Vous êtes sur la page 1sur 14

EKSTRAKSI ALGINAT

Oleh :
Nama : Prihanto Arif Hidayat
NIM : B1J010212
Kelompok : 2
Rombongan : I
Asisten : Ardianti Maya Ningrum




LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI






KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai kekayaan dan
biodiversitas biota laut yang cukup dominan. Tidak kurang dari 350 jenis
makroalga penyusun ekosistem perairan laut Indonesia, sehingga Indonesia
sering dijuluki dengan Bank of Seaweeds. Phaeophyceae merupakan kelas
makroalga laut coklat yang terdistibusi secara luas di perairan Indonesia.
Produksi makroalga laut ini mencapai ribuan ton per tahun dari hasil panen
alami.
Alginat adalah salah satu kelompok polisakarida yang terbentuk dalam
dinding sel alga coklat, dengan mencapai 40% dari total berat kering dan
memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga.
Sebagian besar alginat dalam pasaran berupa natrium alginat yaitu suatu garam
alginat yang larut dalam air. Alginat juga merupakan senyawa pikoloid yang
dihasilkan dari rumput laut coklat. Kandungan alginat pada rumput laut
Sargassum berkisar antara 8-32% tergantung pada kondisi perairan tempat
tumbuhnya.
Dunia perindustrian dan perdagangan, algin dikenal karena banyak
manfaatnya. Dunia industri algin berbentuk asam alginik (alginic acid) atau
alginat. Asam alginik adalah suatu getah selaput, sedangkan alginat berbentuk
garam dari asam alginik. Garam alginik ada yang larut dalam air yaitu sodium
alginat, sedangkan yang tidak larut dalam air yaitu kalsium alginat. Alginat dalam
dunia perdagangan biasanya berbentuk bubuk kasar, berwarna krem sampai
coklat terang dan tidak berbau. Alginat banyak digunakan dalam berbagai bidang
industri, seperti : industri tekstil, kertas, makanan, minuman dan farmasi. Alginat
dalam industri farmasi digunakan sebagai zat pensuspensi, penstabil emulsi dan
pengikat tablet. Kadar alginat Sargassum sangat dipengaruhi oleh jenis dan
kondisi lingkungan seperti suhu, intensitas cahaya, salinitas, pH, arus, gelombang
dan kandungan bahan organik. Fungsi utama alginat adalah sebagai bahan
pemantap, bahan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi dan bahan
pembuat gel.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar air dan proses
ekstraksi kandungan kimia dari rumput laut seperti alginat.

C. Tinjauan Pustaka
Rumput laut Phaeophyceae adalah salah satu komoditas ekspor dari
sub perikanan sebagai penghasil devisa. Phaeophyceae merupakan sumber
karbohidrat yang menghasilkan alginat. Spesies alga coklat asal perairan pantai
Indonesia yang memiliki potensi untuk diolah menjadi alginat adalah Sargassum,
Turbinaria, Hormophysa, dan Padina. Keempat genuus alganofit tersebut masih
diperoleh dari panen alami. Phaeophyceae mempunyai habitus yang beraneka
ragam, dari deretan se-sel berbentuk benang yang terkumpul dalam suatu
berkas sampai thalus yang benar, yang kadang-kadang memperlihatkan bentuk
luar seperti tumbuhan tinggi dan sepintas seperti telah ada akar, batang, dan
daunnya (Atmadja et al., 1996).
Sargassum polycystum merupakan alga yang memiliki thallus bercabang
atau bentuk cabang, memiliki duri yang rapat, percabangannya pendek, memiliki
percabangan dikotomus, memiliki holdfast berbentuk cakram. Macam-macam
thallus pada Sargassum polycystum yaitu tallus tipe batang, tallus tipe daun
tallus, tipe vesikel, tallus tipe cabang. Sargassum polycystum memiliki manfaat
yang sama dengan Sargassum duplicatum yaitu sama-sama bisa dimanfaatkan
dalam pembuatan alginat (Anggadiredja et al., 2006).
Alginat berfungsi sebagai pemelihara bentuk jaringan pada makanan yang
dibekukan, counteract penggetahan dan pengerasan dalam industri roti berlapis
gula, pensuspensi dalam sirop, pengemulsi dalam salad dressing, serta
penambah busa pada industri bir. Bidang bioteknologi, alginat digunakan sebagai
algin-immobilisasi sel dari yeast pada produksi alkohol. Bidang farmasi dan
kosmetik, alginat dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat atau garam sodium
alginat dan kalsium aginat (Anggadiredja et al., 2006).
Metode ekstraksi meliputi beberapa tahap yaitu demineralisasi,
pencucian, ekstraksi, penarikan asam alginat menggunakan larutan HCl,
pencucian, pertukaran ion H
+
dengan ion Na dari larutan NaOH, kemudian
penarikan natrium alginat menggunakan alkohol dan pengeringan (Waryat dan
Kurniasih, 2002). Proses ekstraksi rumput laut coklat dilakukan dalam suasana
basa bertujuan untuk memisahkan selulosa dan alginat. Bahan pengekstrak yang
dapat digunakan adalah Na
2
CO
3
, yang berfungsi untuk mengekstrak kandungan
alginat yang terdapat di dalam talus rumput laut coklat. Kecepatan ekstraksi
alginat yang ada dalam talus sangat bergantung pada konsentrasi Na
2
CO
3
, suhu
dan lama waktu ekstraksi yang diberikan (Insan dan Widyartini, 2001).















