Vous êtes sur la page 1sur 34

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH


DI DUSUN GROJOGAN WIROKERTEN BANGUNTAPAN BANTUL
YOGYAKARTA
Tanggal 12 29April 2013



Disusun Oleh :

Wiwik Ikayanti
3212036





PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN III
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KELUARGA DENGAN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
DI DUSUN GROJOKAN WIROKERTEN BANGUNTAPAN BANTUL
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

Wiwik Ikayanti 3212036

Telah disetujui pada
Hari :
Tanggal :


Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Perceptor



(Ratna Lestari, S.Kep, Ns) (Mismi, AMK) (Tri Galih Prasetya, S Kep,Ns)


Mahasiswa




(Wiwik Ikayanti)


A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
a. Raisner (1980) mendefinisikan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang
terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek.
b. Menurut Johnsons (1992), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional
dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
c. Menurut Depkes RI, keluarga adalah keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Leny & Jhonson, 2008).

2. Tipe keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2008)
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu,
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga
lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas
berkembang menjadi: (Suprajitno, 2008)
a. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
b. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
c. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
d. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya
kelak jika menikah.
e. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual
cohabiting family).
f. Keluargayang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family).
Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
a. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalahkeluarga yang terdiridari ayah, ibudananak- anak.
b. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya;nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibidansebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalahkeluarga yang terdiridaripriadanwanita yang menikahlebihdarisatu kali
danmerupakansuatukeluargainti.
d. Keluargadudaataujanda (Single Family)
Adalahkeluarga yang terjadikarenaperceraianataukematian.
e. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalahkeluarga yang berpoligami yang hidupbersama.
g. Keluargakabitas (Cahabitation)
Adalahkeluarga yang terdiridaridua orang
menjadisatutanpapernikahantetapimembentuksatukeluarga.

3. Ciri ciriStrukturKeluarga
Menurut Anderson Carter ,dikutipNasrulEffendy(1998), dibagimenjadi 3 yaitu :
a. Terorganisasi: Salingberhubungan, salingketergantunganantara anggotakeluarga.
b. Ada Keterbatasan: Setiap
anggotamemilikikebebasantetapimerekajugamempunyaiketerbatasandalammenjala
nkan fungsidantugasnyamasing -masing.
c. Ada perbedaandankekhususan: Setiapanggota
keluargamempunyaiperanandanfungsinyamasing - masing.

4. PeranKeluarga
Berbagaiperanan yang terdapatdidalamkeluargamenurutNasrulEffendy (1998),
adalahsebagaiberikut :
a. Peran ayah: Ayah sebagaisuamidariistridananak anak,
berperansebagaipencarinafkah,pendidik, pelindung, danpemberi rasa aman,
sebagaikepalakeluarga,
sebagaianggotadarikelompoksosialnyasertasebagaianggotamasyarakatdarilingkung
annya.
b. Peranibu: Sebagaiistridanibudarianak anaknya. Ibumempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggotamasyarakatdarilingkungannya,disampingitujugaibudapatberperansebagaipe
ncarinafkahtambahandalamkeluarganya.
c. Perananak: Anak
anakmelaksanakanperananpsikososialsesuaidengantingkatperkembangannyabaikfi
sik, mental, socialdan spiritual.

5. Fungsi keluarga
Friedman (2008) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
a. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk
mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan
psikososial anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement
function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan
kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga
juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan (Setyowati, 2008).

6. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2008)
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang
seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orangtua perlu mengenal
keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung
menjadi perhatian orang tua/ keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang
tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
anggota keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini
termasuk mengambil keputusan untuk mengobati sendiri.
c. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi
keluarga mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika
demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak
terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah
apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

B. KONSEP PERKEMBANGAN ANAK
1. Definisi
Kembang/perkembanganadalahproses pematangan/ maturasifungsi organ
tubuhtermasukberkembangnyakemampuan mental
intelegensiasertaperlakuananak.Pertumbuhan dan perkembangan manusia adalah tertib
dan teratur, proses yang dapat diprediksi dari embrio dan berlanjut sampai meninggal.
Perkembangan adalah kualitatif atau aspek yang dapat diobservasi dari
perubahan progresif pada individual. Kemampuan (progres) melalui fase tertentu dari
pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh keturunan dan factor lingkungan.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai
hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang
terorganisasi (IDAI, 2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat
kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh.
Hal ini diawali dengan berfungsinya jantung untuk memompakan darah, kemampuan
untuk bernafas, sampai kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan,
memungut benda-benda di sekelilingnya serta kematangan dan sosial anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan
fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian
juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama.
Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep
diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan
mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian juga
pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak.
Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat
pada saat bayi anak menangis.Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah
menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain
sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang
terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat dilihat
seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak dengan
menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku
social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat
berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau
bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).

2. Jenis Tumbuh Kembang
a. Tumbuhkembangfisismeliputiperubahandalambentukbesardanfungsiorganismindiv
idu.
b. Tumbuhkembangintelektualberkaitandengankepandaianberkomunikasidankemamp
uanmenanganimateri yang
bersifatabstrakdansimboliksepertiberbicara,bermain,berhitungdanmembaca.
c. Tumbuhkembang
socialemosionalbergantungkemampuanbayiuntukmembentukikatanbatin,berkasihs
ayang,menanganikegelisahanakibatsuatufrustasidanmengelolarangsanganagresif.

3. Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
a. Neonatus (lahir 28 hari)
Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk
dikembangkan sesuai keinginan.
b. Bayi (1 bulan 1 tahun)
1) Bayi usia 1-3 bulan :
mengangkat kepala
mengikuti obyek dengan mata
melihat dengan tersenyum
bereaksi terhadap suara atau bunyi
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak
menahan barang yang dipegangnya
mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
2) Bayi usia 3-6 bulan :
mengangkat kepala sampai 90
mengangkat dada dengan bertopang tangan
belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau diluar
jangkauannya
menaruh benda-benda di mulutnya,
berusaha memperluas lapang pandang
tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain
mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
3) Bayi 6-9 bulan :
duduk tanpa dibantu
tengkurap dan berbalik sendiri
merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
bergembira dengan melempar benda-benda
mengeluarkan kata-kata tanpa arti
mengenal muka anggota keluarga dan takut pada orang lain
mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan
4) Bayi 9-12 bulan :
berdiri sendiri tanpa dibantu
berjalan dengan dituntun
menirukan suara
mengulang bunyi yang didengarnya
belajar menyatakan satu atau dua kata
mengerti perintah sederhana atau larangan
minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya
ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya
berpartisipasi dalam permainan
c. Toodler (1-3 tahun)
Peningkatan kemampuan psikososial dan perkembangan motorik.
1) Anak usia 12-18 bulan :
mulai mampu berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
menyusun 2 atau 3 kotak
dapat mengatakan 5-10 kata
memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing
2) Anak usia 18-24 bulan :
mampu naik turun tangga
menyusun 6 kotak
menunjuk mata dan hidungnya
menyusun dua kata
belajar makan sendiri
menggambar garis di kertas atau pasir
mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar
memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan mereka
3) Anak usia 2-3 tahun :
anak belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki
membuat jembatan dengan 3 kotak
mampu menyusun kalimat
mempergunakan kata-kata saya
Bertanya
mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya
menggambar lingkaran
bermain dengan anak lain
menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya
d. Pre sekolah (3-6 tahun)
Dunia pre sekolah berkembang. Selama bermain, anak mencoba pengalaman baru
dan peran sosial. Pertumbuhan fisik lebih lambat.
1) Anak usia 3-4 tahun:
berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
berjalan pada jari kaki
belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
menggambar garis silang
menggambar orang (hanya kepala dan badan)
mengenal 2 atau 3 warna
bicara dengan baik
bertanya bagaimana anak dilahirkan
mendengarkan cerita-cerita
bermain dengan anak lain
menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana.
2) Anak usia 4-5 tahun :
mampu melompat dan menari
menggambar orang terdiri dari kepala, lengan dan badan
dapat menghitung jari-jarinya
mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
minat kepada kata baru dan artinya
memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya
membedakan besar dan kecil
menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa.
3) Anak usia 6 tahun:
ketangkasan meningkat
melompat tali
bermain sepeda
menguraikan objek-objek dengan gambar
mengetahui kanan dan kiri
memperlihatkan tempertantrum
mungkin menentang dan tidak sopan
e. Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik,
kognitif dan sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
1) Anak usia 6-7 tahun :
membaca seperti mesin
mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
membaca waktu untuk seperempat jam
anak wanita bermain dengan wanita
anak laki-laki bermain dengan laki-laki
cemas terhadap kegagalan
kadang malu atau sedih
peningkatan minat pada bidang spiritual
2) Anak usia 8-9 tahun:
kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
menggunakan alat-alat seperti palu
peralatan rumah tangga
ketrampilan lebih individual
ingin terlibat dalam segala sesuatu
menyukai kelompok dan mode
mencari teman secara aktif
3) Anak usia 10-12 tahun:
pertambahan tinggi badan lambat
pertambahan berat badan cepat
perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
memasak, menggergaji, mengecat
menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
teman sebaya dan orang tua penting
mulai tertarik dengan lawan jenis
sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
f. Remaja (12-18/20 tahun)
1) Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologi
2) Mencoba nilai-nilai yang berlaku
3) Pertambahan maksimum pada tinggi,berat badan
4) Stres meningkat terutama saat terjadi konflik
5) Anak wanita mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk
6) Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), kesukaan
seksual mulai terlihat
7) menyesuaikan diri dengan standar kelompok
8) anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak wanita suka bicara tentang
pakaian, make-up
9) hubungan anak-orang tua mencapai titik terendah, mulai melepaskan diri dari
orang tua
10) takut ditolak oleh teman sebaya
11) Pada akhir masa remaja : mencapai maturitas fisik, mengejar karir, identitas
seksual terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang
begitu penting, emosi lebih terkontrol, membentuk hubungan yang menetap.
g. Dewasa muda (20-40 tahun)
1) Gaya hidup personal berkembang.
2) Membina hubungan dengan orang lain
3) ada komitmen dan kompetensi
4) membuat keputusan tentang karir, pernikahan dan peran sebagai orang tua
5) Individu berusaha mencapai dan menguasai dunia, kebiasaan berpikir rasional
meningkat
6) pengalaman pendidikan, pengalaman hidup dan kesempatan dalam pekerjaan
meningkat.
h. Dewasa menengah (40-65 tahun)
1) Gaya hidup mulai berubah karena perubahan-perubahan yang lain, seperti anak
meninggalkan rumah
2) anak-anaknya telah tumbuh dewasa dan mulai meninggalkan rumah
3) dapat terjadi perubahan fisik seperti muncul rambut uban, garis lipatan pada
muka, dan lain-lain
4) waktu untuk bersama lebih banyak
5) Istri menopause, pria ingin merasakan kehidupan seks dengan cara menikah
lagi (dangerous age).
i. Dewasa tua
1) Young-old (tua-muda), 65-74 tahun : beradaptasi dengan masa pensiun
(penurunan penghasilan), beradaptasi dengan perubahan fisik, dapat
berkembang penyakit kronik.
2) Middle-old (tua-menengah), 75-84 tahun : diperlukan adaptasi terhadap
penurunan kecepatan dalam pergerakan, kemampuan sensori dan peningkatan
ketergantungan terhadap orang lain.
3) Old-old (tua-tua), 85 tahun keatas : terjadi peningkatan gangguan kesehatan
fisik.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
a. Faktor Genetik
b. Faktor herediter konstitusional
c. Faktor lingkungan
Lingkungan ini meliputi aspek fisikobiopsikososial yang dapat berupa :
1) Orang tua : hidup rukun dan harmonis, persiaan jasmani, mental, social yang
matang pada saat membina keluarga, mempunyai tingkat ekonomi/
kesejahteraan yang cukup, cukup waktu untuk memperhatikan, membimbing
dan mendidik anak
2) Pelayanan KIA dan KB yang cukup untuk perlindungan kesehatan Ibu dan
Anak dengan jaringan dan fasilitas yang memadai dalam tenaga, peralatan,
anggaran dan mencakup seluruh populasi.
3) Di daerah perkotaan maupun pedesaan diciptakan keadaan yang cukup baik
dalam segi-segi : kesehatan, geografis, demografis, social ekonomi.
4) Pendidikan di rumah, sekolah, diluar sekolah dan rumah untuk pembinaan
perkembangan emosi, social, moral, etika, tanggung jawab, pengetahuan,
ketrampilan dan kepribadian.

