Vous êtes sur la page 1sur 5

'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dalam Sifat Allah ta'ala

Allah ta'ala berfirman :


‫ت أَ ْي ِدي ِه ْم‬
ْ َّ‫ت ْاليَهُو ُد يَ ُد هَّللا ِ َم ْغلُولَةٌ ُغل‬
ِ َ‫َوقَال‬
"Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah
yang dibelenggu" [QS. Al-Maaidah : 64].

‫َّات بِيَ ِمينِ ِ?ه‬ ْ ‫ات َم‬


ٌ ‫ط ِوي‬ ُ ‫َّماو‬
َ ‫َوالس‬
"Dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya" [QS. Az-Zumar : 67].

Setelah menyebutkan dua ayat tersebut, Al-Imam Al-Humaidiy rahimahullah (guru dari
Al-Imam Al-Bukhariy rahimahullah) berkata :
ُ‫ (الرَّحْ َمن‬: ‫ ونقول‬.‫ نقف على ما وقف عليه القرآن والسنة‬.‫ ال نزيد فيه وال نفسره‬،‫وما أشبه هذا من القرآن والحديث‬
‫ ومن زعم غير هذا فهو معطل جهمي‬،)‫ش ا ْست ََوى‬ ِ ْ‫ َعلَى ْال َعر‬.
"Dan ayat-ayat serta hadits-hadits yang serupa dengan ini, maka kami tidak menambah-
nambahi dan tidak pula menafsirkannya (menta'wilkannya). Kami berhenti atas apa-apa
yang Al-Qur'an dan As-Sunah berhenti padanya. Dan kami berkata : '(Yaitu) Tuhan Yang
Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas 'Arsy' (QS. Thaha : 5). Barangsiapa yang
berpendapat selain itu, maka ia seorang Mu'aththil Jahmiy" [Ushuulus-Sunnah oleh Al-
Humaidiy, hal. 42, tahqiq : Misy'aal Muhammad Al-Haddaadiy; Daar Ibn Al-Atsiir, Cet.
1/1418].
Adz-Dzahabi rahimahullah berkata :
‫ وذكر حديث " إن هللا خلق آدم على صورته‬،‫ ثنا الحميدي‬:‫" وقال بشر بن موسى‬.
‫ ال تستوحش أن تقول كما القرآن والحديث‬.‫ ال تقول غير هذا على التسليم والرضا بما جاء القرآن والحديث‬:‫فقال‬.
"Dan telah berkata Bisyr bin Musa : Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy, dan
ia (Al-Humaidiy) menyebutkan hadits : 'Sesungguhnya Allah menciptakan Adam sesuai
dengan bentuk-Nya'.[1] Beliau berkata : 'Kami tidak mengatakan yang lain selain ini
dikarenakan sikap taslim (berserah diri) dan ridla dengan apa yang ada dalam Al-Qur'an
dan Al-Hadits. Dan tidak merasa berat untuk mengatakan sebagaimana yang ada dalam
Al-Qur'an dan Al-Hadits" [Taariikhul-Islaam, juz 7; Maktabah Ruuhil-Islaam].
Al-Qadli Abu Ya'la rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang sampai kepada Al-
Imam Asy-Syafi'i rahimahullah bahwa beliau berkata :
‫? وإن له وجها ً بقوله (كل شيء‬,)‫وأن له يدين? بقوله (بل يداه مبسوطتان) وأن له يمينا ً بقوله (والسموات مطويات بيمينه‬
‫ وقوله (ويبقى وجه ربك ذو الجالل واإلكرام) وأن له قدما ً بقول النبي صلى هللا عليه وسلم (حتى‬,)‫هالك إال وجهه‬
‫يضع الرب عز وجل فيها قدمه) يعني جهنم‬...
