Vous êtes sur la page 1sur 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tumbuhan
Tumbuhan Sida rhombifolia .L. merupakan tumbuhan dikotil berakar
tunggang. Tumbuhan ini termasuk tumbuhan perdu, tegak, bercabang, tinggi
dapat mencapai 2 meter. Daun berbentuk bulat memanjang atau belah ketupat,
tangkai daun pendek, helai daun dengan tepi bergerigi, ujung runcing, tulang daun
menyirip, kadang-kadang sisi bawah berambut abu-abu rapat. Bunga tunggal
berwarna kuning cerah yang keluar dari ketiak daun dengan penampang bergaris
tengah 2 atau 2,5cm. Bakal buah beruang 8-10, pada kulit buah terdapat semacam
jarum panjang dan tegak (Sastroamidjojo, 1967).
Sistematika Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Sida
Jenis : Sida rhombifolia .L. (Depkes RI, 2001).



Universitas Sumatera Utara
Kandungan Kimia
Daun dan akar Sida rhombifolia mengandung saponin, di samping itu
daunnya mengandung alkaloida dan tanin. Sedangkan akarnya mengandung
flavonoida dan polifenol (Depkes RI, 2001).
Khasiat
Daun Sida rhombifolia berkhasiat sebagai obat bisul, obat gatal pada kulit,
obat borok, obat kudis, obat cacing, disentri, diare (Depkes RI, 2001) . Sedangkan
akarnya berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit seperti asma, sakit gigi,
reumatik (Endjo D, 2004).
Metode Ekstraksi
Ekstrak adalah kegiatan penarik kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (Depkes
RI, 2000).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dilakukan dengan beberapa
cara (Depkes RI,2000) yaitu :
Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperature ruangan (Depkes RI,
2000).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut sampai sempurna (exhaustive
extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari
tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak) (Depkes RI, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Cara Panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang ralatif konstan dengan adanya
pendingin balik (Depkes RI, 2000).
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang umumnya dilakukan
dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
c. Infus
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90C selama 15 menit (depkes RI, 2000).
Uji Efek Antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
metode difusi agar dan turbidimetri (Pratiwi, 2008).
Cara Difusi
Sebagai pencadang dapat digunakan cakram kertas, silinder gelas,
porselen, logam dan pencetak lubang ( Punch Hole ).
a Cara tuang
Media agar yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri uji
dituangkan ke dalam cawan petri, dan dibiarkan memadat. Ke dalam cakram yang
digunakan di teteskan zat antibakteri, kemudian diinkubasikan pada suhu 37C
selama 18 24 jam. Daerah bening yang terdapat di sekeliling cakram kertas atau
silinder menunjukkan hambatan pertumbuhan bakteri, diamati dan diukur.
Universitas Sumatera Utara
b Cara sebar
media agar dituangkan kedalam cawan petri kemudian dibiarkan memadat.
Lalu disebarkan suspensi bakteri uji. Media dilubangi dengan alat pencetak
lubang ( Punch Hole ), diteteskan dengan zat antibakteri, didiamkan,
diinkubasikan pada suhu 37C selama 18 24 jam. Diukur zona hambatnya yaitu
daerah bening disekitar lubang dengan menggunakan jangka sorong ( Soemarno,
2000 ; Atmawidjaja, 1988 ).
Cara Turbidimetri
Pada cara ini digunakan media cair. Pertama dilakukan penuangan media
ke dalam tabung reaksi, ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan
pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran
kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan
menggunakan instrument yang cocok, misalnya nephelometer setelah itu
dilakukan penghitungan potensi ( Atmawidjaja, 1988 ).
Sterilisasi
Peralatan yang dipergunakan dalam uji antibakteri harus dalam keadaan
steril. Artinya pada peralatan tersebut tidak didapatkan bakteri lain yang tidak
diharapkan, baik yang akan merusak media dan proses yang sedang berlangssung.
Steril didapatkan melalui sterilisasi, cara sterilisasi yang umum dilakukan
antara lain :
a. Sterilisasi secara fisik, misalnya dengan pemanasan penggunaan sinar
gelombang pendek seperti sinar X, sinar gama dan sinar ultra violet.
b. Sterilisasi secara mekanik, dengan menggunakan desinfektan dan larutan
alkohol.
Universitas Sumatera Utara
Dengan udara panas, dipergunakan alat yang dinamakan oven dengan
temperatur antara 170 - 180C dan waktu yang dipergunakan adalah selama 2
jam. Cara ini umum dipergunakan untuk mensterilkan peralatan gelas.
