Vous êtes sur la page 1sur 17

1

Bayi Tabung dalam Perspektif Agama Islam


Disusun oleh: Adziani Heramurti (125150400111059)








UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER
SISTEM INFORMASI
2014
2

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk
teknologi canggih seperti Radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan barang-barang
mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, kaum muda, atau
anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya.
Justru di atas pundak manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya perbagai
media informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa saja kiranya
faktor manusianyalah yang menentukan operasionalnya. Adakalanya menjadi manfaat yaitu
manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa
dan malapetaka manakala manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan
kesenangan semata.
Kemajuan teknologi dalam dunia kedokteran juga patut untuk kita apresisai secara kritis;
proses cloning (bayi tabung) misalnya, telah mendapat tanggapan beragam dari para
ulama; Sebagian kelompok agamawan menolak fertilisasi in vitro pada manusia karena mereka
meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya mempermainkan Tuhan yang merupakan Sang
Pencipta. Juga banyak kalangan menganggap bahwa pengklonan manusia secara utuh tidak bisa
dilakukan sebab ini dapat dianggap sebagai intervensi karya Ilahi.
Namun Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk
senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia Allah SWT. Demikian pula dengan
keinginan memiliki keturunan setelah adanya pernikahan yang sah. Betapa bahagianya sebuah
pasangan jika setelah menikah mendapatkan karunia yang sangat indah yaitu seorang bayi.
Bagaimana dengan seseorang yang ternyata setelah menikah bertahun-tahun belum memiliki
keturunan? Anggapan positif, mungkin Allah belum percaya kepada pasangan tersebut karena
pasangan tersebut belum dianggap bisa menjaga amanat-Nya (anak) tapi apa salahnya jika terus
berusaha dan berdoa, meminta kepada Allah agar diberikan karunia yang sangat indah tersebut.
Salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan menggunakan proses bayi tabung.
Karena percayalah Allah pasti memberikan segala sesuatu yang terbaik untuk hambanya.
3



1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bayi tabung?
2. Bagaimana proses bayi tabung?
3. Bagaimana Islam melihat fenomena bayi tabung yang kini semakin merebak di
masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu bayi tabung.
2. Mengetahui proses terjadinya bayi tabung.
3. Melihat bayi tabung dari sisi keislaman.



















4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung adalah salah satu metode untuk mengatasi masalah kesuburan ketika metode
lainnya tidak berhasil. Bayi tabung adalah istilah yang mengacu pada anak yang dihasilkan
dari proses in in vitro fertilization atau proses pembuahan sel telur dengan sperma yang
terjadi di luar tubuh. Dalam proses tersebut, telur dikeluarkan dari ovarium ibu dan
diinkubasi dengan sperma dari ayah. Setelah pembuahan, sel-sel pra-embrio dibiarkan untuk
membelah 2-4 kali di dalam inkubator selama 3 sampai 5 hari. Pra-embrio ini kemudian
dikembalikan ke rahim ibu untuk mengimplan dan tumbuh sebagaimana dalam kehamilan
umumnya.
Prosedur ini adalah salah satu dari banyak teknologi reproduksi berbantuan (assisted
reproduction technology) yang digunakan ketika pasangan sulit mendapatkan keturunan,
misalnya karena kualitas atau kuantitas sperma yang buruk, adanya penghalang antara telur
dan sperma, masalah ovulasi, dan masalah interaksi sel telur dan sperma.

