Pencetus Partikel sensitif Partikel toksik Infeksi Riwayat keluarga Ada Tidak ada - Riwayat merokok +/- + +/- Riwayat atopi Ada Tidak ada - Demam - - + Pola sesak Hilang timbul Terus menerus, bertambah berat saat aktifitas Tergantung luas obstruksi Ronki + Kadang-kadang Kadang-kadang Mengi ++ Kadang-kadang Kadang-kadang Vesikular Normal Melemah Spirometri Obstruksi ++ Obstruksi ++ Restriksi + Obstruksi ++ Restriksi ++ Reversibilitas ++ Kurang irreversible Batuk kronik berdahak + ++ ++ 3 lapis (busa, serosa, pus) Hiperreaktifitas bronkus +++ + ++(hemoptosis) Gambaran radiologis Normal / hiperinflasi Tubular shadow, corak paru bertambah Sarang tawon Eosinofil Sputum + - jarang Neutrofil Sputum - + + Makrofag Sputum + - + Hiperinflasi Hanya saat eksaserbasi Persisten
Prevalensi Asma adalah salah satu penyakit kronik yang umum terjadi secara global dan mengenai 300 juta orang. Prevalensi asma meningkat pada negara maju dalam 30 tahun terakhir , dengan 10-12% dewasa dan 15% anak-anak. Pada negara berkembang prevalensi lebih rendah dan insidensi menngkat terkait dengan urbanisasi. Prevalensi atopi dan penyakit alergi lainnya juga meningkat pada waktu yang bersamaan. Faktor Resiko Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu dan faktor lingkungan.
Faktor pejamu yaitu predisposisi genetic yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma.
Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecendrungan/predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala- gejala asma menetap.
Patofisiologi 1. Bronkokonstriksi Pada eksaserbasi akut dari asma terjadi kontraksi sel otot polos bronkial (bronkokonstriksi) terjadi cepat untuk menyempitkan airway pada respon terpaparnya berbagai stimuli termasuk alergen atau iritan alergen menginduksi bronkokonstriksi akut dihasilkan dari rilisnya IgE-dependent dari mediator yang berasal dari sel mast meliputi histamin, tryptase, leukotrine dan prostaglandin yang langsung menyebabkan kontraksi otot polos aspirin dan NSAID lainnya juga dapat menyebabkan obstruksi akut airflow pada beberapa pasien dan bukti mengindikasikan non IgE-dependent juga terlibatnya rilis mediator dari airway sel stimulus lainnya seperti exercise, udara dingin, iritan dapat menyebabkan obstruksi akut airflow
2. airway edema jika penyakit ini menjadi lebih persisten dan inflamasi menjadi lebih progresif. Faktor lain menyebabkan limit airflow lebih lanjut meliputi: edema, inflamasi, hipersekresi mucus dan pembentukan dari plug mucus, sama seperti perubahan struktural meliputi hipertrofi dan hiperplasi dari otot polos airway. 3. hiperresponsive airways respon bronkokonstriksi yang berlebih terhadap berbagai stimuli respon kontraktil terhadap perubahan dengan keterkaitan metakolin mekanisme yang mempengaruhi hiperesponsif adalah multipel dan menyebabkan inflamasi, disfungsi neurologis, dan perubahan struktur, inflamasi ada sebagai faktor utama dalam membedakan derajatnya. 4. airway remodelling terkait dengan kehilangan fungsi paru yang progresif yang tidak dapat dicegah atau reversibel sepenuhnya dengan diterapi meliputi aktivasi dari banyak strutur sel dengan efek perubahan permanen pada airway menyebabkan peningkatan obstruksi airflow dan menurunkan responsif airway dan mengubah pasien menjadi kurang responsif terhadap terapi perubahan struktural menyebabkan penebalan dari sub-basement membran, fibrosis subepitel, hipertrofi dan hiperplasia otot polos airway, proliferasi, dilatasi, hiperplasia dan hipersekresi dari kelenjar mukus. Gejala klinis - Klasik : batuk, mengi (wheezing : seperti bunyi pluit pada saat ekspirasi), sesak napas - Awal serangan : gejala tidak jelas, seperti dada terasa berat, dan pada asma alergi mungkin disertai pilek atau bersin - Awal batuk tanpa sekret mengeluarkan sekret baik mukoid maupun purulen - Sebagian pasien asma yang gejalanya hanya batuk disertai mengi cought variant ashma - Batuk memberat pada malam hari membangunkan pasien - Batuk, sesak dan wheezing terjadi berulang Gejala terjadi / memberat tergantung pada musim
Diagnosis Asma Diagnosis asma didasari pada riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Pada riwayat, ditemukan adanya sesak, batuk, dan mengi atau rasa berat di dada. Tapi kadang-kadang pasien mengeluhkan adanya batuk setelah melakukan aktivitas fisik ataupun pada saat malam hari. Adanya penyakit alergi lainnya pada pasien atau pun pada keluarganya semakin memberikan kekhasan adanya penyakit asma ini. Ada kalanya gejala-gejala asma sering muncul pada musim-musim tertentu. Perlu diketahui adanya faktor- faktor pemicu seperti: - Infeksi saluran pernafasan - Pajanan terhadap allergen, misalnya debu - Pajanan terhadap iritan seperti asap - Kegiatan jasmani: lari - Ekspresi emosional - Obat-obat aspirin - Lingkungan kerja - Pengawet makanan - Polusi udara Yang membedakan antara asma dengan penyakit saluran napas lainnya yaitu serangan dapat hilang dengan sendirinya tanpa diberikan obat.