Vous êtes sur la page 1sur 24

ASKEP Ibu Hamil dg AIDS

Pengertian

Acquired : Didapat / bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Deficiency : Kekurangan
A
S
D
I
Kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Klasifikasi
Kategori Klinis A Kategori Klinis B Kategori Klinis C
1. Mencakup satu /
keadaan lebih pd
usia
dewasa/remaja
2. Individu dg kondisi
ini adalah HIV
positif
3. Penderita tanpa
gejala, dg
generalisata yg
persisten ataupun
inveksi HIV akut
1. Mengalami satu
atau lebih keadaan
klinis yg timbul
akibat infeksi HIV
2. Keadaan klinis :
Endokarditis,
Meningitis,
Pneumonia,dll
3. Gejala
Konstitusional :
Demam, Diare,
selama 1
bulan/lebih
1. Mengalami satu
tanda & gejala dari :
Kandidiasis Broncial,
Trakeal, Pulmonal, &
Esofageal
Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai nama
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus jenis ini dimasukkan ke dalam famili retrovirus
(Innatavicius dan Workman, 2006) dan ditularkan oleh
darah serta mempunyai avinitas yang kuat terhadap
limfosit T.
Retrovirus terdiri dari unit tunggal RNA virus yang masuk
ke dalam inti sel dan ditranskripsikan ke dalam DNA.
Proses transkripsi ini berlangsung melalui kerja suatu
enzim spesifik yang disebut reverse trancriptase yang
dibawa oleh virus ke dalam sel.
Setelah menjadi bagian dari DNA, virus bereplikasi dan
bermutasi selama beberapa tahun dan secara
perlahan tetapi tetap menghancurkan sistem imun
Faktor Resiko
Janin dg Ibuyg terjangkit HIV
Perempuan yg menggunakan obat bius injeksi
bergantian memakai alat suntik.
PSK
Pasangan yg heteroseks dg adanya
penyakitkelamin
Manifestasi Klinis
2th pertama kehidupan : BBLR, Gangguan Tumbuh
Kembang, Sinusitis, Ispa, Parotitis.
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV
terkena syarafnya yang manifestasikan klinisnya
sebagai enselopati progresif, perkembangan yang
terhambat atau hilangnya perkembangan motoris.
Gejala Mayor & Minor

Mayor :
1. Penurunan berat
badan/pertumbuhan yg lambat &
abnormal
2. Diare Kronok lebih dari 1 bulan
3. Demem lebih dari 1 bulan
Minor :
1. Batuk persisten
2. Infeksi HIV pada ibunya
3. Kandidiasis orofaring
4. Limfadenopati generalisata
5. Dermatitis generalisata
Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang keorang lain melalui
pertukaran cairan tubuh, termasuk darah, semen, cairan
vagina ,plasenta,cairan amnion dan air susu.
Urin dan isi saluran cerna tidak dianggap sebagai
sumber penularan kecuali apabila jelas tampak
mengandung darah.
Air mata, air liur, dan keringat mungkin mengandung
virus, tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu rendah untuk
menimbulkan infeksi (corwin ,2001).
Cara transmisinya melalui hubungan seks, jarum suntik,
transfuse darah,dan dari ibu hamil pada janin.
Test
Laboratorium
1. Test Serologis
2. Pemeriksaan histologis, sitologis
urin, darah, faces, cairan spina,
luka, sputum & sekresi
3. Test Neurologis : EEG, MRI, CT
Scan otak, EMG

1. Test ELISA, untuk menunjukkan
bahwa seseorang terinfeksi atau
pernah terinfeksi HIV.
2. Western blot asay / indirect
fluorescent Antibody (IFA), untuk
mengenali antibodi HIV dan
memastikan seroposifitas HIV.
3. Indirect immunoflourresence,
sebagai pengganti pemeriksaan
western blot untuk memastikan
seroposifitas.
4. Radio immuno precipitation assay,
mendeteksi protein pada antibodi.
Test Antibodi
Pemeriksaan Penunjang
Patofisiologi
Komplikasi
Oral Lesi
Neurolgik
Gastroinestinal
Respirasi
Dermatologik
Sensorik
Pencegahan
1. Penyuluhan kesehatan di sekolah tentang cara
menghindari resiko terjadinya infeksi HIV.
2. Menyediakan fasilitas konseling dan testing
HIV.Melakukan pemeriksaan tes HIV pada wanita hamil
sejak dini untuk mencegah penularan HIV melalui
uterus dan perinatal.
3. Darah yang digunakan untuk donor sebaiknya
dilakukan uji antibody HIV.
4. Sikap hati-hati terhadap penanganan, pemakaian,
dan pembuangan jarum suntik, dan alat-alat
kesehatan yang bersifat tajam serta bersifat
disposable.
5. Merekomendasikan pemberian immunisasi bagi anak-
anak yang terinfeksi HIV tanpa gejala dengan vaksin
EPI (Expended Programme on Immunization)
Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS tp
apabila terinfeksi HIV maka terapinya yaitu :