2.2 Kondisi yang Memungkinkan Untuk Dilakukan Bayi Tabung
Semua pasangan yang mengalami kesulitan mempunyai anak setelah 1 dan 2 tahun dapat
mempertimbangkan program bayi tabung. Ini berlaku baik upaya untuk anak pertama,
maupun kesulitan saat mendapatkan anak yang berikutnya, jelas Dr. Ivan. Beberapa
indikasi mutlak seperti Azoospermia (tidak ada sperma di dalam mani), atau karena
tersumbatnya kedua saluran telur, dapat menjadi pertimbangan untuk melakukan proses bayi
tabung.
Sedangkan indikasi lainnya dapat berupa masalah kualitas sperma yang dilihat dari
mobilitasnya (gerakan cepat atau lamban), maupun kuantitas sperma yang idealnya
berjumlah di atas 20 juta per cc, kegagalan inseminasi, dan kista endometriosis. Jika sel telur
tak bisa keluar karena ada penyakit misalnya kista, gangguan di ovarium, endometriosis,
atau infeksi yang menyebabkan perlekatan di mana-mana, kehamilan akan sulit terjadi.
Sperma juga akan sulit bertemu sel telur jika terjadi gangguan sumbatan di tuba falopi
5

(saluran telur). Bila semua kondisi tersebut tidak bisa dikoreksi lagi, maka bayi tabung dapat
dijadikan sebagai alternatif.

2.3 Metode Bayi Tabung
Proses bayi tabung umumnya dimulai dari stimulasi kandung telur yang dibagi menjadi
protokol panjang, protokol pendek maupun protokol ministimulasi. Semua ini berkaitan dengan
masa stimulasi yang berkisar sekitar 2 sampai 6 minggu. Semua protokol mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Sejauh ini protokol panjang dan pendek mempunyai angka keberhasilan yang
lebih tinggi, sementara protokol pendek masih sangat rendah walaupun biayanya lebih murah.
Pada saat sperma dan telur dipertemukan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan di
laboratorium, yaitu:
2.3.1 IVF Konvensional
Pada metode ini, sekitar 50.000 100.000 sperma di dalam cawan petri diiseminasikan
dengan satu sel telur. Sperma yang baik akan membuahi sel telur yang akan berkembang menjadi
embrio.
2.3.2 ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
Sperma ditusukkan ke dalam telur. Ini dilakukan pada pasangan infertil dengan sperma
yang dihasilkan sangat sedikit atau pada kasus cairan air mani tanpa sperma (azoospermia).
Sebelumnya dilakukan pengambilan sperma dengan teknik operasi langsung pada saluran air
mani atau testis. Ada 2 teknik yang dilakukan, MESA (Microsurgical Sperm Aspiration) dan
TESE (Testicular Sperm Extraction). Pada MESA, sperma diambil dari tempat sperma
dimatangkan dan disimpan. Pada TESE, sperma langsung diambil dari testis yang merupakan
pabrik sperma. Setelah diambil, dipilih sperma yang paling baik.

2.4 Proses Bayi Tabung
Berikut adalah 9 tahapan dalam proses pembuatan bayi tabung:
1. Seleksi pasien. Apakah istri dan suami layak mengikuti program bayi tabung. Bila layak,
baru bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.
2. Stimulasi atau merangsang indung telur untuk memastikan banyaknya sel telur. Secara
alami, sel telur hanya satu. Namun untuk bayi tabung, perlu lebih dari satu sel telur untuk
memperoleh embrio.
6

3. Pemantauan pertumbuhan folikel (cairan berisi sel telur di indung telur) melalui
ultrasonografi. Tujuannya, melihat apakah sel telur sudah cukup metang untuk dipanen.
4. Mematangkan sel telur dengan menyuntikkan obat agar siap dipanen.
5. Pengambilan sel telur, kemudian diproses di laboratorium.
6. Pengambilan sperma suami (pada hari yang sama). Jika tidak ada masalah, pengambilan
dilakukan lewat masturbasi. Jika bermasalah, pengambilan sperma langsung dari buah
zakar melalu operasi.
7. Pembuahan atau (fertilisasi) di dalam media kultur di laboraturium, hasilnya berbentuk
embrio.
8. Setelah embrio terbentuk, embrio ditransfer kembali ke dalam rahim agar terjadi
kehamilan, Dokter memberi obat untuk mempertahankan dinding rahim istri agar terjadi
kehamilan.
9. Kemudian proses bayi tabung memasuki fase luteal untuk mempertahankan dinding
Rahim dengan memberikan progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat selama 15
hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim istri agar terjadi kehamilan.
Selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan apakah telah terjadi kehamilan atau belum,
baik dengan pemeriksaan darah maupun USG.
10. Terakhir adalah proses simpan beku embrio. Jika ada embrio berlebih, bisa disimpan
untuk kehamilan selanjutnya.