5. Masalah yang Sering Terjadi pada Tahap Tumbuh Kembang
a. Masalah pada anak-anak dari sejak lahir sampai usia 5 tahun.
Sindroma Down
Kerdil
Autis
Gangguan perkembangan bicara
b. Masalah utama anak usia sekolah dan remaja
Penyesuaian diri di sekolah
Bentuk tulang belakang yang abnormal
Penyalahgunaan obat/substansi
c. Masalah pada usia pertengahan orang dewasa
Diabetes
Cacat fisik tubuh
Osteoporosis
d. Masalah utama pada manula
Kerusakan penglihatan
Kerusakan pendengaran

6. Tugas Keluarga Sesuai dengan Tumbuh Kembang
a. Keluarga pemula
membangun perkawinan yang saling memuaskan
menghububgkan jaringan persaudaraan secara harminis
keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua

b. Keluarga sedang mengasuh anak
Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.
Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan
anggota keluarga.
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-
peran orang tua dan kakek nenek

c. Keluarga dengan anak usia prasekolah
Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi,
keamanan
Mensosialisasikan anak
Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-
anak yang lain
Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
d. Keluarga dengan anak usia sekolah
Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Mengembangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri
Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak
f. Keluarga melepaskan anak dewasa muda
Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru
didapatkan melalui perkawinan anak-anak
Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri
g. Orangtua usia pertengahan
Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
Mempertahankan hubungan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan para orangtua lansia dan anak-anak
Memperkokoh hubungan perkawinan
h. Keluarga lansia
Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
Mempertahankan hubungan perkawinan
Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup)

7. Skrining Dan Pengawasan Tumbuh Kembang
Pengawasan tumbuh kembang anak dilakukan secara kontinue dengan pencatatan
yang baik dimulai sejak dalam kandungan (Ante Natal Care) secara teratur dan
pengawasan terutama anak balita.
Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS).
Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development
Screening Test).
Sedangkan tahap-tahap penilaian perkembangan anak yaitu :
Anamnesis
Skrining gangguan perkembangan anak
Evaluasi penglihatan dan pendengaran anak
Evaluasi bicara dan bahasa anak dan pemeriksaan fisik

8. Teori Perkembangan Menurut Sigmund Freud
a. Fase Oral : 0 1 tahun
Keuntungan :
Kepuasaan/kebahagian terletak pada mulut
Mengisap,menelan,memainkan bibir,makan,kenyang dan tidur.
Kerugian :
Menggigit,mengeluarkan air liur,marah,menangis jika tidak terpenuhi.
b. Fase Anal : 1 3 tahun
Keuntungan :
Belajar mengontrol pengeluran BAB dan BAK,senang melakukan sendiri
Kerugian :
Jika tidak dapat melakukan dengan baik.

c. Fase Phalic : 3 6 tahun
Dekat dengan orang tua lawan jenis
Bersaing dengan orang tua sejenis
d. Fase latent : 6 12 tahun
Orientasi social keluar rumah
Pertumbuhan intelektual dan social
Banyak teman dan punya group
Impuls agresivitas lebih terkontrol
e. Fase genital
Pemustan seksual pada genital
Penentuan identitas
Belajar tidak tergantung pada orang tua
Bertanggung jawab pada diri sendiri
Intim dengan lawan jenis.
Keuntungan : bergroup
Kerugian : konflik diri,ambivalen.