"Dan bahwasannya Allah mempunyai dua tangan dengan dalil firman-Nya : "Tetapi
kedua tangan Allah itu terbuka" (QS. Al-Maaidah : 64). Dia juga memiliki wajah dengan
dalil firman Allah : "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali (wajah) Allah" (QS. Al-
Qashaash : 88) dan juga firman-Nya : "Dan tetap kekal wajah Rabbmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan" (QS. Ar-Rahmaan : 27). Dia juga mempunyai kaki dengan
dalil sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam: "Hingga Rabb (Allah) 'azza wa jalla
meletakkan kaki-Nya padanya..." (HR. Bukhari dan Muslim) yaitu pada neraka"
[Thabaqat Al-Hanabilah oleh Al-Qaadliy Abu Ya'la Al-Farraa', 2/269, tahqiq : Dr.
'Abdurrahman bin Sulaiman Al-'Utsaimin; Cet. Tahun. 1419].
Al-Imam Abul-Hasan Al-Asy'ary rahimahullah berkata :
‫ كما‬،‫ وأن له سبحانه يدين? بال كيف‬.)‫ (ويبقى وجه ربك ذو الجالل واإلكرام‬:‫ كما قال‬،‫وأن له سبحانه وجها بال كيف‬
‫ (تجري‬:‫ كما قال سبحانه‬،‫ وأن له سبحانه عينين بال كيف‬.)‫ (بل يداه مبسوطتان‬:‫ وكما قال‬،)‫ (خلقت بيدي‬:‫قال سبحانه‬
)‫بأعيننا‬.
"Dan bahwasannya Allah mempunyai wajah sebagaimana firman-Nya : 'Dan tetap kekal
wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan' (QS. Ar-Rahman : 27). Dia
jga mempunyai dua tangan tanpa menanyakan 'bagaimananya', sebagaimana firman-Nya :
"Yang telah Ku-ciptakan dengan dua tangan-Ku" (QS. Shaad : 75) dan firman-Nya :
".....tetapi kedua tangan Allah itu terbuka" (QS. Al-Maaidah : 64). Dan Dia subhaanahu
juga mempunyai dua mata tanpa menanyakan 'bagaimananya', dengan dalil firman Allah
subhaanahu: "Yang berlayar dengan pemeliharaan (pengawasan mata) Kami" (QS. Al-
Qamar : 14) [Al-Ibaanah 'an Ushuulid-Diyaanah oleh Abul-Hasan Al-Asy'ariy, hal. 9;
Daar Ibni Zaiduun, Cet. 1].
Syaikhul-Islam Abu 'Utsman Ash-Shabuni rahimahullah berkata :
:‫ كما نص سبحانه عليه في قوله ع ّز من قائل‬، ‫ إنه خلق آدم بيديه‬:‫ فيقولون‬، ‫وال يعتقدون تشبيها ً لصفاته بصفات خلقه‬
‫ بحمل اليدين على النعمتين? أو‬، ‫ وال يحرفون الكلم عن مواضعه‬،‫ي‬ ُ ‫قَا َل يَا إِ ْبلِيسُ َما َمنَ َعكَ أَن تَ ْس ُج َد لِ َما خَ لَ ْق‬
َّ ‫ت بِيَ َد‬
‫ تشبيه المشبهة‬،‫ أو يشبهونهما بأيدي المخلوقين‬،‫ تحريف المعتزلة والجهمية أهلكهم هللا وال يكيفونهما بكيف‬، ‫القوتين‬
‫خذلهم هللا‬
"Mereka (Ahlul-Hadits) tidak meyakini sifat-sifat itu dengan cara menyerupakannya
dengan sifat-sifat makhluk. Mereka mengatakan bahwa Allah ta'ala telah menciptakan
Adam 'alaihis-salaam dengan dua tangan-Nya, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-
Qur'an : "Allah berfirman : 'Hai Iblis, apa yang menghalangi kamu sujud kepada yang
telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku' (QS. Shaad : 75). Mereka (Ahlul-Hadits)
juga tidak menyimpangkan Kalamullah dari pengertian yang sebenarnya, dengan
mengartikan kedua tangan Allah sebagai dua kenikmatan atau dua kekuatan sebagaimana
yang dilakukan oleh Mu'tazillah dan Jahmiyyah - semoga Allah membinasakan mereka -.
