Vous êtes sur la page 1sur 28

1

STUDI PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT TEMULAWAK


(Curcuma xanthorrhiza Roxb)
KAJIAN SUHU PENGERING, KONSENTRASI DEKSTRIN,
KONSENTRASI ASAM SITRAT
DAN Na-BIKARBONAT

Rakhmad Wiyono

ABSTRACT

This research aimed to get the combination of drying temperature and
dextrin concentration against the quality of temulawaks essence, and the
combination between citric acid and Na- Bicarbonate treatment against
temulawaks effervescent powder quality.
The result of the first step shows that the treatment combination between
20% of dextrin concentration and 50C of drying temperature which is the
best treatment of the first step from temulawaks powder essence that has
characteristics on 10.11% of water content, ( L*) 55.10 of brightness level,
(a*) 14.56 of redness level, ( b*) 44.20 of yellowness level, 24.63% of
rendement, 5.63 of pH; 2.78 of water re-absorption; 1.88% of sugar content
reduction; 62.27% antioxidant content, 5.55 obtains panellists assessment
against color, 5.95 of taste, and 4.15 of aroma.
The result of the second step shows that the treatment combination between
10% citric acid and 20% Na-bicarbonate that is the best treatment of the
second step that has characteristics on 7.48% of water content, (L*) 59.37
of brightness level, (a*) 14.53 of redness level, (b*) 46.50 of yellowness level,
5.33 of pH, 88.17 of dissolving rate, 2.49% of sugar content reduction, and
46.53% of antioxidant content.
The conclusion of this research is the best treatment combination on the
first step is 20% of dextrin concentration and 50C drying temperature, while at
the second step is 10% citric acid concentration and 20% Na-bicarbonate. The
2

advice of this research is its necessary to analyze the curcuminoid content
as an active antioxidant compound in temulawak.
Key word : Effervescent powder, temulawak

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi suhu
pengeringan dan konsentrasi dekstrin terhadap kualitas sari temulawak dan
kombinasi perlakuan asam sitrat dan Na-Bicarbonat terhadap kualitas serbuk
effervescent temulawak.
Hasil penelitian pada Tahap I menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan konsentrasi dekstrin 20% dan suhu pengering 50C merupakan
perlakuan terbaik tahap I dari serbuk sari temulawak yang memiliki
karakteristik kadar air 10,11%; tingkat kecerahan (L*) 55,10; tingkat
kemerahan (a*) 14,56; tingkat kekuningan (b*) 44,20; rendemen


I.1. Latar Belakang
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,
meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/
pembakuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat- sifat obat dan
distribusinya serta penggunaan yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani,
disebut farmakon yang berarti medika atau obat.
Dalam farmasi terdapat berbagai bentuk dan jenis sediaan, yang
dirancang dan dibuat oleh para ahli farmasi guna meningkatkan mutu dan
pelayanan dalam kefarmasian dan kesehatan. Dalam sediaan farmasi terdapat
berbagai jenis sediaan baik oral maupun topikal, dalam berbagai bentuk baik
larutan, padat, maupun semi padat.
Sifat bahan-bahan obat dalam dunia farmasi memiliki berbagai macam
dan karakter yang berbeda. Banyak sekali permasalahan yang ditimbulkan
oleh setiap karakteristik bahan-bahan obat dan zat aktifnya yang ditemui
dalam setiap perancangan dan formulasi setiap bahan-bahan obat beserta zat
aktif yang akan dijadikan sebuah sediaan farmasi, dalam hal ini yang paling
3

ditekankan yaitu pada preformulasi suatu sediaan. Preformulasi merupakan
metode perancangan suatu riset dalam rangka menyusun konsep baru yang
diharapkan mampu menghasilkan suatu sediaan yang bernilai tinggi dan
bermanfaat bagi dunia medis khususnya farmasis.
Para farmasis dan para ahli dituntut untuk dapat membuat sediaan-
sediaan farmasi yang bermanfaat bagi dunia medis dan mampu memberi
terobosan baru dan menciptakan suatu produk yang berkualitas baik dari segi
stabilitas obat maupun efek yang ditimbulkan secara farmakologinya, seorang
farmasis sangat dituntut untuk harus menggali informasi terkini mengenai
teknologi obat dalam berbagai segi. Terutama dalam mengenal spesifikasi
suatu zat dan reaksinya yang mungkin terjadi apabila bercampur dan
dikombinasikan dengan zat lain, penting bagi seorang farmasis untuk
menyoroti hal ini terutama pada bidang disolusi obat yang berkaitan dengan
reaksi-reaksi suatu zat obat yang dikombinasikan dengan farmakologi serta
toksiksitas suatu obat, hal ini merupakan tahapan penting bagi farmasis dalam
menentukan efek suatu obat dalam tubuh manusia. Dalam dunia farmasi
seorang farmasis dan formulator dituntut untuk dapat menciptakan sebuah
formula yang dapat meningkatkan mutu kesejateraan kesehatan saja, namun
dapat mempermudah pemakaian dan penggunaan pada masyarakat global.
Dalam farmasi terdapat berbagai jenis dan bentuk sediaan yang dibuat,
mulai dari bentuk padat, semi padat, dan cair. Salah satu contoh sediaan
farmasi yang banyak digunakan ialah serbuk. Serbuk merupakan campuran
inti dari kelompok obat kering, terbagi halus dan atau bahan kimia yang akan
digunakan untuk pengobatan secara internal atau eksternal.
I.2 Maksud Percobaan
Membuat serbuk effervescent dengan menggunakan metode tertentu.
I.3 Tujuan Percobaan
Membuat serbuk effervescent dengan metode granulasi kering.

