KELOMPOK VII RENI KURNIA PUTRI : 0309142011037 RENITA TJANGGU : 0309142011038 RIZKA AGUSTIAN : 0309142011039 ROY ENDRICO : 0309142011040 SELLY RAFIKAH : 0309142011043
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH TANJUNGPINANG PRODI S1 KEPERAWATAN T.A 2010/2011
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin kelompok tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dan agar pembaca dapat memperluas ilmunya, khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan Appendisitis yang kelompok sajikan berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kelompok dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kelompok maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Atas terselesaikannya makalah ini, kelompok ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1. Letkol (K) Endang Abdullah, S.Kp, M.Si sebagai Ketua STIKES 2. Irma Yuni, S.kep,Ns sebagai Dosen Pembimbing Keperawatan Medikal Bedah 3. Seluruh rekan kelas prodi S1 semester IV Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca. Dan kelompok menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas, sehingga penyusun mohon kritik, saran, dan komentar yang membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini dan lebih maju pada masa yang akan datang. Kelompok juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya. Tanjungpinang, Mei 2011
Kelompok VII DAFTAR ISI
Kata Pengantar .. i Daftar Isi .. ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 2 C. Metode Penulisan 3 D. Sistematika Penulisan 3
BAB II LANDASAN TEORITIS I. KONSEP DASAR MEDIS A. Pengertian 4 B. Anatomi dan Fisiologi 4 C. Etiologi 5 D. Faktor Resiko 6 E. Patofisiologi 7 F. Manifestasi Klinis 9 G. Klasifikasi 10 H. Komplikasi 10 I. Pemeriksaan Penunjang 11 J. Penatalaksanaan Medis 11
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian 12 B. Diagnosa Keperawatan 13 C. Intervensi Keperawatan 13 D. Implementasi 15 E. Evaluasi 15
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 16 B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA .... 18
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Appendisitis merupakan penyebab utama dari abdomen akut yang setidaknya dialami oleh 10% dari populasi. Penyakit ini memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Dampak penyakit tersebut akan membawa berbagai komplikasi penyakit yang serius seperti perforasi, peritonitis, tromboflebitis dan abses subfrenikus (Sjamsuhidajat, 2005). Penyakit appendisitis ini adalah kedaruratan bedah yang paling sering ditemukan dan bisa terjadi pada usia berapapun. Insidennya 120/100.000 pertahun (walaupun jumlahnya bisa kurang). Pasien bedah appendisitis yang terbanyak adalah rentang usia 17 tahun - 64 tahun yaitu sebesar 82,18% dengan kejadian yang paling banyak terjadi adalah appendisitis akut tanpa penyulit (simple appedisitis) 54,46%. Rasio insiden appendisitis antara lakilaki dan perempuan 1:1 (Siswono, 2006). Insiden appendisitis yang terjadi lebih tinggi pada negara maju daripada negara berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi (Injulfkua, 2009). Sekitar 200.000 appendiktomi dilakukan tiap tahun di amerika serikat, angka mortalitas bervariasi kurang dari 0,1% dalam kasus tak berkomplikasi sampai 5% dalam kasus dengan perforasi. Gambaran terakhir lima kali lebih besar tepat 25 tahun yang lalu, sehingga dibuat kemajuan besar dalam mengurangi resiko yang berhubungan dengan appendisitis berkomplikasi. Kecenderungan yang memuaskan ini telah mengakibatkan perbaikan dalam semua segi perawatan prabedah, bedah dan pasca bedah. Faktor resiko dominan yang mantap saat ini menunjukkan bahwa perbedaan jelas antara mortalitas 0,1% dan morbiditas 5% menyertai masingmasing appendisitis tak berkomplikasi. tantangan jelas dalam penatalaksanaan pasien appendisitis akut adalah dalam membuang appendik secara dini dalam perjalanan penyakit (Anonim, 2009). Mengingat besarnya resiko kesehatan yang dialami penderita appendisitis, pemerintah negara-negara beresiko tinggi banyak populasi appendisitis dianjurkan menyusun strategi penanggulangan appendisitis. Mengurangi beban kerja dalam mengontrol appendisitis memerlukanperencanaan intensif untuk mengatasi penyakit pada penderita dan mencegah timbulnya penyakit pada yang belum terkena. Cara yang efektif adalah meningkatkan kesehatan penduduk misalnya lewat penyuluhan pola makan yang berserat, dorongan untuk berolah raga diharapkan dapat membangkitkan kesadaran masyarakat akan bahaya, pengenalan, pengelolaan dan pencegahan penyakit appendisitis (Anonim, 2009). Appendisitis merupakan penyakit yang paling banyak di jumpai di rumah sakit. Di Indonesia,angka yang menderita appendisitis dan appendektomi sangat besar sekali dibandingkan penyakit lainnya. Maka itulah penulis ingin membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien appendisitis.
