2.1 Pengetahuan Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata tahu, yang artinya pandai atau mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami, dan sebagainya. Sedangkan secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, yang berkenaan dengan sesuatu hal. Pengetahuan yang terdapat pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Faktor internal: 1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak pengetahuan seseorang. 2. Pendidikan Pendikan berfungsi untuk memperoleh informasi secara formal. Informasi yang didapatkan kemudian akan diolah dan akan membentuk pola pikir. Sehingga, pendidikan sangat berpengaruh dalam pola pikir seseorang. Pola pikir kemudian akan membentuk pengetahuan, lalu pengetahuan akan membentuk perilaku. Maka secara tidak langsung, pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya, termasuk perilaku seseorang dalam pola hidupnya. 3. Keyakinan Keyakinan adalah nilai-nilai prinsipal yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan bersifat subjektif dan umumnya tidak dapat diganggu gugat. Seringnya, keyakinan didapatkan secara turun temurun tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. 4. Pekerjaan 6
Pekerjaan adalah usaha yang harus dilakukan secara teratur, yang akhirnya menjadi sebuah kebutuhan, untuk menunjang kehidupan pribadi dan kebutuhan keluarga. Melalui pekerjaan, tercipta pula sebuah lingkungan interaksi sosial yang akan menanamkan pengetahuan- pengetahuan baru dalam diri seseorang. 5. Usia Usia adalah lama waktu hidup seseorang mulai dari sejak dilahirkan hingga seseorang berulang tahun terakhir kali. Makin tua usianya, akan semakin matang pula pengetahuan dan pola pikir seseorang terhadap sesuatu hal. 6. Minat Minat merupakan sebuah keinginan atau ketertarikan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat membuat seseorang ingin mengerti lebih jauh dan lebih mendalam tentang sesuatu hal. b. Faktor eksternal: 1. Fasilitas Fasilitas adalah media yang salah satu fungsinya adalah untuk menambah pengetahuan seseorang. Contoh : televisi, radio, majalah, buku, koran, dan sebagainya. 2. Penghasilan Penghasilan yang tinggi membuat seseorang mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Dengan fasilitas yang lebih baik, seseorang dapat memiliki kesempatan untuk mengakses banyak pengetahuan. Sehingga, secara tidak langsung, penghasilan tinggi membuat seseorang memiliki pengetahuan yang lebih luas. 3. Sosial budaya Sistem sosial dan kebudayaan yang berada di dalam keluarga dan masyarakat dapat mempengaruhi persepsi, pola pikir, cara pandang, pengetahuan, dan sikap seseorang terhadap sesuatu. 4. Lingkungan 7
Lingkungan adalah suatu kondisi di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan, persepsi, dan sikap manusia tersebut.
Dari penjelasan di atas, dapat sedikit disimpulkan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi dan menentukan perilaku manusia. Pengetahuan pada seseorang mempunyai 2 aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Dua aspek inilah yang akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu objek atau stimulus. Semakin banyak aspek positif terhadap suatu objek atau stimulus, maka akan semakin positif pula perilaku terhadap objek atau stimulus tersebut. (21)
2.2 Anatomi payudara Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006). Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui (Snell, 2006). (21)
2.3 Kanker payudara Kanker payudara adalah malignan tumor (kanker) yang awalnya dimulai pada sel-sel di payudara. (5) Kanker payudara merupakan penyakit yang mengancam hidup wanita, yang mempengaruhi kepercayaan diri, seksualitas, dan feminitas wanita. (3) Insiden kanker meningkat di seluruh dunia, khususnya di 8
negara-negara berkembang akibat dari populasi lansia dan orang dewasa yang meningkat, merokok, serta meningkatnya adopsi gaya hidup western seperti sedentary lifestyle, alkohol, dan western diet. (14)
