Vous êtes sur la page 1sur 19

i

MAKALAH
PENGENDALIAN VEKTOR
AZADIRACHTIN (INSEKTISIDA NABATI)

Disusun oleh :
MILKA NOVIANANDA HARDY
25010111140361

BAGIAN EPIDEMIOLOGI DAN PENYAKIT TROPIK
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

ii

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 4
A. Latar belakang .................................................................................... 4
B. Tujuan ................................................................................................. 6
C. Manfaat ............................................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 7
A. Definisi Insektisida Nabati ................................................................... 7
B. Azadiraktin .......................................................................................... 8
C. Formulasi ............................................................................................ 9
D. Cara Kerja Azadiraktin ........................................................................ 11
E. Susunan Kimia Azadiraktin ................................................................. 12
F. Dosis Azadiraktin ................................................................................ 12
G. Serangga Sasaran bagi Azadiraktin .................................................... 13
H. Efektivitas Azadiraktin ......................................................................... 13
I. Efek Samping Azadiraktin ................................................................... 15
BAB III. PENUTUP ......................................................................................... 16
A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 18





iii

Daftar Gambar
Gambar 1. Biosentesa Azadiraktin pada tanaman Mimba/Nimba .................. 10
Gambar 2. Susunan Kimia Azadiraktin ........................................................... 12



















4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insektisida mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita,
bukan hanya untuk melindungi hasil pertanian, akan tetapi juga untuk mencegah
penyebaran hama berbahaya yang menyebabkan penyakit pada manusia.
Penggunaan pestisida akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan produk pertanian. Untuk menghasilkan produk pertanian yang
mencukupi maka setiap gangguan hama dan penyakit (OPT) harus dilakukan
secara bijaksana, apalagi pada era pertanian yang sehat (back to nature) yang
lebih mementingkan produk berkualitas dan bebas dari cemaran, baik hayati
maupun kimia. Produk pertanian yang sehat dan ramah lingkungan sudah
merupakan tuntunan pasar global (AFTA, APEC, dan WTO), dengan label ramah
lingkungan (eco-labeling attributes), bernutrisi tinggi (nutritional attributes), dan
aman dikonsumsi (food safety attributes).
Dalam usaha pengendalian hama atau organisme pengganggu tanaman
(OPT), pemerintah telah menetapkan kebijaksanaan untuk menerapkan sistem
pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu usaha pengelolaan OPT yang
menggunakan beberapa cara pengendalian yang sesuai dalam satu sistem yang
kompatibel. Penerapan PHT bertujuan untuk mengurangi atau mempertahankan
populasi organisme pengganggu di bawah tingkat yang dapat menimbulkan
kerugian ekonomi dengan tujuan memantapkan produksi pada taraf tinggi untuk
mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan onsumen
serta menguntungkan petani. Dalam sistem PHT tersebut, pestisida kimia sintetis
merupakan alternatif terakir, yaitu apabila cara cara lain tidak dapat memberikan
hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan sumber utama cemaran pada produk
pertanian adalah bahan pestisida sintetik. Untuk mengurangi cemaran tersebut
maka salah satu alternatifnya adalah meningkatkan penyediaan dan penggunaan
pestisida yang ramah ringkungan, baik berupa pestisida nabati maupun hayati.
Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang
berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak,
penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum,
5

pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya dari
tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan
terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini
bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu
(sisa-sisa zat) mudah hilang.
Mimba (Azadirachta indica) merupakan tumbuhan bersifat toksik pada
serangga yang dapat digunakan sebagai pestisida/ insektisida nabati. Tanaman
Mimba/ Nimba berbahan aktif azadirachtin dan berfungsi sebagai penolak
makan, repelen, toksikan, dan pengganggu pertumbuhan terhadap berbagai
jenis hama dan relatif aman terhadap manusia dan binatang (Jacobson 1989).
Senyawa azadirachtin yang terdapat dalam biji mimba dapat menyebabkan
gangguan pelepasan neurohormon dari corpora cardiaca yang selanjutnya
menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pengaturan hormon perkembangan
(ekdison dan hormon belia atau juvenile hormone) dalam tubuh serangga.
Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai sumber
terbaik untuk biopestisida
Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga
targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap
serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik
berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang
bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi
rangsangan untuk makan (phagostimulant). Efek sekunder dari azadirachtin
terhadap serangga berupa gangguan pada pengaturan perkembangan dan
reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi pada sel somatik dan jaringan
reproduksi serta efek tidak langsungnya akan mengganggu proses
neuroendocrine.
Azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies
serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti ulat
grayak (armyworm), pengorok daun (leafminer), kutu daun (aphid) dan kutu putih
(whiteflies). Hama-hama tersebut umumnya menyerang tanaman sayuran, buah-
buahan, padi dan palawija.

6

B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi salah satu jenis insektisida nabati yaitu azadiraktin
2. Mengetahui cara kerja insektisida nabati Azadiraktin
3. Mengetahui cara pembuatan insektisida nabati Azadiraktin
4. Mengetahui susunan kimia insektisida nabati Azadiraktin
5. Mengetahui dosis penggunaan insektisida nabati Azadiraktin
6. Mengetahui serangga sasaran insektisida nabati Azadiraktin
7. Mengetahui efektivitas insektisida nabati Azadiraktin
8. Mengetahui efek samping dari penggunaan insektisida nabati
Azadiraktin

C. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber
informasi mengenai cara kerja, pembuatan atau formulasi, susunan kimia, dosis
penggunaan, serangga sasaran, efektivitas, dan efek samping dari insektisida
nabati azadiraktin.












7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pestisida Nabati
Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau majemuk yang
berasal dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa berfungsi sebagai
penolak,penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara
umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya
dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan
terbatas. Karena terbuat dari bahan alami atau nabati, maka jenis pestisida ini
bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari
lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu
(sisa-sisa zat) mudah hilang.Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil
pestisida nabati. Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis
tanaman, dimana zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki
fungsi berbeda ketika berperan sebagai pestisida. Dalam fisiologi tanaman, ada
beberapa jenis tanaman yang berpotensi jadi bahan pestisida.
1. Kelompok tumbuhan insektisida nabati. Merupakan kelompok tumbuhan
yang menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Bengkoang,
serai, sirsak, dan srikaya diyakini bisa menanggulangi serang serangan
serangga
2. Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat. Di dalam tumbuhan ini ada
suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada serangga
betina dan bertugas menarik serangga jantan, khususnya hama lalat
buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Tumbuhan yang bisa diambil
manfaatnya, daun wangi (kemangi), dan selasih.
3. Kelompok tumbuhan rodentisida nabati, kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan
ini terbagi jadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran dan penekan
populasi, yaitu meracuninya. Tumbuhan yang termasuk kelompok
penekan kelahiran umumnya mengandung steroid. Sedangkan yang
tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid. Jenis
8

tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah
gadung racun.
4. Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman
menimbulkan pengaruh moluskisida. Diantaranya daun sembung dan
akar tuba.
5. Kelompok Tanaman Fungisida Nabati. Merupakan kelompok tumbuhan
yang digunakan untuk mengendalikan jamur patogenik antara lain
cengkeh, daun sirih, sereh, pinang, tembakau.
6. Satu lagi, kelompok tumbuhan pestisida serba guna, dimana kelebihan
kelompok ini tak hanya berfungsi untuk satu jenis. Misalnya insektisida
saja, tapi juga berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, dan
nematisida. Tumbuhan yang bisa dimanfaatkan dari kelompok ini, yaitu
jambu mete, Sirih, Tembakau dan nimba
Beberapa keuntungan/kelebihan penggunaan pestisida nabati secara khusus
dibandingkan dengan pestisida konvensional (Gerrits dan Van Latum, 1988)
dalam Sastrosiswojo, 2002) adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak
meracuni (non toksik).
2. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta relatif
aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya mudah
hilang.
3. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.
4. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis
tumbuhan penghasil pestisida nabati.
5. Cara pembuatannya relatif mudah dan secara sosial-ekonomi
penggunaannya menguntungkan bagi petani kecil di negara-negara
berkembang
B. Azadiraktin
Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai
sumber terbaik untuk biopestisida. Senyawa ini adalah senyawa kimia yang
dihasilkan oleh tumbuhan yang bersifat toksik terhadap serangga. Azadirachtin
9

merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman mimba
(Azadirachta indica A. Juss). (Samsudin, 2011)
Mimba (Azadirachta indica) merupakan insektisida nabati yang berbahan
aktif azadirachtin dan berfungsi sebagai penolak makan, repelen, toksikan, dan
pengganggu pertumbuhan terhadap berbagai jenis hama dan relatif aman
terhadap manusia dan binatang. Produksi biopestisida dari tanaman nimba
dilakukan dengan cara mengisolasi langsung dari tanaman utuh, terutama dari
biji. Setiap gram biji nimba mengandung 3,6 mg azadiraktin.
Azadiraktin dapat digunakan sebagai biopestisida karena bersifat
antifeedant (penolak makan pada serangga) dan mengganggu pertumbuhan
serta reproduksi serangga. Senyawa azadiraktin dapat menyebabkan gangguan
pelepasan neurohormon dari corpora cardiaca yang selanjutnya menyebabkan
terjadinya gangguan terhadap pengaturan hormon perkembangan (ekdison dan
hormon belia atau juvenile hormone) dalam tubuh serangga. Oleh karena itu
Azadiraktin dapat membuat serangga mandul karena dapat mengganggu
produksi hormon dan pertumbuhan serangga.
Azadirachtin ini merupakan insektisida botani yang paling bagus dengan
aktivitas terhadap lebih dari 200 spesies (antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-
kupu putih, dan lain- lain). Aktivitas yang dimilikinya antara lain sebagai
antifeedant, IGRs, mengganggu kesuburan, membunuh serangga fitofagus tanpa
membunuh serangga menguntungkan. Masa hidup azadirachtin ini pendek dan
mudah terurai dengan toksisitas rendah terhadap mamalia, walaupun toksik
terhadap ikan dan invertebrata di perairan.
C. Formulasi
Azadiraktin adalah metabolit sekunder utama yang berfungsi sebagai
insektisida pada tanaman mimba yang terbentuk secara alami berupa substansi
yang termasuk dalam kelas molekul organik tetranortriterpenoids.
Biosintesa azadirachtin oleh tanaman Nimba/Mimba dimulai dengan
prekursor steroid (lanosterol, euphol, tirucallol), azadirone, azadiradione dan C-
ring terbuka (nimbin, salannin), setelah melalui proses beberapa tahapan reaksi
membentuk struktur komplek formasi ring furan (Rembold, 1989, Ley et al. 1993).
Sedangkan menurut Schmutterer (1995), azadirachtin merupakan
tetranortriterpenoid yang dibentuk dari prekursor euphol dan apo-euphol melalui
degradasi oksidatif pada C-17 dengan kehilangan 4 atom karbon. Meskipun
10

biosintesa azadirachtin secara lengkap dan mendetail belum ditentukan secara
pasti, tetapi secara umum biosintesanya dapat ditelusuri pada proses
pembentukan triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dengan prekursor
utama berupa skualen.

