PENGETIAN ADOPSI DAN DIFUS INOVASI DALAM PENYULUHAN
PERTANIAN 1) Pengertian inovasi Pengertian inovasi menurut para ahli : - Menurut Rogers dan Shoemaker (1971) Inovasi adalah suatu ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru. - Menurut Lionberger dan Gwin (1982) Inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru tetapi lebih luas dari itu, yakni sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaruan dalam masyarakat. Secara umum inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu daerah tertentu. Dengan menerapkan hal-hal tersebut besar kemungkinan dapat mendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam segala aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. 2) Pengertian Adopsi Adopsi dalam penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh pada petani atau masyarakat sasarannya. Inovasi yang dimaksud ini dapat berupa ide-ide dalam bercocok tanam, praktek praktek ataupun cara kerja dan juga pola pikir masyarakat tersebut. Penerimaan hal tersebut mengandung makna sampai benar-benar tahu dan dapat melaksanakan atau menerapkan dalam kehidupan dan usaha taninya.
TAHAPAN ADOPSI Pada dasarnya, proses adopsi pasti melalui tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima/menerapkan dengan keyakinannya sendiri, meskipun selang waktu antar tahapan satu dengan yang lainnya itu tidak selalu sama (tergantung sifat inovasi, karakteristik sasaran, keadaan lingkungan (fisik maupun sosial), dan aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh penyuluh). Tahapan-tahapan adopsi itu adalah: 1) awareness, atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. 2) interest, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh. 3) evalution atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek-aspek sosial budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional. 4) trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi. 5) adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilaku-kan/diamatinya sendiri.
UKURAN ADOPSI INOVASI Tergantung pendekatan ilmu yang digunakan, adopsi inovasi dapat diukur dengan beragam tolok-ukur (indikator) dan ukuran (ukuran). Jika menggunakan ilmu komunikasi, adopsi inovasi dapat dilihat jika sasaran telah memberikan tanggapan (respons) berupa perubahan perilaku atau pelaksanaan ke- giatan seperti yang diharapkan (Berlo, 1961). Di lain pihak, jika menggu-nakan pendekatan ilmu pendidikan, adopsi inovasi dapat dilihat dari terjadinya perilaku atau perubahan sikap, penge-tahuan, dan ketrampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tak-langsung (Kibler, 1981). Di lain pihak, Dusseldorf (1981) mengukur tingkat adopsi dengan melihat jenjang partisipasi yang ditunjukkan oleh sasaran penyuluhan (komunikasi pembangunan), yaitu: paksaan, terinduksi, dan spontan. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN ADOPSI Ada beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi inovasi. Suparlan (1981) menyatakan bahwa adopsi inovasi dipengaruhi oleh (a) tidak bertentangan dengan pola kebudayaan yang telah ada, (b) struktur sosial masyarakat dan pranata sosial, dan (c) persepsi masyarakat terhadap inovasi. Kecepatan proses adopsi dipengaruhi oleh klasifikasi pengadopsi, ciri-ciri pribadi, sosial, budaya dan lingkungan serta sumber informasi. Selain faktor-faktor yang telah diuraikan di atas Lionberger dalam Cambell dan Barker (1997) mengatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi adopsi teknologi antara lain, variabel internal (personal), variabel eksternal (situasional) dan variabel kelembagaan (pendukung). Menurut Bulu (2008), melaporkan bahwa faktor-faktor karekateristik pribadi, seperti sikap, motivasi, dan pengetahuan bukan lagi faktor dominan yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi. Lebih lanjut mengatakan bahwa faktor dominan yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi pertanian adalah faktor sosial (modal sosial). Modal sosial merupakan salah satu faktor utama yang mampu menggerakkan semua elemen dalam proses adopsi inovasi. Modal sosial yang semakin kuat secara konsisten meningkat adopsi inovasi pertanian. Sebaliknya tingkat adopsi inovasi yang semakin tinggi secara konsisten memperkuat modal sosial dalam proses adopsi inovasi pertanian. Dengan demikian antara modal sosial dan tingkat adopsi inovasi pertanian mempunyai hubungan timbal balik (saling mempengaruhi) (Bulu, 2008).
