Studi Komparatif tentang penutupan Lubang Membran Tympani antara
kauterisasi kimia dengan myringoplasti sumbat lemak
Abstrak Tujuan dari penutupan lubang membrane timpani kering kecil adalah untuk mengembalikan keberlanjutan membran timpani guna meningkatkan pendengaran dan mengurangi terjadinya infeksi telinga tengah. Prosedur-prosedur yang hemat biaya seperti Kauterisasi Kimia dan Fat Plug Myringoplasty (miringoplasti sumbat lemak) telah diketahui efektif dalam menyembuhkan lubang-lubang tengah kecil dengan peningkatan pendengaran yang signifikan. Sebuah penelitian dilakukan kepada 69 pasien yang mengalami lubang tengah di Bagian ENT, Gauhati Medical College & Hospital selama 1 tahun antara tanggal Agustus 2011 sampai Juli 2012. Dari ke-69 pasien, 36 diantaranya menjalani Kauterisasi Kimia dan 33 Fat Plug Myringoplasty. Penilaian pendengaran pra dan pasca operasi terhadap setiap pasien dilakukan dan dianalisa secara statistik. Angka kesuksesannya diketahui sebesar 83,33% dan 90,9% secara berturut-turut. Pada kedua kelompok tersebut, terdapat peningkatan pendengaran yang signifikan secara statistik dengan nilai P 0,01. Dari penelitian kita, diketahui bahwa kedua prosedur tersebut sederhana dan dapat dipercaya dan juga memperkecil morbiditas pasien. Maka dari itu, kami merekomendasikan penggunaan kedua prosedur resmi untuk pengobatan luka pusat pada membrane timpani yang kurang dari 5 mm.
Kata Kunci: Fat Plug Miringoplasti; Kauterisasi Kimia; Penambalan Kertas; Lubang-Lubang Tengah.
1. Pendahuluan Lubang-lubang membrane timpani terutama dari etiologi yang menular dan traumatik. Lubang-lubang yang disebabkan oleh otitis media akut dan trauma sembuh secara spontan pada sebagian besar kasus. Tetapi, jika ada infeksi yang berulang atau jika infeksi tersebut menetap, maka ada kemungkinan yang lebih kecil untuk kesembuhan luban ini secara spontan. Lubang membrane timpani yang sudah lama ada dapat menyebabkan hilangnya pendengaran konduktif dan infeksi telinga tengah bahkan meskipun itu kecil. Tujuan penutupan lubang membrane timpani kering kronis adalah untuk memulihkan keberlanjutan (kelancaran) membran timpani guna meningkatkan pendengaran dan mengurangi terjadinya infeksi telinga tengah. Miringoplasti adalah prosedur penutupan lubang-lubang pars tensa dari membran timpani. Upaya yang pertama pada miringoplasti dicatat oleh Marcus Banzer pada tahun 1640. Penutupan lubang membrane timpani operasi pertama dengan menggunakan sebuah autograft (cangkok kulit bebas ketebalan penuh) dilakukan oleh Berthold pada tahun 1878 dan ia memperkenalkan istilah Myringoplasty. Walaupun Tympanoplasty (myringoplasty + rekonstruksi rantai ossicular) adalah prosedur pengobatan yang ideal, sederhana dan hemat biaya seperti kauterisasi kimia dan fat plug miringoplasty telah diketahui efektif dalam menyembuhkan lubang tengah kecil dengan peningkatan pendengaran yang signifikan. Fat Plug Miringoplasti memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan miringoplasti biasa dengan menggunakan temporalis fascia, karena hal ini sederhana, mudah, hemat biaya dan tidak terlalu invasif. Lemak dari lobula telinga telah digunakan dalam 15-20 tahun terakhir. Studi mikroskopis terhadap lemah dari lobula telinga menunjukkan bahwa sel-sel lemak lebih padat dan mengandung jaringan yang lebih berserabut. Hal ini menghasilkan scaffolding (perancahan) untuk pertumbuhan epitel membran timpani dan membran mukosa dengan menjembatani kekosongan tersebut. Pada tahun 1962, Ringenberg berhasil menggunakan jaringan adipose (Lemak_ untuk memperbaiki pelubangan pada membran timpani kecil.