Gambar 1. Biosentesa Azadiraktin pada tanaman Mimba/Nimba
Pestisida Azadiraktin diperoleh dari ekstrak daun mimba/biji mimba. Pada
pembuatan ekstrak, daun mimba dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada
suhu 60
o
C selama 1 jam. Setelah bahan menjadi kering kemudian diblender
untuk menghancurkan bahan nabati tersebut. Bahan nabati yang telah
dihancurkan kemudian disaring dengan ayakan 60 mesh. Proses ekstraksi
dimulai dengan mencampur 50 gram bagian tepung bahan nabati dengan 250 ml
heksana,kemudian diaduk lima menit dan dibiarkan delapan jam. Langkah
selanjutnya adalah penyaringan dengan saringan buchner yang dialasi dengan
kertas saring dan dipercepat dengan pompa vakum. Filtrat yang diperoleh
ditampung, sedangkan ampasnya dicampur kembali dengan 100 ml heksana dan
dibiarkan 1 jam, kemudian disaring lagi. Filtrat kedua yang diperoleh
ditambahkan pada filtrat pertama, sedangkan ampasnya dilarutkan kembali
dalam 100 ml pelarut, diaduk, dan disaring.Filtrat hasil ekstraksi ketiga dicampur
11

kembali dengan campuran filtrat pertama dan kedua. Filtrat yang diperoleh
dievaporasi dengan vacum evaporator pada suhu 55
0
C, sehingga diperoleh
pekatan yang menyerupai minyak. Pekatan menyerupai minyak inilah yang
digunakan sebagai ekstrak. Dari daun mimba didapatkan ekstrak dengan warna
kuning kecoklatan.
D. Cara Kerja
Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga
targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap
serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik
berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang
bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi
rangsangan untuk makan (phagostimulant). (Samsudin, 2008)
Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan pada
pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi
pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak langsungnya akan
mengganggu proses neuroendocrine. Pengaruh azadirachtin terhadap
pengaturan pertumbuhan serangga dengan mengganggu sistem
neuroendocrine-nya inilah yang paling banyak mendapat perhatian (Mordue
(Luntz) dan Nisbet 2000). Hormon utama pada tubuh serangga yang mengatur
proses pertumbuhan adalah hormon ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone yang
merupakan hormon ganti kulit (moulting hormones) yang keduanya berasal dari
fitosteroid yang diambil dari tanaman inang oleh serangga, serta juvenile
hormone (JH). Hormon ecdysone dan 20-hydroxy-ecdysone diproduksi oleh
kelenjar protoraks (prothoracic gland), sedangkan juvenile hormone diproduksi
oleh corpora allata, melalui stimulasi hormon PTTH (prothoracicotropic hormone)
yang disekresikan pada otak . (Samsudin,2011)
Untuk terjadinya proses metamorphosis membutuhkan adanya sinkronisasi
dari beberapa jenis hormon dan perubahaan fisik sehingga proses tersebut
berhasil dengan baik, dan nampaknya azadirachtin memiliki fungsi sebagai
"ecdysone blocker" yang menghambat serangga untuk memproduksi dan
melepas hormone-hormon vital dalam proses metamorfosis
Jadi, kesimpulannya efek sekunder Azadirachtin yang dikandung mimba
berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja
hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam metamorfosa serangga.
12

Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses
perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari
kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali
mengakibatkan kematian pada serangga. (Kardiman,2006)
Azadirachtin juga berfungsi sebagai insektisida bagi beberapa jenis
serangga. Kematian serangga dapat terjadi dalam beberapa hari, tergantung dari
stadia dan siklus hidup serangga target. Akan tetapi, apabila termakan dalam
jumlah kecil saja mengakibatkan serangga tidak bergerak dan berhenti makan.
Aktivitas residu insektisida dari azadirachtin ini umumnya terjadi antara tujuh
sampai 10 hari atau lebih lama lagi, tergantung dari jenis serangga dan
aplikasinya
E. Susunan Kimia
Azadirachtin merupakan molekul kimia C
35
H
44
O
16
yang termasuk dalam
kelompok triterpenoid. Struktur kimia azadirachtin hampir sama dengan hormone
"ecdysone" pada serangga yang mengatur proses metamorphosis yaitu
perubahan bentuk serangga dari larva ke pupa kemudian menjadi imago.