SIFAT-SIFAT ADOPSI Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses dimana dikomunikasikannya inovasi kepada petani dalam suatu sistem sosial melalui saluran-saluran komunikasi tertentu, pada suatu kurung waktu tertentu pula (Ray, 1998). Dengan demikian difusi inovasi merupakan salah satu bentuk proses komunikasi antar pihak pengirim dan penerima informasi melalui jaringan tertentu baik jaringan komunikasi maupun kerjasama, sehingga dicapai pengertian yang sama mengenai informasi yang dikomunikasikan. Difusi adalah proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu dari waktu ke waktu diantara anggota sistem sosial (Van Den Ban dan Hawkins, 2000; Cruz, 1987 dalam Valera, 1987). Saluran-saluran yang digunakan dalam menggkomunikasi pesan inovasi merupakan suatu jaringan-jaringan. Informasi inovasi yang dikomunikasikan itu mengacu kepada adanya pemikiran baru, yaitu inovasi sendiri, namun harus mampu memberikan kepercayaan (trust) dan keyakinan bagi pengguna yang menerima informasi tersebut.. Berlangsungnya proses difusi inovasi sebenarnya tidak berbeda dengan proses adopsi inovasi. Dari beberapa pengertian di atas, maka difusi inovasi pertanian diartikan sebagai preses penyebaran inovasi pertanian dari petani yang sudah mengadopsi kepada petani yang belum mengadopsi melalui saluran komunikasi tertentu pada suatu sistem sosial yang sama dalam dimensi waktu yang tertentu. Difusi dari suatu inovasi mengacu pada keseluruhan proses dimana inovasi yang di gelar antar petani sampai sejumlah besar petani sudah mengadopsi. Bukan untuk mengetahui bagaimana petani tertentu bergerak secara bertahap ke arah adopsi, tetapi bagaimana suatu inovasi dapat diadopsi oleh banyak petani. Kecepatan proses difusi inovasi sangat tergantung pada pemanfaatan modal sosial melalui jaringan-jaringan dalam pertukaran informasi inovasi. Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Valera et al., (1987), menunjukkan unsur-unsur yang rumit di dalam difusi dari gagasan baru; dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu, dari waktu ke waktu di antara anggota suatu sistem sosial. Saluran komunikasi digunakan oleh agen perubahan untuk menyebarkan suatu inovasi kepada para klien nya. Saluran media massa adalah yang sering dan paling cepat, merupakan suatu alat yang efisien untuk menjangkau sejumlah besar pendengar atau petani. Saluran hubungan antar pribadi (interpersonal), atau komunikasi tatap muka satu persatu dari klien, memang lebih efektif ketika orang ingin menciptakan suatu sikap baik ke arah suatu inovasi. Waktu adalah suatu faktor penting dalam proses difusi. Dimensi waktu di dalamnya meliputi: Proses keputusan inovasi (adopsi), dimana seseorang melalui pengetahuan pertama menyangkut inovasi sampai pada penolakan atau adopsi; Inovatif dari individu, merupakan hubungan kekeluargaan antara pengadopsi awal pengadopsi akhir dimana seseorang mengadopsi suatu inovasi ketika membandingkan dengan anggota sistem sosial lain; Penentuan tingkat adopsi, di mana pada umumnya di ukur oleh banyaknya anggota sistem yang sudah mengadopsi inovasi itu. Sistem sosial mengacu pada tempat atau masyarakat. Struktur sistem sosial dapat mempunyai suatu pengaruh penting atas gagasan baru. Struktur sistem sosial dapat menghalangi/merintangi atau memudahkan tingkat adopsi dan difusi dari gagasan baru. Norma-Norma, status sosial, peran, posisi, hirarki, dan seterusnya suatu sistem sosial dapat mempengaruhi perilaku dari individu. Model perubahan yang berpengaruh, merupakan kombinasi dari teori Rogers mengenai perilaku manusia dalam proses adopsi dan teori Lewis tentang keseimbangan (Berton, 1972 dalam Ray, 1998). Sifat- sifat inovasi dubedakan menjadi dua, yaitu: Sifat Intrinsik, merupakan sifat nya melekat pada inovasi yang bersangkutan, sidat- sifat ini mencakup: 1) Informasi ilmiah yang melekat 2) Nilai keunggulan 3) Tingkat kerumitan inovasi 4) Tingkat kemudahan mengkomunikasikan 5) Tingkat kemudahan mencoba inovasi 6) Tingkat kemungkinan pemecahan Sifat ekstrinsik adalah sifat menurut keadaan lingkungannya, meliputi: 1) Kesesuaian inovasi dengan lingkungan setempat, baik lingkungan fisi, social- budaya, politik dan kemampuan ekonomi masyarakay 2) Tingkat keunggulan relatif dari inovasi yang ditawarkan atau keunggulan lain yang dimiliki inovasi tersebut dibandingkan dengan teknologi sebelumnya
Daftar Pustaka Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta. Mardikanto, T. dan Sri Sutarni, 1982. Pengaturan Penyuluhan Pertanian. Surakarta : Hapsara. Turinda Corporation Indonesia(TCI). 2009. Tahapan dann ukuran adopsihttp://turindraatp.blogspot.com/2009/11/pengertian-adopsi-dan-inovasi.html (online) diakses tanggal 01 Mei 2014 Turinda Corporation Indonesia(TCI). 2009. Tahapan dann ukuran adopsihttp://turindraatp.blogspot.com/2009/11/pengertian-adopsi-dan-inovasi.html (online) diakses tanggal 01 Mei 2014