2. Maksud dan Tujuan 1) Untuk meneliti keunggulan kauterisasi kimia pada lubang tengah kecil membran timpani. 2) Untuk meneliti keunggulan Fat Plug Myringoplasty pada lubang pusat kecil membran timpani. 3) Untuk mengevaluasi hasil dari kedua prosedur ini dan membandingkan mereka.
3. Bahan dan Metode Penelitian ini dilakukan di Bagian ENT, Gauhati Medical College dan Hospital, Guwahati selama setahun antara Agustus 2011 sampai Juli 2012. Kelompok penelitian meliputi pasien diatas usia 15 tahun dengan lubang tengan membran timpani hingga berukuran 5 mm. Lokasi lubang pada pars tensa bervariasi antara satu pasien dengan pasien lain seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Penelitian ini terdiri atas 69 pasien yang 36 diantaranya menjalani Kauterisasi Kimia dan 33 menjalani Fat Plug Myringoplasty. Kriteria untuk pemilihan pasien adalah: 1) Kriteria inklusi: a) Pasien penderita lubang tengah membran timpani setelah Suppurative Otitis Media kronis atau lubang membran timpani kronis. b) Lubang kering yang setidaknya berumur 2 bulan dilibatkan. c) Lubang tengah yang berukuran tidak lebih dari 5 mm (35%) menurut penilaian visual dilibatkan dalam penelitian ini. 2) Kriteria Eksklusi: a) Riwayat operasi telinga sebelumnya; b) Penyakit attico-antral; c) Pelepasan aktif; d) Patologi nasofaringeal e) Disfungsi saluran eustachia dan; f) Rhinosinusitis aktif Penilaian pendengaran baik sebelum dan setelah prosedur dilakukan dengan uji Garpu Tala dan Audiometri Nada Murni. Endoskopi hidung dilakukan untuk mencegah adanya patologi nasofaringeal, disfungsi saluran eustachia dan rhinosinusitis dll.
3.1.Kauterisasi Kimia (Penambalan Kertas) 1) Pasien yang mengalami lubang tengah berukuran kurang dari 5 mm dipilih sesuai dengan kriteria bagian yang disebutkan diatas. 2) Pasien diberi penjelasan secara tepat mengenai prosedur dan kemungkinan hasilnya dan diminta memberikan persetujuan tertulis. 3) Bola kapas yang direndam dalam xylocaine 4% diterapkan pada saluran pendengaran luar. 4) Dibawah mikroskop, tepi-tepi lubang membran timpani dikauterisasi dengan menggunakan aplikator berujung kapas yang dicelupkan kedalam asam trikloroasetat. 5) Setelah prosedur tersebut, sebuah kertas tipis, kertas tisu lebih baik, diletakkan diatas lubang yang diikuti dengan pemberian 1-2 tetes tetes telinga antibiotik yang mengandung steroid. 6) Lubang diperiksa setelah 2 minggu dan jika perlu, pasien diminta untuk duduk selanjutnya. Maksimal empat pemberian dilakukan. 7) Setelah lubang sembuh sepenuhnya, pasien diteliti lebih lanjut hingga minggu ke-6 dan Auditometri Nada Murni dilakukan untuk menilai peningkatan pendengaran.
3.2.Fat Plug Myringoplasty 1) Setelah persetujuan tertulis diberikan, telinga yang bersangkutan dipersiapkan dengan larutan betadine dan kemudian diistirahatkan dengan tepat. 2) Xylocaine 2% + adrenaline dimasukkan ke bagian belakang pinna dan juga pada saluran pendengaran luar. 3) Sekarang dengan memberikan sebuah irisan pada bagian belakang cangkokan lemak lobula telinga dipanen dan tempat irisannya ditutup dengan 4 0 EThilon. 4) Sekarang dibawah sebuah mikroskop operasi, tepi-tepi lubang membran timpani dide-epitelialisasi (Gambar 2). 5) Sumbat lemak yang dipanen selanjutnya dipateri seperti sebuah halter yang salah satu bagiannya berada pada telinga tengah dan bagian samping lainnya pada membran timpani kemudian hal ini ditopang oleh beberapa busa gel dari luar. 6) Sebuah rute obat antibiotik dan antihistamin diberikan pada periode pasca-operasi. 7) Pasien selanjutnya diteliti lebih lanjut setelah 2 minggu, 6 minggu dan kemudian pada 3 bulan dan Auditometri Nada Murni dilakukan untuk menilai Peningkatan Pendengaran (Gambar 3).
