Vous êtes sur la page 1sur 43

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dimulai pada tahun 1995, ketika meleburnya PT Semen Padang (Persero) Tbk dan PT Semen Tonasa (Persero) Tbk menjadi anak perusahaan dari PT Semen Gresik (Persero) Tbk, terjadi konflik didalam batang tubuh Semen Gresik Group dengan berupa resistensi karyawan, konsolidasi operasional, penyatuan budaya perusahaan. Belum reda konflik yang terjadi dalam batang tubuh Semen Gresik Group, muncul permasalahan baru, ketika pemerintah berencana melakukan privatisasi kepada investor asing. Aksi pemerintah tersebut berujung dengan tuntutan spin off. Setelah menempuh berbagai momentum, pada akhirnya permasalahan ini mereda, kinerja Semen Gresik Group dapat bekerja secara normal kembali. Tidak berhenti pada saat itu, permasalahaan baru kembali muncul di internal perusahaan, yakni terkait dengan sinergitas. Butuh waktu dan usaha yang tidak mudah dalam menyelesaikan hambatan ini. Hingga pada waktu yang telah dinanti, tepatnya pada tangga 20 Desember 2012, lahirlah Strategic Holding Company yaitu Semen Indonesia Group sebagai buah hasil dari mensinergikan tiga kekuatan perusahaan semen ini, yang merupakan reinkarnasi dari Semen Gresik Group yang juga diikuti dengan transormasi besar untuk menjadi World Class Engineering Company. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk memiliki tujuan perusahaan untuk menjadi perusahaan persemenan terkemuka di Asia Tenggara. Hal ini tentunya menjadi tantangan kedepan bagaimana PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sebagai multinational coorporation dapat bersaing dengan kompetitor yang lebih luas yakni perusahaan-perusahaan semen di Asia Tenggara. Ekspansi pertama kali dilakukan oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk adalah pada 18 Desember 2012 dengan mengakuisisi perusahaan semen asal Vietnam bernama Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC) sebesar US$ 157 juta. Dengan akuisisi tersebut, maka Semen Indonesia menguasai 70 persen dari saham Thang Long

Cement. Kapasitas produksi pabrik semen tersebut mencapai 2,3 juta ton, sehingga kapasistas terpasang Semen Indonesia mencapai 25 juta ton di akhir tahun 2012. Tentunya bukan hanya berhenti cukup disana, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk melanjutkan ekspansinya di negara Myanmar pada tahun 2013 yang lalu dengan membangun pabrik semen baru berkapasitas 1 juta ton per tahun di Myanmar dengan investasi US$ 200 juta. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas produksi perusahaan untuk dapat menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara serta membangun jaringan distribusi hingga ke Asia Selatan. Sebagai negara berkembang, Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Salah satunya dengan permintaan semen di Indonesia yang telah berkembang dengan cepat dengan pertumbuhan sebesar 14,5 % pada tahun 2012 untuk memenuhi kebutuhan dibidang konstruksi dan properti (Asosiasi Semen Indonesia, Maret 2013). Hal ini menjadi salah satu faktor meningkatnya kebutuhan semen dalam negeri. Laporan presentasi tahunan Semen Gresik 2010 menyebutkan bahwa faktor pendorong (key driver)* pertumbuhan konsumsi semen Indonesia adalah: (1) pertumbuhan ekonomi nasional yang masih cukup baik; (2) tingkat bunga yang menarik; (3) pembangunan infrastruktur secara besar-besaran; dan (4) tingkat konsumsi per kapita yang masih sangat rendah. Keempat faktor tersebut berpotensi untuk meningkatkan kebutuhan semen karena meningkatnya daya beli konsumen.

Gambar 1.1 Konsumsi semen per kapita tahun 2011 dan 2012 (sumber : Pemetaan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pada Industri Semen Indonesia : Risris Rismayani Suwarma) Gambar 1.1 memperlihatkan perbandingan konsumsi semen per kapita secara global 2009 dan 2010. Pada 2009 konsumsi Indonesia sebesar 167 kg per kapita. Angka tersebut masih berada dibawah China, Saudi Arabia, Singapura, Italia, Malaysia, Vietnam, Amerika, Thailand, Jepang, Jerman dan India. Meskipun demikian, tingkat konsumsi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan India. Pada tahun 2010, konsumsi semen Indonesia meningkat sebesar 2,99% dari 2009 menjadi 172 kg per kapita. Angka tersebut masih dibawah Saudi Arabia, China, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Italia, Jepang, Vietnam, Amerika, Thailand, Jerman dan angka tersebut lebih tinggi dibandingkan India dan Filipina.

Gambar 1.2 Konsumsi semen per kapita tahun 2013 (sumber : SMGR Corp Presentation)
4

Sampai saat ini, konsumsi semen Indonesia masih berada pada peringkat rendah dibandingkan negara-negara lain didunia. Meskipun demikian, hal ini merupakan sinyal bahwa potensi peningkatan konsumsi semen nasional masih sangat besar. Gambar 1.2 memperlihatkan perbandingan konsumsi semen per kapita secara global pada tahun 2013. Pada 2013 konsumsi Indonesia sebesar 229 kg per kapita. Angka tersebut masih berada di posisi yang sama yaitu berada dibawah China, Singapura, Vietnam, Thailand. Meskipun demikian, tingkat

konsumsi tersebut masih tetap lebih tinggi dibandingkan dengan Filipina dan India. Hal ini menunjukkan pula bahwa konsumsi semen di Indonesia masih stabil. Seiring berkembangnya zaman, genjatan perubahan semakin terdengar dari segala aspek kehidupan, termasuk lingkungan sekitar kita yang telah didepan mata menuntut kesadaran manusia dalam perbaikan alam. Issue pemansan global yang telah terjadi di pertengahan abad ke-20 hingga ke-21 ini tidak akan selesei dan bahkan menjadi ancaman bagi kehidupan makhluk hidup yang ditopangnya. Bahan baku yang semakin habis dan tidak dapat diperbaharui, teknologi industri yang tidak ramah lingkungan, serta daya dukung lingkungan yang telah mencapai kapasistas maksimalnya sehingga tidak dapat menopang kehidupan yang sehat serta normal seperti di masa-masa sebelumnya. Hal ini menuntut kita, khususnya sektor industri, untuk segera melakuakn perubahan dan perbaikan agar mimpi berkelantujan (sustainability) dapat tercapai. Global Warming memang sebuah ancaman bagi seluruh penghuni dipenjuru dunia ini, namun disetiap permasalahan yang ada pasti ada sebuah penyelesaian yang tepat guna, tergantung pada pola pikir dan kemauan sumber daya manusia yang berkecimpung agar dapat mengubah sebuah kelemahan dan ancaman menjadi sebuah kekuatan dan peluang. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sebagai perusahaan semen terbesar di Asia Tenggara, tentunya tidak akan stuck hanya sampai menjadi pemain regional, namun cita-cita bersama untuk menjadi World Class Engineering Company menjadi salah satu alasan bagaimana perusahaan ini melaju untuk menjadi pemain dunia. Seperti yang telah diajarkan oleh Direktur Utama Semen Indonesia, Pak Dwi Sutjipto, jangan sampai kita merasa perjuangan kita sudah

selesei, karena apabila kita menikmati dengan keberadaan di comfort zone, makan itulah titik dimana kita akan jatuh. Kita harus membuat kurva-kurva baru ketika kita sudah berada dipuncaknya, agar kita tidak memasuki fase decline. Sehingga, tidaklah cukup untuk menjadi good, kita harus bisa menjadi great. Semen Indonesia, what next ?.

