Tugas Mata Kuliah AKK IrwanIdris ; NIM 137032243 1
PENDAPAT PRIBADI ATAS KASUS DOKTER AYU DAN KEDUA REKANNYA
SERTA AKSI SOLIDARITAS PARA DOKTER 23 NOVEMBER 2013
I. PENDAHULUAN
Kasus malapraktik yang menimpa dr Dewa Ayu Sasiary Prawan yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang terjadi pada tahun 2010 di rumah sakit Dr Kandau Manado, menimbulkan banyak reaksi dari para dokter di Indonesia seperti yang terjadi pada hari Rabu tanggal 27 November 2013, dimana para dokter melakukan demo dengan tuntutan menolak kriminalisasi profesi doter. Kasus yang menimpa dokter Ayu dan dua orang temannya tersebut berawal dari tuduhan pihak keluarga korban Julia Fransiska Makatey (25) yang meninggal dunia sesaat setelah melakukan operasi kelahiran anak pada tahun 2010. Akibat dari kasus tersebut dokter Ayu dan kedua temannya divonis MA dengan hukuman 10 bulan penjara. Dalam hal ini kaitannya dengan Tugas AKK, mahasiswa diberikan tugas untuk menganalisa perihal kasus tersebut dan memberikan pendapat serta rekomendasi.
II. KRONOLOGIS PERISTIWA Berikut kronologis penangkapan dokter Ayu dan kedua orang temannya yang juga ikut dihukum atas tuduhan malapraktik menurut keterangan dari Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr Nurdadi Saleh, SpOG seperti dilangsir Liputan 6. Pada tanggal 10 April 2010 korban Julia Fransiska Makatey (25) merupakan wanita yang sedang hamil anak keduanya, ia masuk ke RS Dr Kandau Manado atas rujukan puskesmas. Pada waktu itu dia didiagnosis sudah dalam tahap persalinan pembukaan dua. Namun setelah delapan jam masuk tahap persalinan, tidak ada kemajuan dan justru malah muncul tanda-tanda gawat janin, sehingga diputuskan untuk dilakuan operasi caesar darurat. Saat itu terlihat tanda tanda gawat janin, terjadi mekonium atau bayi mengeluarkan feses saat persalinan sehingga diputuskan melakukan bedah sesar ujarnya. Tetapi yang terjadi menurut dr Nurdadi, pada waktu sayatan pertama dimulai, pasien mengeluarkan darah yang berwarna kehitaman. Dokter menyatakan, itu adalah tanda bahwa pasien kurang oksigen. Tapi setelah itu bayi berhasil dikeluarkan, namun pasca operasi kondisi pasien makin memburuk dan sekitar 20 menit kemudia, ia dinyatakan meninggal dunia, ungkap Dr Nurdadi. Tugas Mata Kuliah AKK IrwanIdris ; NIM 137032243 2 Tanggal 15 September 2011 atas kasus ini, team dokter yang terdiri dari dr Dewa Ayu Sasiary Prawan, dr Hendi Siagian dan dr Hendry Simanjuntak dituntut Jaksa Penuntut Umum (JPU) hukuman 10 bulan penjara karena laporan malapraktik keluarga korban. Namun sebelumnya Pengadilan Negeri (PN) Manado menyatakan ketiga dakwa tidak bersalah dan bebas murni. Dari hasil otopsi ditemukan bahwa sebab kematiannya adalah karena emboli udara, sehingga mengganggu peredaran darah yang sebelumnya tidak diketahui oleh dokter. Emboli atau gelembung udara ini ada pada bilik kanan jantung pasien. Dengan bukti ini PN Manado memutuskan bebas murni, tutur dr Nurdadi Tapi teryata kasus ini masih bergulir karena jaksa mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung yang kemudian dikabulkan. Pada tanggal 18 September 2012, dr Dewa Ayu Sasiary Prawan dan dua dokter lainnya yakni dr Hendi Siagian dan dr Hendry Simanjuntak akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO), 11 Februari 2013 keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke Mahkamah Agung dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali (PK).
Dalam surat keberatan tersebut POGI menyatakan bahwa putusan PN Manado menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan kalau ketiga dokter tidak bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan operasi pada pasien. 8 November 2013 dr Dewa Ayu Sasiary Prawan (38), satu diantara terpidana kasus malapraktik akhirnya diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10 bulan penjara. Ia diciduk di tempat prakteknya di Rumah Sakit Ibu dan Anak Permata Hati, Balikpapan Kalimantan Timur.
