Vous êtes sur la page 1sur 14

Abstrak

Antibiotik merupakan tambahan yang sangat penting pada armamentarium yang tersedia
untuk praktisi kesehatan pada penanganan infeksi bakteri. Karena risiko potensial dari efek
sistemik yang merugikan dari aplikasi sistem dan ketidakefektifan antibiotik sistemik pada pulpa
gigi nekrotik dan jaringan periradikuler, aplikasi lokal antibiotik dapat menjadi lebih efektif
dalam membawa antibiotik ke saluran akar yang terinfeksi. Tinjauan ini
meninjau sejarah, alasan, dan aplikasi antibiotik dan medikamen yang mengandung antibiotik
dalam endodontik.

Peranan penting mikroorganisme pada perkembangan pulpa dan penyakit periapikal telah
diuji pada sampel binatang dan penelitian pada manusia. Eliminasi mikroorganisme dari saluran
akar yang terinfeksi merupakan hal yang kompleks. Berbagai pengukuran telah dijelaskan untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme saluran akar, meliputi penggunaan berbagai teknik
instrumentasi, irigasi dan medikamen intrakanal.
Tidak ada bukti solid pada literatur bahwa hanya dengan instrumentasi mekanik saja
dapat berhasil dalam sistem saluran akar agar bebas bakteri. Dilihat dari anatomi kompleks ruang
pulpa saluran akar, hal ini tidaklah mengejutkan. Sebaliknya, ada bukti in vitro dan klinis bahwa
instrumentasi mekanik menyebabkan bagian yang penting dari dinding saluran akar tidak
tersentuh. Oleh karena itu, eliminasi total bakteri dari RCS dengan hanya melalui
instrumentasi tampaknya sulit untuk diperoleh. Oleh karena itu, beberapa jenis irigasi/disinfeksi
dibutuhkan untuk membunuh mikroorganisme. Singkatnya, perawatan kimiawi saluran akar
dapat dibagi menjadi irigan, pembilas, dan medikamen setiap kunjungan. Beberapa penelitian
telah dilakukan pada antibiotik sebagai irigan dan medikamen saluran akar.
Sejarah
Antibiotik pertama kali ditemukan pada 1928 tetapi belum digunakan rutin secara klinis hingga
pada awal 1940 selama Perang Dunia II. Sebelumnya, sebagian besar kematian disebabkan oleh
infeksi bakteri luka dibandingkan karena luka itu sendiri. Penggunaan antibiotik menjadi popular
karena penyembuhan luka yang cepat dari para personel militer dan popularitas ini berlanjut
setelah perang berakhir.
Antibiotik menjadi tambahan yang sangat penting pada armamentarium yang tersedia
untuk praktisi kesehatan dalam penanganan infeksi bakteri. Tidak diragukan bahwa praktisi
sering menggunakannya untuk menyelamatkan hidup yang mungkin tidak dapat dilakukan jika
antibiotik tidak tersedia. Selama beberapa dekade, antibiotik telah diterapkan pada disiplin yang
berbeda dalam pengobatan dan kedokteran gigi. Pada endodontik dan traumatologi dental,
antibiotik dapat diaplikasikan secara sistemik (oral dan parental) dan lokal.
Penggunaan antibiotik secara lokal pada perawatan endodontik pertama kali dilaporkan
pada 1951 ketika Grossman menggunakan pasta polyantibiotik sebagai PBSC (penicillin,
bacitracin, streptomycin, dan caprylate sodium). PBSC mengandung penicillin dengan target
organisme gram positif, bacitracin untuk strains resisten penicillin, streptomycin untuk
organisme gram negatif, dan caprylate sodium untuk yeasts. Kandungan tersebut semuanya
dikandung dalam bentuk silicone. Selanjutnya, nistatin menggantikan caprylate sodium sebagai
agen anti jamur pada medikamen serupa, PBSN.

Alasan aplikasi antibiotik lokal
Sementara antibiotik sistemik tampaknya efektif secara klinis sebagai tambahan pada
bedah tertentu dan kasus endodontik nonbedah, penggunaannya bukanlah tanpa risiko potensial
dari efek sistemik yang merugikan, terutama kemungkinan reaksi alergi, toksisitas, efek samping
dan perkembangan strain resisten dari mikroba. Juga, penggunaan sistemik dari antibiotik
bergantung pada sirkulasi untuk membawa obat aktif pada daerah yang terinfeksi yang mungkin
tidak memiliki vaskularisasi normal, meliputi pulpa gigi nekrotik dan jaringan periradikuler.
Oleh karena itu, aplikasi lokal antibiotikdapat lebih efektif untuk membawa antibiotik.
