Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Telekomunikasi berasal dari dua arti kata yang berbeda, yaitu tele dan komunikasi. Tele yang berarti jauh, sedangkan komunikasi yang berarti proses penyampaian sebuah pesan atau informasi dari satu individu ke individu lain atau dari satu tempat ke tempat lain. Dengn demikian, telekomunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian sebuah pesan atau informasi dari satu individu ke individu lain yang dapat dilakukan dalam jarak-jarak jauh. 1 Pada abad ke-5 sebelum Masehi, kerajaan Yunani kuno dan Romawi menggunakan api untuk berkomunikasi dari gunung ke gunung atau menara ke menara. Telekomunikasi dilakukan oleh prajurit khusus dengan saling memahami kode berupa jumlah nyala api. Telekomunikasi ini digunakan saat perang dan hanya efektif pada malam hari. Pada abad ke-2 sesudah Masaehi bangsa Romawi menggunakan asap sebagai media telekomunikasi. Mereka membangun jaringan telekomunikasi yang terdiri dari ratusan menara hingga mencapai 4500 kilometer. Setiap menara bisa mengeluarkan asap yang dapat dilihat oleh menara lain yang berada di dekatnya.

Perkembangan Infrastruktur Telekomunikasi, http:/id.scribd.com/doc/3322937/(diakses

tanggal 14 April 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sistem telekomunikasi ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan militer dalam menjalankan pemerintahan atas daerah jajahan yang semakin luas. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia berawal dari tahun 1884, pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan swasta yang menyediakan jasa pos domestik dan jasa telegraminternasional. Jasa telepon tersedia pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1882. Dan sampai dengan tahun 1906, disediakan oleh perusahaan swasta dengan lisensi pemerintah selama 25 tahun. Tahun 1906, pemerintah kolonial Belanda membentuk departemen yang mengendalikan semua jasa pos dan telekomunikasi di Indonesia. Tahun 1961, beberapa dari jasa ini dipindahkan ke perusahaan milik Negara. Tahun 1965, pemerintah memisahkan jasa pos dan telekomunikasi ke dua perusahaan Negara, yaitu: PN Pos dan Giro, dan PN Telekomunikasi. Tahun 1974, PN Telekomunikasi dipecah menjadi dua yaitu: Perusahaan Umum Telekomunikasi dan PT Inti. 2 Pada tahun 1961, jasa pos dan telekomunikasi tersebut statusnya berubah menjadi perusahaan pemerintah pertama dengan tujuan menjaga jasa pos dan telekomunikasi di wilayah Sumatera, dimana mulai terbentuk pada tahun 1970 secara nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 dan No.30 Tahun 1965, pemerintah memisahkan jasa pos dengan telekomunikasi pada tahun 1965

Ibid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ke dalam 2 (dua) perusahaan milik Negara, yaitu Perusahaan Negara Pos dan Giro, dan Perusahaan Negara Telekomunikasi. Perluasan gerak Perusahaan Negara Telekomunikasi ditambah dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintahan Nomor 44 tahun 1969 dan Nomor 45 Tahun 1969 tentang bentuk-bentuk Perusahaan Negara yang mengubah Perusahaan Negara Telekomunikasi menjadi bentuk Perusahaan Umum (Perum). Perubahan status ini ditetapkan pada tanggal 28 april 1970 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintahan (Perumtel) yang disempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerintahan Nomor 21 Tahun 1984. Pada akhirnya tahun 1980, pemerintah mengambil kebijakan dengan membeli seluruh saham PT. Indosat, sebuah perusahaan swasta yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing yang kemudian diubah statusnya menjadi suatu Badan Hukum Milik Negara (BUMN) berbentuk Persero. Penyertaan modal Negara Republik Indonesia dalam PT. Indosat tersebut dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1980. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa Telekomunikasi untuk umum, maka dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1980 diadakan perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1974 yakni dengan menetapkan Perumtel sebagai badan usaha yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan telekomunikasi dalam negeri dan PT. Indosat sebagai badan usaha yang diberi wewenang menyelenggarakan telekomunikasi luar negeri. 3

