Vous êtes sur la page 1sur 31

Asuhan Keperawatan

Stomatitis & Faringitis



Kelompok 2:
Heni Nuraeni
Isti Insani Amalia
Kuswandi
Rahmat Shafari
Pengertian
Stomatitis adalah inflamasi mukosa oral, yang
dapat meliputi mukosa bukal (pipi) dan labial
(bibir), lidah, gusi, palatum dan dasar mulut.


Etiologi yang berasal dari keadaan dalam
mulut seperti :

Makanan atau minuman yang panas
dan pedas
Makanan atau minuman yang pedas atau
panas berpengaruh terhadap mukosa
yang ada didalam mulut yang berfungsi
sebagai alat pertahanan dalam melawan
infeksi. Jika daya tahan mulut atau tubuh
menurun, maka kuman-kuman yang
apatogen itu menjadi patogen dan
menimbulkan gangguan atau
menyebabkan berbagai penyakit/infeksi.

Letak susunan gigi atau kawat gigi
Letak dan susunan gigi yang tidak teratur akan sangat berpengaruh
terhadap kebersihan gigi. Dimana terjadi kesulitan dalam proses
membersihkan kotoran yang tersangkut atau melekat pada baian
yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.

Luka pada bibir akibat tergigit/benturan.
Bisa terjadi karena bekas dari tergigit/benturan dapat mengakibatkan
stomatitis aphtosa.

Kebersihan mulut yang kurang
Kebersihan mulut berhubungan dengan keadaan gigi pasien.
Apabila higiene gigi pasien buruk, sering dapat menjadi penyebab
timbulnya sariawan yang berulang.


Etiologi yang berasal dari keadaan luar mulut seperti :

Rokok
Zat-zat adaptif yang berasal dari asap rokok menyebabkan
kerusakan pada mukosa-mukosa didalam mulut. Sehingga
terjadi penurunan imun terutama pada bagian mulut yang
menyebabkan mulut rentan terhadap penyakit.

Pada penggunaan obat kumur
Obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering
(misalnya alkohol, lemon/gliserin) harus dihindari. Zat-zat
seperti alkohol di atas dapat menyebabkan kerusakan yang
pada sel-sel mukosa dalam mulut yang bertugas dalam
menghasilkan sekret sebagai bentuk pertahanan tubuh.

Faktor psikologis (stress)
Kortison merupakan salah satu hormon utama yang
dikeluarkan oleh tubuh sebagai reaksi terhadap stres.
Hormon ini meningkatkan tekanan darah dan
mempersiapkan tubuh untuk respon melawan. Akan tetapi
apabila stres berlebih akan menyebabkan hormon ini juga
dihasilkan berlebih sehingga respon tubuh dalam melawan
bakteri berlebih.

Kekurangan vitamin C, mengakibatkan jaringan dimukosa
mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah
robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan.

Patofisiologi

Tubuh manusia memiliki pertahanan tubuh alamiah yaitu sistem
laktoperoksidase (LP-system) yang mampu mempertahankan tubuh
terhadap serangan infeksi mikroorganisme. LP-system terdapat pada
saliva atau ludah manusia. LP system mempertahankan tubuh dengan
cara berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan
bakteriosid terhadap bakteri.
Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tidak terkontrol karena
sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami dalam saliva
umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan
yang mengandung zat-zat kimia (perasa, pewarna, pengawet) dan
makanan panas atau pedas. Pemakaian antiseptik pada obat kumur
atau pasta gigi juga dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini
bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang
berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan sekitar
mukosa mulut menjadi rusak kemudian menghasilkan ulserasi local.


Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-
kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat
merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri
dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai
pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak.
Rangsangan perusak yang masuk dalam mulut akan
ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik.
Kemudian secara normal dapat dieleminasi melalui aksi
fagositosis. Reaksi tubuh terhadap rangsangan yang
merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan
peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan
amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga
reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk
melindungi struktur dan fungsi jaringan justru berakhir
dengan kerusakan jaringan sendiri terutama pada mukosa
mulut.
Tanda dan Gejala

Awalnya timbul rasa sedikit gatal
seperti terbakar pada 1 sampai 2 hari
di daerah yang akan menjadi sariawan.
Setelah beberapa hari, luka seperti
melepuh tersebut pecah dan menjadi
berwarna putih ditengahnya, dibatasi
dengan daerah kemerahan. Bila
berkontak dengan makanan dengan
rasa yang tajam seperti pedas atau
asam, daerah ini akan terasa sakit dan
perih, dan aliran saliva (air liur) menjadi
meningkat.


Manifestasi klinis dari stomatitis secara
umum yaitu:
a. Masa prodromal atau penyakit 1
24 jam.
Hipersensitive dan perasaan seperti
terbakar
b. Stadium Pre Ulcerasi.
Adanya udema / pembengkangkan
setempat dengan terbentuknya makula
pavula serta terjadi peninggian 1- 3 hari.
c. Stadium Ulcerasi.
Pada stadium ini timbul rasa sakit terjadi
nekrosis ditengah-tengahnya, batas
sisinya merah dan udema tonsilasi ini
bertahan lama 1 16 hari. Masa
penyembuhan ini untuk tiap-tiap individu
berbeda yaitu 1 5 minggu.

PENGKAJIAN

1. Identitas
2. Riwayat kesehatan sekarang ; kapan terjadinya tiba-tiba atau sudah
lama, lokasi, lamanya, dll.
3. Kaji keadaan nyeri ; lokasi, efek terhadap ADL
4. Kaji keadaan gejala sistemik ; fever, malaise, mual dan muntah.
5. Kaji kebiasaan Oral Hygiene
Kebersihan rongga mulut meliputi : mukosa pipi bagian dalam, bibir
bagian dalam, lidah serta di langit langit
6. Kaji kemampuan mengunyah, menelan untuk menentukan masalah
selanjutnya
7. Psikososial ; sterss, gaya hidup (alkohol, perokok)
8. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi

Pemeriksaan fisik

1. TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, skala nyeri)
2. Bibir
Dimulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi,
warna,tekstur, simetrisitas dan adanya ulserasi atau fisura
3. Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan
perubahanwarna.
4. Lidah
Dorsal (punggung) di inspeksi untuk tekstur, warna dan lesi.
5. Rongga Mulut
Inspeksi bagian mutut terhadap adanya lesi, bercak putih terutama
pada bagian mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah
serta di langit-langit.

Diagnosa & Intervensi

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan membran mukosa oral
Intervensi :
Kaji tingkat nyeri
R/ Mengetahui skala tingkat nyeri yang dialami pasien.
Menghindari makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin
R/ Makanan yang terlalu panas dan terlalu dingin, dapat menyebabkan
nyeri/nyilu
Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat
menggigitmakanan
R/ agar luka tidak tergesek oleh benda atau makanan yang dapat
memperparah luka
Beri penjelasan keluarga terhadap pentingnya kebersihan oral
R/ Keluarga pasien mengetahui akan pentingnya kebersihan oral sehingga
tidak terjadi lagistomatitis


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan perubahan mucosa oral, penurunan
keinginan untuk makan akibat rasa nyeri di mukosa mulut.
Intervensi:
Kaji status nutrisi pasien
R/ Untuk mengetahui status nutrisi pasien
Beri nutrisi dalam keadaan lunak, porsi sedikit tapi sering
R/ Makanan yang lunak meminimalkan kerja mulut dalam
mengunyah makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
R/ Adanya kalori (sumber energi) akan mempercepat proses
penyembuhan
3. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan nyeri di mukosa
mulut.
Kaji warna, ukuran, bau, tekstur luka pada rongga oral pasien.
R/ Mengetahui tingkat keparahan luka yang dialami pasien
Pemberian analgesic dan kortikosteroid
R/ Analgesic dapat mengurangi rasa nyeri dan kortikosteroid dapar
mencegah peradangan akibat kerusakan membran mukosa
Beri penjelasan dan pengetahuan mengenai penyakitnya
R/ Agar klien dapat mengetahui yang menjadi pentebab dari penyakitnya
sehingga klien dapat mencegahnya

FARINGITIS
Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan
(faring). Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis),
adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang
tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai
radang tenggorokan.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan
menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada
bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan
makanan.