II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah termometer, timbangan
analitik, kertas pH, pompa vacum, pengaduk dan alat penjepit cawan,
erlenmeyer 2000 ml, alat pemanas/kompor, oven, gelas ukur 50, 100, 500ml,
panci, baki, kain saring, cawan, pipet, dan blender.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali meliputi Sargassum
polycystum, larutan NaOH 0,1%, KOH 2 %, Na
2
CO
3
1,5%, isopropil alkohol, HCl
0,5%, HCl 5%, aquades, Na
2
CO
3
7%, alcohol 95 % dan H
2
SO
4
15%.

B. Metode
1. Skema pembuatan Rendemen Alginat
Sargassum polycystum kering ditimbang sebanyak 20 gr

Direndam di larutan KOH 2% (30 menit)

Dicuci dengan air mengalir

Rendam dalam larutan NaOH 0,5 % (15 menit)
dengan perbandingan 10:1

Direndam dalam larutan HCl 0,5 % (15 menit)
cuci dengan air
Mulai ekstraksi dengan menambahkan larutan Na
2
CO
3
7% (15
menit)

Panaskan pada suhu 50
o
C selama 2 jam

Saring dengan kain saring

Larutan hasil penyaringan diasamkan dengan menambahkan HCl 5% (pH 2,8-3,2)
(15 menit)

Pemucatan selama 1 jam dengan menambahkan larutan H
2
O
2
6%
dengan perbandingan 1:1(15 menit)

Diendapkan dengan menambahkan NaOH 10 %
(15 menit)

Dimurnikan dengan menambahkan alkohol 95%
(Selama 15 menit)

Disaring

Dikeringkan dijemur di bawah sinar matahari
(sekitar 2-3 hari)
2. Perhitungan Rendemen Alginat
Rendemen alginat (%) = Produk akhir (g) x 100%
Bahan baku (g)









III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berat awal rumput laut = 20 g
Berat akhir rumput laut = 0,5 g

Perhitungan Rendemen Alginat :
Rendemen alginat (%) = Produk akhir (g) x 100%
Bahan baku (g)
= 0,5/20 x 100 %
= 2,5 %








Gambar 1. Ekstraksi Alginat setelah Gambar 2. Alginat kering
Prosas pemanasan dan penambahan
Bahan kimia.