4

II.1. TeoriUmum
Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat adalah sediaan
atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi. Jalur yang paling efektif pemakaian obat (secara oral,
rectal, parental dan topical) harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk
tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur,
berat dan status penyakitnya.Untuk membantu pemakaian alat melalui
jalur-jalur pilihannya telah diformulasikan dan disiapkan bentuk sediaan
yang sesuai salah satunya seperti serbuk (H.A Syamsuni, 2006)
Menurut Farmakope III, serbuk adalah campuran homogen dua atau
lebih obat yang diserbukkan. Sedangkan menurut Farmakope IV, serbuk
adalah campuran kering bahan obat yang atau zat kimia yang yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Bentuk
serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah
larut dan lebih mudah terdispersi dari pada bentuk sediaan obat lainnya
seperti kapsul, tablet, pil. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat
tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk
serbuk (H.A Syamsuni, 2006).
Adapun keuntungan menggunakan serbuk ialah sebagai campuran
bahan obat sesuai kebutuhan, dosis lebih cepat dan lebih stabil dari pada
cairan, serta memberikan disolusi yang lebih cepat. Namun serbuk juga
memiliki kerugianya itu kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak
atau terurai dengan adanya kelembaban, bahan obat yang pahit akan sukar
tertutupi rasanya serta peracikannya cukup lama (Howard C. Ansel, 1989).
Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut (Ekarina R.
Himawati, 2012) :
1. Kering, tidak boleh menggumpal atau megandung air.
2. Halus, harus bebas dari butiran-butiran kasar.
5

3. Homogen, setiap bagian campuran serbuk harus mengandung bahan-
bahan yang sama dan dalam perbandingan yang sama pula.
4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau
keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang
berlaku untuk serbuk terbagi/pulveres yang mengandung obat keras,
narkotik dan psikotropik.
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor.
Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor berarti semua
serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan
dengan dua nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor
tertinggi. Sebagai contoh serbuk 22/60 dimaksudkan bahwa serbuk dapat
melalui pengayak nomor 22 seluruhnya dan tidak lebih dari 40% melalui
pengayak no 60. Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang
tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat (Moh, Anief, 2007)
Derajat halus serbuk:
Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)
Serbuk kasar adalah (10/40)
Serbuk agak kasar adalah (22/60)
Serbuk agak halus adalah ( 44/85)
Serbuk halus adalah (85)
Serbuk sangat halus adalah (120)
Serbuk sangat halus sekali adalah (200/300)








6

Tabel Nomor pengayak









C
a
c
a
r
a
m
e
C
a
r
a

pencampuran bahan obat untuk serbuk (H.A Syamsuni, 2006):
1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortar dengan stamper.
2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung di atas kertas.
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup
yang dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian di
goyang-goyangkan.
Nomor
pengayak
Lebar
nominal
lubang
(mm)
Diameter
nominal kawat
(mm)
Per bandingan
kira-kira jumlah
luas lubang
terhadap luas
pengayak (%)
Penyimpangan
rata-rata
maksimum
lubang (%)
5
8
10
22
25
30
36
44
60
85
100
120
150
170
200
300
3,35
2,00
1,68
0,710
0,600
0,500
0,420
0,355
0,250
0,180
0,150
0,125
0,105
0,090
0,075
0,053
1,73
1,175
0,860
0,445
0,416
0,347
0,286
0,222
0,173
0,119
0,104
0,087
0,064
0,059
0,052
0,032
43
40
44
38
35
35
35
38
35
36
35
35
39
36
35
39
3,2
3,3
3,3
3,9
4,2
4,4
4,5
4,8
5,2
5,6
6,3
6,5
7,0
7,3
8,1
9,1
7

Salah satu sediaan farmasi yang saat ini sedang berkembang adalah
serbuk effervescent. Dimana bentuk sediaan ini akan menghasilkan
gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Serbuk effervescent
merupakan alternative pengembangan produk minuman ringan yang
menarik dan memberikan variasi dalam penyajian minuman. Minuman
effervescent memiliki beberapa keunggulan dibandingkan minuman
serbuk biasaya itu kemampuan untuk menghasilkan gas karbondioksida
(CO
2
) yang memberikan rasa segar seperti pada air soda. Adanya gas
karbondioksida akan menutupi rasa pahit serta mempermudah proses
pelarutan nyata melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat
semua komponennya bersifat sangat mudah larut dalam air yaitu biasanya
dengan menggunakan campuran asam sitrat untuk memberikan rasa jeruk
yang tajam dan Na-bikarbonat untuk menghasilkan karbondioksida.
Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat
dan asam tartrat, karena pemakaian asam tunggal saja akan menimbulkan
kesulitan pada pembentukan granul. Apabila asam tartrat digunakan
sebagai asam tunggal maka granul yang dihasilkan mudah kehilangan
kekuatannya dan hancur. Bila asam sitrat saja yang digunakan akan
menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul. Perbandingan
asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang biasa digunakan
adalah 1:2:3,4. Reaksi antara asam sitrat, asam tartrat dan natrium
bikarbonat dapat dilihat sebagai berikut (Ansel, 214):
H
3
C
6
H
5
O
7
+ 3 NaHCO
3
Na
3
C
6
H
5
O
7
+ 4 H
2
O + 3 CO
2

Asamsitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbondioksida
H
2
C
4
H
4
O
6
+ 2 NaHCO
3
Na
2
C
4
H
4
O
6
+ 2 H
2
O + 2 CO
2

AsamTartarat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbondioksida



8

Evaluasi granul effervescent meliputi :
1. Uji Kadar Air (Lachman, 1989)
Granul basah ditimbang kemudian dikeringkan dalam lemari
pengering hingga diperoleh bobot yang tetap. Kadar air dihitung
dengan rumus :
a. LOD (Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban
berdasarkan bobot basah yang dihitung sebagaiberikut :




b. MC (Moisture Content) yaitu suatu pernyataan kandungan
lembab berdasarkan bobot kering dihitung sebagaiberikut :




2. Uji Sudut Istirahat (Lachman, 1989)
Granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 gram, lalu
dimasukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya tertutup.
Kemudian bagian bawah corong dibuka sehingga granul dapat
mengalir di atas meja yang telah dilapisi kertas grafik. Selanjutnya
diukur tinggi dan diameter timbunan granul yang terbentuk. Sudut
istirahat dihitung dengan rumus :


Dimana : = Sudut istirahat
h =Tinggi timbunan granul
r = Jari- jari timbunan granul
3. Uji Kecepatan Alir (Lachman, 1989)
Granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 gram, lalu
dimasukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya tertutup.
Kemudian bagian bawah corong dibuka sehingga granul dapat
mengalir di atas meja yang telah dilapisi kertas. Waktu alir granul
ditentukan pada saat granul mulai mengalir sampai granul berhenti
9

mengalir menggunakan stopwatch. Kecepatan alir dihitung dengan
rumus :




4. Bobot jenis nyata, mampat dan Porositas (Lachman,1989) Granul
ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur
100 ml dan dicatat volumenya (Vo). Setelah itu dilakukan
pengetukan dengan alat dan dicatat volume ketukan ke 10, ke 50
danke 100, lalu dilakukan perhitungan dengan rumus :











X 100%
5. Bobot jenis sejati (Lachman, 1989)
Pengujian bobot jenis sejati dilakukan dengan cara menimbang
piknometer 50 ml yang kosong (a). Kemudian piknometer di isi
dengan parafin cair dan ditimbang kembali (b). Granul sebanyak 1
gram diisikan ke dalam piknometer 50 ml yang kosong, lalu
ditimbang (c). Kemudian ditambahkan parafin cair ke dalam
piknometer hingga penuh dan ditimbang kembali (d).Bobot jenis sejati
dihitung dengan rumus :














10

II.2. Rancangan Formula
Tiap sachet effervescent 5 gram mengandung :
Ascorbid Acid 10 %
Asam Sitrat 13,8 %
AsamTartrat 27,6 %
Na- Bikarbonat 46,8 %
Na- Metabisulfat 0,01 %
Pvp 1 %
Aspartame 0,08 %
Na- Benzoate 0,5 %
Citrus Orange q.s
Tatrazine q.s
II.3 Alasan Penambahan
II.3.1 Alasan Formulasi
Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih bahan obat yang
diserbukkan (FI III , 23 ) .
Serbuk effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar
sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, yang
biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tatrat, bila
ditambahkan dengan air asam dan biasanya bereaksi menyebabkan CO2
sehingga buih (Ansel, 214).
Formulasi dari zat aktif yang digunakan berupa asam askorbat dibuat
dalam bentuk effervescent. Serbuk effervescent merupakan alternatif
pengembangan produk minuman ringan yang menarik dan mkemberikan
variasi penyaji minuman tradisional juga dalam penyimpanan.
Jika asam askorbat tidak dapat dibuat dalam sediaan serbuk
effervescent, zat aktif dalam hal ini asam askorbat sudah teroksidasi dengan
udara, asam askorbat relatif stabil dalam bentuk serbuk.
Keunggulan serbuk effervescent dibandingkan minuman, serbuk biasa
adalah kemampuan untuk menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang
11

memberikan rasa segar seperti pada air soda. Adanya gas tersebut akan
menutupi rasa pahit serta mempermudah proses kelarutannya tanpa
melibatkan pengadukan manual (Suryanto , 2000).
Minuman dalam bentuk serbuk ini memiliki kestabilan produk dan
massanya lebih kecil serta bisa memiliki permintaan dalam skala yang besar
(Susilo , 2005).
Keuntungan bentuk serbuk ( Ilmu Resep , 41 )
1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih
mudah dalam menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam
bentuk serbuk.
5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih dewasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan
penderita.
Kerugian bentuk serbuk (ilmu resep , 42)
1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit,sapet,lengket di
lidah, amis, dan lain-lain).
2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.
Keuntungan serbuk effervescent
1. Pengolahan suatu formula sediaan obat dalam garam effervescent, dari
komponen-komponen ini seorang dapat menentukan jumlah pereaksi
yang akan digunakan, jumlah bahan obat pada pembuatan sediaan
effervescent ditetapkan dari dosis yang direncanakan. Umumnya dosis
obat didapat dalam satu atau dua sendok teh penuh garam effervescent
kering. (Ansel , 215-216)
12

2. Larutan karbonat membawa keseragaman dan mengurangi rasa pahit dan
asin dari garam, misalnya magnesium sulfat, beberapa effervescent
memberikan manfaat secara fisik untuk pasien (parrot , 65)
3. Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan
penyiapan dalam larutan walau seketika yang mengandung dosis obat
yang tepat (lachman , 715)

Kerugian serbuk effervescent :
1. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam
sitrat, asam tatrat dari pada hanya satu macam asam saja, karena
penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran
(Ansel , 214)
2. Kerugian tablet effervescent dan merupakan salah satu alasan untuk
menjelaskan mengapa pemakaiannya agak terbatas ialah kesukaran untuk
menghasilkan produk stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara
selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai aktifitas
effervescent, selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan.