Etiologi kanker payudara memang belum diketahui, namun terdapat banyak faktor resiko yang berhubungan dengan kanker payudara. Faktor resiko kanker payudara yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, usia, mutasi genetik (BRCA-1 dan BRCA-2), riwayat kanker payudara pada keluarga, mempunyai riwayat penyakit kanker payudara, densitas payudara, mempunyai riwayat tumor pada payudara, usia menarche yang terlalu dini, usia menopause yang terlalu lambat, dan pernah terkena radiasi pada payudara. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah adalah nullipara, riwayat kehamilan pertama kali di atas usia 30 tahun, penggunaan hormon tambahan setelah menopause, penggunaan kombinasi estrogen dan progesteron, tidak pernah menyusui, konsumsi alkohol, obesitas postmenopause, dan kurangnya aktivitas fisik (ACS 2010). (10)
Dari beberapa faktor resiko yang diketahui di atas, seorang wanita yang memiliki faktor resiko belum tentu nantinya akan terserang kanker payudara. Namun, wanita yang mempunyai faktor resiko memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk terserang kanker payudara, meskipun pada usia muda. (1) Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai faktor-faktor resiko yang telah disebutkan di atas: 1. Faktor Reproduksi a. Usia menarche, siklus menstruasi, dan usia menopause Menarche dini berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Dewasa ini di negara-negara berkembang, terjadi pergeseran usia menarche dari sekitar >13 tahun menjadi <12 tahun. Resiko kanker payudara mengalami penurunan sekitar 10% setiap 2 tahun keterlambatan usia menarche. Karakteristik siklus menstruasi juga berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Dalam suatu studi prospektif, siklus menstruasi yang kurang dari 26 hari atau lebih lama dari 31 hari selama usia 18-22 juga diprediksikan mengurangi resiko kanker payudara. Studi lain menunjukkan 9
bahwa siklus menstruasi yang pendek saat usia 30 tahun, berhubungan dengan penurunan resiko kanker payudara. Menopause yang terlambat juga turut meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun, usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3%. b. Usia Kehamilan Pertama Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia mereka saat kehamilan pertama. Ini diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan, yang membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang bersifat karsinogenik. c. Paritas Efek dari jumlah paritas terhadap rasio kanker payudara telah lama diteliti. Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nullipara mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker dibandingkan dengan wanita yang multipara. Sementara itu, studi lain juga menunjukkan adanya penurunan resiko kanker payudara dengan peningkatan jumlah paritas. Level hormon dalam sirkulasi yang tinggi selama kehamilan menyebabkan diferensiasi dari the terminal duct-lobular unit (TDLU), yang merupakan tempat utama dalam proses transformasi kanker pada payudara. Proses diferensiasi dari TDLU ini bersifat protektif melawan pertumbuhan kanker payudara secara permanen. d. Menyusui Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Byers, dkk, melaporkan adanya efek yang bersifat protektif dari menyusui terhadap kanker payudara. Sementara itu, Lipworth, dkk, menemukan bahwa waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Sebab dari efek protektif menyusui ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui. 2. Faktor Endokrin 10
a. Faktor endogen Telah diketahui bahwa salah satu faktor resiko yang penting dalam pertumbuhan kanker payudara pada wanita adalah paparan hormon endogen selama hidupnya. Andrieu menemukan adanya peningkatan resiko kanker yang signifikan terhadap wanita dengan usia menarche 12 tahun atau lebih muda (p < 0,01). Menopause sebelum usia 50 tahun menunjukkan penurunan resiko kanker payudara (odds rasio = 0,60). Faktor-faktor seperti menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut (setelah usia 55 tahun) merupakan faktor resiko yang berperan dalam pertumbuhan kanker payudara. b. Faktor eksogen 1. Kontrasepsi oral Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak pada wanita dalam masa pasca menopause. 2. Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy) Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi sulih hormon (TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ada peningkatan resiko sebesar 2,3% tiap tahunnya pada wanita pasca menopause yang memakai TSH. Dari penelitian yang dilakukan di Inggris, didapatkan bahwa penggunaan TSH kombinasi antara estrogen progesteron lebih besar meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara jika dibandingkan dengan hanya menggunakan estrogen. Selain itu, juga resiko ini meningkatkan pada pemakaian TSH kombinasi dalam jangka waktu >10 tahun daripada penggunaan TSH selama 1-4 tahun. Resiko kanker menurun saat pemakaian dihentikan, dan resiko wanita yang pernah memakai TSH hampir sama dengan yang belum pernah menggunakannya. 3. Densitas payudara pada mamografi 11