B. Pembahasan
Selama berlangsungnya proses ekstraksi alginat terjadi perubahan-
perubahan pada rendemen alginat. Tahap awal dilakukan proses pemotongan
Sargassum agar memudahkan pelunakkan dan proses ekstraksi, juga untuk
menghilangkan kotoran, kemudian direndam NaOH 0,5% selama 15 menit lalu
cuci dan ditiriskan. Proses tersebut diulangi lagi dengan menggunakan
perendaman HCl 0,5% dengan perbandingan 10:1. Pada proses ini Sargassum
yang sebelumnya kering berwarna coklat menjadi lunak dan berwarna coklat
keruh. Semakin tinggi konsentrasi bahan oksidator yang diberikan, maka proses
pemucatan akan berjalan semakin sempurna dan semakin lama waktu
perendaman akan memungkinkan sejumlah pigmen xantofil serta klorofil a dan c
terlarut (Handayani, 2006).
Tahap selanjutnya dilakukan proses ekstraksi dengan Na
2
CO
3
5% selama
15 menit dengan perbandingan 10:1 pada suhu 50
o
C agar tidak terjadi degradasi.
Ekstraksi akan lebih mudah jika talus pada rumput laut direndam dan dipanaskan
karena talus menjadi lebih lunak. Handayani (2006) menyatakan optimalisasi
proses ekstraksi sangat penting karena apabila ekstraksi dilakukan pda suasana
asam dan suhu terlalu tinggi menyebabkan alginat mudah terhidrolisis, sehingga
akan menurunkan rendemen dan mutu tepung alginat yang didapatkan. Proses
ini dilakukan terus-menerus diaduk agar rumput laut mudah hancur, setelah itu
untuk memisahkan alginat dari selulosanya, larutan tersebut disaring dengan
menggunakan kain blacu. Proses ini menghasilkan alginat yang berbentuk cairan
kental dan warna coklat kehitaman.
Asam alginat diperoleh dari pengasaman HCL 5% selama 15 menit pada
pH 2,8-3,2. Fungsi dari perendaman HCl ini adalah untuk memecah dinding sel
rumput laut. Hal ini didukung dengan pernyataan Winarno (1990), bahwa
penggunaan HCl pada alginat akan memecah dinding sel, sehingga memudahkan
ekstraksi, karena HCl merupakan asam kuat dan akan terionisasi sempurna.
Proses selanjutnya yaitu pemucatan dengan H
2
O
2
6% selama 1 jam. Proses ini
berguna untuk mendegradasi warna menjadi lebih cerah.
Proses selanjutnya adalah pengendapan dengan NaOH 10% selama 15
menit untuk memisahkan natrium alginat dengan asam alginat dan juga agar
membentuk alginat yang stabil. Terbentuk gumpalan pada saat pemberian
isopropanol 95%, gumpalan ini dikenal dengan gumpalan alginat, yang
selanjutnya dikuatkan teksturnya dan dimurnikan kandungan alginnya dengan
penambahan alkohol 95%. Tahap akhir dari ekstraksi alginat adalah pengeringan
pada suhu 25-30
o
C untuk mendapatkan alginat berbentuk tepung (Winarno,
1990).
Produk alginat yang dihasilkan pada praktikum ini berwarna kuning
dengan berat akhir 0,5 gr. Produk alginat tersebut memenuhi standar warna
alginat dalam dunia perdagangan yang berwarna kuning pucat hingga putih.
Menurut Winarno (1990), alginat yang memiliki food grade, harus bebas dari
selulosa dan warnanya sudah dipucatkan (bleached), sehingga terang atau putih.
Rendemen hasil praktikum adalah 0,8 %. Menurut Taylor (1979) semakin
lama ekstraksi, semakin tinggi pula rendemen yang didapat. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin lama waktu perendaman talus dengan HCl, nilai rendemen
alginat dari ekstraksi alginat meningkat, karena HCl akan memecah dinding sel
rumput laut. Kandungan alginat dari rumput laut coklat tergantung dari umur,
spesies dan habitat.
Pembuatan agar-agar kertas menurut Winarno (1990), dimulai dengan
proses:
1. Pencucian dan pembersihan
2. Perendaman dan pemucatan
3. Pelembutan
4. Pemasakan
5. Pengepresan dan pencetakan
6. Pendinginan
Menurut Ilalqisny dan Widyartini (2001), agar mempunyai sifat-sifat
antara lain :
1. Tidak larut dalam air dingin dan larut dalam air panas.
2. Temperatur 32-39
0
C berbentuk solid dan tidak mencair pada suhu di bawah
85
0
C.
3. Keadaan kering sangat stabil.
4. Bentuk gel pada konsentrasi rendah.
5. Kurang reaktif dengan senyawa-senyawa lain.
6. Bila suhu tinggi dan pH rendah akan mengalami dehidrasi.
7. Resisten terhadap degradasi mikroorganisme.
8. Mampu mempertahankan jumlah air di antara molekul-molekul agar.
Standar mutu alginat yang baik menurut Ilalqisny dan Widyartini (2001)
adalah sebagai berikut :
Spesifikasi Standar mutu
Kadar air
Kadar abu
Kadar karbohidrat sbg galakton
Logam berbahaya, Arsen
Zat warna tambahan