1.2. Permasalahan

Sebagai alternatif untuk mempermudah pembahasan, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana pertumbuhan ekonomi serta industri konstruksi di kawasan Asia Tenggara ? b. Apakah semen sebagai bahan bangunan masih tetap akan eksis hingga di masa mendatang ? c. Inovasi atau solusi apa yang dapat menjawab persoalan mengenai bahan baku serta daya saingnya di masa mendatang ?

1.3. Lingkup Permasalahan

Untuk menghindari lingkup pembahasan yang terlalu luas dan melebar, maka penulisan karya tulis ini dibatasi dengan hanya berdasarakan sumber data sekunder dari buku, jurnal, maupun internet, serta pengamatan yang hanya sampai pada penentuan solusi untuk menjawab persoalan yang ada.

1.4. Tujuan Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi dan industri konstruksi di kawasan Asia Tenggara b. Mengetahui bagaimana eksistensi semen sebagai bahan bangunan hingga di masa mendatang c. Menemukan inovasi atau solusi untuk menjawab persoalan mengenai bahan baku semen serta daya saingnya di masa mendatang

1.5. Manfaat Penulisan

Penulisan karya tulis ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi : a. Perusahaan, memberikan gambaran tentang persoalan yang belum sempat mendapat perhatian sehingga dapat ditemukan solusi untuk menjawab persoalan tersebut dan mampu mencapai tujuan perusahaan secara holistic b. Investor, memberikan informasi tambahan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan kerjasama yang hendak dilakukan c. Akademisi, dapat memberikan informasi tambahan serta kajian ilmiah yang dapat menjadi bahan penelitian dalam ranah masalah yang sama d. Penulis, mengaplikasikan kemampuan dan ilmu dalam bidang

manajemen strategi yang dikombinasikan dengan ilmu terapan

1.6. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan adalah pengamatan dan penelitian dari data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal, maupun internet.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memudahkan dalam melakukan pembahasan masalah, yaitu : Bab 1 : Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, ruang lingkup, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan Bab 2 : Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan tentang semua uraian teoritis atas judul yang ada serta data faktual yang berkaitan dengan pembahasan pada bab III Bab 3 : Pembahasan Dalam bab ini diuraikan tentang identifikasi, analisa, dan perbandingan mengenai data faktual serta permasalahan yang muncul dalam konteks judul penulisan karya tulis ini Bab 4 : Penutup Pada bab ini dijelaskan tentang bagian akhir dari karya tulis yang berupa kesimpulan dan pemberian saran yang penulis anggap perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2012

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2012 mencapai Rp 2.618,1 triliun, naik Rp 153,4 triliun

dibandingkan tahun 2011 (Rp2.464,7 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2012 naik sebesar Rp 819,1 triliun, yaitu dari Rp 7.422,8 triliun pada tahun 2011 menjadi Rp 8.241,9 triliun pada tahun 2012.

Tabel 2.1 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 20102012, Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2012

Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23 persen dibanding tahun 2011, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 9,98 persen, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,11 persen, Sektor Konstruksi 7,50 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa
9

Perusahaan 7,15 persen, Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,40 persen, Sektor Industri Pengolahan 5,73 persen, Sektor Jasa-Jasa 5,24 persen, Sektor Pertanian 3,97 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,49 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2012 mencapai 6,81 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,47 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber

pertumbuhan masing-masing 1,44 persen dan 0,98 persen (Tabel 2.1).

Gambar 2.1 Grafik Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2012 (persen)

2.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2013

Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 mencapai Rp 2.770,3 triliun, naik Rp 151,4 triliun

dibandingkan tahun 2012 (Rp 2.618,9 triliun). Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2013 naik sebesar Rp 854,6 triliun, yaitu dari Rp 8.229,4 triliun pada tahun 2012 menjadi sebesar Rp 9.084,0 triliun pada tahun 2013.

10

Tabel 2.2 Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 2013, Laju Pertumbhan dan Sumber Pertmbuhan Tahun 2013

Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen dibanding tahun 2012, dimana semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 10,19 persen, diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa

Perusahaan 7,56 persen, Sektor Konstruksi 6,57 persen, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,93 persen, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 5,58 persen, Sektor Industri Pengolahan 5,56 persen, Sektor Jasa-jasa 5,46 persen, Sektor Pertanian 3,54 persen, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian 1,34 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB. Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total pertumbuhan PDB, dengan sumber pertumbuhan sebesar 1,42 persen. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing 1,07 persen dan 1,03 persen (Tabel 2.1).

11

Gambar 2.2 Grafik Laju dan Sumber Pertumbuhan PDB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2013 (persen)

2.3. Pertumbuhan Ekonomi ASEAN

Stabilitas ekonomi makro ASEAN secara umum memburuk dilihat dari meningkatnya inflasi di beberapa negara anggota dan melemahnya mata uang pada hampir semua negara ASEAN. Demikian juga indeks harga saham gabungan kawasan banyak yang merosot, sehingga laju pertumbuhan ekonomi kawasan cenderung menurun.

Gambar 2.3 Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN Tahun 2000-Agustus 2013 (yoy, dalam %)

12

Tekanan inflasi meningkat


Sumber : Bloomberg (2013) (Catatan : Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8% dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54%)

Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Agustus 2013 cenderung meningkat terutama untuk negara Indonesia (8,79%), Vietnam (7,50%) dan Laos (7,43%). Inflasi yang meningkat di Indonesia diakibatkan dari terganggunya pasokan sejumlah komoditas pangan seperti bawang merah, cabai, daging sapi dan daging ayam serta momentum penyesuaian harga BBM yang berdekatan dengan hari besar keagamaan serta tahun ajaran baru pendidikan. Sementara di Vietnam diakibatkan oleh dampak penuh dari implementasi penyesuaian harga BBM yang dilakukan pada bulan Agustus 2013 diiringi dengan peningkatan biaya oleh otoritas terkait pada biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya air rumah tangga serta biaya transportasi umum. Kebijakan Bank Sentral yang lemah serta pelayanan perbankan umum yang masih sangat terbatas menyebabkan aktivitas perbankan yang dapat menjadi penyeimbang terhadap kecenderungan peningkatan harga menjadi tidak optimal di Vietnam. Lonjakan tingkat inflasi ini ditindaklanjuti dengan berbagai kebijakan moneter oleh Bank Sentral masing-masing negara serta kebijakan price pegging oleh otoritas terkait pada beberapa sektor di Vietnam terutama pada biaya layanan kesehatan.

