Vous êtes sur la page 1sur 10

Teknik Reaksi Kimia

Oleh :
Eka Lutfi Septiani NRP.2313201012
JURUSAN TEKNIK KIMIA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2014
Tugas Paper - Ujian Akhir Semester

TRICKLE BED REACTOR
Reaktor trickle bed adalah reaktor dengan packing katalis dimana fasa cair dan gas mengalir
searah ke bawah yang mengalami interaksi pada katalis padatan. Reaktor ini banyak digunakan
pada industri perminyakan dan aplikasinya dalam bidang proses kimia, petroleum, industri
biokimia dan pengolahan limbah. Kata trickle mendeskripsikan karakteristik operasional reactor
ini dimana liquid mengalir secara bertahap melewati katalis solid dalam bentuk film, anak air
ataupun droplet. Biasanya, partikel padatan katalis di pak secara acak didalam bed dimana fase gas
dan liquid mengalir. Dalam sebagian besar industri reactor trickle bed, partikel katalis yang
digunakan biasanya berpori dan berbentuk bermacam-macam seperti bola, silinder, ektrudat,
trilobe, atau multilobe seperti pada gambar berikut :



Gambar 1. Bentuk partikel katalis yang digunakan
Reaktor trickle bed memberikan performa yang lebih baik dalam pengontakan gas-liquid-
solid dengan memberikan efisiensi yang tinggi dibandingkan oleh reactor lain seperti stirred slurry
reactors yang memberikan keterbatasan pengaplikasisan pada system reaksi yang cepat
membutuhkan muatan katalis yang rendah dengan tekanan operasi rendah dan volume sedang
seperti bahan kimia khusus dan kecil, ejector loop reactors digunakan untuk reactor cepat yang
menyirkulasikan slurry menggunakan tekanan tinggi mempunyai keterbatasan dalam mengatasi
pemuatan solid, Bubble column slurry reactors dan packed bubble bed reactors memberikan
pengadukan kembali didalam reactor yang bisa menyebabkan konversi rendah dan memicu
terbentuknya produk samping. Konfigurasi reactor trickle bed diklasifikasikan menjadi tiga tipe :
1. Reaktor trickle bed konvensional : berisikan partikel katalis berpori secara acak didalam
packed bed.
2. Reaktor trickle bed semi-struktur : berisikan partikel yang di pak teratur atau katalis yang
dilapiskan pada packing terstruktur.
3. Reaktor trickle bed-mikro : berisikan beberapa saluran-mikro yang di pak dengan partikel
katalis.
Ketiga tipe ini ditampilkan secara skematik dalam gambar di bawah ini :











Gambar 2. Skematik reactor trickle bed










Gambar 3. (A) reactor trickle bed terstruktur dan (B) Photomicrograph reaktor trickle bed-micro
dengan katalis karbon aktif.

Reaksi yang terjadi dalam reactor trickle bed seringkali bersifat eksotermis dan melepaskan
3energy dikarenakan reaksi kimia yang terbawa oleh aliran komponen gas dan liquid.Pengontrolan
temperature bed merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam reactor trickle bed baik
menggunakan jaket eksternal ataupun koil internal. Dalam beberapa kasus, aliran gas dan/atau
liquid direcycle agar meningkatkan kecepatan efektif fluida untuk mengontrol temperature dan
memanipulasi besarnya konversi yang diinginkan. Reactor trickle bed terstruktur dapat digunakan
pada kekuatan katalis yang kurang baik dan memberikan pressure drop yang rendah. Pengaturan
pelepasan 3energi tanpa menyebabkan efek yang tidak diinginkan pada performa alat merupakan
hal terpenting dalam desain reactor trickle bed. Performa reactor trickle bed bergantung pada
beberapa hal seperti karakteristik bed katalitis (konfigurasi packing, porositas, ukuran
partikel/ketebalan pelapisan), distribusi aliran yang tidak merata, pembasahan partikel katalis,
panas interfase lokal, laju transfer massa, massa intrapartikel, perpindahan panas, dan kinetika
reaksi. Konfigurasi dan karakteristik bed katalitis mempengaruhi dinamika fluida didalam reaktor
dimana dinamika fluida membuat scale-up dan scale-down reactor menjadi susah.
Dalam reaktor trickle bed, secara teknis reaktan gas dapat mencapai permukaan katalis
dengan melewati fase liquid ataupun kontak langsung bergantung pada derajat pembasahan. Difusi
intrapartikel dari gas terlarut, adsorpsi pada permukaan katalis dan reaksi kimia terjadi secara
simultan di dalam partikel katalis. Fraksi volume liquid didalam reactor trickle bed biasanya
dikarakterisasi sebagai dynamic liquid holdup dan static liquid holdup, kuantitas perubahan
terhadap keduanya digunakan untuk menentukan residence time distribution didalam reactor
trickle bed. Laju alir fase gas dan liquid menentukan pemberkuan flow regime dimana perbedaan
flow regime memberikan perbedaan pengontakkan dan karakteristik pengadukannya.
Saat reaktan gas dan liquid melewati bed katalis, terjadi proses berskala makro (macro-scale) yakni
pada skala bed, meso-scale (terjadi pengelompokan partikel), dan micro-scale (terjadi pada sisi
(A)
(B)
katalis dan menghubungkan termodinamika, reaksi dan step perpindahan) pada waktu dan skala
panjang yang berbeda. Skematik dari proses ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Proses yang terjadi skala makro, meso, dan mikro.

