Vous êtes sur la page 1sur 1

Absolutism: percaya bahwa ada jati diri yang sebenarnya pada manusia yang bisa diidentifikasi,

dideskripsikan, dan bisa digunakan untuk menjelaskan aktifitas mereka. Dan hal tersebut dapat
terungkap jika manusia bisa dipisahkan dengan budaya dan interaksi lingkungan yang mempengaruhi
perilakunya.
Absolutis memandang bahwa variasi budaya yang bermacam-macam itu tidak lebih dari sebuah tirai
tipis yang menutupi kebenaran.
Idenya adalah, jati diri manusia sesungguhnya akan muncul ke permukaan bila hal-hal eksternal
semacam norma budaya, ekspektasi, ideologi, dll dapat dihilangkan. Hasilnya, pendekatan absolutism
lebih menyukai pendektan studi laboratorium yang meminimalkan konteks dan lemah dalam hal
realisasi.
Relativism: Mengkritik keras pandangan absolutism, tidak akan ada insight yang berarti jika mempelajari
manusia namun dilepas dari lingkungannya berinteraksi. Lebih pantas dan masuk akal jika kita fokus
untuk menjelaskan eksistensi manusia sebagaimana kita hidup dan berfungsi dalam lingkungan sekitar
kita.
Sehingga, menemukan 1 hal yang akan cocok untuk digunakan menjelaskan suatu fenomena untuk
seluruh budaya bukan hal yang memungkinkan untuk dilakukan. Karena dari awal, budaya dan beliefs
dari peneliti telah mempengaruhi deskripsi dari apa yang diteliti.
Universalistm: Juga percaya bahwa ada satu true personality dibalik semua perilaku yang muncul dari
individu yang berinteraksi dengan budaya. Namun, absolutis cenderung mengabaikan variasi budaya
sedangkan universalis menganggap variasi budaya merupakan suatu hal yang sangat pnting dan nyata ,
bagaimanapun karakter asli individu yang sebenarnya. Banyak penelitian dengan meode yang
menekankan pada culture-specific dan culture-general. Banyak juga penelitian mengenai psikologi dan
budaya dilakukan menggunakan perspektif ini.

Vous aimerez peut-être aussi