Gambar 2.4 Tingkat Pertumbuhan PDB Negara Anggota ASEAN Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 1998Q2/2013 (yoy, dalam %)
(Sumber : IMF, CEIC (2013))

13

Pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota Association of South East Asian Nation (ASEAN) menunjukkan kecenderungan perlambatan selama tengah tahun pertama 2013 ini terutama disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi global sehingga memangkas ekspornya serta melemahnya konsumsi karena naiknya inflasi. Data pertumbuhan ekonomi Kuartal II-2013 menunjukkan bahwa dari total 10 (sepuluh) negara anggota ASEAN, hanya 2 (dua) negara yang mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi year-on-year lebih baik daripada capaian pada tahun 2012 yaitu Filipina (7,5%) dan Singapura (3,7%). Filipina pada Kuartal II-2013, berhasil menjaga tingkat konsumsi penduduk dengan memanfaatkan remitansi yang hingga sebesar USD 1,7 miliar setiap bulannya serta meningkat pertumbuhan investasi (capital formation) dan pengeluaran pemerintah (public spending) yang kecepatannya melebihi

pertumbuhan konsumsi. Keadaan ini ditopang juga karena Filipina ini memiliki tingkat ketergantungan terhadap perdagangan internasional yang lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Sementara Singapura berhasil menjaga pertumbuhan ekonominya berkat kejelian para pelaku usaha Singapura di bidang perdagangan wholesale maupun retail yang mampu mencari kesempatan penurunan ekonomi di China dengan melayani perdagangan internasional Amerika Serikat dan Eropa yang ekonominya cenderung membaik. Menurut beberapa lembaga internasional, perlambatan ekonomi negara ASEAN hanya dapat dicegah menjadi lebih buruk apabila pemerintah masing-masing negara mampu untuk menjaga pertumbuhan konsumsi domestik dan tingkat investasi, mengingat negara utama di Asia juga mengalami perlambatan ekonomi seperti China yang mengalami pertumbuhan Kuartal II hanya sebesar 7,5% dibandingkan Kuartal I sebesar 7,7% dan India yang pada Kuartal II tumbuh hanya sebesar 4,4% dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 4,8%. Dengan situasi tersebut terlihat bahwa ketidakpastian yang terjadi pada ekonomi global diiringi dengan instabilitas ekonomi di kawasan ASEAN terutama pada indicator inflasi, pasar saham dan nilai tukar mata uang menyebabkan terjadinya kecenderungan penurunan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara anggota ASEAN.

14

2.4. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Setelah berhasil meraih banyak penghargaan di tingkat nasional maupun internasional di tahun 2013 silam, Semen Indonesia tiada hentinya untuk memberikan kontribusi dan prestasi di masa mendatang. Salah satunya melauli momentum yang terjadi pada beberapa bulan yang lalu, yaitu peresmian pabrik Tonasa V dan Pembangkit Listrik di PT Semen Tonasa pada tanggal 19 Februari 2014, dimana pabrik tersebut akan menjawab banyak persoalan dan tentunya memiliki kelebihan-kelebihan baru dari pabrik-pabrik sebelumnya. Sebelumnya pun telah dibuktikan keberhasilan oleh SMIG (Semen Indonesia Group) melalui pembangunan pabrik Tuban IV yang telah menggunakan Green Technology. Beberapa contoh yang telah diaplikasikan di proyek Pbrik Tuban IV diantaranya : 1. Electrostatic Precipitator (EP) adalah teknologi filtrasi yang dapat menyaring debu yang telah distandarkan, bahkan jauh lebih baik 2. Bag Filter merupakan teknologi penangkap debu sehingga emisi debu yang dihasilkan telah memenuhi standar dan bahkan jauh lebih baik 3. Dust Emission Monitoring dan Gas Emission Analyzer yaitu teknologi yang memonitoring emisi debu dan gas sehingga lingkungan tetap terjaga bersih dan sehat 4. Kiln Burner adalah teknologi pabrik yang dapat digunakan oleh tiga jenis bahan bakar, sehingga akan memberikan kemudahan dan efisiensi biaya saat beroperasional 5. Variable Speed Drives (VSD) yaitu teknologi pada motor fan yang dapat menghemat energi listrik hingga 60 % 6. Vertical Cement Mill adalah teknologi yang pertama kali digunakan dalam dunia industri semen di indonesia, yang dapat menghmat energi serta mengurangi polusi 7. Preheater adalah tekonologi untuk mengurangi emisi dan hemat energi listrik 8. Cooling Water jenis close loop circulation. Teknologi yang mencegah keluarnya uap air, sehingga dapat dimanfaatkan dan mengurangi konsumsi air

15

Sesuai dengan visi 2030, SMIG ingin menjadi World Class Engeneering Company. Kedepannya, SMIG tidak lagi menjadi pabrik penghasil semen, namun juga pabrik yang menghasilkan engineer-engineer hebat. Dari tangan mereka lah lahir inovasi-inovasi teknologi di industri semen. Untuk mewujudkannya, SMIG akan segera merealisasikan Center of Engineering (CoE). Cita-cita yang ingin dicapai dengan adanya CoE ini begitu visioner. Pertama, CoE mampu mengembangkan kemampuan teknologi industri semen yang nantinya dapat melahirkan teknologi-teknologi baru. Kemampuan ini kemudian dipatenkan oleh perusahaan, sehingga perusahaan akan menguasai banyak paten teknologi. Kedua, pengelolaan pembangunan pabrik, yang akan dilakukan secara swadaay, mulai dari perencanaan, pemantaun, rekrutmen, pabrikasi, dll, yang kesemuanya akan dituntaskan didalam CoE. Ketiga, CoE akan menjadi bisnis baru yang bersifat eksternal. CoE ini memiliki peran dalam penyatuan bisnis yang ada di perusahaan, sehingga hasil akhirnya adalah berupa produktifitas dan efisiensi internal.

2.4. Inovasi Material Bangunan Saat Ini

Tidak dipungkiri lagi, kemajuan zaman telah membawa banyak perubahan dalam sendi-sendi kehidupan, khusunya disini terkait dengan industri konstruksi. Industri konstruksi yang telah dipaparkan oleh data diatas menyebutkan bahwa industri konstruksi menempati posisi ke-3 dalam peranan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tentunya konstruksi tersebut juga semakin berkembang, salah satunya dari segi material bangunan. Material bangunan merupakan syarat mutlak dalam suatu pembangunan fisik. Material bangunan yang berkembang dan berkontribusi besar selama abad 19 silam adalah beton. Hampir semua industri konstruksi yang menghadirkan gedung-gedung tinggi di kota besar didunia seperti New York dibangun dengan menggunakan konstruksi beton. Beton dinilai memiliki kekuatan struktur yang stabil dan tahan terhadap gaya tekan yang besar. Sehingga, hampir semua bangunan pecakar langit didunia pada masa itu menggunakan konstruksi beton karena membutuhkan kestabilan struktur yang tinggi.

16

Berbeda dengan saat ini, inovasi penggunaan material bangunan menunjukkan perubahan yang cukup signifikan terutama di kota-kota besar di dunia, yang semula hampir semua menggunakan konstruksi beton, kini mulai mengalami perubahan dengan menggunakan material selain beton, yaitu konstruksi baja. Khususnya di dunia sipil dan arsitektur, baja memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan beton. Baja dinilai memiliki fleksibilitas desain yang tinggi dan daya tarik yang tinggi pula. Saat ini banyak mega proyek di dunia yang beralih menggunakan konstruksi baja, karena dari segi desain bangunan yang mengalami kemajuan itu sendiri menuntut desain yang fleksibel atau tidak kaku dan massive seperti beton. Bukan hanya bangunan pencakar langit atau skyscrapper yang mulai menggunakan teknolgi baru ini, namun juga telah merambah ke berbagai jenis bangunan maupun infrastruktur seperti jembatan, bandar udara, gedung komersial, stadion, fasilitas umum, storage, dan masih banyak lagi. Berikut contoh bangunan-bangunan yang sudah tidak lagi menjadikan konstruksi beton menjadi yang utama, namun tergantikan oleh baja.