B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan kami dalam membandingkan antara teori dan praktik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan appendisitis serta untuk mengetahui informasi-informasi mengenai penyakit appendisitis lebih dalam.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian appendisitis b. Mengetahui jenis-jenis appendisitis c. Mengetahui penyebab dari appendisitis d. Mengetahui tanda dan gejala penyakit appendisitis e. Mengetahui bagaimana patofisiologi dari appendisitis f. Mengetahui komplikasi dari appendisitis g. Mengetahui pencegahan dari appendisitis h. Mengetahui penatalaksanaan medis dari appendisitis i. Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan appendisitis yang meliputi Pengkajian, Diagnosa,Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
C. METODE PENULISAN Didalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan yaitu dengan mempelajari dari berbagai buku dan internet sebagai referensi dengan asuhan keperawatan pada pasien appendisitis .
D. SISTEMATIKA PENULISAN Makalah ini terdiri dari 3 BAB, untuk memudahkan proses membaca dan memahaminya,kelompok menyusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, yang memuat latar belakang, tujuan, metode penulisan, dan sistematikia penulisan. Bab II : Landasan teori, yang memuat Konsep dasar medik ( pengertian,anatomi dan fisiologi, etiologi, faktor resiko, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, pemeriksaan diagnostik ) dan Konsep dasar keperawatan ( pengkajian, diagnosea, intervensi, implementasi dan evaluasi ). Bab III : Penutup, yang memuat kesimpulan, saran dan daftar pustaka.
BAB II LANDASAN TEORITIS
I. KONSEP DASAR MEDIK
A. PENGERTIAN Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Gambar Usus Buntu dilihat dengan Laparoskopi
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin. Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymfoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, immunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jaringan limfa dibagian ini kecil sekali di bandingkan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
C. ETIOLOGI Apendisitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau penyumbatan akibat : 1. Hiperplasia dari folikel limfoid 2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks 3. Tumor appendiks 4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis 5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica. Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan apendisitis. Hal tersebut akan meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon. Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)
D. FAKTOR RESIKO Faktor resiko terkena appendisitis : 1. Umur: Apendisitis dapat terjadi pada semua umur tapi lebih sering terjadi antara usia 11 dan 25 tahun. 2. Jenis kelamin : sering terjadi pada pasien berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan dengan rasio 3 : 2. 3. Diet: Orang yang diet rendah serat dan kaya karbohidrat olahan memiliki peningkatan risiko terkena usus buntu. 4. Herediter : Memiliki riwayat keluarga usus buntu dapat meningkatkan resiko keturunannya untuk terkena penyakit ini. 5. Infeksi: Infeksi saluran pencernaan seperti Amebiasis, bakteri Gastroenteritis, Mumps, coxsackievirus B dan adenovirus dapat mempengaruhi individu untuk terkena Apendisitis.
E. PATOFISIOLOGI Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut. Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi. Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga muncul infiltrat appendikkularis. Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.
Etiologi Obstruksi lumen (fekalit, tumor, dan lain-lain)
Mukus yang di produksi mukosa akan mengalami bendungan
Peningkatan tekanan intra lumen / dinding appendiks
Aliran darah berkurang
Edema dan ulseri mukosa appendisitis akut fokal
Terputusnya aliran darah nyeri epigastrium
Obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri menembus dinding
Peradangan peritonium appendisitis supuratif akut
Aliran arteri terganggu nyeri didaerah kanan bawah
Infark dinding appendiks
Ganggren appendisitis ganggrenosa
Dinding appendiks rapuh
Infiltrat Perforasi
Infiltrat appendikularis appendisitis perforasi
F. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala dari penyakit appendisitis adalah : Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan Mual, muntah Anoreksia, malaise Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney Spasme otot Konstipasi, diare Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.
G. KLASIFIKASI Klasifikasi appendisitis terbagi atas dua, yaitu : 1. Appendisitis akut, dibagi atas : a. Appendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. b. Appendisitis purulenta difusi, yaitu yang sudah bertumpuk nanah. 2. Appendisitis kronis, dibagi atas : a. Appendicitis fokalis atau parsial, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur local. b. Appendisitis kronis obliteritiva, yaitu appendiks miring yang biasanya ditemukan pada usia tua.