Mereka (Ahlul-Hadits) juga tidak me-reka-reka bentuknya dan menyerupakannya dengan
tangan makhluk-makhluk, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Musyabbihah
-semoga Allah menghinakan mereka -" ['Aqidatus-Salaf Ashhaabil-Hadiits oleh Abu
'Utsman Ash-Shabuni, hal. 26, tahqiq : Badr bin 'Abdillah Al-Badr; Maktabah Al-
Ghurabaa' Al-Atsariyyah, Cet. 2/1415. Dapat juga dilihat syarahnya yang ditulis oleh Dr.
Khalid bin 'Ali Al-Musyaiqih yang dapat didownload dari www.almoshaiqeh.com.

Al-Imam Juwaini (ayah Imam Al-Haramain) rahimahumallah, penulis kitab Al-Jauharah,


pada akhir hayatnya, beliau kembali kepada aqidah shahihah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah
setelah tenggelam dalam aqidah Asy'ariyyah yang menyimpang. Beliau mengatakan
dalam pendahuluan risalahnya : Al-Istiwaa' wal-Fauqiyyah setelah beliau menetapkan
sifat Allah seperti mendengar, melihat, berbicara, dua tangan, dan menarik sebagai
berikut :
‫استوى على عرشه فبان من خلفه ال يخفى عليه منهم خافية علمه بهم محيط وبصره بهم نافذ وهو في ذاته وصفاته ال‬
‫ هي صفات الئقة بجالله وعظمته ال تتخيل كيفيتها‬.‫يشبهه شيء من مخلوقاته وال يمثل بشيء من جوارح مبتدعاته‬
‫ بل نؤمن بحقائقها وثبوتها واتصاف الرب تعالى بها وننفي عنها تأويل المتأولين‬.‫الظنون وال ترها في الدنيا العيون‬
‫ فمن‬.‫وتعطيل الجاحدين وتمثيل المشبهين تبارك هللا أحسن الخالقين فبهذا الرب نؤمن وإياه نعبد وله نصلي ونسجد‬
‫قصد بعبادته إلى إله ليست له هذه الصفات فإنما يعبد? غير هللا وليس معبوده ذلك بإله‬
"Dia (Allah) bersemayam di atas 'Arsy-Nya, terpisah dengan makhluk-Nya, tidak ada
yang tersembunyi dari-Nya, ilmu-Nya melingkupi mereka, dan penglihatan terhadap
mereka terbukti. Dalam Dzat dan sifat-Nya, Dia tidak menyerupai makhluk-Nya. Tidak
juga dimisalkan dengan sesuatu dari anggota-anggota badan makhluk-Nya. Ini adalah
sifat-sifat yang sesuai dengan keagungan dan keluhuran-Nya. Bagaimananya tidak bisa
dibayangkan, dan tidak ada mata yang dapat melihat-Nya di dunia. Tapi kita harus
meyakini kebenaran dan ketetapannya, serta menyifati Tuhan dengan sifat-sifat tersebut.
Kita (harus) menafikkan penakwilan dari orang-orang muta'awwiliin, penolakan dari
orang-orang yang ingkar, dan permisalan dari orang-orang musyabbihiin. Maha Suci
Allah dan Ia adalah sebaik-baik pencipta. Kepada Tuhan ini kita beriman, menyembah,
shalat, dan bersujud. Oleh karena itu, orang yang sengaja beribadah kepada Tuhan yang
tidak memiliki sifat-sifat ini, maka sesungguhnya ia menyembah kepada selain Allah,
karena yang disembahnya itu bukanlah Tuhan" [Mukhtashar Al-'Ulluw, hal. 56-57].