Densitas payudara berhubungan dengan resiko kanker payudara. Densitas dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan ikat, dan epitel pada payudara. Adapun densitas payudara yang berbeda-beda pada wanita dipengaruhi 20-30% oleh status menopause, berat badan, dan paritas, serta dicurigai adanya kecenderungan terhadap genetik. Payudara dengan proporsi jaringan lemak yang tinggi mempunyai densitas yang lebih rendah. Kanker akan lebih mudah dideteksi pada payudara yang mempunyai densitas lebih tinggi. Pada wanita dengan densitas payudara yang lebih tinggi mempunyai resiko 2-6 kali untuk berkembang menjadi kanker dibandingkan dengan densitas payudara yang rendah. 4. Asupan alkohol Studi menunjukkan bahwa resiko kanker payudara meningkat berkaitan dengan asupan alkohol jangka panjang. Hal ini mungkin disebabkan karena alkohol mempengaruhi aktivitas estrogen. Hubungan antara peningkatan resiko kanker payudara dengan asupan alkohol lebih kuat didapatkan pada wanita menopause. Studi menemukan bahwa setelah konsumsi alkohol, akan terdapat peningkatan jumlah estrogen pada urin dan kulit. Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara (insulin like growth factor). Hal ini akan merangsang pertumbuhan yang tergantung pada estrogen (estrogen independen growth) pada lesi pra kanker yang selama masa menopause akan mengalami regresi ketika jumlah estrogen menurun. Lesi ini akan memasuki fase dorman, dimana pada fase ini dapat diaktivasi oleh adanya faktor pemicu (promoting factor) seperti alkohol. Keadaan hiperinsulinemia yang disebabkan oleh alkohol menghambat terjadiya regresi spontan dari lesi pra kanker selama masa menopause. Dan pertumbuhan lesi ini dapat berubah dari estrogen- dependen menjadi autonom. 5. Obesitas Obesitas telah lama diteliti sebagai faktor resiko perkembangan kanker payudara. Obesitas berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada 12
premenopause dan peningkatan resiko kanker payudara selama masa pascamenopause. Setelah menopause, ketika ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen, jaringan lemak merupakan tempat utama dalam produksi estrogen endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat badan berlebih dan BMI yang tinggi, mempunyai level estrogen yang tinggi. Obesitas juga berkaitan dengan rendahnya jumlah sex hormonebinding globulin (SHBG), yang berfungsi untuk berperan dalam peningkatan jumlah estradiol (JNCI Cancer Spectrum 2003). 6. Genetik Mutasi yang paling banyak terjadi pada kanker payudara adalah pada gen BRCA 1 dan BRCA 2. Pada sel yang normal, gen ini membantu mencegah terjadinya kanker dengan jalan menghasilkan protein yang dapat mencegah pertumbuhan abnormal. Wanita dengan mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2, mempunyai peluang 80% untuk berkembang menjadi kanker payudara selama hidupnya. Perlu diketahui bahwa kanker payudara dan ovarium mempunyai hubungan yang dekat secara genetik. Studi menunjukkan bahwa wanita yang orang tuanya (first-degree relative) memiliki riwayat kanker payudara, mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker payudara adalah sebesar 1,7 sampai 4,0 kali dibanding dengan populasi yang ada. 7. Kelainan payudara lainnya Wanita yang didiagnosis dengan kelainan-kelainan payudara, dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Adapun beberapa dari kelainan di bawah ini mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker payudara. 1. Lesi Non-Proliferatif : kelainan ini mempunyai peluang kecil untuk berkembang menjadi kanker payudara. 2. Lesi Proliferatif tanpa keliainan atipik : kelainan ini menunjukkan pertumbuhan yang cepat (excessive growth) dari duktus dan lobules pada jaringan payudara. 13
3. Lesi Proliferatif dengan kelainan atipik : kelainan ini mempunyai efek yang lebih kuat dalam meningkatkan resiko kanker payudara, yaitu sebesar 4 sampai 5 kali lipat, berbeda dengan lesi proliferatif tanpa kelainan atipik yang hanya meningkatkan resiko kanker 2 kali lipat.