Ibid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Pada tanggal 24 September 1991, pemerintah mengubah Perumtel yang semula merupakan perusahaan umum menjadi perusahaan Negara yaitu Perusahaan Perseorangan (Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Disingkat Telkom yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Imas Fatimah, SH Nomor 128 dengan tujuan utama perusahaan yaitu memberikan layanan untuk masyarakat umum. Perubahan status ini berdasarkan pemerintah Nomor 25 Tahun 1991 Penawaran umum perdana saham Telkom (Initial Public Pffering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995, sejak saat itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya(BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange (LSE), saham Telkom juga diperdagangkan di Tokyo Stock Exchange tanpa pencatatan Public Offering Without Listing (POWL). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999, yang mengatur tentang jasa layanan telekomunikasi, dimana terjadi perubahan pasar, dari semula pasar monopoli (dahulu Telkom) kini menjadi non monopoli/pasar bebas (pasar persaingan sempurna). Hal tersebut membuat Telkom sebagai Incumbent (Operator dominan/operator penyelenggaraan jaringan telekomunikasi pertama kali) tidak lagi menguasai pasar sepenuhnya, melainkan harus mampu bersaing dengan operator penyelenggaraan jasa telekomunikasi lainnya di Indonesia, dan mempersiapkan diri menghadapi operator asing yang akan masuk. Selain adanya perubahan sifat pasar, setiap penyelenggaraan jaringan telekomunikasi juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dituntut untuk dapat memberikan layanan yang terbaik bagi konsumen jasa telekomunikasi. Pada tahun 1974, PN Telekomunikasi dibagi menjadi dua perusahaan milik Negara, yaitu Perusahaan Umum telekomunikasi (Perumtel) dan yang bergerak sebagai penyedia layanan telekomunikasi domestic dan internasional seta PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (PT.IMTI) yang bergerak sebagai pembuat perangkat telekomunikasi. PAda tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional diambil alih oleh Pt. Indonesia Satellite Corporation (indosat) yang baru saja dibentuk saat itu. Sebelum tahun 1995, operasi bisnis Telkom dibagi kedalam dua belas wilayah operasi, yang dikenal sebagai wilayah telekomunikasi atau witel. Setiap witel bertanggung jawab penuh atas seluruh aspek bisnis wilayah masing masing, mulai dari penyedia layanan telepon hingga manajemen dan keamanan property. Dalam perkembangannya, TELKOM merombak ke dua belas witel menjadi di visi-divisi, sebagai berikut :
4

1. Divisi Infrastruktur Telekomunikasi (INFRATEL) Divisi yang menyelenggarakan jasa Telekomunikasi jarak jauh dalam negeri melalui pengoperasian jaringan transmisi jalur utama nasional.

2. Divisi Research & Development Center (R D C)

Ibid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Divisi yang melaksanakan riset dan pengembangan Telekomunikasi dan informasi untuk kepentingan internai PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk., baik riset pengembangan produk bara, standarisasi perangkat, grand scenario technology dan uji kaji laboratorium. 3. Divisi Management Service Center (MSC) Divisi yang bertanggung jawab atas pencapaian perusahaan jasa atelir bagi alat-alat produksi divisi-divisi dan penggunaan lain diluar 7 perusahaan serta jasajasa yang berkaitan dengan prioritas pemenuhan pelayanan kebutuhan internai perusahaan. 4. Divisi Telkom Learning Center (TLC) Divisi yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Untuk menunjang terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, professional dan integritas. 5. Divisi Information System Center (ISC) Divisi yang menyediakan system informasi, informasi costumer, billing, corporate database, interkoneksi billing, dan proses telepon selular. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk merupakan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media, and Edutaiment) yang terbesar di Indonesia. Selama ini Telkom telah mengalami berbagai transformasi agar dapat mengikuti perkembangan zaman dan dapat diminati masyarakat. Transformasi terakhir sekaligus yang disebut dengan NEW TELKOM Indonesia adalah tranformasi dalam bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi, system dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

model opera kepada pihak eksternal bersamaan dan transformasi sumber daya manusia. Tahun 1980, bisnis telekomunikasi internasional dipindahkan dari Perumtel kelndosat. Tahun 1991, pemerintah merubah Perumtel dari "Perusahaan Umum" menjadi Tersero" yaitu PT TELKOM. Tahun 1992, berdiri PT Lintasarta. Tahun 1993, berdiri PTSatelindo yang merupakan joint venture dari beberapa perusahaan telekomunikasi yaitu:TELKOM, Indosat, PT Bimagraha