3.3.Analisis Statistik Perolehan pendengaran setelah kedua prosedur dianalisa dengan uji t- student dan Koefisien korelasi Pearson (r) ditentukan dengan menggunakan Paket Statistik untuk Ilmu Pengetahuan Sosial (SPSS) versi 10.0. Penghitungan lainnya yang dilakukan untuk penelitian kali ini dilakukan dengan spreadsheet yang dibuat dengan Microsoft Excel (2007). Satu nilai p sebesar 0,05 atau kurang dianggap signifikan untuk penelitian tersebut.
4. Hasil dan Pengamatan Penelitian kali ini terdiri atas 69 orang pasien yang 40 diantaranya adalah laki-laki dan 29 lainnya perempuan. Rata-rata usia kelompok penelitian tersebut adalah 35 tahun. Dari ke-69 pasien, 30 pasien menderita lubang tengah bilateral dan 39 diantaranya mengalami lubang 39 unilateral. 55 pasien mengalami lubang karena etiologi yang infektif dan 14 diantaranya mengalami trauma. Dari ke-69 pasien, 36 diantaranya menjalani kauterisasi kimiawi dan 33 lainnya menjalani Fat Plug Myringoplasty. Pada kelompok yang menjalani Kauterisasi Kimia, rerata ambang pendengaran praoperasi (dB) adalah 24,66 3,69 dan setelah prosedur tersebut, rerata ambang pendengaran (dB) adalah 16 2,03 dan ada rerata kenaikan sekitar 8,66 3,69 dB (Gambar 4) yang diketahui signifikan secara statistik signifikan (r = 0,849, p = 0,001). Dari ke-36 pasien yang menjalani kauterisasi kimiawi, 6 pasien masih mengalami sisa-sisa lubang. Angka kesuksesannya diketahui sebesar 83,33%. Pada kelompok yang menjalani Fat Plug Myringoplasty rerata ambang pendengaran pra-operasinya (dB) adalah 33,83 4,41 dan setelah prosedur tersebut rerata ambang pendengaran (dB) adalah 17,83 2,84 dan terdapat kenaikan rerata sekitar 16 4,02 dB (Gambar 5) yang diketahui signifikan secara statistik (r = 0,782, p = 0,01). Dari ke-33 pasien yang menjalani Fat Pluh Myringoplasty, ke-3 pasien masih memiliki sisa-sisa lubang. Angka kesuksesannya diketahui sebesar 90,9%. Maka dari itu, pada penelitian kita, kami telah menemukan bahwa Fat Plug Myringoplasty merupakan sebuah pilihan yang lebih baik (angka kesuksesannya adalah 90,9%) untuk penutupan lubang Membran Timpani yang kurang dari 5 mm hanya dengan satu kali duduk operasi. Meskipun dalam aplikasi tunggal Kauterisasi Kimiawi mungkin tidak cocok pada semua kasus. Pada kedua kelompok yang disebutkan pada penelitian ini, jumlah pasien yang mengalami sisa-sisa lubang (yaitu 6 dari 36 pada Kauterisasi Kimiawi dan 3 dari 33 pada Fat Plug Myringoplasty) tidak diketahui signifikan secara statistik.