2.5 Pro-Kontra Bayi Tabung
2.5.1 Pendapat yang Menyatakan Pro Terhadap Program Bayi Tabung
Dari beberapa pendapat yang pro dengan program dan teknologi bayi tabung yang
ada, baik yang diajukan oleh masyarakat pada umumnya maupun pendapat dari kalangan
medis sendiri, berikut ringkasannya:
Program bayi tabung telah terbukti membantu jutaan orang untuk
memperoleh keturunan.
Teknologi yang digunakan pada program bayi tabung yaitu IVF membuka
peluang bagi para ilmuwan untuk mencegah terjadinya kemungkinan cacat
7

lahir pada bayi. Hal ini dikarenakan pembentukan embrio yang terjadi di luar
tubuh dan dapat senantiasa diamati dan diawasi oleh ilmuwan.
Melalui analisa selama bertahun-tahun, para dokter setuju bahwa anak yang
lahir dari program bayi tabung tidak rentan terhadap masalah kesehatan jika
dibandingkan dengan anak normal lainnya.
2.5.2 Pendapat yang Menyatakan Kontra Terhadap Program Bayi Tabung
Berikut rangkuman dari beberapa pendapat yang kontra terhadap adanya program bayi
tabung maupun pendapat dari dunia medis yang menyatakan kekurangan dari program tersebut:
Merusak tatanan social, dalam artian banyak ketakutan terjadi sehubungan
dengan program bayi tabung ini. Antara lain ketakutan bahwa program ini
akan menyalahi tatanan dalam masyarakat dimana orang tidak perlu menikah
karena bisa menciptakan bayi di laboratorium, ketakutan bahwa wanita akan
dijadikan sebagai mesin untuk melahirkan bayi serta ketakutan bahwa bayi
yang dilahirkan dengan cara ini tidak dapat diterima secara sosial.
Salah secara agama karena dianggap ikut campur tangan apa yang menjadi
urusan Tuhan.
Adanya resiko besar timbulnya kembar dua atau tiga karena jumlah embrio
yang dimasukkan ke dalam rahim ibu lebih dari satu.
Ketakutan adanya efek samping dari obat-obatan yang digunakan.
Biaya yang dibutuhkan mahal dan memerlukan waktu lama.
2.6 Fatwa-Fatwa Berkaitan dengan Program Bayi Tabung
2.6.1 Fatwa yang Mengharamkan Bayi Tabung Secara Mutlak
2.6.1.1 Fatwa Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-
Albani rahimahullah
:
Pertanyaan: Apakah diperbolehkan bagi seorang laki-laki yang mengizinkan dokter untuk
memindahkan/ transfer spermanya ke (rahim) istrinya atau apa yang dikenal dengan bayi tabung?
, :
8

, ,
.

, .
, ,

,

Jawaban: Tidak boleh, karena proses pemindahan ini berkonsekuensi minimalnya sang dokter
(laki-laki) akan melihat aurat wanita lain. Dan melihat aurat wanita lain hukumnya adalah haram
secara syariat, sehingga tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan darurat. Dan tidak bisa
dibayangkan keadaan darurat yang mengharuskan seorang lelaki memindahkan maninya ke
istrinya dengan cara yang haram ini. Bahkan terkadang berkonsekuensi sang dokter melihat aurat
suami wanita tersebut, dan ini pun tidak boleh. Menempuh cara ini merupakan sikap taklid
terhadap orang-orang Barat (kaum kuffar) dalam perkara yang mereka senangi atau (sebaliknya)
mereka hindari. Seseorang yang menempuh cara ini untuk mendapatkan keturunan dikarenakan
tidak diberi rizki oleh Allah berupa anak dengan cara alami (dengan jima), berarti dia tidak
ridha dengan takdir dan ketetapan Allah Subhanahu wa Taala. Jikalau saja Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam membimbing kaum muslimin untuk menempuh cara yang sesuai
dengan syariat dalam mencari rizki dan harta dengan cara yang halal, maka lebih-lebih lagi
tentunya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membimbing mereka untuk menempuh cara
yang sesuai dengan syariat dalam mendapatkan anak.
(Fatwa Al-Mar`ah Al-Muslimah hal. 288, Darul Ibnu Hasyim, Koiro, cet. Ke-1, 1423 H)
2.6.1.2 Fatwa Syaikh Abdullah bin Jibrin Rahimahullah
Ketika ditanya mengenai bayi tabung, beliau menjawab:
9