2.3.1 Stadium 2.3.1.1 Stadium Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut : 1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh mamografi/USG) 2. Stadium 1 : 5-years survival rate 85% 3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70% 4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50% 5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%
2.3.1.2 Sistem Stadium TNM Bagi para klinisi sistem stadium ini sangat berguna karena dengan adanya sistem stadium, dapat diperkirakan prognosisnya. Ada hubungan antara stadium kanker dengan angka 10-year relative survival pada pasien kanker payudara. Terdapat perbedaan yang signifikan di antara stadium kanker payudara. Sebanyak 5-12% dari pasien stadium I/II meninggal dalam 10 tahun pertama setelah diagnosis ditegakkan, ini dibandingkan pada pasien stadium III yang lebih dari 60%, dan lebih dari 90% pada stadium IV. Sistem stadium kanker payudara juga memberikan informasi tentang pilihan terapi yang sesuai berdasarkan stadium. Stadium 0 : tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan. 14
Stadium I : 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah bening normal) Stadium II A : tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak/aksiller, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium II B : tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium III A : tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukkan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran berapa pun dimana kanker telah ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi pendekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Stadium III B : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelanjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap III B. Stadium III C : ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Stadium IV : kanker telah menyebar atau metastasis ke bagian lain dari tubuh.
15
2.3.2 Prognosis Beberapa gambaran tumor payudara menunjang prognosisnya. Secara umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya. Pada diagnosis, hampir 45% pasien membuktikan adanya penyebaran regional atau jauh atau metastasis. Rute yang paling sering dari penyebaran regional adalah ke nodus limfe aksilaris. Kelangsungan hidup bergantung pada penyebaran regional penyakit. Sebagai contoh, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan adalah lebih dari 90% jika tumor terdapat dalam payudara, namun bila kanker telah menyebar sampai pada nodus regional, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan turun di bawah 60%. Tempat lain penyebaran limfatik mencakup nodus mamaria internal dan supraklavikular. Metastasis jauh dapat mengenai sembarang organ, tetapi tempat yang paling umum adalah tulang (71%), paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%).
2.4 Deteksi Dini Deteksi dini merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi kelainan yang secara klinis belum jelas dengan mengggunakan alat test, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat. Deteksi dini bertujuan untuk menemukan secara dini kanker yang dapat disembuhkan, untuk mengurangi mordibitas dan mortalitas kanker. (5) Deteksi dini dipengaruhi oleh usia, keterpaparan media, pengetahuan, sikap, dan dukungan orang tua. (23)
Secara umum, insiden kanker payudara memang meningkat tetapi mortalitasnya sangat menurun di negara-negara maju yang sudah sering melakukan deteksi dini dan terapi yang lebih efektif. (4) Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, sehingga diharapkan dapat diobati dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat penting karena apabila kanker payudara dapat dideteksi secara dini dan diobati 16
dengan tepat maka tingkat kesembuhannya cukup tinggi (80-90%). (1) Deteksi dini dan pengobatan secara dini akan meningkatkan survival kanker payudara. (11) Ada 3 cara skrining pada kanker payudara, yaitu dengan melakukan mammografi, Clinical Breast Examination (pemeriksaan payudara secara klinis oleh tenaga kesehatan), dan Breast Self Examination, atau yang di Indonesia dikenal dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Tiga hal ini merupakan salah satu kemajuan di bidang kesehatan dan memegang peranan penting dalam deteksi dini kanker payudara.
Penerapan di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mammografi karena sumber daya negara maju cukup memadai untuk melakukan program tersebut. Di lain pihak, negara berkembang seperti Indonesia penapisan secara masal dengan USG dan mammografi belum mungkin untuk sering dilakukan. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan yang terlatih dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik pada masyarakat (bahwa kanker payudara pada stadium awal bila di operasi dapat meningkatkan harapan hidup penderita) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara.