15-21%
maksimal 4%
minimal 30%
negatif
yang diinginkan untuk makanan dan
minuman
Sargassum tergolong dalam divisi Phaeophyceae mempunyai pergantian
keturunan yaitu diplontik. Bentuk tubuh alga ini seperti tumbuhan tinggi. Hidup
di air laut, terdampar di pantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat
(semacam akar atau hold fast). Berwarna kecoklatan karena memiliki pigmen
yang dominan fikosantin selain klorofil, karoten dan xantofil. Reproduksi
vegetatif dengan fragmentasi, reproduksi generatif dengan membentuk alat
kelamin yang disebut konseptakel jantan dan konseptakel betina. Bagian dalam
konseptakel jantan terdapat anteridium dan di dalam konseptakel betina
terdapat oogonium yang menghasilkan ovum. Spermatozoid membuahi ovum
yang menghasilkan zigot. Berikut klasifikasi menurut Kadi dan Atmaja (1988) :
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum polycystum
Rendemen agar dari Sargassum sangat tergantung dari jenis, lama
perendaman, lama ekstraksi, konsentrasi zat yang digunakan dalam perendaman
dan pelembutan, metode ekstrasi yang digunakan dan faktor lingkungan tempat
rumput laut tersebut tumbuh. Selain itu rendemen juga dipengaruhi yang besar
pula (Chapman dan Chapman, 1980). Menurut Kadi dan Atmadja (1988), rumput
laut jenis Sargassum polycystum dan Sargassum duplicatum merupakan dua jenis
rumput laut yang sudah dibudidayakan di Indonesia. Selain itu, terdapat juga
Sargassum echinocarphum yang memiliki prospek menjanjikan untuk menjadi
salah satu bahan baku pengolahan natrium alginat di Indonesia. Harapan ini
tentunya didukung oleh upaya peneliti lainnya yang mulai mencoba
membudidayakan alga coklat jenis Sargassum.
Larutan-larutan yang digunakan pada praktikum ini masing-masing
memiliki fungsi yang menunjang produk dari ekstraksi alginat ini. Larutan NaOH
0,5% dan KOH 2% berfungsi untuk pelunakan dinding sel rumput laut dan
menghilangkan garam dan zat organik yang menempel. Larutan Na
2
CO
3
1,5%
diberikan untuk memperoleh filtrat dan pemisahkan dari selulosa. Larutan
isopropil alkohol adalah untuk pemurnian agar menarik air yang tersisa. Larutan
HCl 5% untuk memisahkan mineral, larutan NaOH 10% untuk memisahkan
natrium alginat dan asam alginnat, dan H
2
O
6
6% adalah untuk pemucatan,
mendegradasi warna, dan sebagai oksidator (Rasyid, 2010).
Rumput laut S. duplicatum dikenal sebagai penghasil alginat. Alginat
berperan sebagai komponen penguat dinding sel dengan kandungan yang
melimpah dan dapat mencapai 40% dari berat kering rumput laut coklat. Alginat
juga merupakan salah satu bahan pikokoloid yang mempunyai fungsi sebagai
bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, serta pembentuk suatu
lapisan tipis terhadap minyak. Alginat merupakan polimer murni dari asam
uronat yang tersusun dalam rantai linier yang panjang, monomer penyusun
alginat ada dua jenis struktur dasar yaitu -D-Asam Manuronat dan -L-Asam
Gluronat (Anwar et al., 2013).
Menurut Salisu et al., (2013) alginat adalah salah satu polisakarida alami
paling melimpah yang berasal dari laut. Cadangan kopolimer polisakarida ini
diaplikasikan dalam berbagai bidang termasuk farmasi, biomedis, pertanian, dan
lingkungan. Kemungkinan modifikasi alginat memberikan peluang yang lebih
besar untuk mendapatkan hibrida bahan untuk aplikasi tertentu. Polimer dengan
aplikasi menjanjikan di bidang biomedis sebagai pengiriman sistem agen
terapeutik, perangkat bioseparasi telah menarik banyak perhatian, karena sifat
alginat tidak beracun. Polimer biodegradable telah menarik banyak perhatian
saat ini, karena untuk meningkatkan kepedulian terhadap pencemaran
lingkungan yang diciptakan oleh sampah plastik. Oleh karena itu, pencangkokan
sintetis polimer ke polimer alam akan menyebabkan degradasi plastik sintetis
yang dilakukan oleh mikroba.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan praktikum, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa :
1. Rendemen alginat yang diperoleh dari rumput laut kering Sargassum
polycystum adalah 0,8 %.
2. Tahapan ekstraksi agar adalah pencucian dan pembersihan, pengerinngan,
perendaman dan pemucatan, pelembutan, penghancuran, pemasakan,
pengepresan, pendinginan dan pengeringan.