Etiologi
1. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun
bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus,
termasuk virus penyebab common cold, flu,
adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang
menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A,
korinebakterium, arkanobakterium, Chlamydia
pneumoniae.

2. Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh
virus, dapat menyebabkan demam .

3. Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus)
dapat membuat tenggorokan teriritasi.


4. Alergi. Alergi dapat
menyebabkan iritasi tenggorokan
ringan yang bersifat kronis
(menetap).

5. Bakteri streptokokus, dipastikan
dengan Kultur tenggorok. Tes ini
umumnya dilakukan di
laboratorium menggunakan hasil
usap tenggorok pasien. Dapat
ditemukan gejala klasik dari
kuman streptokokus seperti nyeri
hebat saat menelan, terlihat
bintik-bintik putih, muntah
muntah, bernanah pada kelenjar
amandelnya, disertai pembesaran
kelenjar amandel.

TANDA DAN GEJALA

Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu
nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi
faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh
selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Gejala
lainnya adalah:
1. Demam
2. Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3. Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun
bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena
bakteri.


Kenali gejala umum radang
tenggorokan akibat infeksi virus
sebagai berikut:
Rasa pedih atau gatal dan kering.
Batuk dan bersin.
Sedikit demam atau tanpa demam.
Suara serak atau parau.
Hidung meler dan adanya cairan di
belakang hidung.

PATOFISIOLOGI

Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan
kataral sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat
mengakibatkan faringitis.Pada stadium awal, terdapat hiperemia,
kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula
serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian
cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi
melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu
terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsilia,
perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak bahwa folikel
limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak
lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan
dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja
mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang
terkena.

PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya:
batuk, pilek, demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran
pernapasan
e. Ada/tidak riwayat merokok

2. Pemeriksaan Fisik

a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi
napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat atau
sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi
aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual
dan muntah.
Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi
abdomen, turgor kulit buruk.

d. Observasi
1. Adanya retraksi atau pernapasan
cuping hidung
2. Adanya kepucatan atau sianosis
warna kulit
3. Adanya suara serak, stridor, dan
batuk
4. Perilaku: gelisah, takut
5. Adanya sakit tenggorok, adanya
pembesaran tiroid, pengeluaran
sekret, kesulitan menelan.
6. Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri
abdomen, dyspnea

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungandengan ad
anya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada
tenggorokan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan peningkatan secret
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan
dengan adanya peradangan.
Intervensi :
Ukur tanda-tanda vital
R/ Untuk mengetahui keadaan pasien
Monitor temperature tubuhsecara teratur
R/ Mengetahui perkembangan suhu tubuh.
Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik
R/ Membantu dalam proses penyembuhan

2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada
tenggorokan.
Intervensi :
Kaji ulang tingkat nyeri
R/ Agar tepat dalam memilih tindakan untuk mengatasi
nyeri
Ajarkan teknik relaksasi
R/ Meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri
Kaji TTV
R/ Untuk mengetahui keaadaan umum pasien
Kolaborasi dalam pemberiananalgetik
R/ Untukmenguranginyeri
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan secret.
Intervensi :
Identifikasi kualitas ataukedalaman nafas pasien
R/ Untuk mengetahui keadaannafas pasien.
Anjurkan untuk minum air hangat.
R/ Untuk mencairkan secret agar mudah keluar.
Ajari pasien untuk batukefektif.
R/ Untuk melegakan salurannafas.
Kolaborasi untuk pemberianterapi
R/ Untuk mengencerkan dahak.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kesulitan menelan.

Intervensi :
Kaji intake makanan pasien
R/ Untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu makan
Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi
kalori dan serat
R/ Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien

Vous aimerez peut-être aussi