2.4.1 SADARI (Breast Self Examination/BSE) BSE atau SADARI adalah strategi kesehatan preventif individual yang paling penting dan paling direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin setiap bulan untuk para wanita sejak masa pubertas, terutama untuk usia 20 tahun ke atas karena SADARI sangat mudah untuk dilakukan, ekonomis, aman, dan prosedur non-invasif yang tidak membutuhkan peralatan yang spesial, serta SADARI merupakan metode diagnostik yang cukup efektif untuk kanker payudara yang hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk dilakukan. (12) Walaupun SADARI direkomendasikan untuk semua wanita di atas usia 20 tahun, tapi SADARI juga merupakan pilihan penting untuk para wanita yang berusia lebih muda. (19)
17
Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan payudara mereka sendiri. Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan masal. SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke 10 dari awal menstruasi). Pemeriksaaan seharusnya dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun, namun merupakan pilihan yang tepat apabila pemeriksaan dilakukan sejak awal usia pubertas atau usia remaja di bawah 20 tahun dimana mulai terdapat pertumbuhan payudara, mengingat kejadian kanker payudara pada wanita muda yang terus meningkat belakangan ini. (23)
Pada wanita pramenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan setelah hari ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi, dimana jaringan payudara saat itu densitasnya lebih rendah. Pada pasien yang tergolong dalam resiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi. Pemeriksaan payudara sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi dan palpasi. Dengan berdiri di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam posisi berdiri sambil tangan disamping, sambil kedua telapak tangan menekan satu sama lain, dan sambil kedua tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara yang asimetris, adanya massa, dan kulit yang retraksi dapat terdeteksi dengan maneuver ini. Di bawah ini beberapa tahap dalam pemeriksaan payudara sendiri : 1. Berdiri di depan kaca agar dapat melihat payudara secara jelas 2. Sambil kedua tangan di atas kepala, periksalah apakah ada kelainan berupa retraksi, inflamasi, pembengkakan, atau kemerahan di semua bagian kedua payudara 3. Ulangi dengan kedua tangan diletakkan pada pinggul 4. Palpasi kedua payudara dengan jari, dengan gerakan memijat, awalannya periksa pada arah jam 12, kemudian ke arah jam 2 sampai kembali lagi arah jam 12, dirasakan apakah ada benjolan. Berikan tekanan mulai dari superfisial 18
kulit sampai ke dalam jaringan payudara. Adapun dapat digunakan metode pembagian payudara berdasarkan kuadran dan lakukan palpasi secara cermat. 5. Kemudian periksalah pada puting payudara dan area sekitarnya. Juga perlu ditekan secara lembut untuk melihat apakah ada discharge. 6. Dan ulangi pemeriksaan secara palpasi sambil berbaring.