Hal ini yang disebut bayi tabung, saya tidak melihat hal tersebut boleh, bahkan wajib bagi
seorang muslim merasa qonaah atau ridha dengan apa yang Allah tetapkan padanya.
Sebagaimana firman-Nya Taala Dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia
dikehendaki, ini adalah takdir dan ketetapan Allah Taala dimana Allah menjadikan beberapa
wanita mandul yang tidak bisa melahirkan dan menjadikan beberapa laki-laki mandul yang tidak
bisa menghasilkan keturunan. Hendaklah seorang hamba ridha dan menerima hukum atau
ketetapan Allah.



. .
Janganlah melakukan operasi pembedahan seperti ini, karena bisa menyebabkan terbukanya
aurat dan dua kemaluan. Operasi pembedahannya pada Rahim, setelah memasukkan alat
pembedahan untuk mengeluarkan mani dan mengeluarkan sel ovum dari rahim wanita dan
mengeluarkan sel sperma dari kedua testis dan semisalnya kemudian mempertemukannya, untuk
menghasilkan anak yang bisa saja tidak sempurna dan tidak mampu hidup. Oleh karena itu, saya
tidak melihat bolehnya operasi pembedahan ini. Walaupun telah terbukti pada sebagian manusia
dan berhasil. Hal tersebut bisa saja merupakan suatu kebetulan dan spekulasi.
2.6.2 Fatwa yang Membolehkan Bayi Tabung dengan Merincinya
10

Permasalahan bayi tabung termasuk permasalahan terkini yang paling menonjol.
Permasalahan ini banyak menyita perhatian masyarakat umum, termasuk para Ulama kaum
Muslimin. Majlis al-Majmaul-Fiqh al-Islami (Islamic Fiqih Academy) pada daurah ke
delapan yang diadakan di markaz Liga Muslim Dunia (Rbithatul-lam al-Islmi) di Mekah
mulai hari sabtu 28 Rabul akhr sampai dengan tanggal 7 Jumdil Ula 1405 H, bertepatan
dengan tanggal 19-27 Januari 1985, telah memperhatikan beberapa masukan dari anggota
majelis seputar keputusan boleh yang ditetapkan oleh majelis yang berkaitan dengan
inseminasi buatan dan bayi tabung. Keputusan itu dikeluarkan pada daurah ke tujuh yang
diadakan dari tanggal 11 sampai dengan 16 Rabul akhr 1404 H. Teks keputusan tersebut
adalah dimana sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri, setelah mengalami
proses pembuahan pada tabung, sel telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke dalam rahim
istri yang lain dari pemilik sperma. Istri yang lain ini telah menyatakan kesediaannya untuk
mengandung janin madunya yang diangkat rahimnya.
Majlis memandang hal itu boleh ketika diperlukan dan dengan ketentuan-
ketentuan yang sudah disebutkan terpenuhi. Inti masukan yang diberikan oleh sebagian
anggota majelis terkait dengan keputusan di atas adalah istri kedua yang dititipi sel telur
yang sudah dibuahi, milik istri pertama ini ada kemungkinan hamil dari hasil
berhubungan dengan sang suami, sebelum rahimnya diisi sel telur yang sudah dibuahi
tersebut. Kemudian dia akan melahirkan bayi kembar dan akhirnya tidak bisa
membedakan antara bayi dari sel telur yang dititipi dengan bayi dari hasil hubungan
badannya dengan sang suami. Sebagaimana juga tidak bisa membedakan mana ibu dari
bayi yang berasal dari sel telur yang dititipkan dan mana ibu dari bayi yang berasal dari
hubungan intimnya. Terkadang bisa saja satu dari calon bayi yang masih berupa
segumpal darah (Alaqah) atau segumpal daging (Mudhghah) itu mati. Ia tidak bisa
keluar kecuali bersama kelahiran calon bayi yang satunya yang tidak diketahui, apakah
yang gugur ini bayi yang berasal dari sel telur yang dititipkan itu ataukah berasal dari
hubungan intim. Kemungkin-kemungkinan ini menyebabkan terjadinya percampuran
nasab dari sisi ibu, mana ibu yang sebenarnya dari dua bayi ini, juga mengakibatkan
kerancuan hukum yang menjadi konsekuensinya. Ini juga menuntut al-Majma untuk
tidak memberikan hukum tertentu tentang jenis keadaan tersebut.
11

Pada daurah itu juga, majelis mendengarkan penjelasan dari para dokter ahli
kandungan dan kebidanan yang hadir saat itu. Mereka menguatkan adanya kemungkinan
hamil yang kedua dari hasil hubungan intim dengan sang suami ketika sedang
mengandung janin yang berasal dari sel telur yang dititipi. Sehingga akan terjadi
percampuran nasab sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Setelah mendiskusikan masalah ini, majelis menetapkan untuk mencabut kembali
keputusan boleh pada cara ketiga dari tiga cara yang diperbolehkan. Cara ketiga ini
disebutkan pada cara (inseminasi buatan) urutan ketujuh dari keputusan al-Majmaul-
Fiqh al-Islmiy yang dikeluarkan pada daurah ketujuh tahun 1404 H. Dengan ditariknya
keputusan boleh ini, maka keputusan al-Majmaul Fiqh al-Islmi tentang inseminasi
buatan dan bayi tabung adalah sebagai berikut :


Setelah memperhatikan dan mendiskusikan makalah yang disampaikan oleh salah
anggota Rbithatul-lam al-Islmi yaitu yaitu Muhammad Az-Zarqa tentang at-talqhus
shini (inseminasi buatan) dan bayi tabung, sebuah permasalahan yang banyak
menyibukkan banyak orang, bahkan termasuk permasalahan zaman ini yang paling
menonjol di dunia; anggota majelis mendengarkan hasil yang telah dicapai oleh
terobosan ilmu dan teknologi ini di masa ini dalam menghasilkan anak dan mengatasi
masalah kemandulan.
Dari penjelasan yang cukup memuaskan itu, akhir angota majelis mengetahui
bahwa inseminasi buatan adalah usaha untuk mendapatkan anak tanpa melalui proses
yang alami, tanpa melalui proses hubungan badan. Inseminasi buatan ini secara garis
besar dilakukan dengan dua metode:
2.6.2.1 Inseminasi di Dalam Rahim
Cara pertama
Sperma seorang suami diambil lalu diinjeksikan pada tempat yang
sesuai dalam rahim sang istri sehingga sperma itu akan bertemu dengan sel telur yang
dipancarkan sang istri dan berproses dengan cara yang alami sebagaimana dalam
12

hubungan suami istri. Kemudian setelah pembuahan itu terjadi, dengan idzin Allah k , dia
akan menempel pada rahim sang istri. Cara ini ditempuh, jika sang suami memiliki
problem sehingga spermanya tidak bisa sampai pada tempat yang sesuai dalam rahim.
Cara kedua
Sperma seorang lelaki diambil lalu diinjeksikan pada rahim istri
orang lain sehingga terjadi pembuahan di dalam rahim, kemudian selanjutnya menempel
pada dinding rahim sebagaimana pada cara pertama. Metode digunakan karena sang
suami mandul, sehingga sperma diambilkan dari lelaki lain.
2.6.2.2 Inseminasi di Luar Rahim
Inseminasi di luar rahim ada lima cara:
Cara pertama
Sperma seorang suami dan sel telur istrinya, diambil lalu
diletakkan pada sebuah tabung sehingga sperma tadi bisa membuahi sel telur istrinya
dalam tabung tersebut. Kemudian pada saat yang tepat, sperma dan sel telur yang sudah
berproses itu (zigote) dipindahkan ke rahim sang istri, pemilik sel telur, supaya bisa
berkembang sebagaimana layaknya janin-janin yang lain. Ketika masa mengandung
sudah berakhir, sang istri akan melahirkannya sebagai seorang anak biasa, laki ataupun
wanita. Inilah bayi tabung yang telah dihasilkan oleh penemuan ilmiyah yang Allah k
mudahkan. Proses melahirkan seperti ini telah menghasilkan banyak anak, baik laki
maupun perempuan atau bahkan ada yang lahir kembar. Berita keberhasilan ini telah
tersebar melalui berbagai media massa. Metode ditempuh ketika sang istri mengalami
masalah pada saluran sel telurnya.
Cara kedua
Pembuahan di luar yang diproses pada tabung antara sperma yang
diambil dari seorang suami dan sel telur yang diambil dari sel telur wanita lain yang
bukan istrinya, dikenal dengan sebutan donatur. Kemudian setelah terjadi pembuahan
baru dimasukkan ke rahim istri pemilik sperma. Cara ini dilakukan ketika sel telur sang
istri terhalang atau tidak berfungsi, akan tetapi rahimnya masih bisa berfungsi untuk
tempat perkembangan janin.
Cara ketiga
13

Pembuahan di luar yang diproses pada tabung-tabung antara
sperma laki-laki dan sel telur dari wanita bukan suami-istri. Kemudian setelah
pembuahan terjadi, baru ditanam pada rahim wanita yang sudah berkeluarga. Cara ini
dilakukan ketika ada pasangan suami-isteri yang sama-sama mandul, tetapi ingin punya
anak sedangkan rahim sang istri masih bisa berfungsi sebagai tempat pertumbuhan janin.
Cara keempat
Pembuahan di luar yang diproses pada tabung antara dua benih
pasangan suami istri. Kemudian setelah pembuahan itu berhasil, baru ditanamkan pada
rahim wanita lain (bukan istrinya) yang bersedia mengandung janin pasangan suami istri
tersebut. Cara ini dilakukan ketika sang istri tidak mampu mengandung, karena ada
kelainan pada rahimnya, sementara organnya masih mampu memproduksi sel telur
dengan baik. Cara ini juga ditempuh ketika sang istri tidak mau hamil dengan berbagai
alasan. Maka dia meminta atau menyewa wanita lain untuk mengandung bayinya.
Cara kelima
Yaitu cara yang disebutkan di awal pembahasan ini. Dimana
sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri, lalu setelah mengalami proses
pembuahan pada tabung, sel telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke dalam rahim
istri lain dari pemilik sperma. Istri yang lain ini telah menyatakan kesediaannya untuk
mengandung janin madunya yang diangkat rahimnya.-pent
Majelis juga sudah memperhatikan berita-berita yang terbesar bahwa proses
seperti ini memang benar-benar sudah terjadi di Eropa dan Amerika, memanfaatkan hasil
penemuan ilmiyah ini dengan berbagai tujuan. Di antara tujuan itu adalah tujuan bisnis,
ada juga untuk tujuan yang mereka sebut dengan Usaha memperbaiki keturunan
manusia. Ada juga untuk memenuhi keinginan sebagian wanita yang tidak berkeluarga
untuk menjadi ibu atau keinginan wanita yang sudah berkeluarga namun tidak bisa hamil
dengan sebab-sebab tertentu pada dirinya atau pada suaminya. Majelis sudah
memperhatikan berbagai instansi yang merealisasikan berbagai tujuan ini; misalnya
pengadaan bank sperma. Sebuah tempat penyimpanan sperma berteknologi sehingga bisa
tahan lama. Sperma-sperma ini diambil dari orang-orang tertentu atau tidak tentu, sebagai
sumbangan atau untuk mendapatkan imbalan.
2.7 Hukum Syari'at Program Bayi Tabung
14

Setelah memperhatikan materi yang disampaikan panelis dan mendapatkan informasi
tambahan yang memadai dari sumber-sumber yang bisa dipertanggung jawabkan seperti berita
yang disebarluaskan melalui media massa serta melalui diskusi dalam menerapkan kaidah-kaidah
syariah dalam masalah ini, akhirnya majelis memutuskan beberapa hal berikut
Pertama: Hukum-hukum yang bersifat umum
1. Dalam kondisi bagaimanapun, seorang wanita Muslimah tidak diperbolehkan
membuka aurat dihadapan orang yang tidak halal berhubungan badan dengannya, kecuali
untuk tujuan yang diperbolehkan syariat.
2. Keinginan wanita untuk sembuh dari suatu penyakit yang dideritanya atau
ketidaknormalan (abnormal) pada tubuhnya yang menyebabkannya merasa terganggu,
dianggap sebagai sebuah tujuan yang dibenarkan syariat. Untuk tujuan pengobatan
seperti ini, wanita tersebut boleh membuka auratnya kepada selain suaminya. Tentunya
hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
3. Ketika membuka aurat seorang wanita dihadapan selain orang yang halal
berhubungan badan dengannya hukumnya mubah (diperbolehkan) untuk sebuah tujuan
yang syar`i, maka wajib yang melakukan pengobatan itu adalah dokter perempuan
Muslimah jika memungkinkan. Kalau tidak ada, maka dokter perempuan yang bukan
muslimah. Kalau tidak ada, baru dokter laki-laki Muslim dan kalau tidak ada, baru
menggunakan tenaga dokter laki-laki yang bukan muslim.
4. Saat proses pengobatan, tidak diperbolehkan berkhalwat (berdua-duaan) antara
dokter laki-laki dengan sang pasien wanita; ia harus didampingi oleh suami pasien atau
wanita lain.
Kedua: Hukum inseminasi (pembuahan) buatan
1. Keinginan seorang wanita yang sudah berkeluarga yang tidak bisa hamil dan
keinginan sang suami untuk mendapatkan anak dianggap sebagai sebuah tujuan yang
dibenarkan syariat. Tujuan ini bisa dijadikan alasan untuk melakukan pengobatan
dengan cara-cara inseminasi buatan yang dibenarkan syariat.
2. Cara inseminasi buatan yang pertama (sperma diambilkan dari seorang lelaki
yang sudah berkeluarga lalu diinjeksikan ke dalam rahim sang istri yang dijelaskan pada
saat menguraikan cara pembuahan yang terjadi di dalam rahim) merupakan cara yang
diperbolehkan menurut syariat dengan tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan umum
15

yang disebutkan di atas. Ini dilakukan setelah dipastikan bahwa sang istri memerlukan
proses ini supaya bisa hamil.
3. Cara ketiga (kedua benih, sperma dan sel telur diambil dari pasangan suami istri
kemudian proses pembuahannya dilakukan pada tabung. Setelah terjadi pembuahan, sel
telur yang sudah dibuahi itu dimasukkan ke rahim wanita pemilik sel telur tadi) awalnya
cara ini merupakan cara yang bisa diterima menurut tinjauan syariat. Namun cara ini
tidak bisa lepas sama sekali dari berbagai hal yang bisa menimbulkan keragu-raguan.
Maka sebaiknya cara ini tidak ditempuh kecuali ketika sangat terpaksa sekali serta
ketentuan-ketentuan umum yang di atas sudah terpenuhi.
4. Pada dua cara yang diperbolehkan ini, majelis Majmaul Fiqh al Islmi
menetapkan bahwa nasab si anak dihubungkan ke pasangan suami istri pemilik sperma
dan sel telur, kemudian diikuti dengan hak waris serta hak-hak lainnya sebagaimana pada
penetapan nasab. Ketika nasab ditetapkan pada pasangan suami istri, maka hak waris
serta hak-hak lainnya juga ditetapkan antara si anak dengan orang yang memiliki
hubungan nasab dengannya.
5. Sedangkan cara-cara inseminasi buatan lainnya dalam proses pembuahan di
dalam dan di luar rahim yang telah dijelaskan di depan merupakan cara-cara yang
diharamkan dalam syariat Islam, tidak ada alasan untuk memperbolehkan salah satunya.
Karena kedua benih, sperma dan sel telur dalam proses tersebut tidak berasal dari satu
pasangan suami istri. Atau karena wanita yang menyatakan kesediaannya untuk
mengandung janin tersebut adalah wanita ajnabiyah (orang lain).