Telekomindo, dan DeTeMobil. Pada tahun ini juga berdiri PT Ratelindo yang merupakan joint venture antara TELKOM dan PT BakrieElectronics. Tahun 1995 dan tahun berikutnya berdiri beberapa perusahaan telekomunikasi lainnya, yang di dalamnya PT TELKOM mempunyai bagian saham,yaitu: Telkomsel,Komselindo, Mobisel, Metrosel, Pasifik Satelit. Selain itu masih ada perusahaan

telekomunikasi yang masih dalam tahap proposal, yang bergerak dalam bidang multimedia. Setiap perusahaan yang melakukan suatu perjanjian kerjasama terkadang dapat terjadi suatu hal yang tidak terduga, seperti halnya suatu kepailitan. Tidak jarang suatu perusahaan, baik itu berupa suatu perusahaan yang besar atau kecil pasti dapat dipailitkan. Suatu kepailitan itu dapat terjadi apabila ada suatu perusahaan, dimana sebelumnya melakukan suatu perjanjian kerjasama dengan perusahaan yang lain, tetapi ternyata setelah berlangsung beberapa lama perjanjian tersebut, perusahaan yang dapat disebutkan sebagai pihak debitur tersebut terdapat suatu utang, dan debitur tersebut tidak dapat membayarkan utang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

tersebut kepada pihak kreditur sebagaimana mestinya, dan utang tersebut telah dinyatakan jatuh tempo. Secara tata bahasa dapat kita lihat bahwa kata kepailitan itu sebenarnya berasal dari kata istilah "pailit", yang biasa dijumpai dalam pembendaharaan bahasa Belanda, Prancis, Latin dan Inggris. Kepailitan dapat pula kita artikan sebagai suatu proses dimana seorang debitur yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayarkan utangnya dan dinyatakan pailit oleh pengadilan, dalam hai ini pengadilan yang dimaksud adalah pengadilan niaga, karena debitur tersebut tidak dapat membayarkan utangnya. Pengertian tentang kepailitan sendiri lebih jelas terdapat dalam UndangUndang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 Angka l tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yaitu adalah suatu sita umum atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini. Perusahaan yang dinyatakan pailit oleh pengadilan pastinya dapat memiliki suatu resiko yang besar. Salah satu resikonya tersebut dapat berpengaruh terhadap perusahaannya. Bisa saja perusahaan tersebut menjadi tutup dan dinyatakan bangkrut. Hingga para karyawan pun tidak jarang jadi terkena dampaknya juga akibat perusahaan tempatnya bekerja dinyatakan pailit. Pada bulan Juni tahun 2012 yang lalu PT.Telkomsel Tbk. dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dengan nomor putusan Nomor. 48/ PAILIT/ 2012/ PN.NIAGA/JKT.PST. Putusan pailit terhadap PT.Telkomsel yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

dilakukan oleh Pengadilan Niaga tersebut terlihat sangat tidak masuk akal, hingga ada upaya hukum yang dilakukan oleh pihak PT.Telkomsel Tbk. tersebut. Upaya hukum yang dilakukan oleh PT.Telkomsel Tbk. adalah dengan mengajukan kasasi kepada pihak Mahkamah Agung. Upaya hukum kasasi tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan suatu kepastian hukum yang sesungguhnya. Dengan adanya upaya hukum yang dilakukan oleh PT.Telkomsel Tbk. tersebut, membuat putusan dari Pengadilan Niaga tidak diberlakukan lagi. Bahwa pada akhrinya adalah putusan pailit yang dilayangkan terhadap perusahaan BUMN tersebut dihapuskan, dan dinyatakan bebas. Akibat adanya perbedaan putusan dari Pengadilan Niaga dengan Mahkamah Agung tersebut yang membuat penulis merasa tertarik untuk mencari tahu dan meneliti tentang masalah yang sebenamya terjadi. Hingga dapat diketahui apa yang menjadi perbedaan putusan antara Pengadilan Maga dengan Mahkamah Agung.

