Vous êtes sur la page 1sur 63

ANC PATOLOGI TENTANG KET

BAB 1
PENDAHULUAN

Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
bersangkutan berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang
gawat, keadaan yang gawat ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu,
kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa peristiwa yang dapat dihadapi
oleh setiap dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik
terganggu itu, hal yang perlu di ingat ialah, bahwa pada setiap wanita dalam masa
produksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri
perut bagian bawah, perlu dipikirkan kehamilan ektopik terganggu.













BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 KONSEP DASAR KEHAMILAN
2.1.1 Pengertian kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang di buahi berimplantasi
dan rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar
biasa misalnya dengan servik atau dalam tanduk atau rudimeter tanduk.
2.1.2 Penyebab kehamilan Ektopik
Penyebab kehamilan ektopik banyak diselidiki , tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui , tiap kehamilan dimulai dengan pembuatan telur
dibagian ampula tuba dan didalam perjalanan ke uterus , terus mengalami
sehingga pada saat nidasi masih dituba.
Diantara sebab-sebab yang menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga
mengadakan implantasi dituba :
a. Migratio Externa adalah perjalanan telur panjang terbentuk trofoblast
sebelum telur ada cavum uteri.
b. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering
di sertai gangguan fungsi silia endosalping.
c. Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit
d. Bekas radang pada tuba: disini radang menyebabkan perubahan pada
endosalping sehingga walaupun fertilisasi masih dapat terjadi gerakan
ovum ke uterus lambat.
e. Kelainan bawaan pada tuba, antara lain difertikulum, tuba sangat panjang
dan sebagiannya.
f. Gangguan fisilogis tuba karna pengaruh hormonal, perlekatan perituba.
Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tubuh.
g. Abortus buatan.

2.2 PATOLOGI
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama
dengan di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau inter
kolumner. Pada yang pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot
endosalping. Perkembangan telur selanjutnya di batasi oleh kurangnya
vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di resorbsi.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan, karena
tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar kehamilan tuba
terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Ovum mati dan kemudian
diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya kehamilan tidak di ketahui, dan
perdarahan dari uterus yang timbul sesudah meninggalnya ovum, di
anggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2. Abortus ke dalam lumen tuba Trofoblast dan villus korialisnya menembus
lapisan pseudokapsularis, dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam
lumen tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba (hematosalping) dan
dapat pula mengalir terus ke rongga peritoneum, berkumpul di kavum
Douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina.
3. Ruptur dinding tuba, Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi
pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada
pars interstialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama
yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke dalam
lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum.

2.3 GEJALA DAN TANDA
Gejala dan tanda kehamilan tuba terganggu sangat berbeda, Dari perdarahan
banyak yang tiba-tiba dalam ronga perut sampai terdapat nya gejala yang tidak
jelas, sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan
ektopik terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil.

2.4 DIAGNOSIS
Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik, gejala-gejala
kehamilan ektopik beraneka ragam, sehingga pembuatan diagnosis kadang-
kadang menimbulkan kesukaran yang terpenting dalam pembuatan diagnosis
kehamilan ektopik ialah supaya pada pemeriksaan penderita selalu waspada
terhadap kemungkinan kehamilan ini.


Pemeriksaan untuk membantu diagnosis:
a. Tes kehamilan
Apa bila tes nya positif, itu dapatv membantu diaknosis.
b. Pemeriksaan umum
Penderita tampak kesakitan dan pucat: pada perdarahan dalam rongga perut tanda
syok dapat di temukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya
sedikit mengembung dan nyeri tekan.
c. Anamnesis
Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang terdapat gejala
subyektif kehamilan muda nyeri perut bagian bawah.
d. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan muda mungkin ditemukan, pergerakan serviks menyebabkan
rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan
kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hemoglobin dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakan
diagnosis kehamilan ektopik terganggu terutama ada tanda perdarahan dalam
ronggan perut.
f. Pemeriksaan kuldosentesis
Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum Douglas ada darah, cara ini amat berguna dalam membantu diagnosis
kehamilan ektopik terganggu.


g. Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan ini berguna dalam diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pastinya
ialah apa bila ditemukan kantong gestasi diluar uterus yang didalam nya tampak
denyut jantung janin.
h. Pemeriksaan laparoskopi
Digunakan sebagai alat Bantu diagnostik terakhir untuk kehamilan ektopik.

2.5 KOMPLIKASI POTENSIAL
Komplikasi- komplikasi kehamilan tuba yang biasa adalah rupture tuba atau
abortus tuba yang biasa adalah rupture tuba atau abortus tuba , aksterosif dari
trofoblast dapat menyebabkan kekacauan dinding tuba secara mendadak : rupture
mungkin paling sering timbul bila kehamilan berimplantasi tuba dapat
menimbulkan hematokel pelvis, reaksi peradangan local dan infeksi sekunder
dapat berkembang dalam jaringan yang berdekatan denan bekuan darah yang
berkumpul.

2.6 PENANGANAN
a. Setelah diagnosis ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif
gawat darurat.
b. Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan
tindakan operatif karena sumber perdarahan harus dihentikan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan
larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima menit pertama) atau 2l
dalam dua jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
d. Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion berikut ini :
1.) Pastikan darah yang dihisap dari rongga obdomen telah melalui alat pengisap
dan wadah penampung yang steril.
2.) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukan kedalam
kantung darah (blood bag) apabila kantung darah tidak tersedia masukan dalam
botol bekas cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan
sodium sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah.
3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang mempunyai saringan pada
bagian tabung tetesan.

e. Tindakan dapat berupa :
1) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung
hasil konsepsi.
2) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut
merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada
satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko
tindakan ini adalah kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi
(hasil ektopik ulangan).
f. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang di sebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien di
beri anti biotik kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.
g. Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:
1) Ketoprofen 100 mg supositoria.
2) Tramadol 200 mg IV.
3) Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap reaksi hipersensitivitas).
h. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
i. Konseling pasca tindakan
1) Kulanjutan fungsi reproduksi.
2) Resiko hamil ektopik ulangan.
3) Kontrasepsi yang sesuai.
4) Asuhan mandiri selama dirumah.

















PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar
endometrium kavum uteri , hamil ini di tandai dengan : Amenorea , gejala
kehamilan muda dan pendarahan yang berwarna cokelat , dan pemeriksaan vagina
terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan nyeri pada perabaan dan kavum
douglasi menonjol karena ada pembekuan darah. Pada kasus seperti ini, segera
ambil tindakan.