Sterilisasi dengan uap air panas dan tekanan tinggi merupakan cara yang
paling banyak digunakan misalnya dengan penggunaan alat yang dinamakan
autoklaf. Alat ini mempunyai temperatur uap sekitar 121C. Selain alat, media
yang akan digunakan juga terlebih dahulu disterikan di dalam otoklaf selama 15
20 menit. Hal ini tergantung pada banyak sedikitnya media yang akan disterilkan
(Suriawira, 2005).
Uraian Bakteri
Bakteri (Dwijoseputro, 1978)
Bakteri adalah mikroorganisme yang bersel satu, berkembang biak dengan
cara membelah diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop.
Klasifikasi Bakteri
Berdasarkan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat di bagi atas tiga
bagian (Pratiwi, 2008) yaitu :
1. Bentuk Basil
Basil adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atau silinder,
membelah dalam satu bidang, sebagian besar basil tampak sebagai batang tunggal,
berpasangan atau dalam bentuk rantai pendek atau panjang. Bentuk basil ini dapat
dibedakan atas :
a) Bentuk tunggal, yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan ujung
ujungnya yang tumpul.
Universitas Sumatera Utara
b) Diplobasil, yaitu basil yang bergandengan dua dua dengan ujung ujungnya
yang tumpul.
c) Streptobasil, yaitu basil yang bergandeng gandengan panjang dengan ujung
ujungnya yang tumpul.
2. Bentuk kokus
Kokus adalah bakteri yang berbentuk bulat atau oval, ada yang hidup
sendiri dan ada yang dijumpai hidup berpasangan, kubus atau membentuk rantai
panjang, bergantung pada caranya membelah diri kemudian melekat atau sama
lain setelah pembelahan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas :
a) Diplokokus, yaitu kokus yang bergandengan dua dua.
b) Tertakokus, yaitu kokus yang mengelompok berempat.
c) Staphylokokus, yaitu kokus yang mengelompok merupakan suatu untaian.
d) Streptokokus, yaitu kokus yang bergandeng gandengan panjang seperti
rantai.
e) Sarsina, kokus yang mengelompok serupa kubus.
3. Bentuk Spiral
Kelompok bakteri ini terdiri atas beraneka ragam bentuk bakteri berbentuk
silinder, yang bukan lurus seperti basil melainkan melingkar. Bakteri bentuk spiral
ini dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain :
a) Vibrio, yaitu bakteri yang benbentuk batang melengkung menyerupai koma,
ada yang tumbuh sebagai benang benang membelit atau berbentuk s.
b) Spiril, yaitu dari kata spirilium yang menyerupai spiral atau lilitan yang
sebenarnya.
Universitas Sumatera Utara
c) Spirochaeta, yaitu juga merupakan bakteri spiral, tetapi bedanya bakteri ini
memiliki spiri yang bersifat fleksibel (mampu melenturkan dan melekukkan
tubuhnya sambil bergerak).
2.1.1 Uraian Staphylococcus aureus
Staphylococcus merupakan kokus gram positif, aerobik atau anaerobik
fakultatif. Nama ini berasal dari Yunani staphyle yang berarti setandan anggur.
Staphylococcus aureus ditemukan sebagai flora normal pada kulit, selaput lendir,
bisul dan luka.
Sistematika Staphylococcus aureus (Dwidjoseputro, 1988)
Divisi : Protophyta
Klas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus
Morfologi Staphylococcus aureus
a. Cirri ciri bakteri Staphylococcus aureus
Sel berbentuk bola dengan diameter rata rata 0,7 1,2 m tersusun
dalam kelompok kelompok. Pada biakan cair ditemukan dalam bentuk
berpasangan, rantai pendek dan kokus yang tunggal. Kokus muda bersifat gram
positif. Bakteri Staphylococcus aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
b. Biakan Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37C. Pertumbuhan terbaik dan khas
adalah pada suasana aerob, bersifat anaerob fakultatif dan pH optimum untuk
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan adalah 7,4. Bakteri ini berbentuk bulat, cembung, dan
mengkilap. Warna khas adalah kuning keemasan.
Uraian Escherichia coli
Sistematika Escherchia coli (Dwidjoseputro, 1988)
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Escherichia
Jenis : Escherichia coli
Escherichia coli disebut juga Bacterium coli. Escherichia coli merupakan
bakteri gram negatif aerobik atau anaerobik fakultatif, lebarnya 0,4 0, 7 m,
panjang 1 4 m yang mempunyai cirri cirri : batang lurus, bergerak dengan
flagel atau tidak bergerak. Escherichia coli tumbuh sangat baik pada temperatur
37C, tetapi dia dapat tumbuh pada temperature 8 - 46C (Pelczar,1988).
Escherichia coli biasanya hidup pada tinja dan terdapat dalam saluran
cerna. Bakteri ini menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare,
dan masalah pencernaan lainnya (Anonim
c
a. Nutrisi
, 2009).