II.3.2 Alasan Penambahan Zat Tambahan
1. Asam askorbat
Asam askorbat biasa digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan
formasi untuk formulasi pada sediaan larutan digunakan konsentrasi
0,01 0,1 % b/v.
Asam askorbat atau vitamin C merupakan zat yang mengandung
antioksidan yang dapat memperkuat daya tahan tubuh , meningkatkan
seragaman tubuh , mencegah paries gigi.
Vitamin C (asam askorbat) dapat mebantu menyerapkan zat besi
terutama pada masa kehamilan dan menyusui , serta pengobatan dan
pencegahan sariawan dan panas dalam (IAI , 549)
Vitamin C atau asam askorbat bekerja sebagai koenzim dan pada
keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin C juga
13

dibutuhkan juga oleh endotel kapiter dan perbaikan jaringan,
bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan asam folat (Kumalasari , 2013)
2. Asam Sitrat
Asam sitrat digunakan untuk pembuatan granul effervescent (excipient,
181 )
Asam sitrat digunakan dalam serbuk effervescent sebagai salah satu
sumber asam untuk dikombinasikan dengan basah, dimasudkan untuk
menghasilkan buih (parrot , 66)
Asam Sitrat memiliki perbandingan 1 diantara pengasam dan basah
dalam serbuk effervescent (parrot , 66)
Asam sitrat merupakan asidulan pangan yang mempunyai fungsi
bervariasi. Industri makanan dan minuman kebanyakan mengkonsumsi
asidulan sebagai (as.sitrat) untuk mempertegas rasa dan warna. Asam
sitrat digunakan sebagai asidulan pertama dalam minuman terkarbonasi
dan minuman bubuk yang memberikan rasa jeruk yang tajam ,
digunakan sebagai sumber asam dalam serbuk effervescent karena
memiliki larutan yang tinggi dalam air dingin , mudah didapat dalam
bentuk granula dan serbuk (Wiyono , 2013)
3. Asam Tartrat
Asam tartrat digunakan sebagai acidulan (sumber asam) yang
dikombinasikan dengan bikarbonat dalam pembuatan serbuk
effervescent (Excipient, 731 )
Asam tartrat memiliki konsentrasi 28 % diantara asam sitrat dan
natrium bikarbonat dalam pembuatan serbuk effervescent (Ansel , 215)
Asam tartrat digunakan untuk pembuatan serbuk sebagai bahan asam
yang dinetralkan oleh bikarbonat (RPS , 1049)
Asam tartrat memiliki perbandingan 2 diantara dan basah dalam serbuk
effervescent (Parrot , 66)
4. Natrium Bikarbonat
Natrium bikarbonat digunakan sebagai sumber karbondioksida didalam
effervescent tablet atau serbuk (Excipient , 629)
14

Natrium bikarbonat sebagai sumber karbondioksida yang dikombinasi
dalam pembuatan serbuk effervescent (RPS , 1265)
Natrium bikarbonat dibutuhkan 3 molekul untuk menetralisasi 1
molekul asam-sitrat dan 2 molekul natrium bikarbonat untuk
menetralisasi satu molekul asam sutrat dalam pembuatan serbuk
effervescent (Ansel , 115)
5. Kombinasi antara Asam Sitrat, Asam Tartrat, dan Natrium Bikarbonat
Kombinasi antara asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat
memiliki konsentrasi perbandingan 19 % , 28 % , 53 % ( Ansel , 215)
Sodium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat adalah kombinasi yang
sering dipakai dalam formulasi serbuk effervescent (Excipient , 624)
Kombinasi asam sitrat, asam tartrat, dan natrium karbonat memiliki
perbandingan 1,2 : 2,3 (Parrot , 66)
Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam-
asam bikarbonat Jika digunakan asam tunggal saja misalnya asam
tartrat akan menimbulkan kesukaran dalam melarut, mudah kehilangan
kekuatan, dan akan menggumpal Jika digunakan asam sitrat saja
sebagai asidulan tunggal maka akan menghasilkan campuran lekat dan
sukar menjadi granol (Ansel, 214)
6. Natrium Metabisulfat
Sodium metabisulfat biasa digunakan sebagai antioksidan dalam
sediaan oral, parental, tropical dalam konsentrasi 0,01 1,0 % , b/v.
Sodium metabisulfat memiliki aktivitas antimikroba yang baik dan
biasanya digunakan dalam sediaan oral farmasetika. Dalam industri
makanan digunakan sebagai pencegah warna coklat, biasanya terjadi
pada sediaan yang mudah teroksidasi (Excipient , 654)
Antidioksidan seperti natrium metabisulfat biasanya digunakan untuk
pencegah terjadinya perubahan warna bau, stabilitas, dan
kompatibilitas, dan sediaan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi
(Codex, 155)
15

Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk komponen-
komponen makanan yang tidak bersifat jenuh mempunyai ikatan
rangkap terutama yang bersifat lemak dan minyak. Antioksidan dapat
pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan
pigmen (BTP, 3)
Reaksi Kombinasi As. Sitrat, As.Tartrat dan Na-Bikarbonat
- H
3
C
6
H
5
O
7
. H
2
O +
3
NaHCO
3
Na
3
C
6
H
5
O
7
+ 4H
2
O+ 3CO
2

- H
2
C
4
H
4
O
6
+ 2NaHCO
3
Na
2
C
4
H
4
O
6
+ 2H
2
O + 2CO
2

7. PVP
PVP merupakan suatu polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai
pengikat baik dalam granulasi basah maupun granulasi kering
(Lachman, 702)
PVP sering digunakan sebagai bahan pengikat karena bahan tersebut
dapat mengikatkan kekuatan antar granul (Khairi, 2012 : 3)
Selain itu dengan menggunakan PVP zat aktif sudah larut akan
dihambat oleh PVP dimana PVP akan mengikat zat aktif, akibatnya
ikatan antar kristal obat menjadi lemah dan karena terselubungi oleh
PVP akan mudah larut dalam air (Syukri 2012; 153)
8. Aspartam
Aspartam digunakan sebagai bahan pemanis dalam produk minuman,
makanan dan sediaan farmasi termasuk, tablet, granul, dan vitamin
(Excipient, 48)
Aspartam digunakan sebagai pemanis dalam formula, dimana aspartam
merupakan pemanis yang lebih manis 160-220 kali dari gula (sukrosa),
sangat larut dealam etanol 95 % , larut dalam air serta stabil pada
kondisi kering (Afniansyah, 2007)
Menurut ADI (Acceptable Daily Intake), penggunaan aspartam yang
dianggap aman adalah 40 mg /kg bb (Baroqah, 2007)
16

Kandungan energi aspartam sangat rendah untuk menghasilkan rasa
manis, sehingga menyebabkan aspartam sangat populer untuk
menghindari kalori dari gula (Afriansyah, 2007)
9. Natrium Benzoat
Asam benzoat dan garamnya sangat efektif dalam menghambat
pertumbuhan mikroba dalam lahan pangan dengan PH rendah seperti
bahan dan minuman penyegar (Oktaviana, 2012)
Konsentrasi natrium benzoat sebagai pengawet 0,02-0,5 %, pada
formula ini digunakan konsentrasi 0,5 % (Excipient, 629 )
Natrium benzoat di Indonesia sering digunakan sebagai bahan
pengawet makanan agar waktu simpan produk lebih lama
(Wibbertmann et al, 2000).
10. Tartazine
Dalam sediaan effervescent ini ditambahkan ke warna yang ditujukan
untuk menambah daya tarik sediaan effervescent yang nantinya
menimbulkan buih berwarna, dimana penambahan pewarna ini akan
disesuaikan dengan aroma sediaan effervescent (Parrot, 177).
Tartazine digunakan sebagai zat pewarna dalam makanan, kosmetik,
dan obat-obatan (Martindale, 1474).
Penggunaan tartazine ini telah teruji keamanan berdasarkan peraturan
mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk
pangan diatur melalui SK mentri kesehatan RI Nomor / 22 / Menkes /
Per / IX / 88 mengenai bahan tambahan pangan (BTP, 55)
11. Citrus Orange
Citrus orange biasa digunakan sebagai pengaroma pewarna. Biasanya
dia larut dalam air tidak bereaksi dengan komponen lain dan warnanya
stabil pada kisaran pH selama masa penyimpanan (Ansel , 335)
Citrus Orange merupakan pengaroma yang biasanya digunakan dalam
sediaan farmasi guna menutupi bau yang kurang sedap dari zt-zat yang
digunakan dalam formulasi (Parrot, 177)
17

Menurut peraturan menteri kesehatan RI , 722 / Menkes / Per / Ix / 1988
tentang bahan tambahan penyedap rasa dan aroma. Aroma (flafor)
merupakan bahan yang digunakan untuk mempertegas rasa (BTP, 23)

II.4 Uraian Bahan
1. Asam Askorbat (FI IV, 39 ; Excipient, 43)
Nama Resmi : Acidum Ascorbicum
Nama Lain : Asam Askorbat, Vitamin C
RM / BM : C
6
H
8
O
6
/ 176,13
Pemerian : Hablur atau serbuk putih, atau agak kuning oleh pengaruh
cahaya lambat laun berwarna gelap. Dalam keadaan kering
stabil diudara, dalam larutan cepat teroksidasi, melebur
pada suhu lebih kurang 190
0
C
Kelarutan : Larut dalam air ; agak sukar larut dalam etanol ; tidak larut
dalam kloroform, dalam eter, dan dalam benzena.
Kestabilan : dalam bentuk asam askorbat relatif stabil diudara. Dalam
adanya oksigen dan oksidator lain juga stabil dalam
pemanasan. Asam askorbat tidak stabil dalam larutan,
terutama larutan bersifat basa, mudah mengalami oksidasi
jika terpapar udara. Proses oksidasi dipercepat oleh cahaya
dan panas, dan katalis oleh berkas tembaga dan besi.
Asam askorbat yang maksimal menunjukan stabilitas pada
pH 5,4. Larutan dapat disterilkan dengan cara filtrasi.
Bahan masa harus disimpan dalam wadah logam yang
ditutup, terlindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan
kering.
Incompatibilitas : Asam askorbat inkom dengan bahan alkali, ion logam
berat, terutama lembaga dan besi serta bahan
pengoksidasi, bethenamine phenylephine, hydrochloride,
pyrilamateat, salicylamid, natrium nitrit, natrium salicylat,
18