C. ANAK
1. Pengertian Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain
mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat.
Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola
koping dan perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan
fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian
juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama.
Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep
diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan
mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Demikian
juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki
anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat
kita lihat pada saat bayi anak menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak
adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya,
dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami
perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak
sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang
banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah mulai menunjukkan
terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan usia. Perubahan
perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti
bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis,
2005).

D. PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah mulai berusia 6 tahundan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 th, awal dari masa remaja..Keluarga
biasanya mencapai jumlah anggota maksimum dan hubungankeluarga diakhir tahap ini
(duvall,1977). Lagi-lagitahun-tahunpada masa ini merupakan masa-masatahun-tahun
yang sibuk. Kini anak anak mempunyai keinginan dan kegiatan kegiatan masing-
masing disamping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan di dalam hidup, serta
kegiatan dari orang tua sendiri.setiap orang menjalani tugas tugas perkembangannya
sendiri.sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugas-tugas perkembangannya
sendiri. Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda yaitu, berupaya mencari kepuasan
dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas perkembangan generativitas) dan
memperhatikan perkembangan mereka sendiri; sementara anak-anak usia sekolah
bekerja untuk mengembangkan sense of industry --- kapasitas untuk menikmati
pekerjaan--- dan mencoba mengurangi atau menangkis rasa rendah diri.
1. Ciri-ciri anak usia sekolah
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a. Label yang digunakan oleh orang tua
1) Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan
lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota
keluarga lainnya.
2) Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh
dalam penampilan.
3) Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengaran antar keluarga dan
membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga.
b. Label yang digunakan pendidik/guru
1) Usia sekolah dasar: anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan
yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan
dewasa dan mempelajari berbagai ketrampilan penting tertentu baik kurikuler
maupun ekstrakurikuler
2) Periode kritis dalam berprestasi: anak memberntuk kebiasaan untuk mencapai
sukses, tidak sukses atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai
dewasa.
c. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
1) Usia berkelompok: perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
2) Usia penyesuaian diri: anak ingin menyesuaikan dengan standar yang
disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara dan berperilaku.
3) Usia kreatif: suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi
konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
4) Usia bermain: suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat
besar karena adanya minat dan kegiatan untuk bermain.

2. PERKEMBANGAN AKHIR MASA KANAK-KANAK
Tugas perkembangan akhir masa kanak-anak menurut Havigrust
a. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan
umum
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang
sedang tumbuh.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya
d. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita yang tepat
e. Mengembangkan ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untu kehidupan sehari-
hari
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkatan nilai.
h. Mengembangan sikap terhadap kelompok-kelompok social dan lembaga-
lembaga
i. Mencapai kebebasan pribadi

3. PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH (TUGAS MANDIRI)
Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah
a. Perkembangan Biologis
Pada usia sekolah pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan, pada anak laki-laki lebih tinggi dan kurus, pada anak perempuan
lebih pendek dan gemuk. Pada usia ini pembentukan lemak lebih cepat daripada
otot.
b. Perkembangan Psikososial
Pada masa ini anak-anak selalu melakukan aktivitas bersama atau kelompok.
Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia sekolah digolongkan
dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus.