B. Perumusan Masalah Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka penulis akan mengemukakan beberapa pokok permasalahan yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimanakah putusan pailit menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Bagaimanakah kewenangan Pengadilan Niaga dalam memeriksa dan mengadili perkara kepailitan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ? 3. Bagaimanakah penerapan ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam Putusan Pailit PT.Telkomsel Tbk? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulis Adanya suatu keinginan dari penulis, untuk mengemukakan masalah secarajuga berkaitan dengan tujuan dan manfaat penulisan. Adapun yang menjadi tujuandapat di uraikan sebagai berikut: a. Untuk dapat mengetahui bagaimanakah pengertian, syarat ataupun

prosedur dalam putusan pailit menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. b. Untuk dapat mengetahui bagaimanakah kewenangan Pengadilan Niaga dalam memeriksa dan mengadili perkara kepailitan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang c. Untuk dapat mengetahui dan memahami bagaimanakah penerapan

ketentuan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam Putusan Pilit PT. Telkomsel Tbk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2. Manfaat penulisan Selain dari tujuan diatas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat antara lain adalah manfaat secara teoritis dan praktis yakni: a. Secara teoritis Maksudnya adalah bahwa pembahasan terhdap masalah ini akan akan memberikan pemahaman dan pandangan yang baru mengenai kasus-kasus

kepailitan yang sering terjadi serta untuk dapat mengetahui bagaimanakah kewenangan dari suatu Pengadilan Niaga dalam menghadapi kasus kepailitan yang terjadi pada perusahan-perusahan besar. dan secara teoritis dapat juga memahami bagainakah sebenarnya pengertian dan pemahaman terhadap suatu putusan pailit. Agar tidak adanya kesalahpahaman tentang pengertian putusan pailit yang dilakukan oloeh suatu Pengadilan Niaga. b. Secara praktis Seperti yang dapat diketahui bahwa untuk sekarang ini banyak masalahmasalah kepailitan yang menimpa beberapa perusahaan terutama di kota-kota besar sehingga memerlukan penyelesaian yang segera agar tidak menimbulkan persoalan yang lebih besar dan memberikan hasil yang optimal dan menguntungkan kedua belai pihak. Dengan adanya pembahasan dan tinjauan tentang kepailitan terhadap suatu perusahaan terutama adalah BUMN dapat membantu pengusaha-pengusaha ataupun masyarakat luas agar lebih dapat memahami tentang kepailitan tersebut. D. Keaslian Penulisan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Analisis yuridis putusan pailit terhadap PT. Telkomsel Tbk. Yang diangkat penulis sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti melalui penelurusan Kepustakaan Fakultas Hukum USU. Tema diatas adalah hasil pemikiran sendiri dibantu dengan referensi, buku-buku, dan pihak-pihak lain dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara sebelumnya. Data yang dipakai guna melengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi dari berbagai media, baik cetak maupun pengumpulan informasi melalui internet, sehingga data-data yang dipakai secara garis besar adalah data yang factual dan up to date. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. E. Tinjauan Keputustakaan Apabila kita membahas mengenai hukum kepailitan, maka tidak terlepas dari ketentuan peraturan perundang-undangan lain diluar dari peraturan mengenai kepailitan. Dari sejarahnya diketahui bahwa pada mulanya dalam hokum Belanda tidak dikenal perbedaan antara kooplieden ( pedagang ) dengan niet kooplieden ( bukan pedagang ) dalam kepailitan. Namun pada permulaan abad ke 19, yaitu ketika Negeri Belanda dijajah Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte berlakulah Code du Commerce ( sejak 1 januari 1814 s/d 30 September 1838 ) Pada masa Code du Commerce itu juga dikenal adanya perbedaan antara Kooplieden dengan niet kooplieden, dan Code du Commerce hanya berlaku bagi Kooplieden. Kemudian sesudah Belanda merdeka, Belanda membuat sendiri Wetboek van Koophandel ( WvK ) yang mulai berlaku pada 1 Oktober 1838.WvK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ini dibagi dalam 3 buku dan buku ke III nya adalah Van de Voorzieningen in geval van onvermogen van kooplieden yang diatur dalam Pasal 764- Pasal 934, dan dibagi dalam 2 titel, yaitu : 1. Van Faillisement, dan 2. Van Surseance van Betaling 5. Pemisah hukum kapailitan antara pedagang dan yang bukan pedagang di dalam sistem hokum Belanda membawa pengaruh terhadap hokum kepailitan di Indonesia. Di Indonesia, hokum kapailitan diatur dalam 2 Undang-Undang, yaitu 6: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), buku ke tiga yang berjudul Van de Voorzieningen in geval van onvermogen van kooplieden ( tentang peraturan ketidak mampuan pedagang ) yang diatur dalam Pasal 794 sampai Pasal 910WvK. 2. Reglement op de Rechtcvordering ( RV ), buku ke tiga Bab ke tujuh, berjudul Van de staat van kennelijk onvermogen ( tentang keadaan nyatanyata tidak mampu membayar bagi orang yang bukan pedagang ) yang diatur dalam Pasal 899 sampai dengan Pasal 915 RV. Dalam mengajukan suatu putusan pailit ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, dimana tentang syarat pailit tersebut ada terdapat dalam Pasal 2 angka 1 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yakni Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu
5 6