III. ANALISIS KASUS Ada beberapa poin penting yang menjadi perdebatan penting soal ada atau tidak adanya malapraktik dalam kasus dokter Ayu sebagai berikut : 1. Pemeriksaan jantung baru dilakukan setelah operasi. Menurut dr Januar, pengurus Ikatan Dokter Indonesia, operasi yang dilakukan terhadap Siska, tak memerlukan penunjang, seperti pemeriksaan jantung. Operasinya bersifat darurat, cepat dan segera. Karena jika tidak dilakukan, bayi dan pasien pasti meninggal, ucap dokter kandungan ini.
2. Penyebab kematian adalah masuknya udara ke bilik kanan jantung. Ini karena saat pemberian obat atau infus karena komplikasi persalinan. Menurut O.C Kaligis, pengacara Ayu, putusan Mahamah Agung tak berdadar. Dalam persidangan di pengadilan negeri, kata Kalagis, sudah dihadirkan saksi saksi ahli kedokteran yang Tugas Mata Kuliah AKK IrwanIdris ; NIM 137032243 3 menyatakan Ayu dan dua rekannya tidak melakukan kesalahan prosedural. Para saksi antara lain : Reggy Lefran, dokter kepala bagian jantung RS Prof Kandou Malalayang; Murhady Saleh, dokter spesialis Obygin RS Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta Johanis, dokter forensik
Dalam sidang itu misalnya, dokter forensik Johanis menyatakan hasil visum et repertum emboli yang menyebabkan pasien meninggal dunia BUKAN karena hasil operasi. Kasus itu, kata dia jarang terjadi dan tidak dapat diantisipasi. Para ahli juga menyebutkan Ayu, Hendry dan Hendy telah menjalani sidang Majelis Kehormatan Etik Kedokteran pada tanggal 24 Februari 2011. Hasil sidang menyatakan ketiganya telah melakukan operasi sesuai dengan prosedur. (Baca juga : MKEK Pusat Sebut dr Ayu Tidak Melanggar Etik)
3. Terdakwa tidak punya kompetensi operasi karena hanya Residence atau Mahasiswa Dokter Specialis dan Tak Punya Surat Izin Praktek SIP) Ketua Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dr Nurdadi, SPOG dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi mengatakan tidak benar mereka tidak memiliki kompetensi. Mereka memiliki kompetensi. Pendidikan kedokeran adalah pendidikan berjenjang. Bukan orang yang tak bisa operasi melakukan operasi. Katanya. Soal surat izin praktek juga dibantah. Semua dokter specialis yang berpraktek di rumah sakit memiliki izin. Kalau tidak mana mungkin rumah sakit pendidikan seperti di RS Cipto Mangunkusumo mau mempekerjakan para dokter itu.
4. Terjadi pembiaran pasien selama delapan jam Menurut Januar, pengurus Ikatan Dokter Indonesia, saat menerima pasien Siska, dokter Ayu telah memeriksa dan memperkirakan pasien tersebut bisa melahirkan secara normal. Namun hingga pukul 18.00 ternyata hal itu tidak terjadi. Sehingga diputuskan operasi, ujar Januar. Sesuai prosedur kedokteran saat air ketuban pecah, biasanya dokter akan menunggu pembukaan leher rahim lengkap sebelum bayi dilahirkan secara normal dan untuk mencapai pembukaan lengkap, yakni pembukaan 10, butuh waktu yang berbeda beda untuk tiap pasien, bisa cepat dan bisa berjam jam. Menunggu pembukaan lengkap itulah yang dilakukan noleh dokter Ayu.