4.2 SARAN
1. diharapkan kepada kita semua tenaga kesehatan apabila merasakan dan
mengetahui
Gejala seperti yang telah dijelaskan / dituliskan dan melakukan tindakan.
2. Bagi klien diharapkan melakukan control kebidanan apabila sewaktu waktu
ada
Keluhan.







DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, Buku Ilmu Kebidanan (1976)
Sarwono Prawirohardjo, Buku pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2002
www.google.com/kehamilan-ektopikterganggu.com






























NIFAS PATOLOGI DENGAN PERDARAHAN SISA PLASENTA












BAB I
PENDAHULUAN

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira- kira 6 minggu. (Saifuddin,2010;N23)

Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi
ibu pada kondisi tidak hamil. (Varney,2007;958)

Selama masa nifas berlangsung, dapat terjadi banyak komplikasi. Komplikasi
yang sering muncul antara lain: perdarahan pasca persalinan/ hemoragia pasca
partum (HPP), infeksi masa nifas, tromboemboli, dan depresi pasca persalinan.










BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Definisi perdarahan post partum menurut buku Sinopsis Obstetri Fisiologi &
Patologi, Prof.Dr. Rustam Mochtar yaitu perdarahan yang terjadi lebiuh dari 500-
600 ml dalam zasa 24 jam pertama setelah anak lahir.
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua bagian :
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorage)
Ialah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah anak
lahir.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorage)

Ialah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah
anak lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari postpartum.
Perdarahan postaprtum merupakan penyebab perdarahan bidang obstetrik yang
paling sering. Sebagai penyebab langsung kematian maternal, perdarahan
psotpartum merupakan penyebab kematian akibat perdarahan.

B. ETIOLOGI
Menurut buku Sinopsis Obstetri Fisiologi & Patologi, Prof.Dr. Rustam Mochtar,
hal-hal yang menyebabkan perdarahan post aprtum adalah :
1). Atonia uteri;2). Perlukaan jalan lahir;3). Terlepasnya sebagaian plasenta dari
uterus;4). Tertinggalnya sebagian plasenta umpamanya kotiledon atau plasenta
suksentriata.
Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut :
1) Atonia uteri 50 % - 60 %
2) Retensio plasenta 16 % - 17 %
3) Sisa plasenta 23 % - 24%
4) Laserasi jalan lahir 4 % - 5%
5) Kelainan darah 0,5 % - 0,8%
Plasenta suksentriata menurut WHO dalam Modul Hemoragi Postpartum ialah
lobus yang tambahan dari jaringan plasenta yang terletak dalam selaput ketuban
kantung janin dengan pembuluh darah yang menuju plasenta utama.
Belahan seperti itu kemungkinan akan tertinggal dalam uterus setelah kelahiran
plasenta utama dan dapat meningkatkan resiko perdarahan yang parah. Jika ada
lubang pada selaput ketuban dengan pembuluh darah berada di dalamnya, maka
bidan akan mengetahui bahwa ada potongan lobus ekstra, bukan kepingan selaput
ketuban yang tertinggal.
Bagan.Identifikasi masalah hemoragi postaprtum primer menurut buku Modul
Hemoragi Postpartum safe Motherhood,EGC.

C. DIAGNOSIS
Pada tiap-tiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya. Secara
ringkas membuat diagnosis adalah seperti bagan berikut :
Right Arrow Callout: 1. Palpasi uterus :bagaimana kontraksi & TFUnya 2.
Memeriksa palsenta& ketuban : apakah lengkap/tidak 3. Lakukan eksplorasi
kavum uteri untuk mencari : a. Sisa ketuban dan plsenta (plasenta suksentriata) b.
Robekan rahim. 4. Inspekulo: untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan
varises yang pecah. 5. Pemeriksaan laboratorium: a. Pemeriksaan darah b.
Hemoglobin c. Clot Observation Test
Cloud Callout: 1. Atonia uteri 2. Sisa-sisa plasenta & ketuban 3. Robekan jalan
lahir 4. Penyakit darah (Kelainan pembekuan darah)

Sumber. buku Sinopsis Obstetri Fisiologi & Patologi, Prof.Dr. Rustam Mochtar.

D. KEADAAN YANG MENAMBAH RISIKO TERJADINYA PERDARAHAN
POSTAPRTUM
Keadaan umum yang menambah risiko terjadinya perdarahan postpartum menurut
buku Sinopsis Obstetri Fisiologi & Patologi, Prof.Dr. Rustam Mochtar ialah :
1). Regangan uterus yang berlebihan
Misalnya pada hydramnion dan kehamilan ganda.
2). Keadaan umum yang lemah, misalnya anemia.
3). Partus lama atau persalinan sulit (distosia)
4). Riwayat persalinan dengan perdarahan postpartum.

E. PRINSIP-PRINSIP PENATALAKSANAAN PERDARAHAN
POSTAPRTUM
Prinsip-prisnip penatalaksanaan PPH menurut WHO dalam Modul Hemoragi
Postpartum yakni :
1). Kecepatan
2). Keterampilan
3). Prioritas.

F. TUJUAN PENATALAKSANAAN PERDARAHAN POSTPARTUM
Tujuan penatalaksanaan perdarahan postpartum menurut WHO dalam Modul
Hemoragi Postpartum ialah untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan
maternal.