H. KOMPLIKASI Komplikasi yang terjadi pada klien appendisitis adalah : Komplikasi utama adalah perforasi appediks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks Tromboflebitis supuratif Abses subfrenikus Obstruksi intestinal
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang pada klien appendisitis : 1. Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai 75% 2. WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah) 3. Urinalisis : normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada 4. Foto abdomen : Adanya pergeseran material pada appendiks (fekalis) ileus terlokalisir 5. Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS a. Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan b. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan c. Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan d. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Brunner & Suddart, 1997) Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN Pengkajian menurut Wong (2003), Dongoes (1999), Catzel (1995), Betz (2002), antara lain : 1. Wawancara Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai : - Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas. - Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan klien sekarang ditanyakan kepada orang tua. - Diet, Kebiasaan makan makanan rendah serat. - Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisik - Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat. - Sirkulasi : Takikardia. - Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal. - Aktivitas/istirahat : Malaise. - Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang. - Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. - Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak. - Demam lebih dari 38 C. - Data psikologis klien nampak gelisah. - Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. - Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. - Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi, peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi 2. Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah 3. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Resiko tinggi terjadi infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi, peritonitis sekunder terhadap proses inflamasi
Intervensi : Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Waspadai nyeri yang menjadi hebat Awasi dan catat tanda vital terhadap peningkatan suhu, nadi, adanya pernapasan cepat dan dangkal Kaji abdomen terhadap kekakuan dan distensi, penurunan bising usus Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/drain, eriitema Kolaborasi: pemberian antibiotic
Dx 2 : Nyeri b.d distensi jaringan usus oleh inflamasi, adanya insisi bedah
Intervensi : Kaji nyeri. Catat lokasi, karakteristik nyeri Pertahankan istirahat dengan posisi semi fowler Dorong untuk ambulasi dini Ajarkan tehnik untuk pernafasan diafragmatik lambat untuk membantu melepaskan otot yang tegang Hindari tekanan area popliteal Berikan antiemetik, analgetik sesuai program
Dx 3 : Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b.d inflamasi peritoneum dengan cairan asing, muntah praoperasi, pembatasan pasca operasi
Intervensi : Awasi tekanan darah dan tanda vital Kaji turgor kulit, membran mukosa, capilary refill time Monitor masukan dan haluaran . Catat warna urin/konsentrasi Auskultasi bising usus. Catat kelancaran flatus Berikan perawatan mulut sering Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi Berikan cairan IV dan Elektrolit
D. IMPLEMENTASI Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan appendisitis di sesuaikan dengan intervensi yang telah di rencanakan.
E. EVALUASI Evaluasi yang di hasilkan : - Tidak ada tanda infeksi seperti eritema, demam, drainase purulen - Tekanan darah dalam batas normal - Nadi < 100x/menit dengan pola dan kedalaman normal - tidak ada distensi - Persepsi subyektif tentang nyeri menurun - Tampak rileks - Turgor kulit baik - Haluaran urin adekuat
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Apendisitis adalah radang pada organ apendiks (usus buntu) yang disebabkan adanya bendungan pada lumennya (saluran) karena terjadi pembesaran kelenjar limphoid pada sub mukosa apendiks. Hal ini dapat dipicu oleh seringnya terjadi infeksi saluran napas atas atau diare yang berulang Apendisitis, penyakit ini merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi dan tindakan bedah segera mutlak diperlukan pada apendisitis akut untuk menghindari komplikasi yang umumnya berbahaya seperti peritonitis generalisata. Gejala pertama yang umum ditemukan adalah perasaan sakit pada ulu hati atau episgastrium disertai mual dan muntah. Dua puluh empat jam kemudian, pasien akan merasakan demam yang dilanjutkan pada rasa sakit perut kanan bawah yang menetap. Gejala ini akan berakhirpada rasa sakit di daerah perut kanan bawah pasien jika yang bersangkutan menginjakkan kaki kanan ke tanah atau melipat tungkainya. Gejala-gejala tersebut termasuk ciri yang menandakan adanya kemungkinan pasien menderita apendisitis akut. Untuk dapat menegakkan diagnosa apendisitis, dibutuhkan pemeriksaan yang komplet; dilakukan anamnesa mengenai lama sakitnya dan keluhan lainnya seperti gejala yang telah disebutkan di atas. Setelah itu, akan dilakukan pemeriksaan fisik dan dilihat apakah ada nyeri tekan pada kanan bawah atau ada nyeri ketok pada dinding perut. Sebagai seorang perawat, asuhan keperawatan juga harus dilakukan dengan mengkaji riwayat kesehatan pasien dahulu dan riwayat kesehatan sekarang,agar dapat dilakukan intervensi, implementasi dan evaluasi dengan tujuan yang tercapai.
B. SARAN Adapun saran-saran yang dapat tim kelompok berikan kepada seluruh pembaca makalah ini adalah : 1. Perawat hendaknya dapat membuat rencana keperawatan yang matang sesuai prioritas agar masalah pasien teratasi dan memberikan asuhan keperawatan secara kompherensif yang meliputi bio,psiko,sosial,dan spiritual. 2. Masalah keperawatan yang belum tercapai hasilnya diharapkan agar di lanjutkan, supaya hasil yang telah di tetapkan tercapai. 3. Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan agar dapat memberikan pelayanan yang professional pada pasien. 4. Diharapkan kepada mahasiswa S1 keperawatan dalam melaksanakan pengkajian dan asuhan keperawatan pada pasien, hendaknya dilakukan dengan cara pendekatan serta hubungan saling percaya sehingga mempermudah dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Price,Sylvia Anderson.(2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 6. Jakarta : Buku kedokteran EGC.
2. Zaenudinmz. (2010). Asuhan keperawatan pada klien dengan apendiks. From http://www.scribd.com/doc/29588585/asuhan- keperawatan -dengan- apendiks. 18 April 2011
3. Nursingbegincom. (2010). Kumpulan Askep-tips Kesehatan. From http://nursingbegin.com/askep-apendisitis/. 18 April 2011
4. Banana prince. (2009). Asuhan Keperawatan Apendisitis. From http://www.scribd.com/doc/20949965/Asuhan keperawatan apendisitis. 18 April 2011