theobromine salicylat, dan picotamide. Asam askorbat
dapat mengganggu intensitas dari zat warna.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.
Kegunaan : sebagai zat aktif
DM (DL) : sehari 30 mg 40 mg
Konsentrasi : 200-500 mg. Digunakan 500 mg
2. Asam Sitrat ( FI IV, 48 ; Excipient 181)
Nama Resmi : Acidum citricum
Nama Lain : Acidum citricum monohyrium, 2 Hydroxypropane 1,2,3
tricarboxylic acid monohydrate
RM / BM : C
6
H
8
O
7
/ 192,12
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul
sampai halus, tidak berbau atau praktiks tidak berbau, rasa
sangat asam, bentuk hidrat, mekar dalam udara kering
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
agak sukar larut dalam eter
Kestabilan : Asam sitrat monohidrat kehilangan air dari proses
kristalisasi uap atau ketika pemanasan pada suhu 40
0
C.
Larutan encer sitrat dapat digunakan untuk fermentasi.
Sebagian besar monohidrat atau anhidrat sebaiknya
disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan
kering.
Incompatibilitas : Asam sitrat tidak sesuai dengan kalium tartrat alkali dan
alkali tanah, karbonat dan bikarbonat, asetat dan sulfida,
ketidaksesuaian juga termasuk dengan pengoksida, bahan
dasar, pereduksi dan nitrit. Sukrosa dalam sirup pada
penyimpanannya akan mengkristal oleh adanya asam
sitrat.
Penyimpan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai zat tambahan
DM : -
19

Konsentrasi : digunakan 11,6 %
3. Asam Tartrat (FI IV,53 ; Excipient, 731)
Nama Resmi : Acidum Tartaricum
Nama Lain : Asam Tartrat, Acidum tartaricum, L-(+)-2, 3-dihydroxy
butanedioic acid (2R, 3R)-2,3-dihydroxy butane-1,4-dioic
acid 2,3- dihydroxy suc acid; e 334; d-tartaric acid; L- (t)
tartaric acid.
RM / BM : C
4
H
6
O
6
/ 150, 09
Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur
halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam,
dan stabil di udara.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol.
Kestabilan : sebagian besar bahan bersifat stabil dan disimpan dalam
wadah tertutup baik.
Incompatibilitas : asam tartrat tidak sesuai dengan perak dan bereaksi dengan
logam karbonat dan bikarbonat (salah satu khasiat
dimanfaatkan untuk pembuatan serbuk effervescent).
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai zat tambahan
DM : -
Konsentrasi : digunakan 23,2%
4. Natrium Bikarbonat (F IIII, 424 ; Excipient 635)
Nama resmi : Natrii Subcarbonas
Nama lain : Natrium Subkarbonat, Natrium Bikarbonat.
Rm/Bm : NaHCO
3
/84,01
Pemerian : serbuk putih atau halur monoklin kecil, buran ; tidak
berbau ; rasa asin
Kelarutan : larut dalam 11 bagian air ; praktis tidak larut dalam etanol
(95%) P.
Kestabilan : Sodium karbonat diubah dalam bentuk monohidrat, pada
saat bersentuhan dengan air, menghasilkan panas. Dimulai
20

dengan hilangnya karbondioksida pada suhu di atas 460
0
C,
dan sebelum mendidih disimpan dalam wadah tertutup.
Incompatibilitas : Sodium Karbonat terurai ketika berhubungan dengan asam
dan adanya air, untuk menghasilkan karbondioksida dan
effervessent. Sodium karbonat akan bereaksi kuat dengan
aluminium, pentoksid fosfor, asam sulfat flourin dan
litium.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : sebagai zat tambahan
DM : -
Konsentrasi : 25% - 50% digunakan 39,6%.
5. Natrium Benzoat (FI III, 395 ; Excipient 627)
Nama Resmi : Natri Benzoas
Nama Lain : Natrium Benzoat
RM/BM : C
6
H
5
CO
2
Na / 144,11
Pmerian : butiran atau serbuk hablur ; putih ;tidak berbau atau
hampir tidak berbau
Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%)
P
Kestabilan : larutan yang mengandung air dapat disterilkan dengan
menggunakan autoklaf atau filtrasi
Incompatibilitas : tidak sesuai dengan senyawa kuarter, gelatin, besi, garam-
garam, kalsium dan garam dan logam berat, termasuk
perak timah dan aktivitas merkuri. Pengawet dapat
dikurangi dengan kaulin atau surfaktan non ionik.
Penyimpanan : Dalam wada tertutup rapat
Kegunaan : sebagai bahan pengawet
DM : -
Konsentrasi : 0,02% - 0,5% digunakan 0,5%.
6. Natrium Metabisulfat (FI IV, 596 ; Excipient 654)
Nama Resmi : Natrii Metabisulfis
21

