannya tersebut. Ilustrasi kasus : Sinar Surya Group

afiliasi PT. ABC PT. XYZ

Laba (rugi) ditahan tahun 2005 : Rp (24.500.000.000) Rp 45.000.000.000

Sinar Surya Group memiliki 2 anak perusahaan dengan kondisi yang berbeda.

PT. ABC adalah perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian sebesar Rp 24.500.000.000,- . PT. XYZ adalah perusahaan yang sedang dan akan tumbuh omset maupun laba bersihnya. Secara ketentuan perpajakan PT. ABC dan PT. XYZ adalah dua buah entitas yang berbeda. Namun, secara komersial PT. ABC dan PT. XYZ adalah dua buah entitas yang sama yang tergabung dalam Sinar Surya Group, sehingga performa Sinar Surya Group adalah gabungan dari performa PT. ABC danPT.XYZ. Gambaran Cash Flow Sinar Surya Group pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : PT. ABC Laba bersih PPh Laba setelah pajak PT. XYZ Sinar Surya Group 0 0 0 30.000.000.000 9.000.000.000 21.000.000.000 30.000.000.000 9.000.000.000 21.000.000.000

Manajemen Sinar Surya Group berkeinginan untuk melakukan penggabungan usaha antara PT ABC dan PT XYZ dengan menggunakan metode pencatatanpooling of interest yang tujuan untuk melakukan efisiensi perpajakan sehinggacash flow perusahaan di tahun 2006 bisa ditingkatkan. Apabila dilakukan penggabungan usaha antara PT. ABC dan PT. XYZ, maka gambaran cash flowSinar Surya Group adalah sebagai berikut : PT. ABC Laba bersih PT. XYZ 0 Sinar Surya Group 30.000.000.000 30.000.000.000

Kompensasi kerugian Penghasilan kena Pajak PPh Laba setelah pajak 0 0 0

(24.500.000.000) 5.500.000.000 1.650.000.000 28.350.000.000

(24.500.000.000) 5.500.000.000 1.650.000.000 28.350.000.000

Di sini terlihat bahwa terdapat peningkatan cash flow sebesar Rp 7.350.000.000,- (Rp 28.350.000.000 Rp 21.000.000.000) yang diperoleh dari adanya efisiensi perpajakan dengan adanya kerugian PT. ABC yang bisa dikompensasikan ke laba PT. XYZ . Kondisi inilah yang kemudian banyak dilakukan manajemen dan pemegang saham yang memiliki banyak perusahaan afiliasi untuk meningkatkan cash flowmereka secara group perusahaan. Setelah mengetahui adanya manfaat tax saving dari penggabungan usaha, maka hal yang perlu menjadi perhatian selanjutnya adalah masalah pemilihan metode pencatatan penggabungan usaha yang dipilih oleh Sinar Surya Group. Hal itu dikarenakan besaran tax saving yang diperoleh dari kedua alternatif metode pencatatan ini berbeda. Aktiva Bersih PT. ABC pada tahun 2005 : Nilai Buku Aktiva Lancar Aktiva Tetap Total Aktiva Kewajiban 1. Purchase Method Nilai Pasar 12.500.000.000 11.000.000.000 23.500.000.000 8.000.000.000 Selisih 14.500.000.000 20.000.000.000 34.500.000.000 8.000.000.000 11.000.000.000 0 2.000.000.000 9.000.000.000

Apabila penggabungan usaha PT ABC dan PT XYZ menggunakan Purchase Method, maka aktiva bersih tersebut dialihkan dengan menggunakan nilai pasar. Perlu ditegaskan di sini bahwa yang dinilai dengan harga pasar adalah seluruh Aktiva Bersih (Aktiva Lancar, Aktiva Tetap, Kewajiban). Dari gambaran aktiva bersih di atas, maka terdapat selisih nilai pasar sebesar Rp 11.000.000.000,- yang merupakan keuntungan dan merupakan objek pajak penghasilan. Namun, karena kondisi PT. ABC merugi, maka keuntungan ini hanya akan mengurangi jumlah kerugian yang bisa dikompensasikan ke PT. XYZ. 2. Pooling Of Interest Method Metode ini menggunakan nilai buku dalam pengalihan aktiva PT. ABC ke PT. XYZ. Oleh karena pengalihan ini menggunakan nilai buku, maka tidak terdapat selisih dari nilai pengalihan dan nilai buku sehingga tidak ada keuntungan yang merupakan objek pajak penghasilan. Dalam ketentuan perpajakan, penggunaan nilai buku dalam pengalihan aktiva untuk keperluan penggabungan usaha akan menggugurkan pengalihan kerugian badan usaha yang lama ke badan usaha yang baru, kecuali badan usaha tersebut melakukan revaluasi aktiva tetapnya terlebih dahulu. Perlu diperhatikan bahwa ketentuan ini hanya mewajibkan revaluasi aktiva tetapnya saja dan bukan seluruh aktiva seperti pada Purchase Method. Dengan demikian, dapat dilihat di atas bahwa terdapat selisih karena revaluasi aktiva tetap hanya sebesar Rp 9.000.000.000,-. Selisih tersebut merupakan keuntungan yang merupakan objek pajak penghasilan. Namun, karena PT. ABC dalam kondisi merugi maka keuntungan tersebut akan mengurangi jumlah kompensasi kerugian yang dialihkan ke PT. XYZ. Perbandingan Tax Saving antara Purchase Method dan Pooling of Interest Method :