Ledermix
Ledermix merupakan senyawa antibiotik glukokortikosteroid. Pasta Ledermix dikembangkan
oleh Schroeder dan Triadan pada 1960 dan dirilis untuk dijual di Eropa oleh Lederle
Pharmaceuticals pada 1962. Perhatian utama dari Schroeder dan Triadan pada perkembangan
pasta Ledermix adalah berdasarkan penggunaan kortikosteroid untuk mengontrol nyeri dan
inflamasi. Alasan utama untuk menambahkan komponen antibiotik pada Ledermix adalah untuk
kompensasi corticoid akibat reduksi yang mungkin terjadi akibat respon imun host.
Schroeder dan Triadan awalnya melibatkan chloramphenicol dalam uji coba pertama
mereka, tetapi ketika Lederle Pharmaceuticals menjadi pabrikan, antibiotik diubah menjadi
demeclocycline HCl. Saat ini, pasta Ledermix masih mengkombinasikan antibiotik tetracycline
yang sama, democlocycline HCl (pada konsentrasi 3.2 persen), dan kortikosteroid, triamcinolone
acetonide (konsentrasi 1 persen), pada polyethylene glycol base.
Dua komponen terapeutik dari Ledermix (triamcinolone dan demeclocycline) dapat
berdifusi sepanjang tubulus dentinalis dan sementum untuk mencapai jaringan periodontal dan
periapikal. Abbot dkk menjelaskan tubulus dentinalis merupakan jalur suplai utama dari
komponen aktif ke jaringan periradikuler, dimana foramen apikal tidaklah signifikan sebagai
jalur suplai. Berbagai faktor dapat mempengaruhi suplai komponen aktif ke jaringan
periradikuler. Hal tersebut meliputi ada atau tidaknya smear layer, ada atau tidaknya sementum,
dan adanya bahan lain dalam saluran, misalnya calcium hydroxide.
Konsentrasi demeclocycline pada pasta Ledermix itu sendiri (yang akan ditempatkan
pada saluran akar) cukup tinggi untuk efektif melawan spesies bakteri yang rentan. Namun, pada
bagian periapikal dentin dan jaringan periradikuler, konsentrasi yang diperoleh melalui difusi
tidak cukup untuk melawan bakteri, terutama untuk jangka panjang. Pada penempatan dengan
segera yang dekat dengan saluran akar, level daya hambat demeclocyclyne diperoleh untuk
semua bakteri pada hari pertama aplikasi. Tetapi level ini turun hingga sekitar sepersepuluh level
awal setelah satu minggu pada pertengahan akar dan sepertiga apikal. Lebih lanjut, pada saluran
akar menuju sementum, konsentrasi demeclocycline setelah satu hari tidak cukup tinggi untuk
menghambat pertumbuhan 12 dari 13 strain dari bakteri endodontik yang umum dilaporkan.
Heling dan Pecht mengevaluasi efektifitas pasta Ledermix pada disinfeksi tubulus
dentinalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ledermix dan tetracycline 3 persen pada
hydrous base efektif dalam mengurangi jumlahStaphylococcus aureus pada tubulus dentinalis
setelah tujuh hari inkubasi dan juga setelah rekontaminasi. Setelah 24 jam menjadi tidak efektif.
Abbott menunjukkan bahwa intradental yang menggunakan pasta Ledermix dan semen
Ledermix tidak menghasilkan efek samping sistemik apapun. Pierce dkk menunjukkan bahwa
secara histologi Ledermix mengeliminasi resorpsi akar akibat inflamasi eksternal pada
eksperimen in vivo. Mereka juga menemukan bahwa pasta Ledermix tidak menimbulkan efek
kerusakan pada membran periodontal dan bahwa pasta ini merupakan medikasi yang efektif
untuk perawatan resorpsi akar yang progresif pada gigi yang mengalami trauma. Taylor dkk
mengevaluasi efek pasta Ledermix dan pasta Pulpdent pada fibroblast tikus dan bakteri in vitro.
Pengenceran pasta Ledermix, pasta Pulpdent dan campuran antara pasta Ledermix dan
Pasta Pulpdent dengan bagian dan berat yang sama, ditambahkan pada kultur in vitro fibroblast
tikus atau bakteri selama 24 jam. Berbagai fungsi sel kemudian diperiksa: mitosis masuk dan
daya tahan fibroblast, serta daya tahan Lactobacillus casei atau Streptococcus mutans. Ledermix
ditemukan menghambat mitosis secara reversibel dalam rentang konsentrasi 10(-3) hingga 10(-6)
mg/ml. Pencampuran dengan Pulpdent tidak merubah efek anti mitosis ini. Ledermix merusak
fibroblast tikus di atas 10(-3) mg/ml, sedangkan Pulpdent merusak pada konsentrasi di atas 1
mg/ml.
Efek toksik Ledermix sedikit dihambat dengan mencampurkannya dengan Pulpdent.