B. Saran
Praktikum sudah berjalan cukup baik, sepertinya lebih efektif kalau
ekstraksi karaginan, agar dan alginat dijadikan 1 kali pertemuan praktikum.













DAFTAR REFERENSI
Anggadiredja, J. T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini. 2006. Rumput Laut.
Penebar Swadaya, Jakarta

Anwar F., A. Djunaedi, G. W. Santosa. 2013. Pengaruh konsentrasi KOH yang
berbeda terhadap kualitas alginat rumput laut coklat Sargassum
duplicatum J. G. Agardh. Journal of Marine Research. 2 (1) : 7-14.

Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistijo dan R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis-Jenis
Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Chapman, V.J, dan D. B. Chapman. 1980. Seaweed and Their Uses 3rd ed.
Chapman and Hall Ltd, London.

Handayani, T. 2006. Protein pada Rumput Laut. Oseania, Bidang Sumberdaya
Laut, Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI, Jakarta.

Ilalqisny, A.I. dan D.S. Widyartini. 2001. Makroalga. Fakultas Biologi UNSOED,
Purwokerto.

Insan, A.I dan D.S. Widyartini. 2001. Makroalga. Fakultas Biologi UNSOED,
Purwokerto.

Kadi, A. dan W.S. Atmadja. 1988. Pengenalan jenis Rumput Laut. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanologi LIPI, Jakarta.

Rasyid, A. 2010. Ekstraksi Natrium Alginat dari Alga Coklat Sargassum
echinocarphum. Pusat Penelitian Oseonografi dan Limnologi LIPI, Jakarta.

Salisu, A, A. A. Naim, and M.M. Sanagi. 2013. Chemical modification of marine
polysaccharide (alginate) by free-radical graft copolymerization a short
review. Journal of Applied Chemistry. 4 (3) : 39-44.

Taylor, W.R. 1979. Marine Algae of The Eastern Tropical and Subtropical Coasts
of the American. The University of Michigan Press, Amerika.

Waryat dan T. Kurniasih. 2002. Rumput Laut : Aspek Gizi dan Pemanfaatannya
dalam Industri Pangan. Warta Penelitian Perikanan Indonesia, Jakarta.

Winarno, F.G. 1990. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia, Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi