Vous êtes sur la page 1sur 7

A.

Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktifitas / Istirahat
- Gejala : merasa kesulitan aktifitas karena nyeri dan ketegangan otot dinding perut
bawah
- Tanda : gangguan tanus otot dinding perut bawah
b. Sirkulasi
- Gejala : adanya faktur tulang punggung dapat menimbulkan kontusia.
- Tanda : memar pada dinding buli buli dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin
c. Integritas Ego
- Gejala : stress
- Tanda : ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
- Gejala : perubahan pola berkemih ( distensi kandung kemih berlelah )
- Tanda : hematuria, poliuria.
e. Makan / Cairan
- Gejala : hilang nafsu makan
- Tanda : distensi abdomen
f. Neurosensori
- Gejala : sakit / nyeri pada kandung kemih
g. Nyeri / Kenyamanan
- Gejala : abdomen yang tegang nyeri
- Tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati hati
h. Pernafasan
- Gejala : merokok ( factor resiko )
i. Keamanan
- Gejala : > Motorik / sensorik
> Perubahan, persepsi terhadap orientasi
j. Sexsualitas
- Gejala : Rabas vaginal ( cenderung infeksi )
k. Penyuluhan / pembelajaran
- Gejala : mencakup karsinogen dalam lingkungan kerja seperti bahan pengawet,
pewarna, karet pewarna kulit, kebiasaan merokok dan minum kopi.

2. Diagnosa
1. Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio
ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
Tujuan :
Klien dapat mengurangi rasa cemasnya
Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.


INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya
terhadap penyakit yang dideritanya.
b. Berikan informasi tentang prognosis secara
akurat.
a. Data-data mengenai pengalaman klien sebelumnya
akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi.
b. Pemberian informasi dapat membantu klien dalam
c. Beri kesempatan pada klien untuk
mengekspresikan rasa marah, takut,
konfrontasi. Beri informasi dengan emosi
wajar dan ekspresi yang sesuai.
d. Jelaskan pengobatan, tujuan dan efek samping.
Bantu klien mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
e. Catat koping yang tidak efektif seperti kurang
interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
F . Anjurkan untuk mengembangkan interaksi
dengan support system.
g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan
sentuhlah dengan wajar.
memahami proses penyakitnya.
c. Dapat menurunkan kecemasan klien.
d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
e. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta
mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya
meningkatkan kekuatan dalam mengatasi
kecemasan.
f. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang
terdekat/keluarga.
g. Memberikan kesempatan pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat.
h. Klien mendapatkan kepercayaan diri dan keyakinan
bahwa dia benar-benar ditolong.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf,
infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker
Tujuan :
Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas
Melaporkan nyeri yang dialaminya
Mengikuti program pengobatan
Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
INTERVENSI RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan
intensitas
b. Evaluasi therapi: pembedahan, radiasi,
khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan
keluarga tentang cara menghadapinya
c. Berikan pengalihan seperti reposisi dan aktivitas
menyenangkan seperti mendengarkan musik
atau nonton TV
d. Menganjurkan tehnik penanganan stress (tehnik
relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan
berikan sentuhan therapeutik.
e. Evaluasi nyeri, berikan pengobatan bila perlu.
f. Diskusikan penanganan nyeri dengan dokter dan
juga dengan klien
g. Berikan analgetik sesuai indikasi seperti morfin,
methadone, narkotik dll
a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk
merencanakan asuhan.
b. Utuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai
atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c. Untuk meningkatkan kenyamanan dengan
mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
d. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan
menurunkan stress dan ansietas.
e. Untuk mengetahui efektifitas penanganan nyeri,
tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien
mampu menahannya serta untuk mengetahui
kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran.
g. Untuk mengatasi nyeri.
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia,
iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri
Tujuan :
Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
INTERVENSI RASIONAL
a. Monitor intake makanan setiap hari, apakah klien makan
sesuai dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran triceps serta amati
penurunan berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran
kelenjar parotis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori
dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula
makanan kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau busuk atau bising.
Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan
pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya
makan bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, visualisasi, latihan moderate
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia
yang dialami klien.
i. Kolaboratif
j . Amati studi laboraturium seperti total limposit, serum
transferin dan albumin
k. Berikan pengobatan sesuai indikasi
l. Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins
khususnya A,D,E dan B6, antacida
m. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan
secara enteral, imbangi dengan infus.
a. Memberikan informasi
tentang status gizi klien.
b. Memberikan informasi
tentang penambahan dan
penurunan berat badan
klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi
klien sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber
energi.
e. Mencegah mual muntah,
distensi berlebihan,
dispepsia yang
menyebabkan penurunan
nafsu makan serta
mengurangi stimulus
berbahaya yang dapat
meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti
berada dirumah sendiri.
g. Untuk menimbulkan
perasaan ingin
makan/membangkitkan
selera makan.
h. Agar dapat diatasi secara
bersama-sama (dengan ahli
gizi, perawat dan klien).
i.Untuk
mengetahui/menegakkan
terjadinyagangguan nutrisi
sebagi akibat perjalanan
penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadap klien.
j.Membantumenghilangkan
gejala penyakit, efek
samping dan meningkatkan
status kesehatan klien.
k. Mempermudah intake
makanan dan minuman
dengan hasil yang maksimal
dan tepat sesuai kebutuhan.
4. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif
Tujuan :
Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan
siap.
Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur
tersebut.
Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan.
Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI RASIONAL
a. Review pengertian klien dan keluarga tentang
diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan
pengobatannya, ceritakan pada klien tentang
pengalaman klien lain yang menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab
pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang
tidak diperlukan.
d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum
mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama,
komplikasi. Jujurlah pada klien.
e. Anjurkan klien untuk memberikan umpan balik
verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang
penyakitnya.
f. Review klien /keluarga tentang pentingnya status
nutrisi yang optimal.
g. Anjurkan klien untuk mengkaji membran mukosa
mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema,
ulcerasi.
h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan
rambut.
a. Menghindari adanya duplikasi dan
pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b. Memungkinkan dilakukan pembenaran
terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi
serta kesalahan pengertian.
c. Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
d. Membantu klien dan keluarga dalam
membuat keputusan pengobatan.
e. Mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman klien dan keluarga mengenai
penyakit klien.
f. Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g. Mengkaji perkembangan proses-proses
penyembuhan dan tanda-tanda infeksi
serta masalah dengan kesehatan mulut
yang dapat mempengaruhi intake makanan
dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan
kepala.
Implementasi
1. Mendorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan
prognosis kesehatan
2. mengidentivikasi factor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cedera
3. menelaskan kembali mengenai patofisiologi / prognosis penyakit dan perlunya
pengobatan / penanganan dalam jangka waktu yang lama sesuai prosedur.
4. Meninjau kembali obat-obat yang didapat, penting sekali memakan obat sesuai petunjuk,
dan tidak menghentikan pengobatan tanpa pengawasan dokter. Termasuk petunjuk untuk
pengurangan dosis.
5. Memerikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus dilakukan selama pasien
merasakan sakit

REF :
- Barbara Engram.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG
- Doengoes. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta : ECG
- Palce. 1995. Patofisiologi Proses Proses Penyakit. Edisi 2. Jakarta : ECG


B. Cara mendeteksi keganasan
Positron Emission Tomography (PET) dan computerized tomography (CT) keduanya alat state-of-the-
art pencitraan yang memungkinkan dokter untuk menentukan lokasi kanker dalam tubuh sebelum
membuat rekomendasi pengobatan.
PET/CT adalah alat diagnostik imaging medis yang paling canggih di dunia saat ini. PET/CT adalah satu-
satunya teknologi yang menggunakan cara anatomi untuk melakukan pemeriksaan imaging terhadap
fungsi, metabolisme dan reseptor tubuh.
Dapat mendeteksi dengan tepat tanpa melukai tubuh, berkemampuan diferensiasi dan sensitif yang
tinggi untuk memeriksa keberadaan lesi kanker yang kecil sekalipun dan deteksi dini kanker pada
stadium awal. Tingkat kecermatan diagnosis mencapai di atas 90%. Pemeriksaan PET/CT mempunyai
peran penting untuk penentuan rancangan pengobatan selanjutnya.
Prinsip
Sel kanker mempunyai keistimewaan yaitu dapat berkembang baik tanpa batas, bertambahnya panduan
DNA, pemakaian zat metabolisme seperti asam amino dan glukosa, dapat membuat adanya perbedaan
signifikan dengan metabolisme jaringan sel normal. Penangkapan gambar pada metabolisme tumor
terutama melalui beberapa radio nuklida seperti 18F-FDG (18F-2-fluro-D-deoxy-glucose).
Radio nuklida ini akan membuat metabolisme tumor tersebut mengeluarkan zat tertentu yang dapat
dijadikan sebagai tanda jejak sel tumor dan menampilkan dalam bentuk gambar, sehingga dapat secara
jelas memperlihatkan reaksi perbedaan metabolisme jaringan sel normal tubuh dan jaringan tumor,
dengan begitu dapat mendeteksi dini tumor, pemilihan rancangan pengobatan, dan memantau hasil
pengobatan.
Pasien : 6 jam sebelum pemeriksaan, dilarang makan dan minum, infus glukosa serta menghindari
olahraga berat.
Perawat : Memperkenalkan proses pemeriksaan, mengukur tinggi dan berat badan, mengisi data
pemeriksaan.
Dokter : Menanyakan sejarah penyakit, memastikan gula darah, menyetujuinya setelah mengetahui
segala kondisi pasien.
Penyuntikan obat PDG, kemudian pasien istirahat 45 menit. Harus dalam keadaan tenang, tidak banyak
gerak dan bicara, menguras urin sebelum pemeriksaan.
Pemeriksaan PET/CT adalah 30 menit. Untuk menyelesaikan pemeriksaan PET/CT, dibutuhkan persiapan
selama 2,5 sampai dengan 3 jam.
Keunggulan
Aman dan tidak luka : masa waktu radio nuklida yang digunakan pada saat pemeriksaan PET
lebih singkat, sehingga tidak terjadi kerusakan ataupun efek samping untuk tubuh.
Secara akurat mengidentifikasi tumor ganas dan tumor jinak : dapat secara jelas
memperlihatkan tingkat keganasan tumor, juga dapat mamastikan apakah tumor ada menyebar
ke kelenjar getah bening maupun organ tubuh lainnya.
Meringankan biaya pengobatan : diagnosa yang tepat melalui pemeriksaan PET/CT sehingga
dapat segera dilakukan pengobatan, deteksi dini dan pengobatan dini, dapat meringankan biaya
pengobatan keseluruhan.

Penerapan/Aplikasi dalam klinis

Check up pencegahan kanker, sensitivitas yang tinggi dalam mendeteksi dini lesi kanker stadium
awal.
Membedakan stadium kanker dengan tepat.
Mencari sumber kanker atau kanker primer maupun hasil penyebarannya.
Memantau dan mengevaluasi hasil pengobatan operasi, kemoterapi dan radioterapi.
Mengidentifikasi tumor ganas atau jinak, serta tingkat keganasannya.
Mengukur dengan tepat lingkup penyinaran radioterapi ke sasaran tumor.
Membantu menentukan posisi tumor yang tepat untuk melakukan tusukan.

Kelompok orang yang cocok melakukan pemeriksaan PET/CT

Penanda tumor yang tidak normal.
Ada sejarah keluarga yang terkena kanker.
Orang yang sering kontak dengan zat karsinogen atau zat penyebab kanker.
Orang yang mempunyai riwayat penyakit yang mudah berubah menjadi kanker.
Penderita kanker yang ingin mengetahui lebih lanjut sesuatu yang berkaitan dengan penyakitnya
atau keadaan kankernya.
Check up kesehatan untuk memeriksa tumor bagi orang berusia 30 tahun ke atas.

C. Indikasi Dilakukan Cystotomi
Indikasi cystotomy adalah sebagai tindakan pengobatan saluran perkencingan seperti tumor,
batu kencing, dan jendolan darah paba vesica urinaria. Cystotomy dilakukan untuk memperbaiki
kerusakan pada saluran urin. Sebelum dilalukan cystotomy terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi dan radiografi untuk meneguhkan diagnose penyakit.Resiko dari
cystotomy antara lain bleeding (perdarahan), infeksi postoperasi, dan urine leakage.
Gangguan terhadap vesica urinaria dapat terjadi karena adanya endapan garam-garam fosfat,
oksalat, cystin dan urat pada vesica urinaria. Pertumbuhan jaringan yang abnormal pada dinding
vesica urinaria juga akan merangsang terbentuknya tumor atau neoplasma yang akan
mengganggu fungsi vesica urinaria sebagai penampung urin. Kondisi seperti itulah yang
mendorong untuk dilakukannya cystotomi

D. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti dari kanker vesika urinaria tidak diketahui. Tetapi penelitian telah
menunjukkan bahwa kanker ini memiliki beberapa faktor resiko:
Usia, resiko terjadinya kanker kandung kemih meningkat sejalan dengan pertambahan
usia.
Merokok, merupakan faktor resiko yang utama.
Lingkungan pekerjaan.
Beberapa pekerja memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker ini karena di
tempatnya bekerja ditemukan bahan-bahan karsinogenik (penyebab kanker). Misalnya
pekerja industri karet, kimia, kulit.
Infeksi, terutama infeksi parasit (skistosomiasis).
Pemakaian siklofosfamid atau arsenik untuk mengobati kanker dan penyakit lainnya.
Ras, orang kulit putih memiliki resiko 2 kali lebih besar, resiko terkecil terdapat pada
orang Asia.
Pria, memiliki resiko 2-3 kali lebih besar.
Riwayat keluarga
Orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung kemih memiliki
resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang mempelajari adanya
perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker ini.

Vous aimerez peut-être aussi