Burj Al-Arab Dubai

Lyon Airport and Station

Guangzhou Opera House

Greek Olympic Stadium

Concert Hall Santacruz

Bilbao Bridge

Lou Ruvo Center

Bird Nest Beijing

Cybertecture Egg Mumbai

Gambar 2.5 Bangunan Post-Modern yang beralih menggunakan konstruksi baja


17

Masih banyak lagi bangunan-bangunan didunia yang telah memasuki era post-modern (langgam dalam dunia arsitektur) yang sudah tidak lagi menggunakan beton dalam struktur utamanya. Hal ini menunjukkan bahwa dunia arsitektur yang saat ini telah berkembang pesat, menjadi faktor yang besar bagi berkembangnya teknologi material bangunan. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa seiring berjalannya waktu dan tidak lama kemudian, negara-negara berkembang pun akan menyusul peradaban bangunan dengan langgam postmodern tersebut, alias tidak menjadikan beton sebagai struktur utamanya.

2.5. Issue Pemanasan Global (Global Warming)

Tentu kita sudah tidak asing lagi dengan masalah yang sedang kita hadapi secara global saat ini yaitu pemanasan global, atau global warming. Pemasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Dengan kata lain bumi kita akan terasa lebih panas. Dampak yang terjadi lainnya secara tidak langsung adalah perubahan iklim yang membawa kepada berbagai bencana alam, mulai dari naiknya permukaan air laut, cuaca ekstreme, wabah penyakit dimana-mana, keanekaragaman hayati yang semakin habis (kepunahan), dan dampak negatif lainnya. Secara teori, pemanasan global terjadi akibat dari efek rumah kaca atau greenhouse gases. Efek rumah kaca ini merupakan kumpulan gas-gas karbon yang berada diudara yang menahan panas matahari untuk keluar kembali. Seiring berjalannya waktu, emisi gas rumah kaca yang terdiri dari karbon dioksida, dinitrogen dioksida, metana, kloroflorokarbon, dan gas-gas yang mengandung karbon lainnya.

18

Gambar 2.6 Efek Rumah Kaca


(sumber : http://planetgoose.files.wordpress.com/2009/01/greenhouse-effect.jpg)

Mencairnya Es Kutub Utara

Wabah Penyakit

Kekeringan Gagal Panen

Banjir di Ibu Kota

Gambar 2.7 Dampak buruk yang terjadi akibat pemanasan global

19

Segala aktivitas manusia lah yang menyebabkan permasalahan ini sendiri. Aktivitas tersebut dapat bermacam-macam bentuknya, mulai dari transportasi, kerusakan lingkungan oleh pembakan hutan dan aktivitas industri, serta aktivitas domestic. Sektor industri menempati posisi kedua setelah sektor energi sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar, yaitu sekitar 18 %.

Gambar 2.8 Prosentase sektor yang berperan menyumbang gas rumah kaca

Melihat kondisi seperti saat ini, tentu sudah saatnya perubahan budaya untuk menjadi lebih baik dilakukan, khususnya sektor industri sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar kedua. Segala perubahan kearah yang lebih baik mulai dari sumber bahan baku, operasional, manajemen operasional, dan segala aspek yang terkait dalam industri itu sendiri sudah harus diterapkan demi mengatasi problematika pemanasan global ini. Saat ini telah banyak kebijakan-kebijakan bersifat nasioanl maupun global yang mengatur tentang keseimbangan alam dengan industri. Segala aktivitas industri hendaknya telah dipertimbangkan kelayakan operasionalnya apakah telah berjalan secara ramah lingkungan atau tidak. Proses produksi suatu industri memiliki dampak terhadap lingkungan yang besar yaitu tentang keseimbangan alam. Selain dari bahan baku industri yang harus dikaji lebih lanjut tentang jumlahnya yang terbatas, serta daya dukung lingkungan yang sudah melebihi kapasistasnya.
20

Saat ini, dengan maraknya problematika pemanasan global tersebut, juga telah mendorong berbagai sektor industri dalam penyempurnaan operasionalnya, namun juga masih banyak yang tidak. Penyempurnaan operasionalnya dapat berupa di berbagai aspek, mulai dari teknologi, ekonomi, sosial dan budaya, serta khususnya lingkungan. Dari segi teknologi industri, para industri berusaha mengahdirkan teknologi-teknologi terbarukan yang ramah lingkungan agar emisi yang dihasilkan dapat diminimalisir, atau bahkan zero waste. Di bidang ekonomi (profit), industri menerapkan strategi baru dengan tujuan efektifitas dan efisiensi dari biaya dan waktu, sehingga mampu meningkatan keuntungan (profit) untuk perusahaan. Sedangkan dibidang sosial dan budaya (people), perusahaan dapat melancarkan pelaksanaannya melalui Coorporate Sosial Responsibility (CSR). Tentunya dibidang lingkungan (planet), industri yang beroperasi harus dipastikan telah memenuhi standar Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), izin konservasi bahan baku yang digunakan, dan kebijakan-kebijakan mengenai lingkungan lainnya agar daya dukung lingkungan masih tetap dapat menopang kehidupan di alam ini. Industri yang tidak melakukan perubahan dalam operasionalnya dalam rangka mengatasi problemtika pemanasan global diatas, maka dapat diprediksi akan kalah bersaing dengan industri-industri yang telah menjalankan inovasi demi kondisi yang lebih baik. Sudah saatnya Green menjadi landasan bagi setiap industri dibidang manapun untuk menjalankan operasionalnya. Karena budaya green merupakan harapan setiap insan agar kondisi bumi ini dapat terselamatkan dari problem pemanasan global, dan dampak negatif seperti yang disebutkan diatas.

21

2.6. Lafarge Cement Company


(sumber : www.lafarge.com dan wikipedia)

Industry : Material Bangunan Didirikan : 1833 Kantor Pusat : Paris, Perancis Produk : Semen, Bahan konstruksi, beton Aset Total : 37,075 juta (akhir tahun 2013) Jumlah Tenaga Kerja : 64.000 (akhir tahun 2013) (source : wikipedia) Lafarge merupakan salah satu perusahaan semen tertua dan terkemuka didunia. Markas Besar Lafarge berada di Kota Paris, Prancis. Jejak bisnisnya telah tersebar hingga ke 64 negara dari seluruh penjuru dunia, serta pengembangannya tertuju kepada pertumbuhan pasar yang pesat, khususnya di Asia dan Timur Tengah.

Lafarge Worldwide Presence

Gambar 2.8 Perusahaan telah tersebar diberbagai penjuru dunia


22

No.

Westren Europe (12.202 Employees) Germany Austria Belgium Spain France Greece United Kingdom Switzerland

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Central and Eastern Europe (7.464 Employees) Hungary Moldova Poland Romania Russia Serbia Slovakia Slovenia Czech Republic Ukraine

Middle East (12.631 Employees) Egypt United Arab Emirates Irak Jordan Kuwait Oman Qatar Western Sahara Saudi Arabia Syria Turkey

North America (9.604 Employees) Canada United States

Latin America (2.535 Employees) Brazil Ecuador Honduras Jamaica Mexico

Asia (15.742 Employees) Bangladesh China South Korea India Indonesia Malaysia Maldives Pakistan Philippines Seychelles Singapore Sri Lanka Vietnam

Africa (7.745 Employees)

Algeria Benin Botswana Cameroon Kenya Madagascar Malawi Morocco Mauritius Mozambique Nigeria South Africa Tanzania Uganda Zambia Zimbabwe

Consolidated data at 12/31/2011

Tabel 2.1 Daftar negara yang telah menjadi jalur ekspansi Lafarge Lafarge Ambition 2020 From manufacturing with a smaller emissions footprint, enhancing biodiversity and water conservation, to designing and delivering more energy efficient products and systems for energy efficient building, from conserving natural resources through recycling materials and enhancing deconstruction methods, to how materials are delivered, Lafarge wants to be a key player in sustainable construction. (www.lafarge.com) Pembangunan yang berkelanjutan merupakan salah satu kunci untuk mengurangi konsumsi energi dunia, diperhitungkan bahwa energi yang digunakan dalam sektor bangunan mencapai sekitar 38% dari total konsumsi energi dunia, melebihi transportasi maupun industri. Hampir 85 % sendiri dari konsumsi energi dalam sektor industri konstruksi adalah digunakan dalam beroperasinya bangunan, perawatan, maupun renovasi. Hanya sekitar 15 % merupakan total dari
23

proses produksi material, transportasi, proses konstruksi, maupun pembongkaran. Untuk mengatasi 85 % energi yang dikonsumsi dalam bangunan, Lafarge berkomitmen untuk membawa perubahan material bangunan untuk solusi yang membawa kearah berkelanjutan, penghematan energi, dan improvisasi yang nyaman. Sejak permulaan abad ke 20, Lafarge telah menjadi pemimpin inovasi. Hampir satu abad kemudian, budaya inovasi masih mengakar di hati para kelompok dan ambisi umum. Inilah peristiwa penting yang terjadi di Lafarge : Timetable : Perjalanan Panjang Lafarge Tahun 1833 1864 1866 1887 1889 1899 1908 1921 1930 1931 1947 1956 1959 1970 1971 1972 1974 1977 1980 1985 1989 1990 1994 Momentum Bermula dengan hadirnya pemimpin dunia dalam bidang material bangunan yang berlokasi di Lafarge, sebuah tempat pandai besi, didekat Desa Teil. Project Pertama : Kanal Suez Operasi pertama kali di Algeria, dan pengembangan di Afrika Utara Laboratorium khusus semen pertama kali di dunia Penghargaan Kebijakan Sosial di Universal Exhibition Perluasan dari teknik pemadaman mesin penggulung Ciment Fondu, tahan terhadap cuaca ekstrem dan suhu tinggi Paten pertama untuk semen putih Penampungan tambang pertama di Draveil, Perancis Penggolongan kedalam gypsum, produksi bubuk gypsum Produsen semen penguasa di Perancis dan Afrika Utara Plant semen pertama di Amerika Utara dan menciptakan Semen Lafarge Amerika Utara (LCNA) Operasi pertama kali di Brazil Menciptakan Semen Kanada Ltd (CCL), produsen semen penguasa Perjanjian dengan Menteri Lingkungan Perancis dalam emisi debu Pengembangan dan proses modernisasi perusahaan Penggunaan pertama limbah industri sebagai bahan bakar alternatif Publikasi perusahaan mengenai prinsip kerja Lafarge memimpin pasar semen di Amerika Utara Beton sempurna hi-performance Operasi pertama di Kamerun dan di tengah Gurun Sahara Mengakuisisi Cementia : cabang baru di Eropa dan Afrika Timur Operasi pertama di Jerman Timur Laboratorium khusus material bangunan pertama kali di dunia Operasi pertam dan ekspansi di China

24

1995 1997 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pengembangan berkelanjutan di pusat aktivitas perusahaan Mengakuisisi Redland : jejak bisnis baru dan konsolidasi lebih lanjut Operasi pertama kali di India dan Korea Selatan Point penentuan : akuisisi, peluncuran produk baru dan persekutuan Lafarge, produsen semen penguasa di dunia, dengan target pertumbuhan berkelanjutan Kerangka perjanjian dengan CNRS dan peluncuran PLAtecTM Penandatanganan UN Global Compact, menciptakan Stakeholder Panel and usaha lebih lanjut dalam pemberantasan AIDS Ekspansi pasar, peluncuran SignaTM, bantuan sesama manusia, dan sponsorship Penghargaan untuk aktifitas pengembangan berkelanjutan perusahaan peningkatan kapasitas produksi Peluncuran Hypergreen concept Melepaskan bisnis melangit, fokus terhadap pertumbuhan berkelanjutan, peluncuran dua beton bermutu tinggi Mengakuisisi Orascom Cement, produsen semen penguasa di Timur Tengah Pertumbuhan pasar inovasi beton Strategi inovasi - Shanghai World Expo penguatan bisnis di Brazil dan Eropa Tengah Pembebasan secara signifikan dan organisasi baru (joint venture) Sustainability Ambitions 2020 Dari perjalanan panjang Lafarge diatas dapat kita ketahui bahwasannya

perusahaan ini memiliki komitmen yang tinggi sehingga dapat tetap eksis hingga sampai saat ini bahkan masih berpredikat sebagai perusahaan semen terbesar di dunia. Lafarge mulai menjalakan ekspansinya menuju multinational coorporation di tahun 1866 dengan sites di Afrika Utara. Lafarge tidak hanya bermain dilintas negara ataupun regional, namun telah menjadi pemain lintas benua atau dunia. Aliansi strategi yang digunakan pun semakin naik tingkatannya hingga ke joint venture, karena levelnya pun sudah mendunia. Banyak penghargaan yang telah didapat, mulai dari sosial, ekonomi, lingkungan, serta inovasi di tingkat dunia. Oleh karena itu, untuk menjawab persoalan semakin berkembangnya zaman, Larfarge menerapkan ambisinya untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan

25

(Sustainability Ambition 2020), yang salah satunya melalui inovasi material yang ramah lingkugan yang akan berdedikasi pada industri konstruksi dunia. Lafarge pun melebarkan sayapnya melalui inovasi produk material bangunan selain semen. Hal ini bertujuan untuk dapat selalu leading dibidang material bangunan. Inovasi-inovasi material bangunan yang telah dilakukan oleh Lafarge antara lain :

No.

Inovasi Produk Material Chronolia, boosting construction sites

Jenis Material

Beton Mutu Tinggi

High Strength - Low Shrinkage concrete

Plester Mutu Tinggi

ultra-high performance concrete (UHPC)

Beton Struktural Mutu Tinggi

Lafarges aesthetic concretes

Beton Estetik (Lantai)

the self-placing, self-leveling concrete

Beton Plat Lantai

Lafarges revamped pervious concrete

Beton Anti Banjir

26

Lafarge manufactured sand for natural resource preservation

Pasir Buatan

Lafarge decorative sands & aggregates

Pasir Kerikil Berwarna (Estetik)

Lafarge asphalt solutions with Aspal Ramah high environmental added value Lingkungan

10

Capillia, the Lafarge aggregates for urban drainage systems Aggneo - Recycled aggregates from Lafarge

Kerikil Beton Drainase

11

Kerikil Recycle

12

Lafarge white cements

Semen Putih

13

Lafarge lower carbon cements

Semen Rendah Karbon

14

Hydromedia, Lafarges revamped pervious concrete

Beton Ringan dan Anti Banjir

27

15

Thermedia, a new generation of insulating concretes

Beton Ready Mix

16

Agilia: the self-placing, selfleveling concrete

Beton Encer

17

Lafarge Blue Circle Snowcrete

Semen Putih

Tabel 2.2 Inovasi material dan produk oleh Lafarge

28

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Upaya Semen Indonesia Sebagai Pemain Regional

Kejayaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk saat ini memang sudah dapat dinikmati, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Namun, bukan berarti Semen Indonesia akan stuck dan berhenti berkarya. Segala upaya baru telah dipersiapkan, demi menjawab persoalan-persoalan yang akan datang menuju panggung regional bahkan global. Semen Indonesia juga telah berupaya dalam mengusung program berkelanjutan, diataranya adalah (source : www.semenindonesia.com) : 1. Pembangunan Pabrik Baru (studi kasus : Pabrik IV Semen Padang) Yaitu mendapatakan mendapatkan pengesahan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal), berdasarkan Surat Keputusan (SK) Walikota Padang No 87 tahun 2011 tentang Persetujuan Amdal, RKL dan RPL kegiatan Pabrik Semen Padang. Selain itu dalam penambangan batu kapur yang juga telah mendapatkan SK dari Walikota Padang 2. Ketenagakerjaan telah membuahkan penghargaan Zero Accident Award bagi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Penghargaan diberikan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, karena berhasil mencegah kecelakaan kerja selama lebih dari lima juta jam kerja. 3. Sosial Kemasyrakatan Melalui Program Kemitraan dan Bina LIngkungan (PKBL), Semen Indonesia berhasil mendapatkan penghargaan yang memuaskan melalui laporan uji Sustainability Report (SR) yang dilakukan oleh Global Reporting Initiative di Amsterdam. Hasil pengujian dinyatakan dalam tingkat A, yang menunjukkan bahwa indikator inti sudah dinyatakan secara menyeluruh dalam laporan ini, dilengkapi dengan indikator tambahan.