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
Semua mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber energi dan
pertumbuhan selnya. Unsur unsur dasar tersebut adalah karbon, nitrogen, sulfur,
zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Kekurangan sumber nutrisi ini dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan
kematian (Gamman, 1992).
b. Temperatur
Bakteri sangat peka terhadap suhu atau temperatur dan daya tahannya
tidak sama untuk semua spesies. Bakteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang diperlukan,diantaranya :
a. Psikrofil, ( mikroorganisme yang suka dingin ) dapat tumbuh baik pada
suhu di bawah 20C. kisaran suhu optimumnya adalah 10 - 20C.
b. Mesofil, ( mikroorganisme yang suka pada suhu sedang ) memiliki suhu
pertumbuhan optimal antara 20 - 45C.
c. Termofil, ( mikroorganisme yang suka pada suhu tinggi ) dapat tumbuh
baik pada suhu di atas 45C. Suhu optimumnya antara 50 - 60C
(Gamman, 1992).
c. Waktu
Laju pertumbuhan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi
pertumbuhannya. Pada kondisi optimal bakteri memperbanyak diri dengan
pembelahan biner setiap 20 menit sekali. Kurva pertumbuhan bakteri merupakan
gambaran pertumbuhan secara bertahap sejak awal hingga terhenti mengadakan
kegiatan. Ada 4 fase pertumbuhan bakteri, diantaranya :
Fase Lambat ( lag phase ) : Fase yang terjadi antara beberapa jam
tergantung pada umur dal sel inokulum, spesies, dan lingkungannya.
Waktu pada fase lag ini dibutuhkan untuk kegiatan metabolisme dalam
penyesuaian diri dengan kondisi pertumbuhan dalam lingkungan yang
baru.
Universitas Sumatera Utara
Fase Log ( Log phase ) : Setelah beradaptasi terhadap kondisi baru, sel
sel ini akan tumbuh dan membelah diri secara eksponensial sampai jumlah
maksimum yang dapat dibantu oleh kondisi lingkungan yang dicapai
Fase Tetap ( Stationary phase ) : populasi bakteri jarang dapat tetap
tumbuh secara eksponensial dengan kecepatan tinggi untuk jangka waktu
yang lama. Setelah 48 jam, pertumbuhan eksponensial satu sel bakteri
dengan waktu 20 menit akan menghasilkan sebesar 2,2 x 10
31
gr.
Pertumbuhan populasi mikroorganisme biasanya dibatasi oleh habisnya
nutrisi yang tersedia, akibatnya kecepatan pertumbuhan menurun dan
pertumbuhan akhirnya terhenti dan pada titik ini dikatakan sebagai fase
tetap ( stationary phase ). Komposisi sel sel pada fase ini berbeda
dibandingkan dengan sel sel saat fase eksponensial dan umumnya lebih
tahan terhadap perubahan panas, dingin maupun radiasi.
Fase Menurun ( death phase ) : Sel sel pada fase tetap, akhirnya akan
mati bila tidak di pindahkan ke media segar yang lainnya. Sebagaimana
pertumbuhan, kematian sel juga secara eksponensial dan karenannya
dalam bentuk logaritmis, fase menurun atau kematian ini merupakan
penurunan secara garis lurus yang digambarkan oleh jumlah sel sel yang
hidup terhadap waktu. Kecepatan kematian berbeda beda tergantung dari
lingkungan dan spesies mikroorganisme (Waluyo, 2004).
d. Oksigen
Oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri
dapat dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebutuhan oksigen selama
pertumbuhan,antara lain :
Universitas Sumatera Utara
Aerob yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen di dalam
pertumbuhannya.
Anaerob yaitu bakteri yang tidak membutuhkan oksigen di dalam
pertumbuhannya, bahkan oksigen ini dapat menjadi racun bagi bakteri
tersebut.
Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup tumbuh dengan atau
tanpa adanya oksigen.
Mikroaerofilik yaitu bakteri yang memerlukan hanya sedikit oksigen
dalam pertumbuhannya.
e. pH
Pertumbuhan bakteri juga memerlukan pH tertentu, namun umumnya
bakteri memiliki jarak pH yaitu sekitar pH 6,5 7,5 atau pada pH netral (Waluyo,
2004).
f. Tekanan Osmosis
Medium yang baik bagi pertumbuhan bakteri adalah medium yang isotonis
terhadap isi sel bakteri. J ika bakteri ditempatkan dalam suatu larutan hipertonis
terhadap isi sel, maka bakteri akan mengalami plasmolisis yaitu terlepasnya
sitoplasma dalam membran sel. Sebaliknya bila bakteri ditempatkan dalam suatu
larutan hipotonis maka dapat menyebabkan pecahnya sel bakteri karena masuknya
cairan kedalam sel (Dwidjoseputro, 1988).



Universitas Sumatera Utara

Vous aimerez peut-être aussi