c. Perkembangan Kognitif
Menurut Pieget anak berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol kemampuan
anak yang dimiliki pada tahap operasional konkret, yaitu:
1) Konservasi: menyukai sesuatu yang dapat dipelajari secara konkret bukan
magis.
2) Klasifikasi ; mulai belajar mengelompokkan, menyusun dan mengurutkan.
3) Kombinasi: mulai mencoba belajar dengan angka dan huruf sesuai dengan
keinginan yang dihubungkan dengan pengalaman yang sebelumnya.
d. Perkembangan spiritual
Pada usia anak-anak mulai tertarik terhadap surga dan neraka, sehingga mereka
mematuhi semua peraturan karena takut masuk neraka.
e. Perkembangan bahasa
Kosa kata anak bertambah, kesalahan pengucapan mulai berkurang karena
bertambahnya pengalaman dan telah mendengarkan pengucapan yang benar.
Pembicaraan yang dilakukan dalam tahap ini lebih terkendali dan terseleksi
karena anak menggunakan pembicaraan sebagai alat komunikasi
f. Perkembangan Seksual
Pada masa ini anak mulai menyesuaikan penampilan, pakaian, dan gerak-
geriknya sesuai dengan peran seksnya.
g. Perkembangan Konsep Diri
Dipengaruhi oleh hubungan dengan orang tua, saudara, dan saudara lainnya.Dan
anak membentuk konsep diri sehingga membentuk ego ideal yang berfungsi
sebagai standar perilaku umum yang di internalisasi.

E. MASALAH ANAK USIA SEKOLAH
a. BAHAYA FISIK
1) Penyakit
Penyakit palsi/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan
keberhasilan diri
2) Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan
kesempatan untuk keberhasilan social
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak
menjadi rendah diri
3) Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik,kecelakaan sering dianggap sebagai
kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya
sehingga anak merasa takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu
yang akan mempengaruhi hubungan social.
4) Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila
muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
5) Kesederhanaan
Hal ini sering dilakuan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya
sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai
penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak.

b. BAHAYA PSIKOLOGIS
1) Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak
usia sekolah yaitu:
Kosa kata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah
dan menghambat komunikasi dengan orang lain.
Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat
anak jadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja.
Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan di
lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan
mudah merasa bahwa ia berbeda.
Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik, dan merendahkan orang
lain, membual akan ditentang oleh temannya.
2) Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukkan pola-pola emosi yang
kurang menyenangkan seerti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat
kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
3) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan social akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olah raga untuk menjadi
anggota kelompok, anak dilarang berkhayal, dilarang melakukan kegiatan
kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
4) Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
terhadap diri sendiri dan tidak puas terhadap perlakuan orang lain bila konsep
sosialnya didasarkan pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan
bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya
berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus-menerus akan memberikan
pengaruh buruk pada penyesuaian social anak
5) Bahaya moral
Bahaya umum dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-
anak:
Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasaran konsep-konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak
sesuai dengan kode orang dewasa.
Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang
sebaiknya dilakukan.
Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga menjadi perilaku kebiasaan
Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
6) Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak:
Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman
sebaya
Mengembangkan sikap yng kurang baik terhadap minat yang dapat
bernilai bagi dirinya, misal kesehatan dan sekolah.
7) Bahaya hubungan keluaga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga:
Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran
orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak
cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam
melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang
tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak.
Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan
disiplin lunak pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan
pertentangan dirumah dan menyebabkan kebencian pada anak. Disiplin
demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
Status social ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih
buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang
tue cenderung membenci hal itu.
Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi
perasaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai
oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karir dan oleh
banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan
harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap kritis dan
membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih
kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua
dan saudara yang dianggap kesayangan orang tua.
Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap
sanak keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan
memarahi anak serta sanak keluarga membenci sikap si anak.
Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua
kandung yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas
dan perilaku yang sulit.