Flow Regime
Flow regime didalam reactor trickle bed jika dibagi menurut bilangan Reynold (Rep)
partikelnya dimana = /. Untuk aliran dengan laju alir sangat kecil dan creeping flow
untuk Rep<1 menggunakan single-phase flow, bilangan Reynold diatas 10 hingga 350 menggunakan
inertial flow regime, dan untuk Rep=900 menggunakan transisition flow regime. Aliran transisi
antara regime laminar dan turbulen merupakan fungsi kompleks dari ukuran dan bentuk partikel
serta karakteristik packing bed. Kebanyakan reactor trickle bed beroperasi secara concurrent,
beberapa flow regime diamati pada laju alir liquid dan gas berbeda-beda yang diidentifikasikan
menjadi 4 flow regime yakni trickle flow regime, pulse flow regime, spray flow regime, dan bubbly
flow regime. Trickle flow regime dapat terjadi pada laju alir liquid dan gas rendah dimana aliran
membentuk film melewati partikel katalis. Daerah trckle flow regime meluas dengan meningkatnya
ukuran partikel, menurunnya viskositas liquid dan tegangan permukaan, pressure drop rendah,
aliran gas-liquid rendah, aus katalis rendah dan foaming pada liquid merupakan dari operasi regime
ini. Dalam regime ini laju transfer massa dan transfer panas lebih rendah dibandingkan regime
lainnya, namun banyak industri mengunakan regime ini untuk meningkatkan konversi dan
produktivitas dengan mengkombinasikan dengan pulse flow regime. Pulse flow regime secara
signifikan dipengaruhi oleh property liquid (foaming atau non-foaming). Dalam kasus liquid non-
foaming, zona yang kaya gas-liquid sangat tampak dan berbeda. Dalam kasus foaming, pada liquid
terdapat gelembung gas yang besar dan fraksi gas dalam liquid signifikan. Keuntungan
menggunakan pulse flow regime yakni utilisasi efektif dari bed katalis dan tingginya laju
perpindahan panas dan massa, namun regime ini tidak dapat diaplikasikan untuk kolom
berdiameter besar. Spray flow regime digunakan pada laju alir gas yang tinggi dan laju alir liquid
yang rendah sehingga aliran dapat membentuk droplet. Dalam regime ini fase gas memiliki Re yang
lebih besar dari 100. Bubbling flow regime digunakan pada laju alir gas rendah dan laju alir liquid
tinggi sehingga membentuk bubble. Keuntungan regime ini adalah terjadi pembasahan secara
merata.
Parameter hidrodinamik yang perlu diestimasi adalah pressure drop, liquid holdup,
pembasahan partikel, koefisien transfer massa gas-liquid-solid, dan disperse aksial.
Perpindahan panas didalam reactor trickle bed terdapat dalam beberapa tingkatan yakni
perpindahan panas didalam pellet katalis dimana terdapat reaksi, perpindahan paans dari pellet ke
lingkungan fluida, perpindahan panas dari pellet ke pellet, perpindahan panas dari bed ke dinding
reactor. Kenaikan perpindahan panas dipengaruhi oleh naiknya laju alir gas, pada kenaikan laju alir
liquid tidak memberikan efek yang signifikan.