Sunarmi, Hukum Kepailitan, Medan: USU Press, 2009, hal 6 Ibid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih krediturnya. Terjadinya kasus pailit atau kepailitan tidak jarang karena adanya suatu utang Yang ditimbulkan anatara kedua pihak yang melakukan suatu perjanjian kerjasama. Pengertian tentang utang dapat dilihat dalam pasal 1 Angka 6 UndangUndang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang selanjutnya disebut UU Kepailitan dan PKPU adalah suatu kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul dikemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditur untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur. Putusan pailitnya PT.Telkomsel Tbk. adalah merupakan putusan dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Dimana putusan tersebut terjadi akibat adanya pengaduan dari pihak PT.Prima Jaya Informatika akibat adanya tindakan pelanggaran perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh pihak PT.Telkomsel Tbk hingga dapat timbul suatu utang dan adanya tindakan wanprestasi. Seperti yang dapat diketahui bahwa PT.Prima Jaya Informatika melakukan perjanjian kerjasama dengan PT.Telkomsel Tbk. Dimana perjanjian kerjasama tersebut adalah untuk mendistribusikan Kartu Prima Voucher Isi Ulang. Perjanjian tersebut telah berlangsung beberapa bulan, tetapi ternyata tiba-tiba saja dari ihak PT.Telkomsel Tbk. Tidak melanjutkan lagi perjanjian tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dikarenakan adanya pelanggaran perjanjian kerjasama tersebut PT.Prima Jaya Informatika pun mengajukan gugatan ke pengadilan Niaga hingga adanya putusan pernyataan pailit terhadap PT.Telkomsel Tbk. Pelanggaran perjanjian tersebut sebenarnya termasuk kedalam tindakan wanprestasi. Wanprestasi adalah satu tindakan mengingkari atau melanggar tidak memenuhi perjanian atau perikatan antara kedua pihak yang telah melakukan perjanjian kerjasama untuk beberapa waktu yang telah ditentukan. Terhadap putusan pailit tersebut pihak PT.Telkomsel Tbk. Merasa tidak sepantasnya perusahaan mereka dipailitkan. Oleh karena itu, pihak PT.Telkomsel Tbk pun melakukan suatu upaya hokum, dimana mereka mengajukan upaya kasasi kepada pihak Mahkamah Agung. Dimana pengertian kasasi adalah pembatalan atas keputusan pengadilan-pengadilan yang lain yang dilakukan pada tingkat peradilan terakhir dimana menetapkan perbuatan pengadilan-pengadilan lain dan para hakim yang bertengtangan dengan hokum, kecuali keputusan pengadilan dalam perkara pidana yang mengandung pembebasan terdakwa dari segala tuduhan. F. Metode Penelitian Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuannya lebih terarah dan dpat dipertanggungjawabkan maka digunakan berbagai metode. Dapat diartikan sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, kemudian menjadi penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut cara tertentu. Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif analitis. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hokum yang berlaku, sehingga pada akhirnya dapat diperoleh suatu kesimpulan. Penelitian ini merupakan penelitian Hukum yang bersifat Normatif

