berkaitan dengan obstruksi reversible dari spasme, edema dan produksi mukus yang berlebihan terhadap stimuli (Varney, Helen 2003)
Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang. (Sylvia Anderson (1995 : 149) Menurut Najoan Nan Warouw diperkirakan 1%-4% wanita hamil menderita asma. Efek kehamilan pada asma tidak dapat diprediksi. Turner et al dalam suatu penelitian yang melibatkan 1054 wanita hamil yang menderita asma menemukan bahwa 29% kasus membaik dengan terjadinya kehamilan, 49% kasus tetap seperti sebelum terjadinya kehamilan, dan 22% kasus memburuk dengan bertambahnya umur kehamilan.
Sekitar 60% wanita hamil yang mendapat serangan asma dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik. Sekitar 10% akan mengalami eksaserbasi pada persalinan.
Mabie dkk (1992) melaporkan peningkatan 18 kali lipat resiko eksaserbasi pada persalinan dengan seksio sesarea dibandingkan dengan pervaginam.
Etiologi Alergen Alergi Otot saluran nafas mengkerut Selaput lendir menebal Dinding saluran nafas bengkak Saluran nafas menyempit Sesak / Asthma
Patofisiologi ALERGI
ADAPTASI FISIOLOGI PERNAFASAN PADA KEHAMILAN Alfredo F. Gei and Victor R. Suarez
Kehamilan meningkatkan konsumsi O 2 sebesar 15% hingga 20% . Separuh dari peningkatan ini terkait dengan kebutuhan unit feto-plasenta, dan separuhnya lagi adalah karena meningkatnya kerja organ-organ maternal (jantung, paru-paru, dan ginjal).
Peningkatan curah jantung dan ventilasi menit menjelaskan bagaimana O 2 konsumsi meningkat meski tidak terdapat perubahan pada Pao 2 dan berkurangnya selisih O 2 arteriovena ( peningkatan pada pengangkutan oksigen). Di samping efek-efek yang menguntungkan dari kehamilan (progesteron merupakan stimulan sentral) pada ventilasi, paling tidak separuh dari wanita hamil mengalami keluhan sesak nafas (dispnea), kelelahan, dan berkurangnya toleransi berolahraga selama kehamilan. Tabel 12-2. Perubahan pada Variabel-Variabel Pernafasan Selama Kehamilan Parameter Definisi Perubahan Selama Kehamilan Tingkat Pernafasan Jumlah nafas per menit Tidak ada perubahan Volume Tidal Volume udara yang dihirup dan dikeluarkan pada setiap nafas Meningkat hingga 40% sejak awal kehamilan; secara esensial tetap konstan selama sisa periode kehamilan (100-200 mL) Menit Ventilasi (RR x Vt) Jumlah total udara (gas) yang dihirup dan dikeluarkan setiap menit Meningkat hingga 40% sejak awal kehamilan; secara esensial tetap konstan selama sisa periode kehamilan (100-200 mL) Jumlah volume udara (gas) yang berpartisipasi dalam pertukaran udara ditambah dengan udara yang mengisi ruang buntu jalan udara (yang tidak berpartisipasi dalam pertukaran udara) Kapasitas vital Volume udara maksimum yang dapat dihirup secara paksa setelah ekspirasi maksimum Tidak berubah Volume Residual Volume udara yang tersisa di paru-paru setelah ekspirasi maksimum Berkurang sebesar ~20% karena elevasi diafragma Kapasitas residual fungsional Volume udara di dalam paru-paru pada tingkat ekspirasi istirahat Berkurang sebesar ~20% karena elevasi diafragma Kapasitas inspirasi Volume udara maksimum yang dapat dihirup dari tingkat ekspirasi istirahat Meningkat 100-300 mL (5%-10%) sebagai dampak penurunan FRC RR, repiratory rate FAKTOR MEKANIK kehamilan membesar
Peningkatan diafragma terutama setelah TMT II
Turunnya kapasitas residu fungsional
Pola pernapasan berubah dari pernapasan abdomenmenjadi torakal sehingga kebutuhan O2 maternal meningkat
FAKTOR HORMONAL Perubahan hormonal pada kehamilan mempengaruhi traktus respiratorius atas dan mukosa jalan napas, menyebabkan hiperemis, edema mukosa, hipersekresi dan peningkatan friabilitas mukosa, namun perubahan hormonal ini tidak secara signifikan mempengaruhi faal paru (Kramer, 2001). ESTROGEN Meningkatkan jumlah sekresi asam mukopolisakari da perkapiler Menurunkan kapasitas difusi pada jalinan kapiler Menurunkan klirens metabolik glukokortikoid Meningkatkan kadar kortisol Menginduksi isoprotrenol Relaksasi bronkial MEMPERINGAN ASMA Progesteron berkompetisi dengan glukokortikoid dan mencegah translokasi nuklear glukokortikoid, sehingga menyebabkan perlawanan efek- efek fisiologis kortikosteroid endogen dan eksogen (Kelsen, 2003).
Pengaruh asma terhadap kehamilan Umumnya, asma tidak mempengaruhi janin. Kelahiran Prematur Usia kehamilan muda Hipertensi pada Kehamilan Abrupsio Plasenta KEHAMILAN Serangan asma berat dan asma yang tidak terkontrol dapat menyebabkan HIPOKSIA JANIN DERAJAT ASMA TINGKAT PERTAMA secara klinis normal, tetapi asma timbul jika ada faktor pencetus TINGKAT KEDUA penderita asma tidak mengeluh dan pada pemeriksaan fisik tanpa kelainan tetapi fungsi parunya menunjukkan obstruksi jalan nafas TINGKAT KETIGA penderita tidak ada keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik maupun maupun fungsi paru menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
TINGKAT KEEMPAT penderita mengeluh sesak nafas, batuk dan nafas berbunyi.Pada pemeriksaan fisik maupun spirometri akan dijumpai tanda-tanda obstruksi jalan napas.