'Aqidah Ahlus-Sunnah wal-Jama'ah dalam sifat-sifat Allah ta'ala adalah beriman kepada
sifat-sifat-Nya sebagaimana yang terdapat dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya
Muhammad shallallaahu 'alaihi wasallam tanpa tahrif (ta'wil), ta'thil, takyif, dan tamtsil,
serta mengimani bahwa Allah itu tidak serupa dengan sesuatu apapun. Dia Maha
Mendengar dan Maha Melihat. Maka mereka tidak menafikkan dari-Nya sifat-sifat yang
Allah tetapkan buat diri-Nya dan tidak menyelewengkan kalimat dari lafadh/makna
aslinya, dan tidak membuat ilhad (penentangan/penyelewengan) nama-nama Allah, tidak
men-takyif (menanyakan bagaimana bentuknya) serta tidak men-tamtsil (menyerupakan)
sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya, karena tidak ada yang sama bagi-Nya dan tidak
boleh diqiyaskan dengan makhluk-Nya. Dan Allah lebih mengetahui tentang diri-Nya dan
tentang yang lainnya (dari makhlukNya). 'Aqidah ini merupakan kesepakatan para ulama
salaf Ahlus-Sunnah mutaqaddimiin (terdahulu).
Al-Imam Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibaniy rahimahullah berkata :
‫اتفق الفقهاء كلهم من المشرق إلى المغرب (على) اإليمان بالقرآن واألحاديث التي جاء بها الثقات عن رسول هللا صلى‬
‫ فمن فسر اليوم شيئًا من ذلك فقد خرج‬،‫هللا عليه وسلم في صفة الرب ع ّز وج ّل من غير تغيير وال وصف وال تشبيه‬
‫مما كان عليه النبي صلى هللا عليه وسلم وفارق الجماعة فإنهم لم يصفوا ولم يفسروا لكن أفتوا بما في الكتاب والسنة ثم‬
‫ فمن قال بقول جهم فقد فارق الجماعة ألنه قد وصف بصفة ال شيء‬.‫سكتوا‬.
"Para fuqahaa' semuanya dari wilayah timur sampai barat telah sepakat untuk beriman
kepada Al-Qur'an dan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh para perawi tsiqah dari Nabi
shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam hal shifat Rabb 'azza wa jalla tanpa mengubah
(ta'wil/tahrif), menyebutkan kaifiyah sifat-Nya, dan menyerupakan dengan makhluk-Nya.
Barangsiapa menafsirkannya pada hari ini tentang sifat-sifat Allah tersebut, sungguh ia
telah keluar dari apa-apa yang Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berada di atasnya
dan memisahkan diri dengan jama'ah. Sesungguhnya mereka (para fuqahaa) tidak
menafsirkan (tentang sifat Allah), namun mereka berfatwa dengan apa-apa yang ada
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan kemudian diam. Barangsiapa yang berkata dengan
perkataan orang Jahmiyyah, berarti ia telah memisahkan diri dengan jama'ah, karena ia
telah mensifatkan Allah dengan sifat yang tidak ada" [Syarh Ushuul I'tiqad Ahlis-Sunnah
wal-Jama'ah oleh Al-Laalika'iy, hal. 432-433 no. 740, tahqiq Ahmad bin Mas'ud Al-
Hamdaan; Desertasi S3 Universitas Ummul-Qurra'].
Al-Haafidh Ibnu 'Abdil-Barr Al-Andalusy rahimahullah berkata :
‫أهل السنة مجمعون على اإلقرار بالصفات الواردة في الكتاب والسنة وحملها على الحقيقة ال على المجاز إال أنهم لم‬
‫ وأما الجهمية والمعتزلة والخوارج فكلهم ينكرها وال يحمل منها شيئا على الحقيقة ويزعمون أن‬.‫يكيفوا شيئا من ذلك‬
?‫من أقر بها مشبه وهم عند من أقر بها نافون للمعبود‬
"Ahlus-Sunah bersepakattentang pengakuan sifat-sifat Allah yang terdapat dalam Al-
Kitab dan As-Sunnah dengan membawa penafsirannya pada hakikatnya, bukan pada
makna majaz. Hanya saja mereka tidak menanyakan "bagaimana" (kaifiyah) atas sifat-
sifat tersebut. Adapun golongan Jahmiyyah, Mu'tazilah, dan Khawarij; mereka semua
mengingkarinya dan tidak memberikan pengertian pada makna hakikatnya. Mereka
(Jahmiyyah, Mu'tazillah, dan Khawarij) menganggap orang-orang yang menyepakati hal
tersebut (yaitu Ahlus-Sunnah) sebagai golongan yang menyerupakan Allah dengan
makhluk-Nya. Adapun mereka (yang mengingkari sifat-sifat Allah) di sisi Ahlus-Sunnah
adalah golongan orang yang meniadakan Dzat yang disembah" [Mukhtashar Al-'Ulluw
lidz-Dzahabi oleh Asy-Syaikh Al-Albani, hal. 39; Al-Maktab Al-Islamy, Cet. 1/1401].