Nama Lain : Natrium metabisulfit
RM / BM : NaS
2
O
5
/ 190,10
Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau
belerang dioksida
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut
dalam etanol
Stabilitas : Dapat terurai dengan kelembapan, natrium metabisulfit
mudah teroksidasi secara perlahan dengan sodium sulfat
dan desintegrasi dalam kristal. Penambahan asam kuat
dalam bentuk padat dapat membebaskan sulfur dioksida
dalam air sodium metabisulfat dapat segera terkonfersi
menjadi natrium (Na
+
) dan bisulfit (HSO
3
-
) dalam bentuk
ion. Larutan sodium metabisulfat biasanya terkomposisi
dalam udara terutama pada suhu panas. Untuk larutan
dapat disterilkan dengan menggunakan autoklaf dengan
mengisi kedalam kontener yang tidak berikatan dengan
gas seperti nitrogen.
Incompatibilitas : Sodium metabisulfat dapat bereaksi dengan obat
simpatumimetik dan obat lain seperti ortho- atau para-
hidroksil benzin alkohol dan derivatnya dari bentuk asam
sulfonik dan derivatnya dan memiliki sedikit atau tidak
berefek farmakologi inkom dengan fenil merkuri asetat
ketika disterilkan dengan autoklaf untuk sediaan tetes
mata
Penyimpanan : Dalam wadah terisi penuh, tertutup rapat dan hindarkan
dari panas yang berlebihan
Kegunaan : sebagai antioksidan
Konsentrasi : 0,01 1,0 % yang dibunakan 0,01%
7. PVP ( FI III, 510 ; Excipient, 582)
Nama Resmi : Povidonum
Nama Lain : Povidonum, Polivinil Pinolidon
22

RM / BM : (C
6
H
9
NO)
n
/ 10.000 hingga 700.000
Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan; berbau lemah
atau tidak berbau, higroskopis
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P, dan dalam
kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-
rata; prkatis tidak larut dalam eter P
Stabilitas : senyawa ini stabil dalam siklus pendek pemanasan pada
suhu 110-130
0
C. Sterilisasi uap dari larutan tidak dapat
mengubah sifat senyawa ini
Inkompatibilitas : Povidum kompatibiliti dalam larutan dengan berbagai
garam anorganik, resin alami dan sintesis bahan kimia
lainnya. Senyawa ini membentuk molekul dalam larutan
dengan sulfatigzole, kalium salisilat, asam salisilat,
fenobarbital, tanin dan senyawa lainnya.
Penyimpanan : Povidum dapat disimpan dalam kondisi biasa tanpa
mengalami dekomposisi / degradasi
Kegunaan : Sebagai bahan pengikat
Konsentrasi : 0,5-5% digunakan 1%
8. Aspartam (Excipient, 48)
Nama Resmi : Aspartam
Nama Lain : metil ester
RM / BM : C
14
H
18
N
2
O
5
/ 294,30
Pemerian : Serbuk putih, hampir tidak berbau bubuk kristal dengan
rasa yang sangat manis
Stabilitas : Aspartma stabil pada kondisi kering. Degradasi aspartam
terjadi selama perlakuan panas, hilangnya aspartam dapat
diminimalisir dengan proses yang bersuhu tinggi untuk
waktu yang singkat
Incompatibilitas : Aspartam inkompatibel dengan kalsium fosfat dan juga
dengan lubrikan magnesium stearat
23

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk dan k
ering
Kegunaan : Sebagai zat pemanis
Konsentrasi : 0,8%
9. Tartazine (Martindal,1474)
Nama Resmi : Tartrazine
RM / BM : C
16
H
9
H
4
Na
3
O
9
S
2
/ 534,4
Kelarutan : mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol 95%
mudah larut dalam glikol
Stabilitas : tahan terhadapa asam asetat, HCl, NaOH 10%, Na 30%
merubah warna menjadi kemerah-merahan
Konsentrasi : 0,0005 0,001 %
24

BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat yang digunakan
1) Alu
2) Ayakan No. 10
3) Gelas Kimia
4) Lumpang
5) Neraca Analitik
6) Pipet Tetes
7) Sendok Tanduk
8) Sudip
9) Toples Kaca
10) Waterbatt
11) Oven

III.2 Bahan yang digunakan
1) Alkohol 70 %
2) Aquades
3) Asam Askorbat (Vitamin c)
4) Asam Sitrat
5) Asam Tartrat
6) Natrium Bikarbonat
7) Natrium Metabisulfat
8) PVP
9) Natrium benzoate
10) Asrpartam
11) Citrus Orange
12) Tartrazine
13) Kapas
14) Kertas Perkamen
25

15) Kertas Minyak
16) Tissue
III.3 Perhitungan Bahan
Asam askorbat 10 % =

x 5 g = 0,5 g
PVP 1 % =

x 5 g = 0,05 g
Na. Metabisulfat 0,01 % =

x 5 g = 0,0005 g
Aspartam 0.8 % =

x 5 g = 0,04 g
Na. benzoat 0,5 % =

x 5 g = 0,025 g
As.sitrat 13,8 % =

x 5 g = 0,69 g
As.tartrat 27.6 % =

x 5 g = 1,38 g
Na.bikarbonat 46.8 % =

x 5 g = 2,34 g
III.5 Cara Kerja
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Dibersihkan alat yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%
3) Digerus masing-masing bahan kecuali PVP dan aspartame
4) Ditimbang asam askorbat 0,5 g, as.sitrat 0,69 g, as.tartrat 1,38 g,
Na.bikarbonat 2,34 g, aspartam 0,04 g, Na.benzoat 0,025 g,
Na.metabisulfat 0,0005 g
5) Digerus terpisah PVP yang telah ditimbang sebanyak 0,05 g dan
ditambahkan etanol hingga homogen
6) Dicampurkan semua bahan yang telah digerus dengan metode tumbling
7) Ditetesi secukupnya tartrazine yang telah diencerkan dengan air
secukupnya hingga larut dan homogen
8) Disemprotkan citrus orange secukupnya
9) Diletakkan pada lempeng atau plat datar
10) Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40
0
C selama 5-10 menit
26