Ledermix membunuh S.mutansdengan konsentrasi yang sama yang membunuh sel mamalia,
tetapi membutuhkan konsentrasi seribu kali lipat lebih besar untuk membunuh L.casei. Pulpdent
membunuh L.casei dan S.mutans pada konsentrasi sekitar seperlima yang membunuh sel
mamalia. Thong dkk membandingkan efek calcium hydroxide (Pulpdent) dan pasta Ledermix
pada penyembuhan periodontal dan resorpsi akar pada replantasi secara histomorfologi. Mereka
menemukan bahwa inflamasi ligamenperiodontal dan inflamasi resorpsi akar dihambat dengan
calcium hydroxide dan antibiotik kortikosteroid pada kelompokkontrol yang tidak dirawat.
Resorpsi replantasi dengan kelompok antibiotik kortikosteroid terendah, dan ligamen
periodontal yang lebih normal secara signifikan terlihat pada kelompok ini dibandingkan calcium
hydroxide dan kelompok kontrol. Wong dan Sae Lim mengevaluasi efek
Ledermix pada intrakanal resorpsi akar pada gigi monyet segera setelah direplantasi. Untuk
kelompok eksperimental, Ledermix intrakanal diaplikasikan sebelum ekstraksi dan replantasi
setelah satu jam dikeringkan. Kelompokkontrol positif adalah akar yang diisi dan replantasi
setelah satu jam sedangkan kontrol negatif akar diisi dan segera direplantasi.
Pada kelompok kontrol negatif, penyembuhan yang memuaskan dan yang tidak
memuaskan secara signifikan tinggi dibandingkan dengan kelompok Ledermix. Kelompok
Ledermix hanya menunjukkan penyembuhan total yang lebih tinggi secara signifikan (35.46%)
dibandingkan kelompok kontrol positif (16.58%), tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan
dengan resorpsi akar inflamasi dan resorpsi replantasi. Namun, ketika dua pola penyembuhan
terakhir yang tidak memuaskan digabungkan, ada penyembuhan yang tidak memuaskan yang
secara keseluruhan lebih rendah pada kelompok Ledermix (64.54%) jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif (83.43%). Hasil penyembuhan ini pada kelompok Ledermix,
bagaimanapun, secara signifikan tidak berbeda dari hasil penyembuhan yang memuaskan dengan
bentuk perawatan yang sama. Bryson dkk mengevaluasi efek penempatan intracanal dari pasta
Ledermix pada penyembuhan gigi anjing yang direplantasi segera setelah waktu pengeringan
yang diperpanjang (satu jam). Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar yang dirawat pasta
Ledermix secara statistik signifikan pada penyembuhan yang lebih baik dan resorpsi lebih sedikit
dibandingkan gigi yang dirawat dengan Ca(OH)2.
Pengisian akar dengan pasta Ledermix juga berakibat pada hilangnya massa akar yang
secara signifikan lebih kurang akibat resorpsi, dibandingkan dengan akar yang diisi dengan
Ca(OH)2. Chen dkk mengevaluasi pengaruh individual triamcinolone dan demeclocycline pada
resorpsi akar eksternal setelah waktu pengeringan ekstraoral yang diperpanjang (satu jam). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang dirawat dengan Ledermix, triamcinolone, dan
demeclocycline secara statistik lebih signifikan penyembuhannya dibandingkan kelompok yang
diisi dengan gutta-percha yang direplantasi setelah satu jam waktu kering (kontrol positif). Tidak
ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok Ledermix dan kelompok
triamcinolone, sementara kelompok tetracycline menunjukkan penyembuhan yang kurang
memuaskan dibandingkan kontrol negatif, kelompok Ledermix, dan kelompok triamcinolone.
Mereka menyimpulkan bahwa kortikosteroid dan tetrasiklin, sebagai agen antiinflamasi dan
antiresorpsi, menekan atau meminimalkan reaksi inflamasi meliputi clastic-cells resorpsi,
sehingga mendukung penyembuhan yang lebih memuaskan dibandingkan kelompok kontrol
positif, yang tidak memiliki medikamen intracanal.
Lebih lanjut, mereka memperkirakan bahwa pada luka traumatik yang parah, dimana
daerah periodontal yang luas dari inflamasi periodontal telah diketahui, menghilangkan pulpa
dan menempatkan kortikosteroid pada saluran pada saat kunjungan akan menjadi protokol
standar.
Trope mengevaluasi hubungan medikamen intrakanal terhadap endodontic flare-ups.
Formocresol, Ledermix, dan kalsium hidroksida secara berurutan dari ada atau tidaknya gejala
atau tanda radiografi dari apical periodontitis. Trope menemukan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan pada tingkat flare-up pada ketiga medikamen intrakanal. Ehrmann dkk
menyelidiki hubungan nyeri pasca operasi dengan tiga medikamen intrakanal yang ditempatkan
pada saluran akar setelah debridemen biomekanik selesai dilakukan pada sistem saluran akar
pada pasien dengan nyeri. Mereka menemukan bahwa gigi yang sakit dengan periodontitis apical
akut yang dressing dengan pasta Ledermix mengurangi rasa sakit pada pasien dibandingkan
pasien yang dressing dengan calcium hydroxide, atau tanpa dressing.