Ibnu Qudamah Al-Maqdisiy rahimahullah berkata :
ِ‫ب هللا‬ ِ ‫ت في كتا‬ ِ ‫ت لما َو َر َد ِمن الصِّفا‬ ْ
ِ ‫واإلثبا‬ ‫رار‬
ِ ‫ واإل ْم‬،‫رار‬ ِ َ‫وعلى هذا َد َر َج ال َّسلَفُ وأَئِ َّمةُ الخَ ل‬
ِ ‫ ُكلُّهُ ْم ُمتَّفِقُونَ على اإل ْق‬،‫ف‬
ْ
‫ض لتأ ِويلِ ِه‬ٍ ُّ‫ ِم ْن َغي ِْر تَ َعر‬،‫و ُسنَّ ِة رسولِ ِه‬.
"Dan atas jalan inilah para salaf dan imam generasi khalaf setelahya. Semuanya sepakat
untuk menerima, membiarkan apa adanya, dan menetapkan sifat-sifat Allah. Baik yang
terdapat di dalam Kitabullah (Al-Qur'an) maupun As-Sunnah, tanpa berpaling untuk
menta'wilkannya" [Syarh Lum'atil-I'tiqaad oleh Shaalih Aalusy-Syaikh;
http://www.islamway.com].
Menetapkan sebagaimana dhahir makna dan lafadhnya tanpa ta'wil bukanlah tasybih
(menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya), sebagaimana tuduhan orang-orang bodoh
dari kalangan Asy-ariyyah dan yang semisal dengannya. Maka, perhatikanlah perkataan
Al-Imam Ishaq bin Rahawaih rahimahullah :
‫ فال‬،‫ يد وسمع وبصر‬: ‫ وأما إذا قال كما قال هللا‬.‫ فهذا تشبيه‬،‫ يد مثل يدي أو سمع كسمعي‬: ‫إنما يكون التشبيه إذا قال‬
‫ص ْي ُر‬ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َوهُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْالب‬
َ ‫ (لَي‬: ‫ قال تعالى‬،ً‫ فهذا ال يكون تشبيها‬،‫ مثل‬: ‫ واليقول‬،‫ كيف‬: ‫يقول‬
"Tasybih itu hanya terjadi ketika seseorang itu mengatakan : "Tangan (Allah) seperti
tanganku, pendengaran (Allah) seperti pendengaranku". Inilah yang dinamakan tasybih
(penyerupaan). Adapun jika seseorang mengatakan seperti firman Allah : 'Tangan,
pendengaran, penglihatan', kemudian ia tidak menyatakan : 'bagaimana' dan 'seperti';
maka itu tidak termasuk tasybih. Allah berfirman : "Tidak ada sesuatupun yang serupa
dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat" [Mukhtashar
Al-'Ulluw lidz-Dzahabi, hal. 69].
Al-Imam Nu'aim bin Hammad Al-Khuzaa'iy Al-Haafidh rahimahullah:
ً ‫ وال رسولُه تشبيها‬،‫ وليس ما وصف به نفسه‬،‫ ومن أنكر ما وصف به نفسه فقد كفر‬،‫ فقد كفر‬،‫من شبه هللا بخلقه‬
"Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, maka ia telah kafir.
Barangsiapa yang mengingkari apa-apa yang disifatkan Allah bagi diri-Nya, maka ia
telah kafir. Dan tidaklah apa yang disifatkan Allah bagi diri-Nya dan (yang disifatkan)
Rasul-Nya itu sebagai satu penyerupaan (tasybih)" [Mukhtashar Al-'Uluuw, hal. 184no.
216, dengan sanad shahih].