(Yuridis Normatif) dan Empiris (Yuridis Empiris), yakni penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data Sekunder. Adapun data sekunder yang dimaksudkan penulis antara lain baha hukum primer, sekunder, dan tersier. Bahan hukum primer yaitu semua dokumen peraturan yang mengukat dan detetpkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa peraturan perundangundangan yang berlaku. Bahan hukum sekunder, yaitu semua dokumen resmi yang merupakan informasi atau hasil kajian mengenai kepalitan dan penundaan Kewajiban pembayaran Utang, seperti buku-buku teks, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan permasalahan dlam skripsi ini. Sedangkan baha tersier, yaitu semua dokumen yang berisikan konsepkonsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, biografi dan lain-lain. Dalam penulisan skripsi ini digunakan metode pengumpulan data libary Research (Penelitian Keputusan) yakni mengumpulkan bahan-bahan penulisan skripsi ini melalui bacaan-bacaan seperti buku, majalah ilmiah, hasil-hasil seminar, surat kabar, pendapat sarjana, dan juga bahan- bahan bacaan yang relevan sebagai dasar penembangan urian teoritis penulisan skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

G. Sistematika Penelitian Untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya diuraikan secara sistematis dan diperlukan suatu sistematik penulisa yang teratur. Dimna penulis membagi menjadi bab per bab masing-masing bab ini saling berkaitan antra suatu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan, dimana pada bab ini dipaparkan hal-hal yang umum sebagai langkah awal dari penulisan skripsi. Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSAN PAPILIT

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBYARAN UTANG Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimanakah pengertian tentang suatu kepailitan tersebut, bagaimanakah suatu syarat-syarat dalam kepailitan, prosedur tentang permohonan pernyataan pailit, dan bagaimanakah pengertian tentang suatu putusan pailit itu. BAB III TINJAUAN PENGADILAN UMUM NIAGA TENTANG DALAM KEWENANGAN DAN

MEMERIKSA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MENGDILI PERKARA KEPAILITAN MENURUT UU KEPAILITAN DAN PKPU. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimanakah proses pembetukan dalam suatu Pengadilan Niaga tersebut, kemudian bagaimanakah sebenarnya kewenangan dari Pengadilan Niaga Dalam memeriksa dan mengadili dalam perkara

kepailitan,dantentang bagaimanakah peran hakim dalam suatu Pengadilan Niaga. BAB IV PENERAPAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN

PENUNDAAN

KEWAJIBAN

PEMBAYARAN

UTANG

DALAM PUTUSAN PAILIT PT.TELKOMSEL TBK Pada bab ini akan dipaparkan tentang bagaimana sebenarnya kasus kepailitan terhadap PT.Telkomsel Tbk. Tersebut dapat terjadi apakah sudah sesuai dengan UU kepailitan yang berlaku, kemudian akan di bahas pula tentang ketentuan utang antara debitor dengan kreditor sesuai dengan dari pertimbangan hakim, lalu akan pula disampaikan tentang bukti nyata, fakta atau keadan yang terbukti secara sederhana tentang kasus pailitnya PT.Telkomsel Tbk. Dan kepastian Hukum Sebagai Implikasi Putusan Pailit

PT.TELKOMSEL Tbk BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Bab ini merupakan bab penutup yang merugikan mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan serta saran-saran atas permasalahan tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Vous aimerez peut-être aussi