Kim dkk menyelidiki efek pasta Ledermix sebagai medikamen intrakanal pada
diskolorisasi gigi permanen, apakah efek diskolorisasi berhubungan dengan metode aplikasi,
seperti halnya efek sinar matahari pada diskolorisasi gigi permanen. Hasil menunjukkan bahwa
setelah 12 minggu, paparan sinar matahari menyebabkan stain abu-abu gelap-coklat pada gigi
pada kelompok Ledermix, tetapi tidak terjadi ketika gigi tetap disimpan dalam gelap. Lebih
banyak stain terjadi ketika ruang pulpa diisi dengan pasta Ledermix dibandingkan ketika pasta
terpisah di bawah CEJ.
Mereka menyatakan bahwa jika penempatan Ledermix terpisah di bawah margin
gingival, efek tersebut dapat diminimalkan. Pada penelitian lain, mereka menyelidiki bahwa efek
pasta Ledermix sebagai medikamen intrakanal pada diskolorisasi gigi permanen, apakah efek
diskolorisasi berhubungan dengan metode aplikasi, sebagaimana halnya efek sinar matahari pada
diskolorisasi gigi permanen. Setelah 12 minggu, paparan sinar matahari menyebabkan stain abu-
abu gelap-coklat pada kelompok Ledermix tetapi tidak terjadi jika gigi tetap berada pada daerah
gelap. Stain yang lebih parah terjadi jika ruang pulpa diisi pasta Ledermix dibandingkan jika
pasta terpisah di bawah CEJ dan jika gigi terkena paparan sinar matahari.
Jika dibandingkan dengan hasil dari penelitian serupa menggunakan gigi permanen,
hasilnya sama tetapi gigi immature stainnya lebih parah dibandingkan gigi dewasa. Pasta
Ca(OH)2 menyebabkan peningkatan cahaya dan warna kuning pada gigi immature.
Kombinasi Ledermix dan Calcium Hydroxide
Kombinasi pasta Ledermix dengan calcium hydroxide diperkenalkan oleh Schroeder.
Awalnya digunakan untuk perawatan gigi nekrotik dengan pembentukan akar yang tidak
sempurna. Campuran 50-50 pasta Ledermix dan calcium hydroxide juga dianjurkan sebagai
intrakanal dressing pada kasus saluran akar yang terinfeksi, nekrosis pulpa, dan infeksi dengan
pembentukan akar yang tidak sempurna (sebagai dressing awal sebelum hanya menggunakan
calcium hydroxide untuk apeksifikasi), perforasi, inflamasi resorpsi akar, inflamasi resorpsi
tulang periapikal, dan untuk perawatan lesi radiolusen periapikal yang luas. Telah ditunjukkan
bahwa campuran 50-50 menyebabkan pelepasan yang lebih lambat dan difusi komponen aktif
dari pasta Ledermix, yang membuat medikamen bertahan lama pada kanal. Hal ini membantu
mempertahankan sterilitas akar untuk waktu yang lebih lama dan juga mempertahankan
konsentrasi yang lebih tinggi dari semua komponen dalam saluran.
Campuran 50-50 pasta Ledermix dan pasta calcium hydroxide tidak merubah pH dan
oleh karena itu diperkirakan bahwa campuran akan bereaksi dalam pola yang sama ketika hanya
calcium hydroxide yang digunakan. Taylor dkk menunjukkan bahwa untuk dua indikator
mikroorganisme, L.casei dan S.mutans (yang merupakan kariogen), campuran 50-50 secara
marginal lebih efektif dibandingkan pasta lain yang digunakan sendirian. Namun, Seow
mengemukakan bahwa untuk S.sanguins dan S.aureus, penambahan dari hanya 25 persen
volume Calyxl (calcium hydroxide pada pasta saline) (Otto and Co, Frankfurt, Jerman) pada
Ledermix menjadikan daya hambat total pada daerah yang umumnya hanya terjadi daya hambat
sebagian. Penelitian terakhir menyarankan bahwa beberapa medikamen sebaiknya tidak
digunakan dalam kombinasi, dan bahwa jika dua medikamen dengan aktivitas mikrobial yang
kuat dikombinasikan, dapat tidak terjadi efek sinergisti atau aditif.
Chu dkk membandingkan keefektifan disinfeksi saluran akar dengan radiolusensi
periapikal ketika dirawat dengan antibiotik/medikamen steroid lainnya (Ledermix atau
Septomixine) atau pasta calcium hydroxide (Calasept, Speiko, Darmstadt, Jerman). Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa pada kelompok Ledermix, 38 strains bakteri
disembuhkan. Kelompok Septomixine dengan 25 strains, dan kelompok Calasept dengan 25
strains. Bakteri gram-positif fakultatif anaerob cocci (meliputi staphylococci dan streptococci)
merupakan yang paling sering dibandingkan gram negatif obligat anaerob rods setelah perawatan
pada ketiga kelompok.