2.4.2 Mammografi Dari penelitian metaanalisis yang di lakukan oleh United State Preventive Services Task Force, para klinisi merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaaan mammografi setiap satu sampai dua tahun sekali pada wanita usia 40 tahun atau yang lebih tua. Mammografi telah terbukti dapat mendeteksi kanker payudara pada stadium dini, dan apabila dilakukan tindak lanjut dengan diagnosis dan terapi yang cukup, dapat menurunkan angka mortalitas akibat kanker payudara. Namun, pada wanita berusia di bawah 40 tahun penggunaan mammografi kurang sensitif. Studi menemukan bahwa sebenarnya sensitifitas dari mammografi adalah berkisar antara 60-90 persen. Namun, penelitian pada wanita yang berusia muda, ternyata sensitifitas mammografi lebih rendah dan menghasilkan angka penurunan kematian yang juga ikut rendah. Hal ini dikarenakan densitas payudara lebih padat pada wanita usia muda, dan pertumbuhan kanker yang lebih cepat pada usia muda, sehingga skrining mammografi kurang sensitif hasilnya. Rekomendasi dari organisasi-organisasi kanker di seluruh dunia mengatakan bahwa skrining dengan mammografi sebaiknya di mulai pada wanita usia 40 tahun. Sementara wanita dengan usia 40-49 tahun, sebaiknya di periksa menggunakan mammografi tiap tahunnya, dan untuk wanita di usia 50 tahun atau lebih dianjurkan mendapat skrining mammografi sekali tiap tahunnya. Walaupun mammografi adalah satu-satunya metode diagnosis yang paling sensitif untuk mengurangi mortalitas kanker payudara, namun tidak dianggap sebagai modalitas yang cocok untuk negara-negara miskin ataupun berkembang, dikarenakan harganya yang mahal dan karena membutuhkan tenaga spesialis, (12)
19
dan juga membutuhkan alat yang memadai, sehingga membutuhkan kunjungan ke rumah sakit. (15)
2.4.2 Pemeriksaan klinis kanker payudara oleh tenaga medis terlatih (Clinical Breast Examination/CBE) Clinical Breast Examination (CBE) digunakan untuk mendeteksi kelainan- kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada tahap ini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Untuk wanita yang usia rata-rata 40 tahun atau yang lebih muda, deteksi dini terhadap adanya massa pada payudara lebih efektif menggunakan CBE. Sementara itu, pada wanita dengan usia diatas 40 tahun, mammografi merupakan metode yang direkomendasikan dan CBE dipakai sebagai metode yang menunjang pada deteksi dini kanker payudara. Secara spesifik, CBE memberikan kesempatan pada tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi pada pasien wanita tentang kanker payudara baik gejala klinis maupun peran deteksi dini untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, juga memberikan kesempatan kepada klinisi untuk mendiskusikan manfaat dan keterbatasan CBE sebagai metode deteksi dini. Dasar pemeriksaaan pada CBE adalah dengan menggunakan inspeksi secara visual dan palpasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menemukan kelainan pada payudara. Baik CBE maupun mammografi dapat saling melengkapi sebagai deteksi dini kanker payudara. Ketika pada pemeriksaan CBE ditemukan adanya benjolan yang mencurigakan, maka ini perlu dievaluasi meskipun dengan mammografi tidak ditemukan adanya gambaran massa. Sensitifitas dan spesifikasi CBE dipengaruhi oleh beberapa hal seperti cara pemeriksaan (palpasi, tekanan, dan pola), keadaan pasien (densitas jaringan dan keadaan nodulnya), serta karakter tumor (ukuran, kedalaman, dan mobilitas). Adapun beberapa teknik pemeriksaan payudara dengan menggunakan metode CBE adalah sebagai berikut: Pada perempuan berumur 20-40 tahun CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat 20
SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan. Pada perempuan berusia lebih dari 40 tahun dilakukan CBE setiap tahun. (1)
21
2.4 Ringkasan pustaka Tabel 3. Ringkasan pustaka Peneliti Lokasi penelitian Studi desain Subjek studi Variabel yang diteliti Lama waktu studi Hasil Annisaa Nuur Muslimah, Masruroh, Casnuri. (24)
Padukuhan Ngentak Depok Sleman Yogyakarta Studi deskriptif Wanita usia subur 20-49 tahun sudah menstruasi Pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri, umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi - Tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri di Padukuhan Ngentak Depok Sleman Yogyakarta sebanyak 59,3 % dengan karakteristik umur 79,1 % dalam kategori umur 20-35 tahun, sebagian besar pendidikan wanita usia subur di Padukuhan Ngentak Depok Sleman Yogyakarta adalah SMA/sederajat sebanyak 50 %, sebagian besar pekerjaan wanita usia subur adalah ibu rumah tangga sebanyak 80,2 % dan sumber informasi sebagian besar artikel, tenaga kesehatan dan penyuluhan sebanyak 34, 9 %.