Teknik Reaksi pada Reaktor Trickle Bed
Hal hal yang mempengaruhi performa proses dengan reactor trickle bed adalah :
Homogenitas bed, distribusi liquid, dan factor geometri.
Cara operasi : aliran gas-liquid secara concurrent atau countercurrent, aliran recycle,
pembasahan partikel katalis, distribusi aliran, pengadukan axial dan radial.
Transfer massa : gas-liquid, fluid-particle.
Kinetika laju reaksi : persamaan laju reaksi, deaktivasi katalis.
Efek non-isotermal : reaksi eksoterm atau endoterm, penguapan solvent reaktan.
Untuk reaksi bimolecular A(g) + v B(l) produk, dimana mekanisme reaksi ini digambarkan dalam
Gambar 5 :






















Gambar 5. Konsentrasi profil untuk tiga fase reaksi katalis tiga-fase dibawah kondisi berbeda

laju reaksi dapat dideskripsikan dalam langkah sebagai berikut :
(i) Transfer perpindahan fase gas reaktan A dari fase gas ke bulk liquid.
(ii) Transfer A dan B dari bulk liquid ke permukaan katalis.
(iii) Difusi intrapartikel A dan B dengan pori katalis.
(iv) Adsorpsi A dan B pada sisi katalis dan reaksi permukaan kimia dari A dan B teradsorbsi
untuk menghasilkan produk.
(v) Desorpsi produ, ke fase bulk liquid.

Karakterisasi Reaktor Trickle Bed
Objek utama dalam mendesain reactor trickle bed adalah untuk meningkatkan kontak secara
efektif dari reaktan fase gas dan liquid dengan sisi katalis aktif. Faktor factor yang didesain untuk
operasi pada reaktor trickle bed adalah :
Pressure drop : biaya operasi reactor trickle bed secara langsung dihubungkan dengan
pressure drop sepanjang bed. Untuk mendapatkan pressure drop yang diinginkan, dapat
memanipulasikan struktur bed.
Luas permukaan spesifik : efektif pengontakkan reaktan dengan katalis dan efisiensi
perpindahan panas maupun massa ditentukan oleh luas permukaan spesifik.
Residence Time Distribution (RTD) : untuk mendapatkan RTD yang diinginkan dapat
dilakukan dengan memanipulasikan struktur bed juga dan memaipulasi metode packing.
Pengadukan : pengadukan mempengaruhi efektivitas utilitas dari pak katalis, adanya dead
zone dapat menurunkan efektivitas utilitas dari pak katalis maka struktur bed harus
didesain untuk memperkecil dead zone.
Liquid holdup : tingginya liquid holdup biasanya dimanipulasi untuk mencapai liquid holdup
yang tinggi untuk meningkatkan efisiensi laju perpindahan massa dan laju reaksi.
Perpindahan panas dan perpindahan massa : Perpindahan panas dan perpindahan massa
menjadi penting saat reaksi terjadi pada perpindahan massa yang terbatas atau reaksi yang
sensitive terhadap temperature.
Beberapa factor diatas dapat diperoleh variable yang diinginkan dengan cara memanipulasikan
struktur bed, tipe tipe struktur packing konvensioanal yang digunakan pada reaktor trickle
bed yaitu gauze packing, corrugated sheet packing, mesh-type packing, monoliths atau honeycomb,
dan three layer packing.

Gambar 6. Berberapa tipe struktur bed
Scale up dan Scale down pada reaktor
Scale up dan scale down merupakan langkah penting dalam teknik reactor dari reactor
trickle bed. Metodologi scale up dan scale down dimulai dengan mengevaluasi parameter kinetic,
untuk scale up membutuhkan data eksperimen pada skala yang lebih kecil (pilot plant), parameter
kinetic dan evaluasi termodinamika, model matematis untuk menghitung perangkat reactor dan
parameter hidrodinamika, kemudian dilakukan scale up pada reactor dengan memperoleh
diameter reactor yang besar, meratanya liquid, dan transfer panas yang kecil. Untuk scale down,
setelah mengevaluasi parameter kinetic, dilakukan perubahan informasi dari skala besar ke skala
kecil, memodelkan perangkat reactor dan hidrodinamika secara matematis, kemudian dilakukan
scale down dengan memperoleh rasio diameter reactor terhadap diameter partikel (D/dp) yang
rendah, variasi porositas tinggi, pembasahan sebagian, dan aliran pada dinding. Variasi parameter
dengan skala berbeda beda dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Variasi parameter dengan skala berbeda beda