Septomoxine Forte
Septomixine Forte (Septodont, Saint-Maur, Perancis) mengandung dua antibiotik:
neomycin dan polymixin B sulphate. Keduanya dapat dipertimbangkan untuk digunakan
melawan bakteri endodontik yang umum dilaporkan karena aktifitas spektrum yang tidak sama.
Neomycin merupakan bakterisidal melawan gram negatif bacilli tetapi tidak efektif melawan
bacteriodes dan spesies yang berhubungan, seperti halnya melawan jamur. Polymixin B sulphate
tidak efektif melawan bakteri gram positif, seperti yang dikemukakan oleh Tang dkk yang
mendemonstrasikan bahwa aplikasi rutin Septomixine Forte selama satu minggu tidak efektif
dalam menghambat pertumbuhan bakteri intrakanal yang tersisa selama kunjungan. Selain itu,
meskipun agen anti inflamasi (kortikosteroid), dexamethasone (pada konsentrasi 0.05%), efektif
secara klinis, triamcinolone dianggap memiliki efek samping sistemik yang lebih rendah.
Clindamycin
Clindamycin efektif melawan banyak patogen endodontik, meliputi actinomyces,
eubacterium, fusobacterium, propionobacterium, microaerophilic streptococci, peptococcus,
peptostreptococcus, veillonella, prevotella, dan porphyromonas. Secara khusus efektif melawan
black-pigmented prevotella dan spesies porphyromonas secara in vitro.
Molander dkk menyelidiki efek clindamycin pada infeksi saluran akar ketika digunakan
sebagai dressing intrakanal. Capsul clindamycin 150 mg dicampur dengan air steril dan
digunakan pada saluran akar yang terinfeksi. Setelah pengambilan sampel awal bakteriologi dan
instrumentasi rutin, serbuk clindamycin dicampur menjadi pasta dengan saline yang
diaplikasikan selama 14 hari. Ada atau tidaknya bakteri ditentukan pada sampel yang diambil
segera setelah pengangkatan dressing, dan setelah periode tujuh hari selama dimana kanal diisi
dengan cairan sampling. Hasil mengindikasikan bahwa clindamycin tidak lebih menguntungkan
dibandingkan dressing saluran akar konvensional, misalnya seperti calcium hydroxide. Namun,
konsentrasi obat aktif dan kemampuannya untuk penetrasi ke dalam pada sistem saluran akar
belumlah jelas. Tidak ada kontrol negatif yang digunakan.
Namun, pasta clindamycin berhasil dalam mengeliminasi perkembangan bakteri pada 21
dari 25 gigi yang diuji selama 14 hari. Pada empat gigi, enterococci merupakan flora yang
dominan meskipun telah dilakukan perawatan antibiotik. Gilad dkk mengevaluasi efektifitas
clindamycin pada ethylene vinyl acetate, EVA, dalam mereduksi perkembangan bakteri in
vitro. Serat clindamycin diproduksi sebagai berikut: 0.075 g calcium phosphate monobasic yang
dikombinasikan dengan 10 ml air suling, dan ditambahkan pada larutan yang mengandung 0.050
g clindamycin phosphate dan 10 ml air suling. Kombinasi larutan kemudian lyophilized selama
24 jam, dan serbuk hasil disaring untuk memperoleh ukuran partikel 45 microns yang sama.
Powder (125 mg) dikombinasikan dengan 375 mg partikel EVA dan diproses melalui ekstrusi
plastometer pada diameter 2 mm, 1 mm, dan 0.5 mm.
Extrusion akhir menghasilkan 250 mm-long fiber, dengan dosis akumulasi rata-rata 0.2
mg serat clindamycin/mm. Hasil dari uji sensitifitas bakteri menunjukkan bahwa pada
konsentrasi 10 microgram/ml, semua bakteri yang diuji menunjukkan tingkat daya hambat yang
bervariasi, terutama P.intermedia, diikuti dengan F.nucleatum, P.micros, dan S.intermedius.
Mereka juga menemukan bahwa serat clindamycin/EVA secara signifikan mengurangi jumlah
bakteri yang ada pada gigi manusia yang diekstraksi. Lebih lanjut, serat clindamycin/EVA
menunjukkan kemampuan untuk melepaskan obat aktif selama sedikitnya dua minggu.
Lin dkk membandingkan efek antibakteri dari clindamycin dan tetracycline pada model
tubulus dentinalis, seperti halnya menggunakan uji difusi agar. Hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa clindamycin secara signifikan mengurangi jumlah bakteri pada setiap
lapisan dentin dibandingkan dengan tetrasiklin. Uji difusi agar dimana pengenceran 1/3 dan 1/9
digunakan, menunjukkan bahwa kedua medikamen memiliki aktifitas antibakteri, tetapi
clindamycin secara signifikan lebih baik. Pada pengenceran 1/27, clindamycin memiliki efek
yang kecil dan tetracycline tidak memiliki efek sama sekali.