Gambar 2. Susunan Kimia Azadiraktin
F. Dosis
Azadiraktin merupakan zat aktif bersifat insektisida yang diekstrak dari biji
mimba. Pestisida ini sangat mempengaruhi pergantian kulit serangga. Oral LD
50
(tikus) > 5000 mg/kg. LD
50
dermal (kelinci) >2000 g/kg, LC
50
inhalasi (tikus)
0,0235 mg/l udara.
Cara penggunaan NeemBa Oil/ Pestisida Azadiraktin:
1. Dosis penyemprotan 5 7 ml/liter air untuk berbagai jenis tanaman
13

2. Dosis formulasi dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan tergantung tingkat
serangan hama
3. Penyemprotan dapat dilakukan pada awal serangan maupun tidak ada
serangan untuk pencegahan
4. Sebaiknya diaplikasikan pada sore hari
5. Dapat dicampur dengan pupuk cair atau perekat
6. Gunakan perlengkapan pelindung yang aman pada waktu menyemprot
Sesuai dengan kefungsiannya,
G. Serangga sasaran
Mimba mempunyai spektrum yang luas dan efektif untuk mengendalikan
serangga lunak (200 spesies) antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih,
dan lain-lain. Ekstrak mimba sebaiknya disemprotkan pada tahap awal
perkembangan serangga, disemprotkan pada daun, disiramkan pada akar agar
dapat diserap tanaman, dan untuk mengendalikan serangga di dalam tanah.
Azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies
serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti ulat
grayak (armyworm), pengorok daun (leafminer), kutu daun (aphid) dan kutu putih
(whiteflies). Hama-hama tersebut umumnya menyerang tanaman sayuran, buah-
buahan, padi dan palawija.
H. Efektifitas
Untuk mengetahui efektivitas Serbuk biji mimba sebagai pestisida dengan
bahan aktif paling dominan adalah azadiraktik, telah dilakukan penelitian oleh
Sudarmo ( 2005), dengan mengambil dua contoh serangga uji, yaitu ulat buah
kapas Helicoverpa armigera dan ulat grayak Spodoptera litura. Kedua jenis hama
tersebut merupakan hama yang menyerang berbagai jenis tanaman, misalnya
tembakau, kapas, sayuran, kedelai, kacang hijau dan sebagainya.
1. Larvisida (Pembunuh Ulat ) pada Spodoptera litura.
Serbuk Biji Mimba (SBM) yang disemprotkan pada ulat S.litura instar
1(berukuran panjang kurang dari 0,5 cm) pada konsentrasi 5 g/ltr air
menyebabkan mortalitas 40%, sedangkan pada konsentrasi 40 gr/ltr air
menyebabkan mortalitas 100%. Pada konsentrasi yang sama,
penyemprotan terhadap ulat instar 3 menyebabkan mortalitas 15% dan
100%, sedangkan terhadap ulat instar 5 ( berukuran panjang lebih dari 1
cm) menyebabkan mortalitas 3,33% dan 70%. Perbedaan mortalitas ulat
14