G. PRIORITAS & PENATALAKSANAAN PERARAHAN POSTPARTUM
Prioritas & penatalaksanaan perarahan postpartum menurut buku Modul
Hemorragi Postpartum ialah :
1). Tentukan diagnosa
2). Agar perdarahan berhenti, uterus harus dibuat berkontraksi dengan masase
uterus dan keluarkan bekuan darah.
3). Kosongkan kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu penuuh, karena
kandung kemih yang penuh dapat mengurangi kontraksi uterus.
4). Kaji kondisi pasien(denyut nadi, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, tonus,
uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang keluar.
5). Perbaiki keadaan umum dengan memasang infus menggunakan cairan normal
salin atau natrium laktat karena cairan tersebut dapat diberikan dengan cepat,
maka volume, tekanan dan sirkulasi darah dapat pertahankan.
6). Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongand arah dan pencocokan
silang.
7). Pada kasus syok parah, gunakan plasma ekspander atau transfusi darah yang
tersedia.
Keuntungan menggunakan plasma ekspander dibandingkan cairan IV lainnya
adalah :
1. Plasma ekspander tetap berada dalam pembuluh darah (cairan lain dapat
meresap ke jaringan)
2. Cairan ini menarik cairan lain dari jaringan ke pembuluh darah.
8). Kuretase oleh Dokter
9). Pemberian uterotonik.
10). Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan demam,
menggigil, rabas vagina berbau busuk, segera berikan antibiotika spectrum luas :
Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU setiap 6 jam +gentamisin 100 mg
stat IM, kemudian 80 mg tiap 8 jam+metronidazol 400 atau 500mg secara oral
setiap 8 jam.
Atau
Ampisilin 1 g IV diikuti 500 mg secara IM setiap 6 jam+metronidazol 400 mg
atau 500 mg secara oral setiap 8 jam
Atau
Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6 jam+gentamisin 100 mg
stat IM lalu 80 gr tiap 6 jam.
Atau
Benzilpenisilin 5 juta IU IV kemudian 2 juta IU tiap 6 jam+kloramfenikol 500 mg
secara IV tiap 6 jam.
11). Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri sampai :
1. Perdarahan telah terkendali
2. Kondisi umum lainnya bagus.
H. PEMERIKSAAN
1). Tenaga profesional perawat kesehatan yang terlatih akan :
1. Menelusuri uterus dengan lembut
2. Mengeluarkan sisa plasenta pada uterus.
2). Pantau kondisi pasien secara seksama selama 24-48 jam, meliputi :
1. Memeriksa bahwa uterus kenyal & berkontraksi dengan baik
2. Darah yang hilang, suhu, denyut nadi & tekanan darah
3. Kondisi umum (misalnya; kepucatan, tingkat kesadaran)
4. Asupan cairan & haluaran urine
5. Melakukan pencatatan yang akurat.
3). Sediakan asuhan keperawatan yangbaik, antara lain :
1. Kenyamanan fisik & hygiene
2. Dukungan emosional
3. Melakukan instruksi medis
4. Melaporkan tiap perubahn pada dokter.












BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR















BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan data yang ada ternyata kematian pada masa neonatus memberikan
kontribusi sekitar 75 % dari semua kematian selama tahun pertama kehidupan
bayi. Berbagai penyebab langsung kematian bayi pada masa neonatus seperti
BBLR (29 %), Asfiksia (27 %), Tetanus (10 %), Infeksi (15 %), Heratologi (6 %),
pemberian ASI (10 %), lain-lain (15 %). ( Anonim, 2010 ).

BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lebih kurang 2500 gr. Dahulu
bayi baru lahir yang berat badan kurang atau sama dengan 2500 gr disebut
prematur. Kondisi BBLR sangat rentan terhadap komplikasi dan membutuhkan
suatu perawatan yang tepat.

Masih tingginya presentase angka kematian bayi maka penulis mengambil judul
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN BBLR. Agar dapat
mendeteksi serta mencegah komplikasi pada BBLR sehingga dapat menurunkan
angka kematian BBLR.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr. (Dep Kes.
RI, 2001 : 122).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 500 gram, tanpa
memandang usian kehamilan. (Gladioostrange. Blogspot. Com).

2.2. Klasifikasi
Klasifikasi BBLR dapat digolongkan menjadi :
1. Prematuritas murni.
Adalah bayi lahir pada kehamilan kurang dari 37 minggu dengan BB yang sesuai.
2. Smal For Date (SFP) atau kecil untuk masa kehamilan.
Adalah bayi yang BB rendah kurang dari seharusnya umum kehamilan.
3. Reterdasi pertumuhan janin uterus.
Adalah bayi yang lahir dengan BB rendah dan tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
4. Lihgt for date sama dengan small for date.
5. Dismaturias.
Adalah suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidak seimbangan antara
pertumbuhan janin dengan lanjutan kehamilan.
6. Large for date.
Adalah bayi yang dilahirkan lebih besar dari seharusnya tua kehamilan missal
pada DM.
(Mohtar Rustam, 1998 : 448).

2.3. Etiologi
1. Faktor genetik / kromosom
2. Infeksi
3. Bahan toksit
4. Radiasi
5. Disfungsi plasenta
6. Faktor nutrisi
7. Faktor-faktor lain seperti merokok, peminum alcohol.

2.4. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium
2. Asfiksia Neonatorum
3. Sindrom Disstres Respirasi
4. Penyakit membran Hialin
5. Dismatur Preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu.
6. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
7. Hipotermia, hipoglikemia, anemi, gangguan pembekuan darah
8. Infeksi, retrolental fibroplasia, NEC ( necrotizing enterocolitis)
9. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi kongenital.

2.5. Penanganan Awal BBLR
1. Keringkan secepatnya dengan handuk kering.
2. Ganti kain basah dengan kain kering.
3. Bungkus bayi dengan kain dan sebelumnya lakukan perawatan tali pusat.
4. Untuk menghangatkan beri lampu 60 watt dengan jawak minimal 60 cm dari
bayi.
5. Kemudian tutup kepala bayi dengan topi bila perlu berikan oksigen.
6. Tetesi ASI bila perlu dapat dilakukan sende untuk memasukkan susu / ASI
pada bayi.
7. Bila bayi dalam keadaan rentang segera berikan infuse dektrose 10 % +
bikarbonas atau natricus 1,5 % - 4 % pada hari I : 60 cc / kg / hari, pada hari ke II
: 70 cc / kg / hari.
8. Berikan antibiotika.
9. Bila tidak dapat menghisap putting susu / tidak dapat menelan langsung /
biru / tanda-tanda hypotermi berat, terangkan kemungkinan bayinya akan
meninggal.
2.6. Perawatan Bayi Berat Badan Rendah
Yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan. Pemberian makanan
dan siap sedia dengan tabung oksigen. Pada bayi premature makin pendek masa
kehamilan, makin sulit dan makin banyak persoalan yang dihadapi. Biasanya
kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi cacat bawaan dan trauma
pada otak.
1. Pengaturan suhu lingkungan
Dapat dilakukan dengan pemanasan lampu atau dengan memasukkan dalam
incubator dengan suhu yang diatur :
* Suhu berat badan di bawah 2 kg 35
0
C.
* Bayi berat badan 2 kg sampai 2,5 kg 34
0
C.
Suhu incubator diturunkan 1
0
C setiap minggu sampai bayi ditempatkan pada
suhu lingkungan sekitar 24 sampai 27
0
C.
2. Makanan bayi berat lahir rendah
Umumnya bayi premature belum sempurna reflek menghisapnya, kapasitas
lambung masih kecil dan daya enzim pencernakan terutama lipase masih kurang,
maka makanan diberikan dengan sonde atau pipet sedikit demi sedikit tapi sering.
3. Pada perawatan bayi berat lahir rendah juga dapat menggunakan Kanggoro
Mother Care (KMC).
KMC adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan
dikombinasikan dengan pemberian ASI. Metode ini bertujuan agar bayi kecil tetap
hangat DURASI :
- Dijalankan sampai bayi berat badan 2500 gram atau mendekati 40 minggu.
- Bila ibu perlu istirahat dapat digantikan ayah ataupun saudara.
- KMC dapat dilakukan setiap saat ketika bayi menginginkan.
4. Pakaian dan posisi bayi
- Berikan bayi pakaian, topi, popok dan kaos kaki yang telah dihangatkan
lebih dulu.
- Letakkan bayi di dada ibu :
Dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan lihat apakah kepala bayi
apakah sudah berfiksasi.
Posisikan bayi dalam frog position yaitu fleksi pada siku dan tungkai
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak ektensi.
- Tutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah cukup
hangat, dalam methode KM ini tidak memerlukan baju khusus dapat juga
menggunakan baju yang lebih besar dari badan ibu. Kemudian ibu memakai
selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.

