Vous êtes sur la page 1sur 3

MUMIN SEJATI

Berdasarkan derajat keimanan yang dimiliki seorang muslim, dikenal tiga derajat
keimanan, yakni muslim, mukmin, dan muttaqin. Seseorang dikatakan muslim jika dia
sudah mengaku beragama islam (bersyahadat), terlepas apakah dia benar-benar
melaksanakan syariat agamanya ataupun tidak. Sedangkan mukmin adalah seseorang
yang beragama muslim, dan sudah melaksanakan syariat agamanya, tetapi dalam
melaksanakan syariatnya belum sempurna. Misalnya saja, dia sudah melaksanakan shalat,
tetapi shalat yang dilakukannya hanya sebatas perbuatan fisik, tidak menimbulkan
pengaruh terhadap karakter dan perilakunya. Kedua tingkatan derajat keimanan ini belum
dapat dikatakan sebagai keimanan yang sempurna, karena untuk dapat dikatakan
memiliki iman yang sempurna, seseorang harus sudah mencapai derajat takwa
(muttaqiin). Takwa merupakan derajat keimanan yang tertinggi dari seorang muslim.
Orang seperti apakah yang layak dikatakan sebagai orang yang bertakwa (muttaqiin)?
Mari kita telaah ayat Alquran berikut ini:


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah
imanmereka(karenanya)dankepadaTuhan-lahmerekabertawakal,
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang
Kamiberikankepadamereka.
Itulahorang-orangyangberimandengansebenar-benarnya.Merekaakanmemperolehbeberapa
derajatketinggiandisisiTuhannyadanampunansertarezeki(nikmat)yangmulia.

Ketiga ayat di atas secara gamblang menjelaskan bagaimana karakter atau ciri yang
harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat mencapai derajat keimanan yang
tertinggi...derajat mukmin sejati....yakni derajat orang yang bertaqwa (muttaqiin).
Berdasarkan ayat di atas, ciri seorang mukmin sejati adalah:
1. Bergetar hatinya saat disebut asma Allah.
Seseorang yang memiliki derajat takwa, saat mendengar nama Allah seketika
hatinya akan bergetar. Bergetar disini maksudnya adalah hatinya akan tersentuh,
tergerak, terpanggil, serta akan bersegera memenuhi panggilan Allah untuk
beribadah. Contohnya, ketika mendengar adzan dikumandangkan, maka jika kita
tergolong kedalam orang-orang mukmin, dengan segera hati kita akan tersentuh,
terpanggil, dan dengan segera kita akan memenuhi panggilan-Nya untuk
melaksanakan shalat. Pertanyaannya adalah apakah hati kita sudah memiliki
karakter seperti ini?

2. Bertambah Iman mereka saat dibacakan kepadanya ayat-ayat Allah.
Yang dimaksud dengan ayat-ayat Allah di sini adalah tanda-tanda kekuasaan
Allah, baik berupa ayat-ayat kauliyah, maupun ayat-ayat kauniyah. Ayat-ayat
kauliyah adalah ayat-ayat Allah berupa firman-Nya dalam Alquran, sedangkan
ayat kauniyah adalah ayat-ayat berupa tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dapat
dilihat dari seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Jika kita termasuk orang yang sudah mencapai derajat taqwa, maka ketika
mendengar ayat Allah dibacakan, bertambahlah iman kita, meningkatlah iman
kita, dan semakin kokohlah keyakinan kita. Ketika kita melihat keindahan,
kesempurnaan, dan keajaiban ciptaan-Nya, tersentuhlah hati kita, terucap pujian
dari lisan kita, subhanallah... terkagumlah akal kita, dan bertambah pulalah
keyakinan kita akan keagungan dan kemahakuasaan Allah. Lebih dari itu, saat
seorang mukmin sejati ditimpa kepayahan, sakit, bahkan terkena musibah, yang
keluar dari lisannya bukanlah rintihan, dumalan, apalagi umpatan, tapi yang
keluar dari lisannya hanyalah tasbih, tahmid, dan tahlil yang disertai ikhlasnya
hati, kesabaran yang tinggi, dan keyakinan yang pasti akan pertolongan Allah.
Apakah kita sudah seperti demikian dalam keseharian kita?
3. Tawakkal kepada Allah.
Tawakkal dimaknai sebagai penyerahan diri secara total kepada Allah setelah
ikhtiarnya disempurnakan. Tawakkal bukanlah kemalasan dengan alasan berserah
diri, bukanlah pula kerja keras dengan takabur. Tawakkal adalah puncak roja
(pengharapan) seorang hamba kepada khalik-Nya, setelah ia menyempurnakan
usahanya.
Saat seorang mukmin sejati memiliki suatu harapan, dia tak akan hanya
berpangku tangan dan menyerahkannya pada nasib. Sebaliknya, dia akan
melakukan berbagai ikhtiar sepenuh hati dan tenaga, disertai kemurnian dan
keikhlasan hati. Kemudian, segala usahanya akan ia iringi dengan tulusnya doa.
Tidak cukup sampai di situ, kesemuanya akan dia sempurnakan dengan
penyerahan diri secara total dan pengharapan sepenuh hati hanya kepada Sang
Khalik Allah Subhanahu Wataala. Tawakkalkah kita atas segala usaha atas segala
sesuatu yang sudah kita lakukan?