Demikian keputusan ini dan dengan memperhatikan berbagai kemungkinan yang terjadi
pada inseminasi buatan secara umum, termasuk pada dua cara yang diperbolehkan secara syari
di atas seperti kemungkinan terjadinya penyampuran sperma atau sel telur yang sudah dibuahi
pada tabung, terutama ketika inseminasi buatan ini sudah banyak dilakukan dan tersebar luar,
maka majelis Majmaul Fiqh al Islmi memberikan nasehat kepada orang-orang yang ingin
berpegang teguh dengan agama mereka untuk tidak melakukan cara-cara ini. Kecuali ketika
sangat terpaksa disertai dengan ekstra hati-hati dan kewaspadaan yang tinggi agar jangan sampai
terjadi percampuran sperma atau sel telur yang sudah dibuahi.

16

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang berjudul Bayi Tabung dalam Perspektif Agama Islam ini dapat di
ambil kesimpulan:
1. Islam menghargai setiap keinginan pasangan suami istri untuk memiliki keturunan
sebagai regenerasi.
2. Inseminasi buatan (bayi tabung) adalah salah satu cara yang dapat ditempuh ketika
terjadi permasalahan mengenai reproduksi di antara suami istri tersebut.
3. Inseminasi buatan diperbolehkan hanya pada kondisi terpaksa dan dengan syarat dan
ketentuan tertentu.
3.2 Saran
1. Pasangan yang berniat melakukan inseminasi patutnya ekstra hati-hati dan penuh
kewaspadaan yang tinggi agar jangan sampai terjadi percampuran sperma atau sel telur
yang sudah dibuahi.
2. Menyerahkan kembali hasil atau kesuksesan inseminasi pada Allah SWT.

17

DAFTAR PUSTAKA

agama.kompasiana.com/2010/11/15/islam-dan-teknologi-319311.html
ahmadzain.com/read/karya-tulis/330/hukum-inseminasi-buatan-bayi-tabung/.html
As-Sunnah Edisi 02//Tahun XIII/1431H/2010M. Yayasan Lajnah Istiqomah: Surakarta
ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/10.tahapan.proses.pembuatan.bayi.tabung/001
/001/1025/12/-/4.html
bayitabung.net/tag/fatwa-mui/.html
bayitabung.net/73/mengurai-hukum-bayi-tabung/.html
Darul Ibnu Hasyim, Koiro. Fatawa Al-Mar`ah Al-Muslimah (hal 288) cet. Ke-1. 1423 H
Fatwa-Fatwa Medis Kontemporer (hal 68). Pustaka Arafah
ibn-jebreen.com/?t=fatwa&view=vmasal&subid=12208.html
islamqa.info/ar/ref/3474.html
kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/02/05/hukum-bayi-tabung-dalam-tinjauan-syariat-
531705.html
muslimafiyah.com/pro-kontra-bayi-tabung.html
parentsindonesia.com/article.php?type=article&cat=feature&id=2118.html
prosesbayitabung.com/.html
republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/05/08/114856-apa-hukum-bayi-tabung-
menurut-islam.html

Vous aimerez peut-être aussi