2.7. Diagnosa Potensial yang Dapat Terjadi Pada BBLR
Hipotermi dapat disebabkan oleh lingkungan yang dingin karena bayi
tidak dapat menghasilkan panas dari dalam tubuhnya.
Ikterus biasanya terjadi pada BBLR dan lebih besar terjadi pada
premature, hal ini disebabkan karena adanya dasar patologis atau kadarbilirubin
mencapai nilai yang disebut hipebilirubinemia.
Dianggap bilirubinemia bila :
* Ikterus terjadi 24 jam pertama.
* Peningkatan konsentrasi lebih besar sama dengan 5 mg% / 24 jam.
* Peningkatan bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada NKL3 12,5 mg% pada
NCB.
* Disertai keadaan
- BB < 2000 mg
- UK < 36 mg
- Asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan
- Infeksi
- Trauma lahir kepala
- Hipoglikemia
- Hiporosmalalitas darah
Ikterus dapat dicegah dengan caa :
- Pengawasan antenatal yang baik
- Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus
- Pemberian makanan dini
- Pencegahan infeksi.
2.8 Penatalaksanaan
Resusitasi yang adekuat
Pengaturan suhu
Terapi oksigen
Pengawasan terhadap PDA ( patent ductus arteriosus )
Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutris yang cukup.
Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat.
2.9 Kebutuhan Nutrisi
Makanan bayi prematur refleks hisap, telan dan batuk belum sempurna. Kapasitas
lambung masih sedikit, kebutuhan protein 3 5 gram / hari dan tinggi kalori 110
kalori / kgBB / hari. Pemberian minum dimulai saat bayi berumur 3 jam. Jumlah
cairan yang diberikan pertama kali adalah 1 5 ml/ jam dan jumlahnya dapat
ditambah sedikit 12 jam.
Banyak cairan yang diberikan perhari adalah 60 ml/kgBB/ hari dan setiap hari
dinaikkan sampai dengan 200 ml/kgBB/ hari pada akhir minggu kedua.

Hari Kelahiran Cairan/kgBB/hari Kalori/kgBB/hari
1
2
3
4
5
6
7
8-10
60 ml
70 ml
80 ml
90 ml
100 ml
110 ml
120 ml
150 200 ml
40 kal
50 kal
60 kal
70 kal
80 kal
90 kal
100 kal
120 kal

Air susu yang paling baik adalah ASI. Bila bayi belum dapat menyusu, ASI dapat
di pompa dan dimasukkan dalam botol steril. Bila ASI tidak ada, ganti susu
dengan susu buatan yang mengandung lemak yang mudah dicerna oleh bayi (
lemaknya dari middle chain trigly ceride ) dan mengandung 20 kalori/ 30 ml air
atau sekurang kurangnya bayi dapat 110 kal/kgBB/ hari.
2.10 Pencegahan
Hal hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali salama
kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.ibu hamil yang diduga
beresiko, terutama faktor resio yang mengarah melahirkan bayi dengan BBLR
harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan
yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat meencanakan persalinan pada kurun umur reproduksi
sehat ( 20 34 tahun ).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat
meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu
selama hamil.


























INC PLASENTA PREVIA













BAB I
PENDAHULUAN

Implantasi plasenta normalnya terletak di bagian fundus (bagian puncak atau atas
rahim). Bisa agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke
bagian bawah apalagi menutupi jalan lahir. Patahan jalan lahir ini adalah ostium
uteri internum, sedangkan dari luar dari arah vagina disebut ostium uteri
eksternum.
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan
pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Plasenta previa merupakan
salah satu penyebab utama perdarahan antepartum pada trimester ketiga.
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin
meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi
penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga
terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5
o
C yang bukan merupakan keadaan
patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan
merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan
infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua
alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya
suhu badan melebihi 38
o
C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut
selama dua hari.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(Mochtar, 1998).
Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:
1. Plasenta Previa Totalis
Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak
mungkin bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena
risiko perdarahan sangat hebat.
2. Plasenta Previa Parsialis
Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat
implantasi inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak
dilahirkan melalui pervaginam.
3. Plasenta Previa Marginalis
Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan
pervaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
4. Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)
Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan
lahir risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan
pervaginam dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas
pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

B. Etiologi Plasenta Previa
Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga
hal tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium
yang mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi.
(Mochtar, 1998). Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen
bawah uterus pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan
rusak akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan
terjadi akibat ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara
adekuat. Faktor risiko plasenta previa termasuk:
1. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
2. Riwayat seksio sesarea.
3. Riwayat aborsi.
4. Kehamilan ganda.
5. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6. Multiparitas.
7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit
permukaan bagi penempatan plasenta.
8. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari
indung telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9. Adanya trauma selama kehamilan.
10. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia
kehamilan 30 minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar
serta menipis.
11. Mendapat tindakan Kuretase.

C. Patologi Plasenta Previa
Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana
serabut otot uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta
yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.
Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
daripada pada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan dimulai.

D. Tanda Dan Gejala Plasenta Previa
Gejala Utama
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna
merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

Gejala Klinik
1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi
pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama
sering terjadi pada triwulan ketiga.
2. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh
adanya rasa sakit.
3. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak
jarang terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
5. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya
perdarahan, sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

E. Diagnosis Plasenta Previa
Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan oleh plasenta previa diperlukan
anamnesis dan pemeriksaan obstetrik. Dapat juga dilakukan pemeriksaaan
hematokrit. Pemeriksaan bagian luar terbawah janin biasanya belum masuk pintu
atas panggul. Pemeriksaan inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks atau
vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri polipus serviks
uteri, varises vulva dan trauma.

F. Komplikasi Plasenta Previa
Menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta.
1. Prolaps tali pusat.
2. Prolaps plasenta.
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu
dibersihkan dengan kerokan.
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
5. Perdarahan post portum.
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
7. Bayi premature atau lahir mati.

G. Penanganan
Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 1997. Jakarta. Penanganan
Pasif
1. Perhatian Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show
(perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi
apapun. Baik rektal apalagi vaginal (Eastmon).
2. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup belum
inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan janin dibawah 2500
gr, maka kehamilan dapat dipertahankan, istirahat dan pemberian obat-obatan
seperti spasmolitika, progestin atau progesterone, observasi dengan teliti.
3. Sambil mengawasi periksa golongan darah dan menyiapkan donor transfusi
darah, bila memungkinkan kehamilan dipertahakan setua mungkin supaya janin
terhindar dari prematuritas.
4. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa rujuk
segera ke rumah sakit dimana tedapat fasilitas operasi dan transfusi darah.
5. Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obatan penambah
darah.











KESPRO TENTANG DISMINORE















BAB I
PENDAHULUAN

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh
wanita setiap bulanya untuk kehamilan. Walaupun menstruasi datang setiap bulan
pada usia reproduksi, banyak wanita yang mengalami ketidaknyamanan fisik saat
menjelang atau selama haid berlangsung. Salah satu ketidaknyamanan fisik saat
menstruasi yaitu nyeri haid. Nyeri haid dalam istilah medis disebut juga
dysmenorrhea (dismenore) atau menstrual cramps.

Dismenore adalah kondisi medis saat haid yang dapat mengganggu aktivitas dan
memerlukan pengobatan, ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut
maupun panggul. Menurut Winkjosastro, dismenore adalah keluhan yang sering
dialami seorang wanita pada bagian perut bawah saat haid yang disebabkan
karena kontraksi uterus (rahim) yang intens.

Di USA, diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15%
diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka tidak mampu
melakukan kegiatan apapun (Jurnal Occupation And Environmental Medicine,
2008). Telah diperkirakan bahwa lebih dari 140 juta jam kerja yang hilang setiap
tahunnya di Amerika Serikat karena dismenore primer (Schwarz, 1989). Di
Indonesia, angka kejadian dismenore 64,25% , terdiri dari 54,89% dismenore
primer dan 9,36% dismenore sekunder.
Dahulu, nyeri haid dianggap sebagai masalah psikologis wanita, tetapi sekarang
merupakan kondisi medis yang nyata dan menyebabkan gangguan apabila tidak
diatasi dengan baik. Nyeri haid dijumpai pada 30-75 % dari populasi dan kurang
lebih separuhnya memerlukan pengobatan.




















BAB II TEORI

Pengertian Menstruasi
Setiap bulan, secara periodik, seorang wanita normal akan mengalami peristiwa
reproduksi, yaitu menstruasi. Menstruasi merupakan meluruhnya jaringan
endometrium karena tidak adanya telur matang yang dibuahi oleh sperma.
Peristiwa itu begitu wajar dan alami sehingga dapat dipastikan bahwa semua
wanita yang normal pasti akan mengalami proses itu.
Seorang wanita subur, selama kira-kira 38 tahun dalam hidupnya dan setiap
bulannya, akan melepaskan sel telur matang yang dikeluarkan secara bergantian
dari salah satu indung telur. Pematangan telur dirangsang oleh organ kecil yang
berada di dasar otak yang disebut hipofisis.
Selama menstruasi, proses pematangan telur telah dimulai. Sesudah 14 hari,
proses pematangan telah selesai dan telur melepaskan diri dari indung telur
(ovulasi). Silia yang mengelilingi saluran telur akan menangkap telur tersebut.
Melalui saluran telur, telur menuju ke arah ruang rahim. Di saluran telur, sel telur
dapat bertemu dengan sperma (benih dari pria) yang datang dari arah yang
berlainan (dari ruang rahim).
Telur dapat dibuahi oleh satu benih sperma (ada kira kira 200 juta sperma yang
masuk melalui vagina). Jika telur yang telah dibuahi itu sampai ke ruang rahim,
selaput lendir ruang rahim telah siap untuk menerima telur. Sebelumnya, rahim
telah menerima isyarat melalui hormon esterogen dan progesteron bahwa akan
datang sel telur yang telah matang. Selaput lendir ruang rahim mempersiapkan
diri dengan baik untuk dapat menerima telur.
Jika dalam perjalanannya telur tidak bertemu dengan sperma, telur akan mati
beberapa jam setelah lepas dari indung telur. Selaput lendir ruang rahim seakan-
akan sia-sia mempersiapkan diri untuk menerima telur. Hipofisis juga
memperhatikan hal tersebut. Kira-kira 14 hari setelah pelepasan telur, lapisan
paling luar dari selaput lendir rahim (endometrium) diberi isyarat bahwa bagian
tersebut perlu mengalami peluruhan . maka secara tiba-tiba, lapisan tersebut lepas
atau meluruh sehingga menyebabkan perdarahan. Ha seperti itulah yang
dimnamakan haid atau menstruasi.

Pengertian Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi adalah perdarahan menstruasi yang tidak normal dalam hal
panjang siklus, lama siklus, jumlah darah siklus dan nyeri. Hal ini melibatkan
hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan emdometrium.
Fisiologi menstruasi normal adalah sebagai berikut:
Siklus berlangsung antara 23_35 hari atau 21_31 hari.
Estrogen dihasilkan oleh folikel dan korpus luteum.
Peningkatan estrogen depengaruhi hanya oleh corpus luteum.
Korpus luteum hanya ada jika terjadi ovulasi.
Korpus luteum hanya dapat bertahan 10_14 hari.
Fase luteal 14 hari (hampir selalu tetap).
Fase folikulogenesis (proliferasi) bervariasi 7_21 hari.



Pengertian Desminore
Menstruasi merupakan proses yang lami dan wajar dalam kehidupan seorang
wanita .Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita yang mengalami
masalah menstruasi, di antaranya adalah nyeri haid atau desminore.
Dismenore adalah rasa nyeri pada perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi. Dismonere biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan
prostaglandin tertentu, prostaglandin F2 alfa,dari sel-sel endometrium uterus.
Dismenore juga dapat diartikan sebagai haid yang nyeri yang terjadi tanpa tanda-
tanda infeksi atau penyakit panggul. Selain itu, Dismenorea juga memiliki arti
sebagai nyeri uteri pada saat menstruasi. Dismenorea primer tidak dikaitkan
dengan patologi pelvis dan bisa timbul tanpa penyakit organik. Intensitas
dismonerea bisa berkurang setelah hamil atau pada umur sekitar 30 tahun. Jadi
dapat disimpulkan definisi dari disminore adalah nyeri yang dirasakan wanita saat
haid.

Macam-Macam Desminore
Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore spasmodik
dan dismenore kongestif.
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa
haid atau segera setelah masa haid mulai. Banyak wanita terpaksa harus berbaring
karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun.
Ada di antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-
benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah wanita muda walaupun dijumpai
pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat
diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun
banyak pula wanita yang tidak mengalami hal seperti itu.
Penderita dismenore kongestif biasanya akan tahu sejak berhari-hari
sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia mungkin akan mengalami
pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, bra terasa terlalu
ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit
dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh,
terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas dan sebagainya.
Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 dan 3
hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu
menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa
haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid
dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder.

Dismenore primer (idiopatik/fungsional)muncul pada permulaan menstruasi saat
menarke, dan biasanya tidak terdapat dasar organik untuk nyeri tersebut, yang
diyakini disebabkan oleh aktivitas abnormal saraf dan otot serviks uterus ataupun
hormonal.. Sering dimulai pada waktu wanita mendapatkan haid hari pertama dan
sering dibarengi rasa mual, muntah, dan diare. Gadis dan wanita muda dapat
diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul
tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang
sesudah wanita itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu diperkirakan bahwa
rahim yang agak kecil dari wanita yang belum pernah melahirkan menjadi
penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu. Etiologi patogenesis
adalah teori prostaglandin terutama prostaglandin F2. Pada akhir daur haid,
kadar progesteron menurun, kadar prostaglandin dalam endometrium (dan darah
haid) bertambah. peninggian kadar prostaglandin ini menyebabkan bertambahnya
kontraksi otot uterus, menyebabkan timbulnya iskemi yang menimbulkan rasa
sakit.:

Nyeri haid yang disebabkan karena kelainan yang jelas dinamakan dismenore
sekunder. Nyeri menstruasi dimulai lebih lambat dan sering kali terkait dengan
penyakit organik yang mendasari. Nyeri haid yang baru timbul 1 tahun atau lebih
sesudah haid pertama dapat dengan mudah ditemukan penyebabnya melalui
pemeriksaan yang sederhana. Jika pada usia 40 tahun ke atas timbul gejala nyeri
haid yang tidak pernah dialami, penting sekali baginya untuk memeriksakan diri.
Rasa nyeri biasanya mulai sebelum datang haid, dapat berlangsung sepanjang haid
serta dapat pula disertai keluhan-keluhan lainnya seperti pendarahan banyak,
disprareunia serta keputihan Nyeri haid sekunder dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut:
Rahim yang terbalik sehingga membuat darah haid tidak mudah
dikeluarkan, tetapi penyebab itu lebih jarang daripada yang diperkirakan
sebelumnya,
Benjolan besar atau kecil di rahim dapat menimbulkan keluhan perdarahan
yang banyak atau sering disertai gumpalan darah.
Mioma uteri
adanya AKDR
Peradangan selaput lendir rahim. Hal itu biasanya hanya terjadi-dan jarang
terjadi-sesudah persalinan atau keguguran. Peradangan dapat pula terjadi akibat
penyakit kelamin yang dilalaikan.
Pemakaian spiral.
Endometriosis. Pertumbuhan jaringan lapisan rahim di tempat lain di
dalam ruang panggul.
Fibroid atau tumor.
Infeksi pelvis.
Patogenesis dismenore sekunder :
kadar prostaglandin F2 dalam endometrium meningkat dengan adanya
alat kontrasepsi dalam rahim
faktor : adanya sumbatan dalam uterus, kelainan anatomi rahim, regangan
karena bekuan darah ataupun karena pertumbuhan jaringan menyebabkan
bertambahnya kontraksi uterus akibatnya bertambah nyeri

Tanda dan Gejala Desminore
Menurut Arif Mansjoer (2000) tanda dan gejala dari dismenore adalah sebagai
berikut:
Dimenore primer
o Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
o Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
o Sering terjadi pada nulipara
o Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
o Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua
haid
o Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
o Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
o Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
o Pemeriksaan pelvik normal
o Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala
Dismenore sekunder
o Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
o Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
o Tidak berhubngan dengan siklus paritas
o Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
o Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
o Berhubungan dengan kelainan pelvic
o Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
o Seringkali memerlukan tindakan operatif
o Terdapat kelainan pelvik

Patofisiologi Desminore
Ada beberapa faktor yang terkait dengan dismenorea primer yaitu prostaglandin
uterine yang tinggi, aktivotas uteri abnormal, dan faktor emosi/ psikologis. Belum
diketahui dengan jelas bagaimana protaglandin bisa menyebabkan dismenorea
tetapi telah diketahui bahwa wanita dengan dismenorea mempunyai prostaglandin
yang 4 kali lebih tinggi dari pada wanita tanpa dismenorea. Dismenorea primer
biasanya timbul pada hari pertama atau kedua dari menstruasi. Nyerinya bersifat
kolik atau kram dan dirasakan pada abdomen.

Penatalaksanaan Desminore
Dismenorea primer dapat diatasi dengan inhibitor prostaglandin yang bisa
menghalangi sintesis dan metabolisme prostaglandin. Obat anti-inflamasi
nonsteroid (nonsteroidal anti-inflamatory drugs, NSAID) adalah obat yang efektif
untuk menghambat sintesis prostaglandin. Contoh obat-obat ini adalah Ibuprofen,
Naproxen, dan Ketoprofen. Disminorea sekunder diatasi dengan memperbaki
penyebab organik.
Bagi sebagian besar wanita, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) yang
menghambat terbentuknya prostaglandin, misalnya ibuprofen, dapat secara efektik
mengurangi kram. Asetaminofen kurang membantu, karena bekerja dengan
mekanisme yang berbeda dengan obat-obat anti-inflamasi terdahulu. Inhibitor
prostaglandin harus digunakan pada saat tanda awal nyeri muncul atau pada tanda
pertama pengeluaran darah haid. Hal ini dikarena kram akibat haid yang kuat
dapat menyebabkan terjadinya endometris (pertumbuhan jaringan uterus di luar
uterus yang menyebabkan nyeri) keluhan dismenore harus selalu dianggap serius
dan harus dilakukan upaya untuk mengurangi insidensnya.
Selain itu penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Sarwono (1999), adalah
sebagai berikut :
Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan yang tidak
berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita.
Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau tahayul
mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat,
istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan
psikoterapi.
Pemberian obat analgetik.
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat diberikan sebagai
terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur
dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat
analgesic yang sering di berikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan
kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin,
ponstan, acet-aminophen.
Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara
dengan maksud membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer,
atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu
haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis
pil kombinasi kontasepsi.
Terapi alternative
Sebagai tambahan pemakaian obat penawar sakit tanpa resep, ada banyak yang
dapat anda lakukan sendiri untuk membantu mengurangi kram menstruasi, dan
dengan sedikit percobaan, anda pasti dapat menemukan cara untuk membawa
kelegaan. Suhu panas merupakan ramuan tua yaitu dapat dilakukan dengan
kompres handuk panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah.
Mandi air hangat juga bisa membantu.
Beberapa wanita mencapai keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya
mengurangi stress dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi
tegangan pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa nyaman.
Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram menstruasi. Salah
satunya adalah peregangan kucing, yang meliputi berada pada posisi merangkak
kemudian secara perlahan menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya.





























GANGGUAN REPRODUKSI TENTANG MIOM










BAB 1
PENDAHULUAN

Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal adalah denga
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Mortalitas dan Mobiditas pada wanita
hamil dan bersalin adalah masalah di negara berkembang. Kebutuhan reproduksi
pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan SDM.
Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dan pelayanan
dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat (Saifuddin, 2002).
Salahs atu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling sering
ditemukan adalah mioma uteri. Mioma Uteri adalah Neo Plasma jinak berasal dari
otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan
dikenal jiga istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid (Saiufuddin, 1999).
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia,
mioma uteri ditemukan 2.39% 11.7% pada semua penderita ginekologi yang
dirawat (Saifuddin, 1999).
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan
kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata, 1988).
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali
mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 45
tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar
dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh
cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang
subur (Saifuddin, 1999).





















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Mioma Uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi jaringan
ikat. Nama lain : Leimioma Uteri dan Fibroma Uteri (Manuaba, 2001).
Mioma uteri adalah Neoplasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal juga istilah
Fibromioma, Leimioma ataupun Fibroid (Saifuddin, 1999).
2.1.1 Penyebab
Etiologi belum jelas tetapi asalnya disangka dan sel-sel otot yang belum matang.
2.1.1.1 Faktor-faktor yang berpengaruh
1. Tak pernah dijumpai sebelum menarche
2. Atropi setelah menopause
3. Cepat membesar saat hamil
4. Sebagian besar masa reproduksi
(Manuaba, 2001)
2.1.1.2 Nulipara
2.1.1.3 Keturunan
(Saifuddin, 1999)
2.1.2 Jenis-jenis Mioma Uteri
2.1.2.1 Mioma Submokosum
5%. Berada di bawah endometrium dan menonjol kedalamAngka kejadian
rongga uterus. Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak, sehingga
memerlukan histerektomi walaupun ukurannya kecil. Adanya mioma submukosa
dapat dirasakan sebagai suatu Curet Bump (benjolan waktu kuret).
Kemungkinan terjadinya degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis ini.
Sering mempunyai tangkai yang panjang sehingga menonjol melalui vagina,
disebut sebagai mioma submukosa bertungkai yang dapat menimbulkan
Myomgeburt sering mengalami nekrose atau ulserasi (Sastrawinata, 1988).
2.1.2.2 Mioma Intramural
Mioma terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Kalau besar atau
multiple dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol
(Sastrawinata, 1988).
(Saifuddin, 1999).
2.1.2.3 Mioma Subserosum
Letaknya di bawah tunika serosa, kadang-kadang vena yang ada dipermukaan
pecah dan menyebabkan perdarahan intra abdominal. Dapat tumbuh diantara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi Mioma Intra Ligamenter. Dapat tumbuh
menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligametrium atau omentum dan
kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut Wedering/Parasitik
Fibroid. Mioma subserosa yang bertangkan dapat menimbulkan torsi (Saifuddin,
1999).
2.1.3 Perubahan Sekunder Mioma
2.1.3.1 Atrofi
Setelah menopause ataupunb sesudah mioma uteri menjadi kecil.
2.1.3.2 Degenerasi Hialin
Sering terjadi pada penderita usia lanjut. Tumor kehilangan struktu aslinya
menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil
daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok
lainnya.
Jaringan ikat bertambah, berwarna putih keras, disebut juga sebagian mioma uteri.
2.1.3.3 Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar,
dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan lime sehingga
menyerupai Limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
2.1.3.4 Degenerasi Membaku (Cakireus Degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut. Oleh karena adanya gangguan dalam
sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka
mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen. Terdapat
timbunan kalsium pada mioma uteri padat dan keras berwarna putih.
2.1.3.5 Degenerasi Merah (Caineous Degeneration)
Biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena
suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat
dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh
pigmen hemosiserin dan hemofifusi. Degenrasi merah nampak khas apabila
terjadi kehamilan muda diserta emisis, haus, sedikit demam, kesakitan tumor pada
uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
1. Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
2. Aliran darah tidak seimbang
3. Edema sekitar tungkai
4. Tekanan hamil
2.1.3.6 Degenarasi Lemak
Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin. Pada kasus-kasus lain
mungkin disebabkan karena tumornya merupakan variasi campuran.
2.1.3.7 Degenerasi Sarcomateus
Jarang terjadi.
2.1.3.8 Infeksi dan Suppurasi
Banyak terjadi pada jenis submukosa oleh karrena adanya Ulcerasi.
2.1.3.9 Terjadi kekurangan darah menimbulkan
1. Nekrosis
2. Pembentukan Trombus
3. Bendungan darah dalam mioma
4. Warna merah hemosiderin/hemofuksin
(Manuaba, 2001)
2.1.4 Tanda dan Gejala
2.1.4.1 Faktor yang menimbulkan gejala klinik
1. Besarnya mioma uteri
2. Lokasi mioma uteri
3. Perubahan pada mioma uteri (Manuaba, 2001).
2.1.4.2 Perdarahan Abnormal
1. Hipermenore
2. Menorargia
3. Metrorargia
4. Menometrorargia
Yang sering menyebabkan perdarahan adalah jenis submukosa sebagai akibat
pecahnya pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan amenia
yang berat.
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan antara lain :
1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia Endometrium sampai Adeno
Karsinoma Endometrim.
2. Permukaan Endometrium yang lebih luas dari biasa
3. Atrofi Endometrium diatas Mioma Nibmukosur
4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik (Saifuddin, 1999).
2.1.4.3 Nyeri
Timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang diserta nekrosis
setempat dan peradangan.
1. Torsi bertungkai
2. Infeksi pada mioma
2.1.4.4 Gejala dan Tanda Penekanan
Gejala ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri :
1. Pada uretra menyebabkan retensio urin
2. Pada pembuluh darah dan limfe dipinggul dapat menyebabkan edema tungkai
dan nyeri panggul.
2.1.4.5 Infertilitas dan Abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitialis submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena
distorsi rongga uterus.
2.1.4.6 Gejala-gejala Skunder
1. Anemia
2. Lemah
3. Pusing-pusing
4. Sesak nafas
5. Fibroid Heat, sejenis degenerasi myocard, yang dulu disangka berhubungan
dengan adanya mioma uteri. Sekarang anggapan ini disangkal.
6. Erytbaru Cytosis pada mioma yang besar.
2.1.5 Komplikasi
2.1.5.1 Degenerasi Ganas
Leimioma sarkoma 0.32 0.6% dan seluruh mioma merupakan 50 57% dari
semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan
histologik uterus yang telah diangkat.
2.1.5.2 Tasi (Putaran Tungkai)
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
2.1.5.3 Nekrosis dan Infeksi
Terjadi karena gangguan sirkulasi darah padanya.
2.1.6 Mioma Uteri dan Kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas.
Risiko abortus berpengaruh karena distorsi rongga uterus, khususnya pada mioma
submukosa, letak janin menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada
servik uterus menyebabklan inersia maupun atonia uterus, sehingga menyebabkan
perdarahan pada persalinan plasenta sukar lepas dari dasarnya dan mengganggu
proses involusi dalam nifas.
2.1.7 Dasar Diagnosis
2.1.7.1 Gejala Klinik
1. Infertilisasi
2. Perdarahan abnormal
3. Gejala pendesakan abnomen bagian bawah
2.1.7.2 Pemeriksaan Ginekologis
1. Dijumpai kebetulan karena tanpa gejala
2. Hasil pemeriksaan dalam diikuti > 10 cm/USG
(Manuaba, 2001).
2.1.8 Penanganan
2.1.8.1 55% dan semua mioma tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam
bentuk apapun, terutama bila :
1. Tanpa keluhan
2. Menjelang menopause
3. Besar mioma < 12 minggu kehamilan
Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 6 bulan.
Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan
cepat dan dapat dilakukan tindakan segera.
2.1.8.2 Dalam decade terakhir ini ada usaha mengobati mioma uterus dengan
Gurh Agonis (Gurha) selama 16 minggu
2.1.8.3 Pengobatan Operatif
1. Miometomi (Enukliasi Mioma)
Adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus.
2. Histerektomi
Adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih.
2.1.8.4 Keadaan khusus tidak operasi/menjelang menopause
1. Radiasi
2. Pasangan radium
3. Hormonal anti estrogen/Tapro 5 (Saifuddin, 1999)
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Mioma Uteri
2.2.1 Pengkajian Data Subyektif
2.2.1.1 Identitas
Nama, umur, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. register, no.
telepon.
2.2.1.2 Anamnesa
Tanggal dan jam dilakukan anamnesa
2.2.1.3 Status Perkawinan
Kawin/tidak, usia pertama kali menikah, lamanya menikah, berapa kali menikah.
2.2.1.4 Keluhan Utama
Ibu biasanya mengeluh adanya perdarahan yang abnormal : hipermenore,
menorargia, metrorargia, menometorargia. Mengeluh nyeri pada perut, retensio
ufing, poli uri, edema pada tungkai dan pusing.
2.2.1.5 Riwayat Menstruasi
1. Menarche
2. Siklus : tidak teratur
3. 7 8 hariLamanya haid :
4. 3 4 pembalut/hariBanyaknya :
5. Warna darah : merah kehitaman kadang bergumpal
6. Dismenore : ya, pada saat sebelum, selama maupun setelah haid
7. Flor albus : kadang-kadang terdapat flour albus
8. HPHT
2.2.1.6 Riwayat Obstetris
No. Kehamilan Persalinan Nifas Anak KB Ket.
Suami UK Penyu
lit Jenis Peno
long Penyu
lit Jenis BB/PB H M Laktasi
2.2.1.7 Riwayat Kesehatan Klien
Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada). Biasanya mengalami
gangguan dalam siklus haid seperti Hipermenore, Menorargia, Metrorargia,
Menometrorargia.
2.2.1.8 Riwayat Kesehatan Keluarga
Jantung, DM, TBC, Hepatitis, Ginjal, Asma, (tidak ada). Biasanya dalam keluarga
terdapat salah satu anggota keluarga yang menderita sakit yang sama seperti
tumor.
2.2.1.9 Pola Aktivitas Sehari-hari
Pola nutrisi, pola eliminasi : nyeri pada saat BAK, poli uri, retensi urine, pola
istirahat : pola aktivitas, pola spritual, pola hubungan seksual.
2.2.2 Data Obyektif
2.2.2.1 Keadaan Umum
2.2.2.2 Kesadaran
2.2.2.3 Tanda-tanda Vital
Tekanan darah, nadi, suhu, berat badan, tinggi badan
2.2.2.4 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala dan muka : tidak ada masalah
2. Mata : kalau perdarahan banyak biasanya konjungtiva pucat, sklera putih.
3. Telinga : tidak terdapat masalah
4. Hidung : tidak terdapat masalah
5. Mulut dan Gigi : tidak terdapat masalah
6. Leher : tidak terdapat masalah
7. Dada : biasanya terdapat sesak nafas karena pembesaran mioma menekan
diafragma
8. Abdomen : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah, teraba massa pada
uterus
9. Genetalia : adanya keluaran darah
10. Anus : timbul rasa sakit saat defekasi
11. Ekstremitas : atas : kadang terdapat oedem
bawah : kadang terdapat edema tungkai
2.2.2.5 Pemeriksaan Dalam
Teraba massa pada uterus dan terdapat nyeri tekan.
2.2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Biopsi
3. Hb
2.2.3 Assement
2.2.3.1 Diagnosa
Mioma uteri.
2.2.4 Planning
1. Mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun
terutama bila :
2. Penggunaan Gurt Agonis (Gurha) selama 16 minggu
3. Miomektomi
4. Histerektomi
5. Radiasi
6. Pasangan radium
7. Hormonal anti estrogen/Tapros

Vous aimerez peut-être aussi