29

Gambar 3.1 Laporan Sustainability Report

Upaya yang telah membuahkan hasil seperti diatas, tidak menutup kemungkinan apabila SMIG masih memiliki kekurangan. Kekurangan ini seharusnya sudah dapat terevaluasi dan segera di prediksi bagaimana solusi yang tepat untuk mejawabnya. Belajar dari sejarah perusahaan-perusahaan besar didunia menjadi salah satu cara untuk dapat mengaplikasikan ilmu manajerial secara teori. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengukur sudah seberapa jauh kita melangkah, dan apa saja yang perlu dikoreksi. Dalam hal ini, Lafarge sebagai perusahaan semen terbesar didunia saat ini mampu dijadikan sebagai figur untuk mnejadi lebih baik kedepannya. Dalam mengembangkan bisnis usahanya, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk juga telah melebarkan sayapnya dengan ladang bisnis dibidang non semen, yang turut mendukung keberadaan perusahaan, diantaranya adalah :

30

No. 1 2 3 4 5 6 7 8

Nama Perusahaan (PT) PT United Tractors Semen Gresik PT Industri Kemasan Semen Gresik PT Kawasan Industri Gresik PT Swadaya Graha PT Varia Usaha PT Eternit Gresik PT SGG Energi Prima PT SGG Prima Beton

Bidang Pertambangan Industri kemasan Pembangunan Fabrikasi material Pengangkutan umum Material bangunan Energi batu bara Material Beton

Tabel 3.1 Daftar anak perusahaan non-semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Nama Perusahaan (PT) PT Varia Usaha Beton PT Waru Abadi PT Varia Usaha Bahari PT Varia Usaha Dharma Segara PT Varia Usaha Lintas Segara PT Varia Usaha Barito PT Swabina Gatra PT Konsulta Semen Gresik PT Sepatim Batamtama PT Bima Sepaja Abadi

Tabel 3.1 Daftar perusahaan afiliasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

Usaha bisnis diatas juga telah menopang keberadaan perusahaan Semen Indonesia, namun masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dari kondisi internal maupun eksternal, salah satunya tentang sinergitas antar sesama anak perusahaan dan afiliasi. Semua anak perusahaan non-semen dan afiliasi dibentuk dengan tujuan umum untuk menopang keberadaan perusahaan induk, namun apabila kesepahaman di masing-masing badan masih belum bisa maksimal, maka keberadaan anak perusahaan dan afiliasi justru dapat menjadi beban perusahaan. Selain itu, Semen Indonesia telah menunjukkan kinaerja yang

membanggakan di beberapa tahun terkahir, yang salah satunya mengenai penerapan teknologi yang ramah lingkungan seperti yang telah dibahas pada bab

31

2. Bidang teknologi inilah yang menjadi salah satu kunci untuk menjawab persoalan-persoalan mendatang. Teknologi ramah lingkungan telah digaungkan sejak beberapa tahun silam ketika era millenium dimulai yang bersamaan dengan panasnya issue global warming. Apabila perusahaan yang hingga sampai saat ini masih belum saja melakukan inovasi teknologi terbarukan dan ramah lingkungan, bisa saja perusahaan tersebut sudah masanya menuju fase decline. Inovasi yang selanjutnya dapat diarahkan kepada material atau produk. SMIG (Semen Indonesia Group) beserta anak perusahaan dan afiliasinya, telah menjalankan penyempurnaan produk-produk yang dihasilkan. Masing-masing saling mendukung melalui operasionalnya, sehingga keberadaan perusahaan induk akan tetap berjalan lancar. Namun, seiring bertambahnya waktu, kompetitor di bidang sejenis telah menyiapkan seribu cara dan inovasi untuk dapat bersaing dalam produk maupun manajerialnya, sehingga peran SMIG bisa dikatakan tidak mudah. Perlu sejuta gebrakan inovasi untuk dapat mempertahankan kejayaannya, salah satunya dengan inovasi produk yang ramah lingkungan dengan efisiensi biaya dan waktu. Pada bab 2 dengan topik Lafarge Cement Company, lebih khusus pada timetable, disebutkan bahwa Lafarge menjaga eksistensinya bahkan dapat melancarkan ekspansinya hingga keseluruh penjuru dunia, tak lain adalah selalu berbenah menjadi yang terbaik dengan perubahan-perubahan yang siap mereka hadapi. Khususnya produk material yang mereka hasilkan. Pada awal mula memang Lafarge hanya mengembangkan cement, dapat dikatakan bahwa Lafarge adalah cement company. Namun seiring berjalannya waktu, dengan dinamika perubahan yang begitu kencang, apalagi dikancah global, kini Lafarge telah menjadi leader di building materials. Sehingga, bukan hanya semen lagi yang menjadi fokusan Lafarge, namun material bangunan yang tentunya masih ada kaitannya dengan semen khususnya, mereka telah leading. Inilah contoh perubahan yang memang mau tidak mau akan kita hadapi, dan kita harus selalu siap untuk berubah dan berbenah untuk menjadi yang terbaik.

32

3.2. Inovasi Penggunaan Semen Sebagai Bahan Campuran yang Ramah Lingkungan

Sektor konstruksi selalu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi dalam dekade terakhir. Dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan sektor konstruksi rata-rata sebesar 7,1% di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata yang sebesar 5,9% pada periode yang sama. Dengan demikian, kontribusinya terhadap perekonomian juga terus meningkat. Tahun 2012, kontribusi sektor konstruksi terhadap perekonomian mencapai 10,4%, meningkat dari kontribusi di tahun 2007 yang sebesar 7,7%. Pertumbuhan sektor konstruksi tahun 2013 diperkirakan berkisar antara 7-8%, kurang lebih sama dengan pertumbuhan di tahun 2012 sebesar 7,5%.

Gambar 3.1 Pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia


(sumber : Badan Pusat Statistik)

Nilai proyek konstruksi tahun 2013 diperkirakan mencapai IDR 433,8 triliun atau naik 39% yoy, lebih rendah daripada pertumbuhan di tahun 2011 dan 2012 masing-masing sebesar 50% dan 47% yoy. 64% dari total nilai proyek konstruksi 2013 berada di Jawa, didominasi proyek di Jabodetabek (45%). Tahun
33

2013, pertumbuhan nilai proyek konstruksi di Jabodetabek tumbuh 188% yoy, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan nilai konstruksi di Jawa sebesar 68% yoy. Provinsi di Jawa yang mengalami pertumbuhan nilai konstruksi negatif adalah Jabar (-7% yoy) dan Jatim (-28% yoy). Di luar Jawa, nilai proyek di Sumatera masih mendominasi sekitar 18% dari total nilai konstruksi 2013 dan tumbuh 38% yoy. Provinsi di luar Jawa yang mengalami pertumbuhan nilai konstruksi negatif adalah Bali - Nusa Tenggara (-34% yoy) dan Kalimantan (19% yoy).