Keterangan

Purchase Method

Pooling of Method

Interest Selisih

Jumlah Kerugian PT (24.500.000.000) ABC

(24.500.000.000)

Keuntungan pengalihan

karena 11.000.000.000 9.000.000.000 2.000.000.000

Kerugian yang bisa (23.500.000.000) dikompensasikan

(25.500.000.000)

2.000.000.000

Tax Saving

7.350.000.000

7.650.000.000

300.000.000

Berdasarkan perbandingan ini dapat dilihat bahwa adanya alternatif yang diijinkan oleh ketentuan akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan di Indonesia dalam pemilihan metode pencatatan atas penggabungan usaha akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan penghematan atas pajak penghasilan, dimana Pooling of Interest Method akan memberikan tax saving yang lebih besar dibandingkan Purchase Method. 1. I. PENUTUP

Kondisi ekonomi di Indonesia yang masih terimbas oleh krisis moneter tahun 1997-1998 memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk melakukan efisiensi di segala bidang. Mulai dari penghematan penggunaan sumber daya, pengurangan pegawai, bahkan sampai menyentuh masalah perpajakan dengan melakukan penghematan perpajakan. Hal tersebut dikarenakan ketersediaan cash flow menjadi raja di negeri yang sedang dilanda krisis ini. Pada prakteknya terjadi pemahaman yang berbeda mengenai manajemen perpajakan antara para aparatur pajak dan wajib pajak. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah pemahaman mengenai efisiensi perpajakan, dimana di sisi aparatur pajak menekankan bahwa efisiensi pajak berarti menghindari pemborosan akibat denda, sanksi, bunga, atau kenaikan yang timbul akibat keterlambatan melaporkan atau menyetorkan pajak. Namun, di sisi para wajib pajak pemahaman efisiensi pajak berarti upaya untuk memperkecil jumlah pajak yang harus mereka dibayar, atau adanya penghematan pajak (tax saving). Penggabungan usaha memberikan penghematan pajak (tax saving) yang cukup siginifikan dan sangat membantu perusahaan untuk menjaga cash flow-nya. Tidak seperti di negara lain, ketentuan Akuntansi komersial dan Ketentuan Perpajakan yang berlaku di Indonesia masih memberikan kita alternatif pilihan metode pencatatan dalam penggabungan usaha. Berdasarkan ilustrasi kasus di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa penggunaan Pooling of Interest Method dapat menghasilkan penghematan pajak (tax saving) yang maksimal dalam rangka kegiatan penggabungan usaha. DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1994 dan terakhir dengan UndangUndang Nomor 17 Tahun 2000, berikut Keputusan Menteri Keuangan yang terkait. 1999. Ary Suta, I.P.G. Empat Alasan Ekonomis dalam Merger Akuisisi. Usahawan.No.02. Februari, XXVI. Jakarta. 1997. Beams, Flyod A. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. 1998. Fuady, Munir. Hukum Tentang Merger. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. 2002. Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 2002. Moin, Abdul. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Yogyakarta: Ekonisia. 2003. Payamta. Analisis Pengaruh Keputusan Merger dan Akuisisi Terhadap Perubahan Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi IV. Agustus:238-261. 2001. Wibowo dan Abubakar Arif. Pengantar Akuntansi II. Jakarta: Grasindo. 2003. Zain, Mohammad. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba empat. 2005. Undang undang No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan diubah Undang undang No 10 Tahun 1994 diubah terakhir Undang undang No 17 Tahun 2000 Keputusan Menteri Keuangan No 422/KMK.04/1998 jo KMK-469/KMK.04/1998 jo KMK211/KMK.03/2003 jo PMK-75/PMK.03/2005 tentang Penggunaan Nilai Buku atas Pengalihan Harta dalam Rangka Penggabungan, Peleburan atau Pemekaran Usaha.

http://yuliasilvianti.wordpress.com/2011/05/05/penggunaan-purchase-method-dan-poolingof-interest-method-dalam-penggabungan-usaha-dan-pengaruhnya-terhadap-pajakpenghasilan/

Vous aimerez peut-être aussi