TABEL ; TAHAP IV SIKLUS KEHIDUPAN KELUARGA INTI DENGAN DUA OT.DAN
TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA YANG BERSAMAAN
Tugas tugas perkembangan keluarga : mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman-teman
sebaya yang sehat 2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan. 3.
Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.. tugas ot pd tahap ini adalah
untuk belajar menghadapi pisah denga, atau lebih sederhana membiarkan anak pergi.
Lama kelamaan hub dengan teman sebaya dan kegiatan2 diluar rumah akan memainkan
kperanan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah tersebut, tahun-tahun ini
dipenuhi dengan kegiatan kegiatan keluarga tetapi ada juga kekuatan-kekuatan yang
secara perlahan-lahan mendorong anak tersebut pisah dari dari keluarga sebagai
persiapan menuju masa remaja. Selama tahap ini ot merasakan tekanan yang luar biasa
dari komunitas diluar rumah melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi diluar
keluarga yang mengharuskan anak-anak merekamenyesuaikan diri dengan standar2
komunitas dari anak.
Kecacatan pada anak-anak akan ketahuan selama periode kehidupan periode
ini. Para perawat, sekolah dan guru akan mendeteksi banyak defek penglihatan
pendengaran, wicara, selain kesulitan belajar, gangguan tingkah laku,dan perawatan gigi
yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalahgunaan zat, dan penyakit-penyakit
menular (Edelman dan mandle, 1986). Bekerja dengan keluarga dengan peran sebagai
konselor dan pendidik dalam bidang kesehatan, selain untuk memulai rujukan yang
layak untuk skrening lanjutan.
Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksi selama tahun-tahun sekolah,
termasuk epilepsi, serebral palsi, retardasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi
putama perawat kesehatan pada tahap ini; disamping fungsi rujukan, mengajar, dan
memberikan konseling kpd ot mengenai kondisi tersebut akan membantu keluarga
melakukan koping sehingga pengaruh yang merugikan dari cacat tersebutpada kelurga
dapat dimionimalkan.
Bagi anak-anak dengan masalah tingkah laku harus melibatkan orang tua
secara aktif. Memulai rujukan untuk konseling/terapi keluarga sering sangat bermanfaat
dalam membantu keluarga agar ssdar akan masalah-masalah keluarga yang mungkin
mempengarughianak usia sekolah secara merugikan. Jika orangtua dapat menata
kembali masalah tingkah laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan berupaya
mencari resolusi dengan fokus baru tersebut akan tercapai lebih banyak fungsi-fungsi
keluarga dan tingkah laku anak yang sehat.

























ASUHAN KEPERAWATAN
4. Pengkajian
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram :
Nama / inisial
Jenis Kelamin
Tanggal lahir/umur
Hubungan dengan kepala keluarga
Pendidikan
Pekerjaan
6) Tipe keluarga
7) Latar belakang budaya
8) Identifikasi religious
9) Status ekonomi
10) Aktifitas rekreasi/waktu luang
b. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Mobilitas geografis keluarga
3) Hubungan keluarga dengan fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga.
c. Struktur keluarga.
1) Pola komunikasi keluarga.
2) Struktur Kekuatan keluarga.
3) Struktur Peran.

d. Fungsi keluarga
1) Fungsi Afektif.
2) Fungsi Sosialisasi.
3) Fungsi ekonomi.
e. Stres dan koping keluarga.
1) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor.
2) Strategi koping yang diigunakan.
f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan sesuaii dengan
tahap perkembangan saat ini.
3) Riwayat keluarga inti mulai lahir hingga saat ini.
4) Riwayat keluarga sebelumnya.
Pengkajian fokus:
a. Review kembalicatatanmedismasalahkesehatan yang
berkaitandengangangguanpadaperkembangananak
b. Kajipengetahuankeluargaakanpenyakit/masalahyangberkaitandengangangguantum
banganak
c. Tentukanperkembangananaksesuaiumurnya (dengan DDST)
d. Kajikemampuan fungsionalanak yang
meliputikemampuannyadalammakan,mandi,berpakaian,berjalan,memecahkanmasa
lahdanberkomunikasi.
e. Kajipersepsi orang tua
dantingkatperkembangananakdanpengharapanmerekaterhadapanaknya.
f. Kajitentanghubungan orang tuadenagananak
g. Kajisumber-sumber yang mendukungsepertitingkatperekonomiankeluargadll yang
dapatmendukungperkembangananak.