4. Mendirikan shalat.
Mendirikan shalat sudah tentu akan berbeda maknanya dengan hanya
melaksanakan shalat. Shalat seorang mukmin sejati bukanlah shalat tanpa ruh,
bukan hanya gerakan tubuh tanpa makna, dan bukan pula sebatas bacaan hampa
arti. Shalat seorang mukmin adalah shalat yang berlandaskan keyakinan penuh,
setiap gerakan shalatnya syarat makna dan kekhusyuan, setiap bacaannya adalah
doa penuh penghayatan, keikhlasan, pengharapan, kecintaan, dan rasa takut hanya
kepada Allah. Lebih dari itu, shalat seorang mukmin akan berefek luar biasa
terhadap sikap, ucap, laku, dan akhlak keseharian. Shalat seorang mukmin adalah
tameng yang akan menjadi perisai terhadap segala macam maksiat dan dosa.
Shalat seperti inikah yang kita lakukan setiap hari?

5. Menafkahkan rizki yang Allah berikan kepadanya.
Menafkahkan rizki adalah menggunakan rizki, khususnya harta, sesuai dengan
kehendak Sang Maha Pemberi Rizki, Allah SWT. Menafkahkan rizki adalah
mengeluarkan dengan ikhlas sebagian rizki yang dimiliki kepada yang berhak,
yakni kepada fakir miskin, anak yatim, dan siapa saja yang lebih
membutuhkannya.
Seorang mukmin sejati tidaklah kikir, takabur, dan berlebihan dalam
menggunakan hartanya. Seorang mukmin sejati tidak pernah merasa rugi apalagi
merasa kehilangan atas semua infak, shadaqah, dan zakat yang telah ia tunaikan.
Yang ada dalam dirinya hanyalah keyakinan yang teguh kepada Allah bahwa
sungguh,.. harta seorang mukmin tidak akan berkurang dengan infak! Yang dia
yakini hanyalah bahwa infak akan mendatangkan berkah yang luar biasa
nikmatnya dari Allah SWT. Sudahkah kita menginfakkan harta kita?

Semoga kita semua memiliki semua karakter-karakter muslim seperti yang
dijelaskan ayat Alquran diatas. Karena, dengan karakter-karakter seperti itulah
kita layak disebut sebagai seorang muslim sejati..seorang mukmin sempurna...
dan seorang muttaqiin dengan sebenar-benarnya taqwa. Dan juga karena dengan
karakter seperti itulah kita layak untuk menikmati indahnya karunia Sang Maha
Pemberi Karunia, Allah SWT.
Semoga karakter mukmin sejati itu adalah karakter kita, sehingga sesuai janji
Allah pada ayat Alquran di atas, kita semua layak mendapatkan sebenar-benar
kemuliaan dari Alloh. Kemuliaan-kemuliaan itu adalah:
1. Kehormatan dengan diangkatnya derajat kita disisi Sang Maha Pemilik
Kemuliaan,
2. Pengampunan atas dosa-dosa kita, dari sang Maha Pengampun, dan
3. Ditambahkan rizki kepada kita dengan rizki yang penuh berkah, dari Sang
Pemilik Semua Kekayaan, Allah Subhanahuwataala.

Dan, semoga mukmin sejati itu....muttaqin itu...penerima kemuliaan-kemuliaan
itu....., tak lain adalah ..KITA. amin...

Attaawun, 28 September 2008
Disarikan dari ceramah Ustadz Beben Mubarok

Vous aimerez peut-être aussi