22
Sami Abdo Radman Al- Dubai, Ahmad Munir Qureshi, Riyadh Saif- Ali, Kurubaran Ganasegeran, Mohanad Rahman Alwan, Jalal Ibrahim Shawqi Hadi. (25)
Kota Shah Alam Cross sectional 250 wanita Malaysia yang berusia diatas 18 tahun, yang tinggal di kota Shah Alam Status demografi, pengetahuan tentang kanker payudara dan sikap/kesadar an pada mammografi - Rata-rata usia responden adalah 28 9,2 dengan 69,2% berusia 18 hingga 29 tahun. Mayoritas telah mendengar tentang kanker payudara (81,2%) dan menunjukkan buku, majalah dan brosur sebagai sumber informasi (55,2%). Namun, sebagian besar tidak tahu tentang tanda-tanda dan gejala kanker payudara dan banyak faktor risikonya. Pada analisis multivariat, prediktor signifikan pengetahuan kanker payudara adalah usia, ras, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga dan riwayat keluarga kanker lainnya (p <0,05). Lima puluh persen wanita menyadari mamografi, prediktor signifikan menjadi umur, pekerjaan, status perkawinan dan pengetahuan tentang kanker payudara (p <0,05). Emmanuel Aluamhe Sule. (16)
Central Hospital Warri, Delta, Nigeria Cross sectional 122 wanita yang berusia 20 tahun dan diatasnya yang Kesadaran terhadap kanker payudara dan - Para responden berkisar antara 20-80 tahun. Kesadaran kanker payudara tercatat pada 96,1% responden. 43,6% responden 23
mengunjungi klinik rawat jalan tindakan deteksi dini kanker payudara mengetahui kanker payudara dimulai dengan benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri telah dipraktekkan oleh 45,5% responden. Dari jumlah ini, 83,3% dari responden melakukan pemeriksaan payudara sendiri setidaknya setiap bulan. Pemeriksaan payudara klinis (oleh tenaga kesehatan) telah dilakukan oleh 15,6% responden. Praktek pemeriksaan payudara sendiri secara bermakna dikaitkan dengan keluhan pada payudara sebelumnya RR 6.2 P 0,0001, prosedur payudara sebelumnya RR 9.2 P 0,0001, pemeriksaan payudara klinis sebelumnya RR 2,9 P 0,0001 dan memiliki anggota keluarga atau kenalan dengan kanker payudara RR 2,5 P 0,0001. Ohene-Yeboah M, Adofo K, Akpaloo M. (20)
Komfo Anokye Teaching Hospital Cross sectional 306 perawat wanita profesional (gelar, Karakteristik demografik, tingkat pengetahuan - Dari 306 populasi yang diikutsertakan dalam penelitian ini, hanya 165 orang yang mengembalikan kuesioner. 24
(KATH), Kumasi, Ghana diploma, dan pemegang sertifikat-SRN) di departemen Bedah, Kedokteran, Obstetri dan Ginekologi dan Pediatri di KATH tentang beberapa aspek kanker payudara di kalangan perawat yaitu gejala, metode diagnosis, faktor risiko, dan metode skrining untuk kanker payudara yang meliputi pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan payudara secara klinis dan mammografi Tingkat respon adalah 53,9% (165/306). Rata-rata skor pengetahuan adalah 68,9%. Sembilan puluh responden (54,5%) tahu tentang satu atau dua dari lima faktor risiko (menarche sebelum usia 13 tahun; menopause setelah 55 tahun; memiliki kurang dari 2 anak; kehamilan pertama kali setelah berusia 24 tahun; ibu, saudara perempuan, atau bibi pernah menjalani pengobatan kanker payudara). 159 peserta (94,5%) berpikir bahwa kanker payudara adalah penyakit yang serius. 135 responden (81,8%) mengindikasikan bahwa mereka akan melihat dokter pada hari yang sama ketika mereka memiliki kanker payudara dan 102 (61,8%) akan menerima mastektomi sebagai pengobatan penyakit. Pemeriksaan payudara sendiri dipraktekkan oleh 119 atau 72,0% dari responden. Responden yang sangat berpengetahuan kanker 25
payudara mempraktekkan pemeriksaan payudara klinis lebih sering (27/93), (8/72) (X2 = 9,4, p = 0,001). Praktek ketiga metode skrining kurang sering (> 5%) di antara semua peserta.