1. Pengendalian Infeksi Oportunistik
2. Terapi AZT (Azidotimidin)
3. Terapi Antiviral baru
4. Vaksin & rekonstruksi virus
5. Menghindari infeksi lain
6. Rehabilitasi
7. pendidikan
1. Pengkajian
1. Identitas klien.
2. Riwayat penyakit dahulu dan sekarang.
3. Pemerikasaan fisik (objektif ) dan
keluhan (subjektif) : aktivitas dan
istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan
atau cairan, hygiene, neurosensori, nyeri
atau kenyamanan, seksualitas, interaksi
soaial, penyuluhan atau pembelajaran.
4. Pemeriksaan diagnostik : LAB, anti body,
pelacakan HIV.
2. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan gangguan
pencernaan.
2. Diare berhubungan dengan proses penyakit.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan
diare.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologi.
5. Kelelahan berhubungan dengan status
penyakit.
6. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan
dengan gangguan pertumbuhan fisik.
3. Intervensi
Dx I

Intervensi :
1. Kaji adanya alergi
makanan.
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan.
3. Anjurkan pasien unutk
meningkatkan Fe,
protein, dan vitamin C.
4. Monitor adanya
penurunan berat badan.
5. Monitor interaksi anak
atau orang tua selama
makan.
Kriteria Hasil :
1. Adanya peningkatan berat
badan sesuai tujuan.
2. Berat badan ideal sesuai
dengan tinggi badan.
3. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
Dx II

Intervensi :
1. Instruksikan orang tua
ataupun anak untuk
mencatat warna, jumlah
frekuensi, dan konsisitensi
dari feses.
2. Evaluasi intake makanan
yang masuk.
3. Evaluasi efek samping
pengobatan terhadap
gastrointestinal.
4. Ukur diare atau keluaran
BAB.
5. Instruksikan orang tua dan
anak untuk makan rendah
serat, tinggi protein, dan
tinggi kalori jika
memungkinkan
Kriteria Hasil :
1. Feses berbentuk dan BAB
sehari sekali sampai tiga
kali.
2. Area rectal dan
sekitarnya tidak iritasi.
3. Pasien tidak mengalami
diare.
4. Turgor kulit normal
Dx III

Intervensi :
1. Monitor vital sign.
2. Pertahankan cairan
intake dan output yang
adekuat.
3. Monitor status nutrisi.
4. Berikan cairan IV.
5. Monitor pemasukan
cairan dan makanan
dan hitung intake kalori
cairan
Kriteria Hasil :
1. Vital sign berada pada
keadaan normal.
2. Anak tidak mengalami
diare
Dx IV

Intervensi :
1. Kaji nyeri, meliputi lokasi
nyeri, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor penyebab nyeri.
2. Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan
pasien.
3. Kolaborasi dengan dokter
pemberian analgesik.
4. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik.
5. Ajarkan anak dan orang
tua teknik nonfarmakologik
untuk mengurangi nyeri
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri
dan mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, serta
mencari bantuan bila
nyeri datang).
Dx V
Intervensi :
1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas.
2. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.
3. Monitor nutrisi dan sumber
energi yang adekuat.
4. Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan.
5. Monitor respon
kardiovaskuler terhadap
aktivitas.
Kriteria Hasil :
1. Memberbalisasikan
peningkatan energi dan
merasa lebih baik.
2. Menjelaskan
penggunaan energi
untuk mengatasi
kelelahan
Dx VI

Intervensi :
1. Bangun hubungan
kepercayaan dengan
anak.
2. Identifikasi keterampilan
sosial anak yang dapat
dilatih.
3. Dukung anak untuk
memverbalisasikan
perasaan, persepsinya
tentang sesuatu.
4. Fasilitasi integrasi anak
dengan teman sebayanya
Kriteria Hasil :
1. Keterampilan motorik,
sosial, dan ekspresi anak
menunjukkan normal.

Daftar Pustaka
1. Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi kedua. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas indonesia.
1993.
2. Fahmi S, indriatmi W, zubier F, judarnarso j, editor. Penyakit menular seksual.
Jakarta: Balai penerbit Fakultas kedokteran Universitas indonesia. 1997.
3. Budimulja. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Dalam: Djuanda,
A,;dkk. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, edisi kedua. Jakarta: Fakiltas
kedokteran Universitas indonesia. 1987: 354-356.
4. Acquired immune Deficiency syndrome (AIDS), http: / WWW. drkoop.Com /
conditions / AIDS / page _25_136 . asp.Diakses 16 februari 2000.
5. Stewart G, editor , could it be HIV? The clinical recognition of HIV infection,
2nd edition . Australia. Ausrtralian medical publishing Company. 1994.
6. Merati Tp, Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) . DALAM: Noer
HMS, Waspadji S, Rachman AM, etal, editor, Buku Ajar ilmu penyakit
dalam.jilid 1. Edisi ketiga.jakarta : Fakultas kedokteran Universitas indonesia .
1996

Vous aimerez peut-être aussi