Gambar 3.2 Proporsi nilai proyek konstruksi tahun 2013

Nilai kontrak konstruksi 2013 masih didominasi proyek non-infrastruktur (52%) yang mencapai IDR 225,9 triliun. Sementara nilai konstruksi infrastruktur mencapai IDR 207,9 triliun. Walaupun proporsinya masih lebih rendah, namun terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Proporsi nilai proyek infrastruktur meningkat dari 27% tahun 2010 menjadi sekitar 48% di tahun 2013 seiring dengan percepatan pembangunan infrastruktur dalam kerangka MP3EI. Tahun

34

2012, groundbreaking proyek MP3EI mencapai IDR 751 triliun. Dari angka tersebut, 35% berada di Koridor Jawa yaitu sebesar 263,6 triliun. Tahun 2013, diperkirakan terdapat groundbreaking 146 proyek senilai IDR 545,8 triliun. Dari angka tersebut, 37% berada di Koridor Papua-Maluku yaitu sebesar IDR 204,6 triliun.

Gambar 3.3 Nilai proyek konstruksi tiga tahun terakhir di Indonesia

Untuk proyek non-infrastruktur, proyek residensial masih mendominasi nilai proyek konstruksi non-infrastruktur. Tahun 2013, proyek residensial menyumbang 31% dari. Sektor konstruksi selalu tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi dalam dekade terakhir. Dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan sektor konstruksi rata-rata sebesar 7,1% di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata yang sebesar 5,9% pada periode yang sama. Dengan demikian, kontribusinya terhadap perekonomian juga terus meningkat. Tahun 2012, kontribu si sektor konstruksi terhadap perekonomian mencapai 10,4%, meningkat dari kontribusi di tahun 2007 yang sebesar 7,7%. Pertumbuhan sektor konstruksi tahun 2013 diperkirakan berkisar antara 7-8%, kurang lebih sama dengan pertumbuhan di tahun 2012

35

sebesar 7,5%. (data pertumbuhan industri konstruksi di Asia Tenggara, studi kasus di Indonesia) Industri properti atau residensial yang memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ternyata menjadi salah satu sektor yang turut menyumbang dalam menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya pengusaha batu bata merah yang juga semakin meningkat. Batu bata merupakan salah satu komponen penting sektor konstruksi yang memiliki fungsi sebagai dinding untuk melindungi rumah dari suhu, hujan, maupun fungsi lainnya. Penggunaan batu bata dalam dunia konstruksi baik sebagai elemen struktur maupun non-struktur masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya proyek konstruksi yang memanfaatkan batu bata sebagai dinding pada pembangunan gedung dan perumahan, pagar, saluran, dan pondasi. Keuntungan yang diperoleh dari penggunaan batu bata merah ini adalah sebagai berikut : 1. Material batu bata merah memiliki daya serap panas yang tinggi dari sengatan sinar matahari dibandingkan dengan material bangunan yang lain 2. Untuk di Indonesia harganya cenderung relatif terjangkau dibandingkan material bangunan yang lain seperti batako 3. Batu bata merah memiliki keeksotikan yang tinggi jika kita menginginkan rumah dengan desain semi ekspose 4. Batu bata merah memiliki daya tahan terhadap api, sehingga sangat bagus untuk bahan bangunan, karena tidak mudah terbakar.

Namun ada pula kekurangan yang didapat pabila menggunakan material batu bata merah sebagai dinding, diataranya adalah : 1. Proses Pengerjaan Yang Cenderung Lebih Lama Jika Dibandingkan Menggunakan Bahan Material Yang Lain 2. Karena rata-rata batu bata merah diproduksi dengan produksi rumahan, sehingga untuk mencari bentuk dan kualitas yang standart lebih sulit. Mau tidak mau ketika kita membeli batu bata merah, lain produsen lain kualitas yang kita peroleh.

36

Jadi, material batu bata merah hingga sampai saat ini masih tetap eksis karena kelebihannya seperti yang disebut diatas. Sayangnya, material ini adalah salah satu material yang tidak ramah lingkungan dalam proses produksinya. Tahapan produksi batu bata merah secara umum adalah : (1) pencampuran bahan olahan; (2) pencetakan; (3) pengeringan; (4) pembakaran; (5) pendinginan. Pada tahapan ke empat lah proses pembuatan batu bata ini dinilai tidak ramah lingkungan. Proses pembakaran ini juga memiliki peran penting dalam kualitas batu bata yang dihasilkan, khususnya dalam bahan bakar yang digunakan. Selama ini, pembuatan batu bata merah secara tradisional memang memiliki kualitas yang cukup baik, namun di era globalisasi saat ini perlu adanya perbaikan dalam proses yang tidak ramah lingkungan tersebut.

Pencampuran Bahan Olahan

Pencetakan

Pengeringan

Pembakaran

Pendinginan

Tidak Ramah Lingkungan Menentukan Kualitas Bata Kualitas Tidak Bagus < 1000 C Kualitas Bagus = 1000 C Eksploitasi Kayu (Hutan Habis) Kayu Kualitas Tinggi

Gambar 3.4 Ilustrasi proses tidak ramah lingkungan dalam produksi batu bata merah

Saat ini telah banyak penelitian yang mencoba untuk memperbaiki kualitas pembuatan batu bata merah ini. Mulai dari bahan olahan yang berkaitan dengan kualitas ketahanan batu bata, hingga proses yang lebih efisien dari segi waktu dan tenaga, namun belum banyak penelitian mengenai proses pembakaran yang tidak ramah lingkungan tersebut dapat diatasi. Sebuah penelitian dari dosen Jurusan Arsitektur ITS Surabaya, Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT., menyebutkan bahwa proses yang tidak ramah lingkungan tersebut dapat dipecahkan, bahkan lebih

Proses Pembakaran

Polusi Udara

37

efisien dari segi waktu dan biaya. Yaitu dengan menggunakan campuran semen (portland cement) sebagai pengganti proses pembakrannya. Dalam penelitiannya menyebutkan hasil yang didapat dari uji coba adalah kualitas batau bata merah yang bagus, artinya secara ketahanan dan kelembapannya sama dengan batu bata merah yang dihasilkan melalui proses pembakaran hingga 1000 C. Dimulai dari penelitiannya mengenai batu bata merah sebagai mataerial yang paling banyak digunakan dalam industri konstruksi dengan studi kasus di Jawa timur, Indonesia, beliau mencari jalan keluar bagaimana cara batu bata merah ini mendapatkan sentuhan yang lebih ramah lingkungan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam bangunan berkelanjutan (sustainable building).