5. Diagnosa Keperawatan
a. Potensial peningkatan kebugaran fisik berhubungan dengan ketmampuan keluarga
dan klien dalam menjaga lingkungan keluarga yang sehat
b. Potensial peningkatan status kesehatan keluarga berhubungan dengan
Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
c. Potensial peningkatan aktualitasi diri berhubungan dengan kemampuan keluarga
dan klien dalam mengenal masalah kesehatan
d. Isolasi social b.d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
Ketidakmampuan keluarga memutuskantindakankesehatan yang tepatbagikeluarga
e. Resiko cedera b.d Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan
f. Cemas pada keluarga berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal
masalah kesehatan
g. Kurang pengetahuan b/d Ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kesehatan
h. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dan
klien dalam mengenal masalah kesehatan
i. Depresi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dan klien dalam
mengenal masalah kesehatan
j. Resiko terjadi cedera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dan klien
dalam merawat anggota keluarga yang sakit
k. Distress spiritual berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga dan klien dalam
mengenal masalah kesehatan
l. Resiko penyalahgunaan obat berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dan
klien dalam merawat anggota keluarga yang sakit
m. Konflik keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dan klien dalam
merawat lingkungan keluarga yang sehat






INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Potensial
peningkatan
status kesehatan
keluarga Tn. X
berhubungan
dengan
Kemampuan
keluarga Tn. X
dalam mengenal
masalah
kesehatan

Umum :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 kali kunjungan
diharapkan keluarga Tn.
Xdapat
mempertahankan atau
meningkatkan status
kesehatan keluarga
Khusus :
-Keluarga mengetahui
tentang cara penanganan
awal pada anggota
keluarga yang sakit.
-Keluarga mampu
mengenal dan
menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada di
masyarakat sebagai
bagian dari upaya
kesehatan keluarg


Bina hubungan saling percaya
perawat dengan anggota keluarga
dalam rangka perencanaan tindak
lanjut.
Motivasi keluarga untuk tetap
menjaga kesehatan
Anjurkan kepada keluarga untuk
segera membawa ke pusat
pelayanan kesehatan jika anggota
keluarga ada yang kurang sehat
Anjurkan keluarga untuk menjaga
PHBS di keluarga dan
lingkungan

2. Potensial
peningkatan
aktualitasi diri
An. Y
berhubungan
dengan
Kemampuan
keluarga Tn. X
(An. Y) dalam
mengenal
masalah
kesehatan
Umum :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 kali kunjungan
diharapkanAn. Y dapat
meningkatkan aktualisasi
dirinya sesuai denga
tahap perkembangannya.
Khusus :
-An. Y dapat
menjelaskan ciri-ciri
pergaulan yang sehat
pada tahap usia remaja
-An. Y dapat
mempertahankan
prestasinya disekolah


1. Bina hubungan saling percaya
perawat dengan anggota
keluarga dalam rangka
perencanaan tindak lanjut.
2. Beri motivasi pada An. Y untuk
menjaga pola pergaulan yang
sehat di masyarakat dan
sekolah.
3. Beri motivasi pada An. Y untuk
mempertahankan atau
meningkatkan prestasinya
disekolah
4. Beri reinforcement positif
kepada An. Y setiap An. Y
dapat menunjukkan sikap yang
positif


DAFTAR PUSTAKA
Friedman, Marilyn (2008). Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik edisi 5.
Jakarta: EGC.

Hurlock, Elizabeth, B. (2008). Child Development, Sixth Edition. New York :Mc.
Graw Hill, Inc.

Jhonson & Leny.(2010). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Santrock, J.W, & Yussen, S.R. (2008).Child Development, 5 th Ed.Dubuque, IA,
Wm, C.Brown

Suprajitno.(2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam
Praktek.Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi