Vous êtes sur la page 1sur 9

ASKEP TROMBOFLEBITIS

ASKEP TROMBOFLEBITIS

A. Pengertian
Flebitis Superfisialis (Tromboflebitis) adalah kondisi dimana terbentuk bekuan dalam
darah vena akibat inflamasi atau trauma dinding vena atau karena obstruksi vena sebagian.
(Doengoes, 2000).
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai pembentukan
bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada vena akibat statis atau
hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses ini dinamakan flebotrombosis.
(Smeltzer, 2001).
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan
pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaan atau di dalam vena.
Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas
bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan; dan
aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah
pada ekstremitas bagian bawah.

B. Klasifikasi
Tromboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum,
yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah
vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta yang terletak dibagian
atas uterus; proses biasanya unilateral.
b. Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena femarolis,
vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.

C. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya infeksi tromboflebitis antara lain :
a. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium.
b. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka terdapatnya
turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep (katup) vena merangsang
terjadinya thrombosis primer tanpa disertai reaksi radang primer, yang kemudian karena
faktor lokal, daerah yang ada trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding
vena karena adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam keadaan
ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan melambatnya aliran darah, menjadi
sebab penting dari terjadinya tromboplebitis.
c. Obesitas
Bila keadaan dehidrasi berat, koagulasi intravascular yang meluas ataupun infeksi
sistemik dapat menimbulkan rangsangan untuk pathogenesis ini.
d. Pernah mengalami tromboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang
lama
f. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka waktu lebih
dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan secara intra vena.
g. Adanya malignitas (karsinoma), yang terjadi pada salah satu segmen vena. Tumor-tumor
intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan aliran vena dari ekstremitas bawah,
hingga terjadi rangsangan pada segmen vena tungkai.
h. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan
jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran vena.

D. Patofisiologi
Terjadinya thrombus :
a. Abnormalitas dinding pembuluh darah
Formasi trombus merupakan akibat dari statis vena, gangguan koagubilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena lazim dialami oleh orang-orang yang
imobilisasi maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang tidak memadai
untuk mendorong aliran darah. Stasis vena juga mudah terjadi pada orang yang berdiri terlalu
lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian ketat, obesitas, tumor maupun wanita
hamil.


b. Perubahan komposisi darah (hyperkoagulabilitas)
Hyperkoagulabilitas darah yang menyertai trauma, kelahiran dan IMA juga
mempermudah terjadinya trombosis. Infus intravena, banyak faktor telah dianggap terlibat
dalam patogenesis flebitis karena infus intravena, antara lain:
1. Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan (flebitis kimia)
a. pH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem selalu diikuti risiko flebitis tinggi. Obat suntik
yang bisa menyebabkan peradangan vena yang hebat, antara lain kalium klorida,
vancomycin, amphotrecin B, cephalosporins, diazepam, midazolam dan banyak obat
khemoterapi.
b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat tidak larut sempurna selama pencampuran.
c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk
larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L. Hindarkan vena pada punggung tangan jika
mungkin, terutama pada pasien usia lanjut
d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan kurang bersifat iritasi dibanding
politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur.
Risiko tertinggi untuk flebitis dimiliki kateter yang terbuat dari polivinil klorida atau
polietilen.
2. Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi. (Kanula yang
dimasukkan ada daerah lekukan sering menghasilkan flebitis mekanis. Ukuran kanula harus
dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan baik).
3. Agen infeksius.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap flebitis bakteri meliputi:
a. Teknik pencucian tangan yang buruk
b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.
c. Pembungkus yang bocor atau robek mengundang bakteri.
d. Teknik aseptik tidak baik
e. Teknik pemasangan kanula yang buruk
f. Kanula dipasang terlalu lama
g. Tempat suntik jarang diinspeksi visual

c. Gangguan aliran darah


E. Manifestasi Klinis
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan (timbul dengan cepat diatas
vena) dan terasa hangat sampai panas. Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan
agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot
tertentu.

a. Pelvio tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari
ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
- Menggigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval
hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir
tidak panas.
- Suhu badan naik turun secara tajam (36oC menjadi 40oC) yang diikuti penurunan suhu dalam
1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis).
- Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan.
3. Abses pada pelvis
4. Gambaran darah
- Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke sirkulasi, dapat segera
terjadi leukopenia).
- Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil,
kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5. Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena
adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
6. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pada paru- paru (infark, abses, pneumonia), pada
ginjal sinistra yang diiikuti proteinurina, hematuria, pada persedian.

b. Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak
naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
- Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas
dibandingkan dengan kaki lainnya.
- Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
- Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha.
- Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri,
dan dingin dan pulsasi menurun.
- Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada
paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki
kemudian melus dari bawah ke atas.
- Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan
tendo akhiles (tanda homan positif).

F. Penatalaksanaan
a. Pelvio tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik
aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah
terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya em
boli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus
berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan
untuk menjalani pembedahan.

b. Tromboflebitis femoralis
1. Terapi medik : Pemberian analgesik dan antibiotik.
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah. Jauhkan tekanan dari daerah
untuk mengurangi rasa sakit dan mengurangi risiko kerusakan lebih lanjut.
3. Tinggikan daerah yang terkena untuk mengurangi pembengkakan. Pastikan Pasien untuk
tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk
memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada
betis.
4. Sediakan stocking pendukung kepada Pasien pasca partum yang memiliki varises vena untuk
meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
5. Instruksikan kepada Pasien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan
melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
8. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran
tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan
ukuran.

ASUHAN KEPERAWATAN TROMBOFLEBITIS PASCA PARTUM

A. Pengkajian
Riwayat Penyakit: Riwayat varises, hiperkoagulasi, penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler, pembedahan
mayor, resiko tinggi cedera, obesitas. Riwayat duduk lama, baik karena berhubungan dengan
pekerjaan atau akibat dari pembatasan aktivitas. Imobilitas berkenaan dengan tirah baring dan
anestesia.
Aktivitas : Riwayat duduk lama, imobilitas, ansietas
Sirkulasi : varises vena, peningkatan frekuensi nadi, riwayat trombosit vena, hiper kongulabilitas
pnerperium.
Makanan : - Penambahan berat badan berlebihan / kegemukan
- Suplai ASI kadang
- kadang berkurang pada keadaan menyusui
Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri tekan pada area yang sakit
Keamanan: adanya endomatris postpartum
Seksualitas : - Multipara
- Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena vena pelvis, penggunaan
penjejak kaki atau posisi yang salah dari ekstremitas selama fase intrapartum atau kelahiran
melalui operasi, termasuk kelahiran sesaria.
- Wanita pemakai kontrasepsi oral.
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

NO DX KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 Perubahan per
fusi jaringan
berhubungan
dengan
interupsi
jaringan vena
- Pengisian
kapiler
adekuat
- Penurunan
edema dan
eritema
- Anjurkan tirah
baring



- Kaji pengisian
kapiler dan
periksa tanda
homern
- Anjurkan untuk
meningkatkan
telapak kaki
dengan kaki
bawah diatas
ketinggian
jantung
- Lakukan
ambulasi,
progresip setelah
fase akut
- Berikan kompres
hangat, lembab
pada ekstemilasi
yang sakit
- Meminimlahkan
kemungkinan
perubahan posisi
trombosit dengan
menciptakan emboh
- Penurunan kapiler
dengan tanda human
positif menandakan
TVD
- Mengosongkan vena
vena super final
dan tibial dengan
cepat dan
mempertahankan
vena tetap kolaps
- Menaikan aliran bank
vena membantu
mencegah statis

- Menaikan sirkulasi
kearea, dengan
menaikan vasodilasi
aliran baik vena
dengan resulasi vena
2 Nyeri
berhubungan
dengan
adanya proses
implamasi,
sparme
vaskuler

- Menaikan
kenyaman
- Istirahat
dengan tepat
- Nyeri hilang

- Kaji tingkat nyeri


- Anjurkan tirah
baring dengan
tepat
- Pantau TTV

- Untuk menurunkan
sensai nyeri
berkenaan dengan
gerakan otot
- Menurunkan
ketidaknyaman
berkenaan kontraksi
otot
- Tinggikan area
sakit d/ berikan
ayunan


- Kolaborasi
pemberian obat
obatan sesuai
indikasi
- Beri kompres
hangat
- Penaikan TTV dapat
menandakan
penaikan nyeri
- Mendorong aliran
bahkan vena
memudahkan
sirkulasi ayunan kaki
ini jaga tekanan kaki
- Menghilangkan nyeri
dengan menggerakan
otot

- Menaikan vasodiatasi
dengan menaikan
sirkulasi, merilexan
otot, merangsang
pelapasan endorferi
3 Ansietas
berhubungan
dengan
perubahan
pada status
kesehatan
- mengungkap
kan
kesadaran
tentang
perasaan
ansietas
- ansietas
berkurang
- menurunkan
tanda
perilaku
seperti
gelisah
dengan
iritabilitas
- berikan HE




- pantau TTV


- bantu klien d/
merawat diri
sendiri dengan
bayi
- Menurunkan rasa
takut, akan
ketidaktahuan dan
menaikan
pembelajaran klien
dengan keterbukaan
dengan tindakan
- Dapat menunjukan
perubahan pada
tingkat asisietas
- Asisietas klien dapat
ber Q bia ia
menemukan bahwa
kebutuhannya
terpencil d/ bahwa ia
mampu mengatasi d/
terlibat dengan tugas
tugas keperawatan
diri sendiri
4 Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
kurang
pemajanan /
mengikat
- Mengungkap
kan
pemahaman
tentang
kondisi,
tindakan
pembahasan
- Melakukan
pemb
perilaku
yang perlu


- Kaji pengetahuan
klien tentang
proses penyakit
- Tinjau ulang
kegunaan tirah
baring
- Anjurkan
tindakan yang
aman untuk
menghindari
trauma
- Membantu dalam
menentukan
kebutuhan dengan
mengklasifikasikan
informasi
sebelumnya
- Konstriksi kontinue
dapat merubah atau
menaikan perfusi
permukaan
- Perubahan pada
proses kogulasi
dapat mengakibatkan
penaikan
kecenderungan
pendarahan yang
dapat menandakan
kebutuhan
mengubah terapi anti
koagulas

Vous aimerez peut-être aussi