Vous êtes sur la page 1sur 5

Nama : Liza Fairus NIM Reaksi Oksidasi Reaksi oksidasi merupakan reaksi pelepasan electron oleh suatu zat

dan menyebabkan bertambahnya bilangan oksidasi dari zat tersebut. Jadi zat yang teroksidasi memperoleh atom atau radikal elektronegatif, atau kehilangan atom atau radikal elektropositif. Oksidasi sering menyangkut penambahan oksigen atau pengambilan hydrogen. Proses oksidasi berperan dalam penguraian obat. Reaksi oksidasi terdapat 2 jenis yaitu autooksidasi dan fotooksidasi. Pada fotooksidasi pelepasan electron yang terjadi tidak melibatkan O2, hal ini jarang ditemui. Sedangkan untuk autooksidasi reaksi oksidasi atau pelepasan electron melibatkan oksigen, bentuk ini sering terjadi pada sediaan farmasi yang menyebabkan radikal bebas yang berantai. Radikal bebas yang terbentuk pada reaksi yang menyangkut pembelahan ikatan homolitik suatu ikatan kovalen, sehingga tiap atom atau gugus yang terlibat menahan satu electron dari ikatan kovalen semula. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: A : B A + B CH3 + CH3 2CH3 Radikal itu sangat tidak jenuh dan mudah mengambil electron dari zat lain, sehingga menyebabkan oksidasi. Autooksidasi suatu organic RH oleh proses berantai radikal bebas dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut: Pengawalan:
aktivasi

: 112210101055

RH
Sinar, panas

R + (H)

Perambatan: R + O2 RO2

RO2 + RH ROOH + R

Penguraian Hidroperoksida: ROOH RO + OH

Pengakhiran: RO2 + X hasil tidak aktif RO2 + RO2 hasil tidak aktif Pengawalan reaksi ini dapat dihasilkan oleh penguraian zat yang ada sejak semula atua yang ditambahkan kepada campuran oleh panas, atau mungkin oleh cahaya. Sebagaimana tampak diatas, pengakhiran reaksi dapat terjadi oleh penggabungan dua radikal RO2 atau oleh X, suatu penghambat radikal bebas. Dalam keadaan terakhir, X biasanya mengubah radikal peroksi RO2 menjadi hidroperoksida dan berubah menjadi radikal yang terstabillkan oleh resonansi serta tidak dapat melanjutkan reaksi berantai. Umumnya radikal bebas paling baik diakhiri dengan penghambat radikal bebas (natrium natrium metabisulfit, tioureum, sistein hidroklorida) karena bila tidak demikian, hasil penggabungan radikal dapat mengandung energy yang cukup untuk menguraikan molekul kembali. Pada reaksi autooksidasi, hanya sedikit oksigen yang dibutuhkan utnuk mengawali reaksi. Selanjutnya konsentrasi oksigen relative tidak penting. Karena kebanyakan penguraian senyawa farmasi secara oksidatif bersifat

autooksidatif dan berhubungan dengan reaksi berantai yang hanya memerlukan sedikit oksigen utnuk mengawali reaksi, pengurangan konsentrasi oksigen saja seringkali tidak cukup untuk mencegah terjadinya penguraian. Sisa oksigen yang tertinggal mungkin sudah cukup untuk memulai terjadinya penguraian. Oleh karenanya, perlu ditambahkan zat seperti

anti oksidan dan pembentuk kelat untuk memperoleh perlindungan wajar terhadap penguraian oksidatif. Antioksidan ditambahkan pada formulasi farmasi sebagai sistem redoks yang potensial oksidasinya lebih tinggi daripada obat yang harus dilindunginya, atau sebagai penghambat reaksi berantai pada penguraian yang dipengaruhi oleh radikal. Secara umum, efek antioksidan harus memutuskan rantai yang timbul pada proses perambatan dengan cara menyediakan atom hydrogen atau electron bagi radikal bebas, dan menerima kelebihan enerrgi yang dimiliki molekul teraktivasi. Contoh antioksidan yang umum digunakan untuk sistem berair yaitu natrium sulfit, natrium metabisulfit, natrium bisulfit, asam askorbat, asam isoaskorbat, tiogliserol, asetilsistein, belerang dioksida, dsb. Contoh untuk sistem berminyak yaitu askorbil palmitat, lesitin, hidrokuinon, propel galat, butyl hidroksi toluene, dsb. Efektivitas antioksidan dapat ditingkatkan melalui penggunaan sinergis seperti zat pembentuk khelat. Zat pembentuk khelat cenderung membentuk kompleks dengan inon logam berat dalam jumlah runut, dan meniadakan aktivitas katalitisnya pada oksidasi obatobatan. Contoh zat pembentuk kelat adalah derivate asam etilenediamin tetraasetat dan garam-gramnya, dihiroksietil glisin, asam sitrat, dan asam tartrat. Contoh obat yang mengalami proses oksidasi: 1. Asam Askorbat

2. Metildopa (teroksidasi menjadi quinone)

3. Epinephrin (teroksidasi menjadi quinone)

4. Asam 5-aminosalisilat (teroksidasi menjadi quinoneimine)

5. Procaterol (teroksidasi menjadi formyl compound)

6. L-Adrenalin (teroksidasi menjadi adrenochrome dan adrenolotin)

Daftar Pustaka Lachman, L.,Lieberman, H.A., Kanig, J.L ( editors)., Teori dan Praktek Farmasi Industri terjemahan, Ed. 3, Jakarta: UI Press. Stella,V.J. dan Yoshioka, S., 2002, Stability of Drugs and Dosage Forms, Kluwer Academic Publishers, New York.

Vous aimerez peut-être aussi