Tugas Mata Kuliah AKK IrwanIdris ; NIM 137032243 4 IV. PERTIMBANGAN MAJELIS KASASI Berikut ini pertimbangan Majelis Kasasi seperti yang tercantum dalam putusan yang dirumuskan dalam sidang tanggal 18 September 2012. 1. Julia dinyatakan dalam keadaan darurat pada pukul 18.30 WITA, padahal seharusnya dinyatakan darurat sejak ia masuk rumah sakit pada pagi hari. 2. Sebagian tindakan medis Ayu dan rekan-rekanna tidak dimasukkan ke rekam medis. 3. Ayu tidak mengetahui pemasangan infus dan jenis obat infus yang diberikan kepada korban. 4. Meski Ayu menugasi dokter Hendy memberi tahu rencana tindakan kepada pasien dan keluarganya, Hendy tidak melakukannya. Ia malah menyerahkan lembar persetujuan yang telah ditanda tangani Julia kepada Ayu, tapi ternyata tanda tangan di dalamnya palsu. 5. Tidak ada koordinasi yang baik dalam tim Ayu saat melakukan tindakan medis 6. Tidak ada persiapan jika korban mendadak mengalami keadaan darurat Tuduhan tersebut di atas dinilai tidak berdasar oleh pengacara dokter Ayu, O.C Kaligis dan juga menilai putusan Mahkamah Agung tidak berdasar.
V. TELAAH DAN PENDAPAT PRIBADI Saya selaku mahasiswa yang kebetulan bukan berprofesi sebagai dokter namun setelah saya melihat, mendengar dan membaca kronologis peristiwa dan kasus dokter Ayu berikut kedua rekannya serta aksi Solidaritas dan penghentian satu hari layanan kesehatan (non emergency) di rumah sakit dan puskesmas saya berpendapat sebagai berikut : a) Pendapat saya perihal tuduhan malapraktik terhadap dokter Ayu dan kedua rekannya adalah TIDAK SETUJU. Saya berpendapat dan percaya apa yang telah dilakukan oleh para saksi ahli selama persidangan di PN Manado dimana para saksi (tentunya di bawah sumpah) dimana baik secara akdemis dan klinis kedokteran telah memunihi syarat dan ketentuan prosedur. Hal ini juga dipertegas dari keterangan dan klarifikasi dari IDI dan POGI. b) Saya menilai bahwa pada proses kasasi ke Mahkamah Agung, pihak MA (mungkin) tidak lagi mempertimbangkan bukti dan data persidangan dari PN Manado sebelumnya khususnya dari para Saksi Ahli perihal kasus tersebut. Saya berpikiran bahwa MA lebih melihat kealfaan dari sisi administrasi yang sebetulnya mungkin lebih banyak disebabkan mimimnya fasilitas, sistem serta urusan birokasi, padahal dari sisi SOP Medis telah terbukti tidak adanya Malapraktik tersebut. Tugas Mata Kuliah AKK IrwanIdris ; NIM 137032243 5 c) Saya SETUJU para dokter melakukan aksi solidaritas turun ke jalan untuk meminta MA meninjau kembali hasil Putusan MA tersebut, tapi d) Saya SANGAT TIDAK SETUJU jika aksi solidaritas para dokter ke jalan dengan juga melakukan penghentian satu hari layanan medis di rumah sakit maupun di puskesmas, walaupun katanya layanan darurat dan emergency tetap dibuka. Saya berpendapat aksi solidaritas silahkan dilakakuna meskipun ke jalan TETAPI tanpa melalaikan layanan kesehatan dan medis kepada masyarakat, dengan alasan sebagai berikut : Aksi solidaritas bisa dilakukan dengan cukup mengirim wakil dokter dan nakes yang ada di rumah sakit maupun puskesmas, sehingga layanan kesehatan dan medis kepada masyarakat tetap bisa dilakukan. Para dokter yang ikut aksi menghentikan layananan sehari kesehatan saya berpendapat telah melanggar sumpah dokter dengan menelantarkan para pasien (baik darurat maupun rawat jalan, mereka tetap pasien). Tindakan penghentian sehari layanan kesehatan dan medis oleh para dokter telah terjadi pelanggaran Undang Undang Repunlik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yakni pada Paragraf 6 (Hakl dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi) Pasal 51 poin a dan Paragraf 7 I(Hak dan Kewajiban Pasien) poin c.
Demikian yang saya sampaikan, semoga tetap maju dunia Kedokteran dan semoga Layanan Kesehatan dapat lebih baik dan maju ke depannya.
Irwan Idris NIM : 137032.243 AKK
Daftar Pustaka : 1. Undang Undang Repunlik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 2. http://www.didiksugiarto.com/2013/11/inilah-kronologis-kasus-dr-ayu-di- manado.html?m=1
Tugas Mata Kuliah AKK IrwanIdris ; NIM 137032243 6