11) Diayak granul dengan ayakan nomor 10
12) Digerus aspartam 0,04 g hingga halus, kemudian dicampurkan pada
granul yang telah dikeringkan
13) Ditimbang granul
14) Dievaluasi granul
15) Dibagi dalam 6 bagian
16) Dimasukkan dalam kemasan
17) Dimasukkan dalam dua

27

PEMBAHASAN
Serbuk merupakan campuran homogen dua atau lebih bahan obat yang
diserbukkan (FI III, 23). Bentuk sediaan serbuk yang banyak digunakan seperti
serbuk effervescent yang biasa dikemas dalam kemasan tunggal. Serbuk
effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan
mengandung unsur obat dalam campuran yang kering yang biasanya terdiri dari
natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat bila ditambahkan dengan air asam
dan basanya akan bereaksi membebaskan CO
2
sehingga menghasilkan serbuk
(Ansel, 214).
Dalam formulasi ini zat aktif yang digunakan berupa Asam askorbat yang
dibuat dalam bentuk serbuk effervescent. Serbuk effervescent saat ini merupakan
alternatif pengembangan produk minuman ringan yang menarik dan memberikan
variasi terbaru serta praktis dalam penyimpanannya. Keunggulan dari serbuk
effervescent dibandingkan dengan minuman serbuk biasa adalah kemampuan
untuk menghasilkan gas karbondioksida (CO
2
) yang memberikan rasa segar
seperti pada air soda. Adanya gas tersebut dapat menutupi rasa pahit dari zat aktif
serta mempermudah pelarutnya tanpa melibatkan pengadukan manual (Suryanto,
2000). Minuman dalam bentuk serbuk ini memiliki kestabilan produk dan
massanya lebih kecil serta dibuat untuk memiliki permintaan dalam skala yang
besar (Susilo, 2005).
Beberapa zat tambahan yang digunakan dalam formulasi ini berupa asam
sitrat sebagai sumber asam, asam tartrat sebagai sumber asam, Natrium
bikarbonat sebagai sumber basa, PVP sebagai pengikat, Aspartam sebagai
pemanis, Natrium benzoate sebagai pengawet, Natrium metabisulfat sebagai
antioksidan, citrus orange sebagai pengaroma, serta tartrazin sebagai pewarna.
Dengan formulasi berupa campuran asam sitrat, asam tartrat dan natrium
bikarbonat dalam bentuk granul, maka derajat kelarutan bahan-bahan ini
akan sedikit berkurang sewaktu ditambahkan air. Namun sebaliknya, jika
reaksi pembuihan yang cepat dan hebat serta tidak terkendali dapat berkurang.
Sehingga reaksi pembentukan buih yang terjadi tidak sampai menumpahkan
effervescent yang dapat menyebabkan berkurangnya bobot isi dari larutan
28

tersebut. Dalam pembuatan sediaan effervescent ini digunakan kombinasi 2
macam asam, yaitu asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu jenis
asam saja karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan
kesukaran dalam pembentukan buih. Apabila asam sitrat digunakan sebagai
bahan tunggal akan menghasilkan campuran yang lekat dan sukar menjadi
granul. Sedangkan penggunaan asam tartrat saja, granul yang dihasilkan akan
mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Natrium bikarbonat
digunakan sebagai pembentuk reaksi basa dan bertindak dalam menetralisir asam
sitrat dan asam tartrat serta dapat menghasilkan buih dan membebaskan
karbondioksida serta larut sempurna dalam air (Pulungan, 2004).
Namun pada saat proses pembuatan serbuk effervescent vitamin C,
diperoleh hasil yang tidak maksimal, dimana sediaan yang kami buat tidak
berhasil. Hal ini disebabkan karena penggunaan asam sitrat dalam formulasi kami
terlalu banyak sehingga dengan cepat mengeluarkan kristal air. Selain itu juga
disebabkan karena pada saat pecampuran dengan metode tumbling yang terlalu
lama, serta dengan penambahan Na-CMC yang terlalu banyak pula, dengan
demikian campuran granul yang dihasilkan terlalu basah.
V.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa serbuk effervescent dengan
zat aktif Asam Askorbat tidak berhasil. Hal ini disebabkan karena terlalu
banyaknya penggunaan asam sitrat serta pencampuran dengan metode
tumbling yang lama. Selain itu penggunaan Na CMC yang terlalu banyak
yang menyebabkan granul menjadi basah, sehingga pada saat digerus dalam
lumpang telah menghasilkan buih.
V.2 Saran
Dalam praktikum kedepannya diharapkan pihak laboratorium dapat
menyediakan bahan sesuai yang dibutuhkan oleh praktikan.

Vous aimerez peut-être aussi