5. Diskusi Penggunaan perak nitrat yang dicatat pertama kali untuk merangsang penutupan lubang membran timpani adalah yang dilakukan oleh William Wilde pada tahun 1848. Miringoplasti kimia kantor diperkenalkan oleh Roosa pada 1876 dan dipopulerkan oleh Derlacki pada tahun 1950an yang melaporkan hasil-hasil baik dan prosedur yang mulai disebut sebagai metode Derlacki. Pada metode ini, ia menggunakan asam trikloroasetat untuk mengkauterisasi lubang yang diikuti oleh sufflasi antibiotik dan penutupan dengan pledget kapas steril dan meresepkan tetes telinga Euthymol. Dua dasawarsa kemudian, Derlacki melaporkan bahwa ia dan koleganya (Shambaugh, Harrison dan Clemis) di Otologic Professioanl Associates di Chicago dan secara kumulatif mengobati 1277 lubang pars tensa antara 1953 sampai 1972 dan telah berhasil sembuh setidaknya 1027 dari mereka (80,4%) Dari penelitian kita, diketahui bahwa kedua prosedur menunjukkan peningkatan yang signifikan pada ambang pendengaran pasca operasi. Angka kesuksesan keseluruhan sebesar 90,9% pada pasien yang menjalani Fat Plug Myringoplasty dan 83,33% pada pasien yang menjalani Kauterisasi Kimia yang diamati pada penelitian kali ini sejalan dengan angka 80%-92% yang dilaporkan pada penelitian-penelitian lain. Tidak ada perbedaan yang signifikan pada angka penutupan lubang membran timpani yang diamati sesuai dengan tempat lubang pada kuadran membran timpani yang berbeda. Dursun E dkk. pada tahun 2008, mengetahui bahwa tidak ada perbedaan yang secara statistik signifikan pada angka penutupan membran timpani antara tambalan kertas, lemak dan myringoplasty perichondrium yang juga diketahui pada penelitian kita. Landsberg R melakukan flat plug myringoplasty pada sebuah populasi yang terdiri atas 27 orang dewasa dan 11 anak. Ambang penerimaan wicara meningkat secara signifikan pada penelitiannya. Hal ini juga terlihat pada penelitian ini. Nelson C. Goldman melakukan kauterisasi kimiawi pada 11 orang pasien dan menemukan angka kesuksesan 82.7%. Hasil yang serupa juga terlihat pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Louis F. Scaramella dkk, dimana angka kesuksesan penderita kauterisasi kimia adalah 84,2% yang berlaku juga pada penelitian kita. Jadia S. dkk dalam penelitian mereka menemukan 92% dan 88,8% hasil dengan fat plug myringoplasty dan kauterisasi kimiawi yang juga terlihat pada penelitian ini. Iqbal Hussain Udaipurwala dkk., pada tahun 2008 dalam penelitian mereka mencapai angka kesuksesan 95,2% dengan Fat Plug Myringoplasty untuk pelubangan tengah membran timpani yang sesuai dengan penelitian ini. Kuljit S. Uppal dkk. pada tahun 1997 mencapai angka kesuksesan 78% dengan kauteri kimiawi pada lubang membran timpani sesuai dengan penelitian ini.
6. Kesimpulan Sebuah angka penutupan membran timpani yang terpercaya (reliabel) pada lubang tengah yang kecil diperoleh dengan Fat Plug Myringoplasty dan kauterisasi kimiawi tanpa anesthesia umum dalam lingkungan resmi dengan jumlah kesuksesan yang baik. Kedua prosedur ini mudah dilakukan, terpercaya dengan hasil yang memuaskan, yang benar-benr mudah dan bebas resiko cepat dan juga memperkecil beban biaya dan morbiditas pada pihak pasien. Walaupun kedua metode ini dapat dianggap sebagai sebuah prosedur resmi yang mudah, namun tingkat kesuksesannya lebih tinggi pada Fat Plug Myringoplasty (90,9%), dan prosedur ini dapat direkomendasikan sebagai pilihan alternatif yang lebih baik untuk jalur pengobatan pertama pada lubang tengah membran timpani pada pars tensa yang berukuran kurang dari 5 mm.
7. Ucapan terima kasih Kita sangat berterima kasih kepada Pimpinan dan Pengawas Gauhati College dan Hospital, Guwahati karena sudah mengijinkan kita melakukan penelitian di institusi ini.