Tuduhan mereka (ahlul-bid'ah) kepada Ahlus-Sunnah sebagai kaum Musyabbihah sudah
terjadi semenjak beratus-ratus tahun yang lalu, sebagaimana dikatakan oleh Abu 'Utsman
Ash-Shabuniy rahimahullah:
‫ وأظهر آياتهم وعالماتهم شدة معاداتهم لحملة أخبار الني صلى هللا عليه‬،‫وعالمات البدع على أهلها بادية ظاهرة‬
‫ اعتقادا منهم في أخبار الرسول صلى هللا عليه‬،‫ واحتقارهم لهم وتسميتهم إياهم حشوية وجهلة وظاهرية ومشبهة‬،‫وسلم‬
،‫ ووساوس صدورهم المظلمة‬،‫ وأن العلم ما يلقيه الشيطان إليهم من نتائج عقولهم الفاسدة‬،‫وسلم أنها بمعزل عن العلم‬
‫ أولئك الذين لعنهم هللا‬.‫ وحججهم العاطلة‬،‫وهواجس قلوبهم الخالية من الخير‬
"Tanda-tanda bid'ah yang ada pada ahlul-bid'ah adalah sangat jelas. Dan tanda-tanda
yang paling jelas adalah permusuhan mereka terhadap pembawa khabar Nabi shallallaahu
'alaihi wa sallam (yaitu para ahlul-hadits), memandang rendah mereka, serta menamai
mereka sebagai hasyawiyyah, orang-orang bodoh, dhahiriyyah, dan musyabbihah.
Mereka meyakini bahwa hadits-hadits Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam tidak
mengandung ilmu. Dan bahwasannya ilmu itu adalah apa-apa yang dibawa setan kepada
mereka dalam bentuk hasil pemikiran aka-akal rusak mereka, was-was yang terbisikkan
dalam hati-hati mereka yang penuh kegelapan, dan hal-hal yang terlintas dalam hati
mereka nan kosong dari kebaikan dan hujjah. Mereka adalah kaum yang dilaknat oleh
Allah".
Mereka mengatakan itu karena pemahaman yang sakit, rusak, serta sikap permusuhan
abadi kepada Ahlus-Sunnah - walau mereka juga mengaku sebagai 'Ahlus-Sunnah'.
Itu saja yang dapat dituliskan. Semoga penyebutan beberapa dalil, riwayat, dan
penjelasan para ulama di atas dapat memberikan satu gambaran gamblang tentang 'aqidah
Ahlus-Sunnah dalam masalah sifat Allah. Sekaligus menerangkan kekeliruan paham
Asy'ariyyah yang sering mengklaim bahwa mereka adalah Ahlus-Sunnah dalam perkara
'aqidah ini. Allahul-Musta'an......

Abu Al-Jauzaa' Al-Bogoriy -4 jumadits-tsaniy 1430

[1] Sebagian ulama mengatakan bahwa dlamir (kata ganti) 'hi' tidak kembali pada Allah.
Namun ini keliru. Yang benar, dlamir tersebut kembali kepada Allah ta'ala. Inilah
pemahaman yang ditempuh oleh para ulama salaf.
‫ إن هللا عز وجل خلق آدم على‬: ‫ كنا بالبصرة عند شيخ فحدثنا بحديث النبي‬: ‫عن عبد هللا بن أحمد بن حنبل قال‬
: ‫ وقال‬.‫ هذا جهمي‬: ‫ فقال‬،‫ فحدثت بذلك أبي رحمه هللا تعالى‬.‫ تفسيره خلقه على صورة الطين‬: ‫ فقال الشيخ‬.‫صورته‬
‫هذا كالم الچحمية‬.
Dari 'Abdullah bin Ahmad bin Hanbal ia berkata : "Kami pernah berada di Bashrah
bersama seorang Syaikh. Ia membawakan kepada kami hadits Nabi shallallaahu 'alaihi
wa sallam: 'Sesungguhnya Allah ta'ala menciptakan Adam sesuai dengan bentuk-Nya'. Ia
(Syaikh tersebut) berkata : 'Tafsirnya adalah (menciptakan) dengan bentuk (dari) tanah'.