pada berbagai instar menunjukkan bahwa semakin tua instar larva,
semakin berkurang kerentanannya sehingga persentase mortalitas
semakin rendah. Hal ini disebabkan ulat instar tua telah mengalami
perkembangan tubuh lebih sempurna dibandingkan dengan ulat instar
muda. Dengan demikian, ulat instar tua akan lebih tahan terhada
pengaruh insektisida.
2. Ovisida (Perusak Telur) pada ulat buah kapas Helicoverpa armigera.
Serbuk biji mimba selain berperan sebagai larvisida juga dapat berperan
sebagai ovisida ( perusak telur). Serbuk biji mimba yang disemprotkan
pada telur H.Armigera akan menyebabkan penurunan persentase telur
menetas. Pada kontrol, telur menetas 96%, sedangkan pada konsentrasi
Serbuk biji mimba 10 gr/liter air, telur menetas 67% dan pada konsentrasi
Serbuk biji mimba 20 gr/liter air dan 40 gr/liter air, telurmenetas 60%.
Ekstrak biji mimba juga menurunkan persentase telur menetas pada
nyamuk.
3. Pestisida Nabati Mimba dan jasad sasaran.
Baik biji maupun daun mimba dapat digunakan sebagai pestisida.
Penaburan 50 200 kg bungkil mimba per ha efektif untuk melindungi
hama padi. Pemberian 19 mt (metrik ton) daun mimba per hektar ( 7 ton
per acre) efektif melindungi serangan rayap. Sekitar 2 -5 kg daun mimba
kering dapat melindungi 100 kg biji. Pupuk hijau dicampur dengan daun
mimba dapat mengurangi 50% serangan nematoda. Daun mimba yang
diletakkan antara tumpukan kayu menyebabkan tumpukan kayu terhindar
dari serangan ngengat. Pemberian 800 gr minyak mimba efektif untuk
melindungi 100 kg biji atau benih. Pencampuran 2,5 bagian serbuk biji
mimba untuk 100 bagian biji atau benih efektif melindungi gangguan
hama selama 8 -12 bulan. Konsentrasi 0,1 % suspensi mimba dengan
300-600 liter/ha efektif terhadap serangan belalang. Konsentrasi 0,1%
suspensi mimba ( 10 mg/liter air) efektif mengendalikan belalang. Juga
sekitar 2 6 gr serbuk biji mimba yang direndam dalam 1 liter air selama
3 hari efektif mengendalikan jamur Fusarium dan sclerotium.



15

I. Efek Samping
Efek samping azadiraktin sangat kecil tidak seperti pestisida sintetis atau
pestisida yang berbahan kimia. Untuk pengaruh tingkat efek samping terhadap
makhluk hidup telah dicoba kepada tikus betina. Tikus betina diberi beberapa
tingkatan dosis mulai 2,0 sampai 4,6 ml/kg bb, hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemberian 2,0 ml/kg bb berpengaruh terhadap kesuburan tikus. Standar
keamanan untuk faktor efek samping adalah 0,2 ml/kg bb. Hal ini menjadi faktor
keselamatan standar keamanan bagi makhluk hidup, intra dan antar spesies, dan
diketahui untuk seorang dewasa berat 70 kg dapat mengkonsumsi daun nimba
yang belum diproses sejumlah 18,5 mg tanpa menimbulkan efek samping.
Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa azadiraktin jangka panjang
dapat menyebabkan kanker. Dosis paparan untuk operator insektisida
Azadiraktin adalah 0,1 mg/kg bb berdasarkan hasil dari pengujian pada tikus
selama 90 hari.




















16

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Azadiraktin merupakan senyawa triterpenoid yang berguna sebagai
sumber terbaik untuk biopestisida. Senyawa ini adalah senyawa kimia yang
dihasilkan oleh tumbuhan yang bersifat toksik terhadap serangga. Azadirachtin
merupakan salah satu metabolit sekunder yang dihasilkan dari tanaman mimba
(Azadirachta indica A. Juss). Azadirachtin ini merupakan insektisida botani yang
paling bagus dengan aktivitas terhadap lebih dari 200 spesies (antara lain
belalang, thrips, ulat, kupu-kupu putih, dan lain- lain). Aktivitas yang dimilikinya
antara lain sebagai antifeedant, IGRs, mengganggu kesuburan, membunuh
serangga fitofagus tanpa membunuh serangga menguntungkan. Masa hidup
azadirachtin ini pendek dan mudah terurai dengan toksisitas rendah terhadap
mamalia, walaupun toksik terhadap ikan dan invertebrata di perairan. Pestisida
Azadiraktin diperoleh dari ekstrak daun mimba/biji mimba.biosintes azadiraktin
oleh tanaman mimba/nimba dapat ditelusuri pada proses pembentukan
triterpenoid melalui lintasan asetat mevalonat dengan prekursor utama berupa
skualen.
Cara kerja dari azadirachtin sangat tergantung dari spesies serangga
targetnya dan konsentrasi yang diaplikasikan. Efek primer azadirachtin terhadap
serangga berupa antifeedant dengan menghasilkan stimulan detteren spesifik
berupa reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang
bekerja bersama-sama dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi
rangsangan untuk makan (phagostimulant).
Efek sekunder dari azadirachtin terhadap serangga berupa gangguan pada
pengaturan perkembangan dan reproduksinya, akibat efek langsungnya terjadi
pada sel somatik dan jaringan reproduksi serta efek tidak langsungnya akan
mengganggu proses neuroendocrine
Azadirachtin merupakan molekul kimia C
35
H
44
O
16
yang termasuk dalam
kelompok triterpenoid. Struktur kimia azadirachtin hampir sama dengan hormone
"ecdysone" pada serangga yang mengatur proses metamorphosis yaitu
perubahan bentuk serangga dari larva ke pupa kemudian menjadi imago.
17

Dosis azadiraktin untuk mamalia adalah Oral LD
50
(tikus) > 5000 mg/kg.
LD
50
dermal (kelinci) >2000 g/kg, LC
50
inhalasi (tikus) 0,0235 mg/l udara. Efek
samping azadiraktin sangat kecil tidak seperti pestisida sintetis atau pestisida
yang berbahan kimia. Tidak ada penelitian yang menyebutkan bahwa azadiraktin
jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Dosis paparan untuk operator
insektisida Azadiraktin adalah 0,1 mg/kg bb berdasarkan hasil dari pengujian
pada tikus selama 90 hari.

B. Saran
Pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan menggunakan
pestisida nabati, pestisida biologi dan agensia hayati merupakan terobosan baru
yang perlu dikembangkan dan ditindaklanjuti.






















18

Daftar Pustaka
Ashry sikka aradilla. 2009. Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba
(Azadirachta Indica) Tehadap Larva Aedes aegypti. Laporan Akhir
Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Jamaludin Al Anshori. 2009. Trend Baru dalam Pengendalian Hama: Pencarian
Insektisida Ramah Lingkungan (Green Insecticides). Karya Tulis Ilmiah.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran
Bandung
Kardiman A. Mimba (Azadirachta indica) Bisa Merubah Perilaku Hama. Sinar
Tani Edisi 29 Maret 4 April 2006
Lestari Tri M, C.Sukmana, N. Tarigan, S. Suriati.2010. Efektivitas Insektisida
Nabati Berbahan Aktif Azadirachtin dan Saponin Terhadap Mortalitas Dan
Intensitas Serangan Aphis gossypii Glover. Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010,
171 183
Mordue (Luntz) A. J. and A. J. Nisbet. 2000. Azadirachtin from the Neem Tree
Azadirachta indica: its Action Against Insects. An. Soc. Entomol. Brasil
29:615-632.
Samsudin. Azadirachtin Metabolit Sekunder dari Tanaman Mimba sebagai
Bahan Insektisida Botani. Lembaga Pertanian Sehat. November 2008
Sastrosiswojo, S. 2002. Kajian Sosial Ekonomi dan Budaya Penggunaan
Biopestisida di Indonesia. Makalah pada Lokakarya Keanekaragaman
Hayati Untuk Perlindungan Tanaman, Yogyakarta, Tanggal 7 Agustus
2002.
Syakir M. Status Penelitian Pestisida Nabati Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Tanaman Perkebunan. Semnas Pesnab IV, Jakarta 15
Okotober 2011
Zakiah Zulfa, Erly Marwan, Arbayah H. Siregar. 2003. Peningkatan Produksi
Azadirahtin Dalam Kultur Suspensi Sel Azadirachta Indica A.Juss Melalui
19

Penambahan Skualen. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 8 No. 4,
Desember 2003, Hal 141 146

Vous aimerez peut-être aussi