Building Material

Building Design

Low-rise building for lowincome people

Embodied Energy Efficient Building

Sustainable Building

Gambar 3.5 Diagram skematik untuk mewujudkan bangunan yang berkelanjutan (sumber : Relationship Architecture Desin with Embodied Energy in Low-Income Building in Indonesia Vincentius Totok Noerwasito) Dari diagram diatas menunjukkan bahwa material bangunan menjadi satu faktor untuk mewujudkan bangunan yang berkelanjutan disamping building design. Material bangunan ini lah yang kemudian menjadi tantangan bagi para produsen material bangunan, khususnya batu bata merah yang menjadi topik kali ini. Hasilnya, penelitian beliau menyebutkan inovasi terhadap batu bata merah dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yang berkaitan dengan material semen, yang beliau sebut dengan Compressed Earth Block. Compressed Earth Block merupakan batu bata merah yang proses pembakarannya digantikan dengan proses pencampuran bahan olahan dengan semen (portland cement). Batu bata merah yang dihasilkan melalui uji coba beliau menunjukkan perbaikan kualitas batu bata merah pada umumnya dari segi ketahanan maupun ramah lingkungannya.

38

Batu Bata Merah Konvensional

Tidak Ramah Lingkungan karena Proses Pembakarannya

Proses Pembakaran digantikan dengan proses pencampuran semen

Compressed Earth Block

Gambar 3.6 Skematik terciptanya Compressed Earth Block

Compressed Earth Block merupakan salah satu contoh inovasi material yang menggunakan keistimewaan material semen. Inovasi produk-produk seperti ini sangat mungkin terjadi, tergantung bagaimana sumber daya yang dimiliki mau untuk melakukan inovasi yang tiada henti. Issue pemanasan global sudah saatnya kita pecahkan, melalui gerakan-gerakan perubahan dan inovasi, dan salah satu contohnya melalui produk Compressed Earth Block ini.

39

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

SMIG telah menunjukkan upaya untuk menjadi yang terbaik di kawasan ASEAN, dengan selalu berbenah diri dan siap melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Upaya-upaya yang dilakukan telah membuahkan hasil di tingkat nasional maupun global yang membanggakan. Namun, tidak menutup kemungkinan SMIG masih memiliki kelemahan di bidang inovasi produk yang dihasilkan serta bahan baku yang terbatas.

Konsep green technology yang telah diterapkan oleh SMIG pada pembangunan Pabrik Tuban IV dan Pabrik Tonasa V serta operasionalnya telah menjadi sebuah kebanggaan, namun masih belum secara keseluruhan diterapkan pada pabrik-pabrik lainnya yang memang membutuhkan waktu dan biaya. Dan inilah yang menjadi tantangan bagi SMIG dalam menghadirkan inovasi teknologi yang dapat menjawab persoalan lingkungan.

4.2. Saran

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk harus berani mengambil tindakan perubahan dan inovasi yang tiada henti khususnya dalam persoalan yang sesungguhnya telah didepan mata yaitu terkait bahan baku semen yang pasti akan habis, melalui cara pergantian bahan baku lainnya seperti baja dan material bangunan lainnya. Selain itu dengan inovasi produk material semen yang memiliki karakter dan kualitas lebih baik dari segi efisiensi waktu dan biaya serta ramah lingkungan.

Green technology yang telah dimulai oleh SMIG pada pembangunan dan operasional pabrik di Tuban dan Tonasa, perlu untuk dievaluasi tingkat

40

keberhasilannya, serta segera diaplikasikan pada pabrik-pabrik lama (yang memungkinkan) dan rencana pembangunan pabrik baru kedepanya. Sebagai salah satu kontribusi semen dalam lingkungan, khususnya portland cement, konsep green mampu direalisasikan melalui produk batu bata merah dimana semen menjadi bahan baku campuran terhadap material tersebut sehingga dapat menjadikan proses pembuatan produk batu bata merah menjadi lebih ramah lingkungan tanpa adanya proses pembakaran, seperti inovasi produk Compressed Earth Block. (studi kasus : batu bata merah di Indonesia)

41

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto, Dwi. 2014. Road To Semen Indonesia. Jakarta. Kompas Media nusantara. Rismayani Suwarma, Risris. 2012. Pemetaan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pada Industri Semen Indonesia. 1 November 2012. Noerwasito, Vincentius Totok. 2011. Block of Composition Re-Pulped Paper and Soil for wall in Low-Rise Residential Buildings. IPTEK. February 2011. Noerwasito, Vincentius Totok. 2012. Relationship Architecture with Embodied Energy in Low-Income Building in Indonesia. International Society of Habitat Engineering and Design. September 2012. Noerwasito, Vincentius Totok. 2013. Compressed Earth Block Building That Has Optimum Embodied Energy. Bandung, 11 November 2013. Website : PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Profil Perusahaan. http://www.semenindonesia.com/page/get/profil-perusahaan-9 (diakses 21 April 2014) Presentasi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. The Prospect of Indonesia Cement Industry. Jakarta: Semen Indonesa, 2013 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Semen Indonesia Harus Menjadi Kebanggaan Indonesia. http://www.semenindonesia.com/page/read/semen-indonesiaharus-menjadikebanggaan-indonesia-2322 (diakses 21 April 2014) Berita Satu. Semen Indonesia sebagai "Center of Engineering & Research". http://www.beritasatu.com/figur/141255-semen-indonesia-sebagai-centerofengineering-research.html (diakses 23 April 2014) PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Distributor. http://www.semenindonesia.com/page/read/distributor-17 (diakses 21 April 2014) Wikipedia. Semen Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Semen_Indonesia. (diakses 24 April 2014) Wikipedia. Lafarge (company). http://en.wikipedia.org/wiki/Lafarge_%28company%29. (diakses 24 April 2014) Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik (BPS). Badan Pusat Statistik. 20104. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta:

42

Dashboard, Macroeconomic. 2014. Ekonomi ASEAN: Peningkatan Instabilitas, Perlambatan Pertumbuhan. http://macroeconomicdashboard.com/index.php/id/asean/153-ekonomi-aseanpeningkatan-instabilitas,-perlambatan-pertumbuhan. (diakses 27 April 2014) Industry | Update. Volume 7, April 2013 2013, Judul Artikel. http://www.bankmandiri.co.id/indonesia/eriviewpdf/NFDK53412863.pdf. (diakses 27 April 2014) Sinly Evan Putra. Energi Masa Depan itu Sudah ada di Sekitar Kita. http://teknologi.kompasiana.com/terapan/2013/11/04/energi-masa-depan-itusudah-ada-di-sekitar-kita-605277.html. (diakses 26 April 2014) Priyo Setyoko. Batu Bata Tanpa Pembakaran. http://priyosetyoko.wordpress.com/2011/10/05/batu-bata-tanpa-pembakaran/. (diakses 26 April 2014) Kompasiana. Plus Minus Menggunakan Material Batu Bata Merah untuk Bahan Bangunan. http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2014/04/11/plus-minusmenggunakan-material-batu-bata-merah-untuk-bahan-bangunan648146.html. (diakses 27 April 2014) Architectaria. 12 September 2012. Memilih Antara Bata Merah, Batako Atau Bata Ringan (Hebel) Untuk Dinding Rumah Anda. http://architectaria.com/memilih-antara-bata-merah-batako-atau-bata-ringanhebel-untuk-dinding-rumah-anda.html. (diakses 27 April 2014) Model Rumah Minimalis 21. Perbandingan Bata Merah, Batako dan Bata Ringan. http://modelrumahminimalis21.com/perbandingan-bata-batako-bata-ringan/. (diakses 27 April 2014) Wikipedia. Gas rumah kaca. http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca. (diakses 27 April 2014) Kementrian Perindustrian Republik Indonesia. Kebijakan Industri Nasional. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global. (diakses 27 April 2014) Pembuatan Bata Merah Tanpa Pembakaran. http://www.budiwitjaksana.com/2013/07/pembuatan-bata-merah-tanpapembakaran_31.html. (diakses 27 April 2014) .

43

Vous aimerez peut-être aussi