Maka aku ceritakan perihal tersebut kepada bapakku (Al-Imam Ahmad bin Hanbal)
rahimahullah, dan beliau berkata : 'Orang ini adalah Jahmiy. Ini adalah perkataan
Jahmiyah' [Ibthaalut-Ta'wiilaat, q : 55-56, melalui perantaraan kitab Al-Masaailu war-
Rasaailul-Marwiyatu 'anil-Imam Ahmad fil-'Aqidah oleh 'Abdullah bin Sulaiman bin
Saalim Al-Ahmadiy, 1/358-359; Daaruth-Thayyibah, Cet. 1/1412 H].
Asy-Syaikh 'Abdul-'Aziz bin Baaz rahimahullah berkata :
"Sesungguhnya dlamir di dalam hadits shahih mengenai penciptaan Adam dalam bentuk-
Nya adalah kembali pada Allah, dan hal itu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam
hadits Ibnu 'Umar : 'Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dalam bentuk Ar-Rahman'.
Hadits tersebut telah dishahihkan oleh Al-Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih, Al-Ajuriiy,
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah, dan imam-imam lainnya. Banyak dari para imam yang
menjelaskan kesalahan Al-Imam Ibnu Khuzaimah rahimahullah dalam penolakan
terhadap pengembalian dlamir tersebut kepada Allah Yang Maha Suci di dalam hadits
Ibnu 'Umar. Yang benar adalah apa yang dikatakan oleh para imam yang telah disebutkan
dan juga yang lainnya mengenai kembalinya dlamir kepada Allah ta'ala tanpa disertai
cara dan penyerupaan. Tetapi bentuk Allah ta'ala itu sesuai dengan-Nya dan sejalan
dengan sifat-sifat-Nya, serta tidak ada sesuatupun yang serupa dengan makhluk-Nya,
sebagaimana yang difirmankan Allah ta'ala : 'Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak
dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia' (QS. Al-
Ikhlash : 1-4). Allah ta'ala juga berfirman : 'Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat' (QS. Asy-Syuura : 11). Dia
juga berfirman : 'Apakah kamu mengetahui ada orang yang sama dengan Dia (yang patut
disembah)' (QS. Maryam : 65). Demikian juga firman-Nya : 'Maka janganlah kalian
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kalian
tidak mengetahui' (QS. An-Nahl : 74). Dan cukup banyak ayat Al-Qur'an yang membahas
tentang hal tersebut.
Yang wajib dilakukan oleh orang-orang yang berilmu dan beriman adalahmengartikan
ayat-ayat dan hadits-hadits shahih tentang sifat-sifat Allah persis seperti keberadaannya
dengan tidak menafsirkannya yang bertentangan dengan dhahirnya, sebagaimana yang
telah dilakukan oleh kaum salaf dan para imamnya, dengan keimanan penuh bahwa Allah
itu Maha Suci, yang tidak ada sesuatupun serupa dengan-Nya bak dalam bentuk, wajah,
tangan, dan seluruh sifat-Nya, tetapi Dia Dzat yang Maha Suci yang memiliki
kesempurnaan mutlak dari segala sisi dalam semua sifat-Nya. Tidak ada satu pun yang
serupa dan semisal dengan-Nya. Sifat-sifat-Nya tidak dapat disejajarkan/diserupakan
dengan sifat-sfat makhluk-Nya, sebagaimana hal itu telah ditetapkan oleh generasi salaf
dan para imamnya dari para shahabat Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dan para
pengikutnya. Mudah-mudahan Allah ta'ala memberikan rahmat kepada mereka serta
menjadikan kita bagian dari pengikut mereka dengan baik" ['Aqiidah Ahlil-Iman fii
Khalqi Adam 'alaa Shuuratir-Rahmaan oleh Hamud At-Tuwaijiri, bagian sambutan awal
kitab; Daarul-Wafaa', Cet. 2/1409].

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2009/05/aqidah-ahlus-sunnah-wal-jamaah-dalam.html

Vous aimerez peut-être aussi