Vous êtes sur la page 1sur 4

Armageddon versi Amerika dan Israel

Islam boleh jadi merupakan agama yang paling kaya dengan pemikiran politik.
Antony Black dalam buku ini menjabarkan bahwa pemikiran politik Islam terentang
mulai masalah etika politik, filsafat politik, agama, hukum, hingga tata negara. Black
juga mengungkapkan bahwa pemikiran politik Islam dipengaruhi oleh pemikiran politik
Plato, Aristoteles, dan Iran kuno.

Tapi keragaman khazanah pemikiran politik Islam itu bisa dikatakan bermuara
pada pemikiran tentang hubungan agama dan negara. Bolehlah kita sebut pemikiran para
pemikir muslim yang menginginkan pemisahan Islam dan politik sebagai pemikiran
politik Islam dan pemikiran yang menghendaki penyatuan Islam dan politik sebagai
pemikiran Islam politik. Ketika sejak Revolusi Prancis agama Kristen relatif telah selesai
membahas hubungan gereja dan negara–bahwa gereja harus terpisah dari negara—Islam
masih berkutat pada persoalan yang satu ini, sejak zaman Nabi hingga zaman kini.

Pada zamannya, Nabi membentuk sebuah komunitas, yang diyakini bukan cuma
komunitas agama, tapi juga komunitas politik. Nabi berhasil menyatukan berbagai
komunitas kesukuan dalam Islam. Di Madinah, tempat hijrah Nabi, beliau berhasil
menyatukan komunitas sosial, yakni kaum pemukim dan kaum pendatang. Lebih dari itu,
di Madinah, Nabi juga berhasil mengatur kehidupan kaum muslim , Nasrani, serta
Yahudi dalam komunitas “Negara Madinah” atau “masyarakat Madinah”.

Komunitas yang dibentuk Nabi di Madinah inilah yang belakangan acap dirujuk
oleh para pemikir muslim , baik yang liberal maupun yang fundamentalis, sebagai
masyarakat Islam ideal. Pemikir liberal lebih suka menyebut komunitas yang dibentuk
Nabi di Madinah sebagai “masyarakat madani”, sedangkan mereka yang fundamentalis
lebih nyaman menyebut “Negara Madinah”.

Di masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyyah (661-850 Masehi), pemikiran politik


Islam didominasi oleh perdebatan tentang sistem pemerintah atau lebih tepatnya
hubungan khalifah dan negara. Kedua dinasti Islam ini cenderung menganut sistem
pemerintah atau sistem politik yang tidak memisahkan agama dan negara. Bahkan agama
yang direpresentasikan oleh khalifah cenderung mensubordinasi negara atau kehidupan
politik di kedua dinasti.

Tapi, sejak kira-kira 850 M, pemikiran dan praktek politik yang dominan di dunia
muslim adalah yang memisahkan agama dan negara. Kekuasaan dibagi antara sultan yang
mengatur urusan militer serta menegakkan hukum dan ketertiban dan ulama yang
mengatur urusan sosial dan keluarga.

Sejak 1000-1200 M, para pemikir muslim, seperti Al- Mawardi , Nizam al-Mulk,
Al- Gazali , Ibn Rusyd , serta Al-Razi, menawarkan pemikiran politik jalan tengah atau
pemikiran politik keseimbangan. Di masa-masa tersebut, sultan dan ulama saling bekerja
sama dan saling tergantung.
Namun, pada 1220-1500 M, ide penyatuan agama dan politik kembali
mendominasi pemikiran para pemikir muslim . Pemikir muslim yang paling menonjol
pada masa itu, yang menganjurkan pemerintahan berdasarkan syariat, adalah Ibn
Taimiyah. Black sendiri dalam buku ini menyebut masa itu sebagai masa “syariat dan
pedang”.

Puncak pemerintahan berdasarkan syariat berlangsung pada masa kerajaan-


kerajaan modern yang meliputi Dinasti Utsmani , Dinasti Safawi , dan Dinasti Mogul.
Tentu saja Dinasti Utsmani , yang berpusat di Turki, menjadi dinasti paling terkemuka.
Dinasti ini disebut Khilafah Islamiyah . Namun, dinasti ini mengalami kemunduran dan
dibubarkan pada 1924.