TINGKAT KELIMA status asmatikus, yaitu suatu keadaan darurat medik berupa serangan akut asma yang berat, bersifat refrakter terhadap pengobatan yang biasa dipakai.
GEJALA KLINIK (Scoggin ) Asma akut intermiten : Diluar serangan, tidak ada gejala sama sekali. Pemeriksaan fungsi paru tanpa provokasi tetap normal. Asma akut dan status asmatikus: Serangan asma dapat berat sehingga penderita segera mencari pertolongan. Bila serangan asma akut tidak dapat diatasi dengan obat-obat adrenergik beta dan teofilin disebut status asmatikus. Asma kronik persisten (asma kronik): selalu ditemukan gejala-gejala obstruksi jalan napas, sehingga diperlukan pengobatan yang terus menerus.
PENANGANAN ASMA SELAMA KEHAMILAN DAN PERSALINAN Mendeteksi dan mengeliminasi faktor pemicu serangan asma 5 kelompok utama obat : beta adrenergik, methylxanthine, glukokortikoid, cromolyn sodium dan anti kolinergik, terapi tambahan: ekspektoran dan antibiotik. umumnya anti asma relatif aman penggunaannya selama kehamilan, jarang dijumpai efek teratogenik.
Beta adrenergik agonis Epinefrin stimulus reseptor beta-2 bronkodilatasi, tetapi jg stimulasi reseptor alfa dan beta-1 vasokonstriksi perifer dan takikardia baik pada ibu maupun janin, juga fetal distres, keuntungan: waktu paruh pendek dan belum ada laporan adanya efek jangka panjang terhadap janin
Terbutalin tokolitik pada persalinan prematur. dosisnya dikurangi pada saat mendekati aterm, tidak terdapat laporan adanya penundaan bermakna dalam onset persalinan normal, bila digunakan sebagai terapi anti asma standar.
Beta adrenergik agonis
Obat Reseptor Pemberian Dosis Epinefrin , 1-2 s.c Inhalasi 0,3-0,5 ml lar 1:1000 200-300 ug/semprot, 1-2x tiap 4 jam Isoetharine 2
Ihalasi Meter dose 650 ug/semprot,2-3x 0,3 ml lar 5% / 4 jam Terbutalin 2
s.c p.o 250 ug / 15 mnt, 3x 2,5 mg / 4-6 jam Methylxanthine (Teofilin) Cara kerja: inhibisi kompetitif terhadap enzim fosfodiesterase, peningkatan kadar siklik AMP Aminofilin merupakan garam dietileniamin dari teofilin dan merupakan satu-satunya golongan xanthin yang dapat diberikan parenteral
Glukokortikoid Kortikosteroid bukan bronkodilator, tetapi mengurangi inflamasi saluran napas. Umumnya diberikan seawal mungkin pada serangan asma akut berat. Pemakaian selama kehamilan tidak menyebabkan meningkatnya resiko komplikasi janin maupun ibu.
Cromolyn Sodium Bukan bronkodilator, Efek terapeutik : inhibisi degranulasi sel mast, sehingga mencegah pelepasan mediator kimia anafilaksis. Cromolyn berguna baik untuk asma alergik maupun non alergik.
Anti Kolinergik Atropin sulfat berefek bronkodilatasi Yang lebih sering digunakan : ipratropium bromida, terbukti efektif dan kurang menimbulkan efek yang tidak diinginkan.
Penanganan asma kronik pada kehamilan Bantuan psikologik karena gelisah dan stres dapat memicu serangan asma. Menghindari alergen Desensitisasi atau imunoterapi, aman dilakukan selama kehamilan Teofilin per oral (kadar terapeutik 10-22 mikrogram/ml) biasa dosis oral antara 200- 600 mg tiap 8-12 jam.
Terbulatin sulfat 2,5-5 mh per oral 3 kali sehari Kortikosteroid oral : prednison dosis sekecil mungkin. Antibiotika bila infeksi saluran nafas atas. Cromolyn sodium untuk mencegah terjadinya serangan asma, dengan dosis 20-40 mg, 4 kali sehari secara inhalasi.
Penanganan serangan asma akut pada kehamilan 1. Oksigen 2-4/menit, pO2 70-80 mmHg. Janin sangat rentan hipoksia. 2. Hindari obat penekan batuk, sedatif dan antihistamin. Tenangkan penderita Berikan cairan i.v: RL atau NS. 3. Aminofilin loading dose 4-6 mg/kgBB dilanjutkan 0,8-1 mg/kgBB/jam 4. Jika perlu terbulatin subkutan dengan dosis 0,25 mg 5. Steroid : hidrokortison 2 mm/kgBB loading dose, tiap 4 jam atau setelah loading dose dilanjutkan infus 0,5 mg/kgBB/jam
6. Antibiotika jika ada kecurigaan infeksi 7. Intubasi dan ventilasi pada kasus yang mengancam kehidupan. 8. Bila tidak respons setelah 30-60 menit dengan terapi (agonis beta & teofilin) : status asmatikus ICU