Triple antibiotic paste
Infeksi sistem saluran akar dianggap sebagai infeksi polimikroba, terdiri atas bakteri
aerob dan anaerob. Karena kompleksitas dari infeksi saluran akar, tampak bahwa setiap
antibiotik tunggal dapat berakibat pada sterilisasi yang tidak efektif pada kanal. Besar
kemungkinan kombinasi akan dibutuhkan. Kombinasi antibiotik juga akan menurunkan
kemungkinan dari perkembangan strains bakteri resisten.
Kombinasi yang paling menjanjikan terdiri atas metronidazole, ciprofloxacin, dan
minocycline. Sato dkk mengevaluasi potensi campuran ciprofloxacin, metronidazole, dan
minocycline untuk membunuh bakteri pada lapisan yang dalam dari dentin saluran akar in situ.
Hasil menunjukkan bahwa tidak ada bakteri yang teratasi dari dentin yang terinfeksi pada
dinding saluran akar 24 jam setelah aplikasi kombinasi obat, kecuali pada satu kasus dimana
sedikit bakteri diatasi.
Hoshino dkk menyelidiki efek antibiotik dari campuran ciprofloxacin, metronidazole, dan
minocycline, dengan dan tanpa tambahan rifampicin, pada bakteri yang diambil dari dentin
dinding saluran akar yang terinfeksi. Efektifitas juga ditentukan dalam melawan bakteri dari
dentin karies dan pulpa yang terinfeksi, yang dapat menjadi prekursor bakteri dari dentin akar
yang terinfeksi. Mereka menemukan bahwa pada penggunaan tunggal, tidak ada obat yang
secara total mengeliminasi bakteri. Namun, dalam kombinasi, obat-obat tersebut dapat secara
konsisten mensterilkan semua sampel. Iwaya dkk melaporkan premolar kedua mandibula yang
nekrotik dengan keterlibatan periapikal dan traktus sinus.
Protokol perawatan saluran akar standar dan apeksifikasi, agen antimikroba
(metronidazole dan ciprofloxacin) digunakan pada saluran akar, setelah saluran akar dibiarkan
kosong. Pemeriksaan radiografi menunjukkan dimulainya penutupan apikal lima bulan setelah
selesainya protokol antimikrobial. Ketebalan dinding kanal dan penutupan apikal secara
sempurna dikonfirmasi 30 bulan setelah perawatan, mengindikasikan potensi revaskularisasi dari
pulpa gigi permanen yang masih muda pada ruang saluran akar yang bebas bakteri. Takushige
dkk mengevaluasi efektifitas pasta poliantibiotik yang terdiri atas ciprofloxacin, metronidazole,
dan minocycline, pada hasil klinis yang disebut dengan Lesion Sterilization and Tissue Repair,
LSTR, terapi pada gigi sulung dengan lesi periradikuler. Hasil menunjukkan bahwa pada semua
kasus, gejala klinis seperti pembengkakan gingiva, traktus sinus, nyeri rangsangan, nyeri
spontan, dan nyeri saat menggigit, menghilang setelah perawatan, meskipun pada keempat kasus
tanda dan gejala klinis akhirnya diatasi hanya setelah perawatan ulang dengan menggunakan
prosedur yang sama. Dengan demikian, jika ada abses gingiva dan fistula, akan menghilang
setelah beberapa hari.
Gigi permanen pengganti erupsi tanpa kelainan apapun atau ditemukan normal secara
radiografi dan pada proses erupsi. Semua kasus yang dievaluasi menunjukkan keberhasilan.
Rata-rata waktu fungsi gigi sulung adalah 680 hari (range: 68-2.390 hari), kecuali untuk satu
kasus dimana gigi permanen pengganti tidak ada karena faktor kongenital. Windley dkk menilai
efektifitas triple antibiotic pasta pada gigi anjing yang belum dewasa dengan periodontitis apikal.
Saluran diberi tanda sebelum (S1) dan sesudah irigasi (S2) dengan 1.25% NaOCl dan setelah
dressing dengan triple antibiotic paste (S3), yang terdiri atas metronidazole, ciprofloxacin, dan
minocycline. Pada S1, 100% dari sampel yang dikultur, positif bakteri dengan rata-rata nilai
CFU 1.7x10. Pada S2, 10% dari sampel yang dikultur, bebas bakteri dengan rata-rata nilai CFU
1.4x10. Pada S3, 70 persen dari sampel yang dikultur, bebas bakteri dengan rata-rata nilai CFU
hanya 26. Berkurangnya rata-rata nilai CFU antara S1 dan S2, serta antara S2 dan S3, signifikan
secara statistik.

Metronidazole
Metronidazole merupakan senyawa nitroimidazole yang memiliki spektrum luas dari
aktifitas melawan protozoa dan bakteri anaerob. Diketahui memiliki aktifitas antibakteri anaerob
cocci yang kuat, sebagaimana halnya gram negatif dan gram positif bacilli, keduanya telah
digunakan dan secara topikal digunakan pada perawatan penyakit periodontal. Metronidazole
dengan cepat menembus membran sel bakteri, yang kemudian akan mengikat pada DNA,
merusak struktur helix, dan menyebabkan kematian sel yang cepat. Roche dan Yoshimori
menyelidiki aktifitas metronidazole melawan abses odontegenik pada isolasi klinis in vitro. Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa metronidazole memiliki aktifitas yang baik dalam
melawan bakteri anaerob yang diisolasi dari abses odontogenik tetapi tidak memiliki aktifitas
melawan bakteri aerob.
Siqueira dan deUzeda menyelidiki aktifitas antibakteri dari 0.12% metronidazole gel;
10% metronidazole gel; calcium hydroxide dan camphorated paramonochlorophenol (CPMC);
dan calcium hydroxide dan gliserin menggunakan uji difusi agar. Hasil menunjukkan bahwa
calcium hydroxide/pasta CPMC efektif melawan semua bakteri strains yang diuji. Chlorhexidine
juga menghambat semua strains, sama efektifnya dengan calcium hydroxide/pasta CPMC
melawan semua strains.
Metronidazole juga menghambat pertumbuhan semua anaerob obligate yang diuji dan
lebih efektif dibandingkan calcium hydroxide/CPMC dalam melawan dua strains. Pada
penelitian lain, Lima dkk menyelidiki efektifitas chlorhexidine atau antibiotik dalam
mengeliminasi biofilm E.faecalis. Mereka menemukan bahwa ada perbedaan signifikan antara
formulasi yang diuji. Hubungan clindamycin dengan metronidazole secara signifikan
mengurangi jumlah sel dalam one-day biofilm. Namun, dari semua medikasi yang diuji, hanya
2% chlorhexidine mengandung medikasi yang dapat mengeliminasi sebagian besar one-day dan
three-day biofilm E.faecalis.
Wang dkk mengeliminasi efek metronidazole-chlorhexidine pada perawatan chronic
periodontitis apikal. Mereka menemukan bahwa tingkat efektifitas perawatan metronidazole-
chlorhexidine adalah 97.6%. Yu dkk mengevaluasi efek pasta yang dibuat dari erytromycin
ethylsuccinate, metronidazole, dan CP dalam mensterilkan saluran akar. Observasi klinis dari
180 pasien dengan apex akar pada periodontitis akut dan kronik menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara erythromycin-ethylsuccinate-metronidazole-CP dengan
formocresol dalam sterilisasi saluran akar. Oleh karena itu, iritabilitas dan tingkat toksik dari
pasta dapat dikurangi dengan menggunakan erythromycin-ethylsuccinate-metronidazole-CP
dibandingkan FC.
Mereka menyimpulkan bahwa sterilisasi saluran akar dengan erythromycin-
ethylsuccinate-metronidazole-CP aman dan efektif dalam restorasi penyakit apex akar. Gao dkk
menyelidiki pelepasan yang berkelanjutan gutta percha point yang mengandung metronidazole,
SRDGM, untuk disinfeksi saluran akar, dan menentukan konsentrasi obat in vitro dan waktu
yang menentukan konsentrasi obat efektif. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa
SRDGM mengandung metronidazole 2013 microgram; yang dapat melepaskan 68.24% dari total
obat dalam 24 jam in vitro. Konsentrasi metronidazole efektif melepaskan paling lama lebih dari
10 hari. Pada hari kesepuluh, juga ada 33.13 microg/ml metronidazole yang dilepaskan, yang
lebih dari konsentrasi daya hambat minor metronidazole.
Hoelscher dkk mengevaluasi efek antimikroba dari lima antibiotik (amoxicillin,
penicillin, clindamycin, metronidazole, dan doxycycline) ketika ditambahkan pada Kerr Pulp
Canal Sealer EWT dalam melawan E.faecalis. Mereka menemukan bahwa semua antibiotik yang
disebutkan, kecuali metronidazole, dapat meningkatkan efektifitas antimikroba pada sealer.
Krithikadarra dkk menyelidiki disinfeksi tubulus dentinalis menggunakan 2% chlorhexidine gel,
2% metronidazole gel, bioactive glass (S3S4) dibandingkan dengan calcium hydroxide. Hasil
penelitian mereka menunjukkan bahwa persentase daya hambat keseluruhan dari pertumbuhan
bakteri (pada kedalaman 200 microm dan 400 microm) adalah 100% dengan 2% chlorhexidine
gel. Daya hambat pertumbuhan adalah sedang dengan 2% metronidazole gel (86.5%), diikuti
dengan bioactive glass (62.8%) dan calcium hydroxide (58.5%).