Kemunduran ini menandai mulai berpengaruhnya pemikiran politik Barat. Para


pemikir yang diidentifikasi sebagai pemikir liberal bermunculan. Mereka antara lain
Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh , yang menganut paham pemisahan
agama dan politik. Berpijak pada kemajuan Barat, para pemikir muslim ini menawarkan
pemikiran modernisme . Black menyebut masa ini sebagai abad modernisme .

Tapi kemajuan Barat dewasa ini memunculkan reaksi di kalangan pemikir Islam
fundamentalis. Pemikir Islam fundamentalis paling terkemuka adalah tokoh Ikhwanul
Muslim, Al- Maududi , serta Sayyid Qutb . Mereka menginginkan kehidupan masyarakat
muslim dewasa ini mencontoh kehidupan di masa Nabi atau setidaknya masa kejayaan
dinasti-dinasti di masa awal Islam. Itu berarti mereka menginginkan tidak adanya
pemisahan agama dan politik.

Jika kita perhatikan materi pemikiran Islam sejak masa Nabi hingga masa kini
seperti disajikan oleh Black dalam buku ini, nyaris tiada yang baru di situ. Tapi,
bagaimanapun, pemetaan pemikiran Islam secara kronologis, sebagaimana yang
dilakukan oleh Black, sangat membantu kita dalam memahami alur serta dinamika
khazanah pemikiran politik dunia Islam. Melalui buku ini pula, kita tahu bahwa yang
terjadi sesungguhnya adalah pertarungan antara pemikiran politik Islam dan pemikiran
Islam politik.
Anda yang membaca buku Michael Eifanz “Lompatan Berikutnya, Pasca Irak”
barangkali sempat berfikir tentang ‘kiamat’ ketika sampai pada halaman 119. Pada
halaman tersebut terdapat “maklumat” yang melihat perlunya ‘menentukan’ waktu hari
kiamat yang “dekat dan sangat dekat” (antara tahun 2018 dan tahun 2027). Dalam
keyakinan penulis buku tersebut, Israel telah memulai kehidupan generasi akhirnya
sebelum peristiwa Armageddon (kiamat).

Kemudian tiba masa penjajahan secara utuh atas bumi Palestina sejak 1967 untuk
menegaskan akan terjadinya ramalan tersebut. Sejarah kemudian mencatat peristiwa
perang Irak yang menegaskan hubungan abadi baru antara Babilonia dengan Yerusalem.
Yang pertama adalah kegelapan dan yang kedua adalah cahaya. Kehancuran masa
pertama adalah syarat munculnya masa kedua. Ini yang termaktun dalam kitab perjanjian
lama, Taurat dimana Babilonia (Irak) disebutkan tak kurang dari 300 kali sebagai negeri
langkah pertama dan penjelmaan setan pertama dalam jasad budak yahudi (Amerika) dan
janji yang pertama adalah Armageddon.
Amerika belum melakukan janji yang pertama itu. Jadi, tinggal menunggu
pelaksaan dari kehendak tuhan. Perang tersebut sudah disebutkan dalam kitab perjanjian
lama. Nasib Saddam juga disebutkan. Kehancuran pun sudah disebutkan. Bahkan ciri
tank-tank Ibramz pun termaktub.

Karenanya, pernyataan bahwa jalan menuju Yerusalem melewati Bagdad bukan


geostrategi bagi Amerika. Sangat sangat sederhana “ia adalah pelaksanaan kehendak
tuhan“. Di mana Amerika akan mengikuti kronologi Taurat dan akan bertemu dengan Al
Masih di Yerusalem. Peristiwa 11 September hanyalah siasat tuhan dengan menggunakan
tangan ‘fundamentalis Islam’ untuk mengeluarkan terkutuk Amerika dari perbudakannya
untuk memerangi jutaan orang setiap hari hingga sampai hari kebangkitan.
Tidak ada kepentingan melebihi mendatangkan Armageddon. Itu tidak akan terjadi
kecuali dengan eksisnya yahudi di bumi Palestina, semuanya. Meski itu “janji” harus
berhadapan dengan kaum muslimin tanpa batas. Yaitu “mereka mampu kita bebaskan
buminya tapi tidak kita bebaskan hatinya” (hal:110). Tak masalah dengan hal tersebut
kalau waktu yang dijanjikan hanya dengan hitungan tahun.

Rakyat Palestina dalam konteks kayakinan mereka ini dianggap “iblis”.


Keberadaan mereka hanya dianggap penghalang untuk menghadap tuhan. Bagi George
Bush – yang dikagumi habis-habisan oleh Michael Eifanz – harus berhenti dari berjalan
dalam menghadapi ganguan kaum liberal. Taurat baginya adalah “Peta Jalan” satu-
satunya (judul terakhir tulisan Michael Eifanz). Yang menolak kembalinya Palestina atau
tuntutan-tuntutan mereka. Bahkan mereka harus diusir karena ia adalah tempat
pendudukan. Bumi yang dijanjikan tidak boleh diberikan kepada teroris Mesir, Yaser
Arafat. Atau ada kompromi dengan Mahmud Abbas. Eifanz mengancam Bush, “jika anda
tidak melakukan apa yang aku katakan maka kamu telah condong kepada politik
berdasarkan ralaman.”

Barangkali pembaca tertawa dengan “khurafat” salah satu pemeran “al masih
Zionis” Amerika ini. Tidak! Pembaca jangan tertawa. Barangkali ia harus bersedih.
Eifanz sendiri yang sedang sakit ingatan. Tapi ternyata ia tidak sendiri. Puluhan orang
Amerika juga memiliki keyakinan yang sama. Bahkan mereka adalah basis massa aktif
partai republik Amerika. Bush dekat dengan mereka. Karena mereka memiliki peran dan
koalisi di pemerintahan. Karena aspirasi mereka diperhitungkan oleh Bush.

Berdasarkan catatan, selama perang dunia terakhir (kedua) buku-buku yang


memberikan kabar gembira atau memperingatkan kiamat dekat banyak disembunyikan
dengan rahasia. Jika sebagian orang berbicara tentang “seni mengakhiri krisis”, tapi itu
tak menghalangi Amerika untuk membaca buku-buku yang bertema “dari Irak ke
armageddon” , “Irak Babilonia akhir krisis”, “Kebangkitan kedua di Babilonia”,
“Babilonia, Irak, krisi masa depan di timur tengah” “Babilonia Saddam” “Armageddon,
minyak, dan krisi timur tengah” dan masih banyak yang lainnya.
Buku-buku ini hanyalah kumpulan dari jenis-jenis pemikiran sederhana; bahwa
perang atas Irak adalah dalam rangka mewujudkan ramalan Taurat yang akhirnya adalah
membangkitkan Yerusalem dari puing-puing Babilonia untuk mempersiapkan
kedatangan al masih, yang menurut orang kristen merupakan kedatangan ke dua. Tapi
menurut yahudi itu kedatangan pertama. Meski pada akhirnya ada koalisi kepentingan
pada tahap berikutnya antara kedua kubu. Kita tidak saja berhadapan dengan buku-buku
itu saja. Kaset, buletin, radio, dan telefon semuanya digunakan untuk memeriahkan sastra
Tim Lahe, teman Eifanz. Dengan media-media tersebut ia menyampaikan dongeng-
dongeng Taurat tentang kebangkitan dan ramalan armageddon.

Sesungguhnya Michael Eifanz berjuang demi kebebesan dari dunia kegelapan dan
kesempitan ufuk. Ia berkeyakinan bahwa penting membela Israel melawan kebohongan
dan propaganda musuh-musuhnya. Ia menganggap bahwa sudah merupakan hak Israel
untuk tinggal di tanah Israel. Inilah pemikiran Benyamin Netanyahu, arsitek hubungan
Israel dengan fundametalis kristen. Sementara Ariel Sharon memberikan penghargaan
pribadi kepada Eifanz dalam tulisan resminya.

Jika di satu sisi kita letakkan ideologi sebagai standar maka akan kita akan
temuakan hal sama pada seruan yang disampaikan oleh kaum ekstrim di pemerintahan
Amerika. Benar, kedua pihak tidak berjalan dengan latar belakang satu pemikiran. Tapi
tepatnya, faktor motifasi tindakan sama. Bukan suatu yang tiba-tiba. Karenanya, Bush
memilih pejabat yang penanggung jawab untuk kawasan Tim Teng yang bernama Eliot
Abramaz. Tema terakhir ini cukup untuk membuat satu tulisan tentang koalisi mendesak
antara Kanan Ekstrim Kristen dan pendukung Israel di Amerika. Koalisi ini adalah faktor
utama pendorong terjadinya perang sekarang. Dan masih di bawah propaganda bahwa
Irak adalah permualaan dan harus ada lompatan selanjutnya….sampai hari kiamat! (attur)

Vous aimerez peut-être aussi