Aplikasi reactor tricke bed
Reactor trickle bed mempunyai beberapa keuntungan seperti menyederhanakan operasi,
pemuatan katalis per unit volume tinggi, dan biaya kapital dan biaya operasi yang rendah. Contoh
dari pengaplikasian raktoe trickle bed adalah proses reaksi hidrogenasi, reaksi hidroproses, dan
reaksi oksidasi. Dalam proses reaksi hidrogenasi, komposisi organic tak jenuh dikontakkan dengan
hydrogen pada permukaan katalis aktif untuk membuat derajat kejenuhan komposisi organic yang
bervariasi. Katalis yang digunakan bisa berbahan logam maupun non logam seperti Palladium,
Platinum, Ruthenium, Rhodium, Nickel, Cobalt, Molybdenum, Copper, dan kombinasi silica, alumina
ataupun karbon aktif. Contoh reaksi hidrogenasi Achetophenon (ACPH) dengan mekanisme reaksi
sebagai berikut :

Dimana laju hidrogenasi dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
(1)
Parameter/skala
reaktor
Reactor skala
comersial
Reactor
skala Pilot
Reactor
skala Bench
Reactor
mikro
Laju alir gas
Panjang bed (m)
Efisiensi pembasahan
Liquid holdup
Laju alir liquid
Dengan skematik perancangan alat pada Gambar 7(a), diperoleh kecenderungan efek dari
kecepatan liquid pada reaksi hidrogenasi yaitu semakin tinggi kecepatan liquid maka laju
dehidrogenasi akan semakin menurun seperti yang terlihat dalam Gambar 7(b).









Gambar 7. (a) skematik alat reactor trickle bed untuk reaksi dehidrogenasi, (b) efek kecepatan
liquid pada laju dehidrogenasi dengan berbagai temperatur
Reaksi hidroproses biasanya terdapat pada industri petroleum merupakan prosespenting untuk
memproduksi bahan bakar, meingkatkan minyak sintetis dan proses pencairan batu bara. Proses
ini dibutuhkan untuk mengontrol emisi sulfur dan nitrogen untuk meningkatkan alat pembuangan.
Emisi gas dibutuhkan untuk respon kualitas bahan bakar (bilangan oktan, kelarutan, warna dan
sebagainya), contohnya penyulingan bahan bakar hydrogenasi (HYD) dan hydrodearomatic (HDA)
menikuti asumsi :
1. Tekanan reactor seragam (pressure drop tidak signifikan diabndingkan tekanan operasi).
2. Reaktor trickle bed bereaksi secara isothermal (terbatasnya perpindahan panas).
3. Fase gas terdapat hydrogen dan produk H2S, hukum gas ideal diaplikasikan.
4. Reaktan fase liquid non volatile.
5. Transfer massa gas-liquid terbatas.
6. Partikel katalis terbasahi sempurna.
Reaksi yang terjadi :




(a)
(b)
Dengan pemodelan CFD (Computational Fluid Dynamic) dan skematik alat seperti pada Gambar
8(a) diperoleh konversi komposisi sulfur aromatic pada temperatur yang berbeda beda seperti
dalam Gambar 8(b).








(a) (b)
Gambar 8. (a)skematik alat reaksi hidroproses pada reactor komersial, (b)%konversi sulfur
aromatic terhadap berbagai suhu
Dari gambar 8(b) dapat dilihat juga bahwa pada reactor skala komersial memberikan konversi yang
lebih tinggi daripada reactor skala laboratorium dengan suhu optimal 633 K.
Reaksi oksidasi dengan katalis padatan merupakan aplikasi penting menggunakan reactor trickle
bed, contohnya oksidasi SO2 menjadi SO3 untuk manufaktur asam sulfur dan penghilang SO2 sebagai
polutan, pengolahan limbah untuk menghilangkan polutan organic, dan oksidasi larutan polutan
organic dari limbah industri. Reactor trickle bed memberikan keuntungan yang signifikan
(contohnya kecilnya kehilangan aktivitas katalis dikarenakan polimerisasi) dibandingkan reactor
lainnya untuk proses udara basah.

Vous aimerez peut-être aussi