Efek samping potensial
Ketika klinisi membuat keputusan apakah akan meresepkan antibiotik atau tidak dalam
hubungannya dengan perawatan endodontik, penting untuk mengenali risiko dan efek samping
dari antibiotik. Penggunaan antibiotik tidak berbeda dengan medikasi lain dalam keuntungan
penggunaannya yang harus memperhatikan risiko yang ada, dari perspektif perawatan langsung
pasien dan masalah kesehatan publik global. Efek samping antibiotik yang umumnya diresepkan
untuk infeksi antibiotik adalah reaksi hipersensitif dan drug fever terhadap penicillin dan
antibiotik lactam lainnya, pseudomembraneous colitis, yang kadang-kadang terjadi pada
clindamycin atau antibiotik lain, nausea, muntah, dan distress gastrointestinal umum dengan
macrolides, fotosensitifitas yang dapat disertai dengan toksisitas renal dan tetracycline yang
dihubungkan dengan penggunaan aminogycosides.
Efek samping hipersensitifitas lebih umum terjadi pada lactam antibiotic, dan drug rash,
serum sickness, dan reaksi anafilaktik yang harus dikenali baik oleh klinisi. Drug fever
merupakan efek samping hipersensitifitas antibiotik yang paling umum. Drug fever terjadi pada
10-15% demam yang tidak dapat dijelaskan pada pasien rumah sakit di AS, dan dapat terjadi
dengan medikasi lain, tetapi umumnya dengan lactam dan sulfonamide. Efek samping
gastrointestinal umum terjadi pada banyak medikasi, khususnya pada antibiotik macrolide.
Clarithromycin (seperti Biaxin XL) dan azithromycin yang berhubungan dengan kurangnya
irigasi GI dibandingkan erythromycin.
Diare merupakan gejala yang paling sering dari distress GI pada pasien dengan
macrolides, lactam atau clindamycin, dan iritasi langsung pada mukosa intestinal atau
ketidakseimbangan flora intestinal. Seperti yang ditekankan sebelumnya, satu jenis komplikasi
antibiotik akibat ketidakseimbangan mikrobial adalah pertumbuhan clostridium difficile,
menyebabkan pseudomembraneous colitis, kondisi yang jarang terjadi namun serius. Kondisi ini
dapat berkembang hingga enam minggu setelah berakhirnya terapi dan biasanya disebabkan oleh
clindamycin, ampicillin, atau cephalosporins, terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Satu efek samping yang paling serius yang paling sering terjadi, penggunaan antibiotik
secara sembarangan, tidak hanya bagi individu pasien tetapi juga dari perspektif kesehatan
publik global, yaitu meningkatnya resistensi strain bakteri. Seperti yang ditekankan sebelumnya,
persentase -lactamase-postive bakteri cenderung meningkatkan infeksi endodontik pada pasien
sebelum penggunaan -lactam antibiotik.
Kelompok mikroorganisme lain yang menjadi bakteri resisten obat yang paling serius
adalah enterococci.Enterococci, khususnya E.faecalis dan E.faecium, merupakan yang
mikroflora yang paling umum pada saluran akar pada kegagalan kasus endodontik.
Kesimpulan
1. Aplikasi lokal antibiotik pada sistem saluran akar dapat lebih efektif dalam mendistribusikan
obat dibandingkan sistemik.
2. Ledermix, campuran antibiotik glukokortikosteroid, memiliki efek anti inflamasi, antibakteri,
dan kemampuan antiresorpsi, yang akan membantu mengurangi reaksi inflamasi periapikal
meliputi resorpsi clastic-cell. Bahan ini secara signifikan memiliki insiden inflamasi dan resorpsi
replantasi yang lebih rendah. Dengan demikian mendorong penyembuhan yang memuaskan pada
replantasi gigi.
3. Campuran 50;50 pasta Ledermix dan calcium hydroxide telah dianjurkan sebagai dressing
intrakanal pada kasus saluran akar terinfeksi tanpa pulpa, nekrosis pulpa dan infeksi dengan
pembentukan akar yang tidak sempurna (apeksifikasi), perforasi, resorpsi akar inflamasi, resorpsi
tulang periapikal inflamasi, dan untuk perawatan lesi periapikal radiolusen yang luas.
4. Clindamycin tunggal atau dalam ethylene vinyl acetate dapat mengurangi perkembangan bakteri
dalam sistem saluran akar (meliputi tubulus dentinalis) secara signifikan.
5. Triple antibiotic paste terdiri atas metronidazole, ciprofloxacin, dan minocycline, telah
dilaporkan sangat efektif pada disinfeksi sistem saluran akar.
Efek samping antibiotik yang umumnya diresepkan untuk infeksi endodontik (penicillin)
memiliki reaksi hipersensitif dan dru

Vous aimerez peut-être aussi