1.1 LATAR BELAKANG Perkotaanmerupakansebuahdaerah yang bersifatsangatdinamis, baikditinjaudarisegisosialbudaya, ekonomimaupunsecaraspasial, danciriutamanyaadalah pendominasiankegiatan non pertanian di segalabidang. Perkembangansebuahperkotaanditandaidengansemakinberkurangnyalahankoson g di dalamperkotaan. Hal inidisebabkanolehpertambahanjumlahpenduduk di daerahperkotaan yang diiringiolehsemakintingginyakebutuhanakanruang. Kebutuhanakanruang yang tidakdapatdibangun di dalamperkotaankarenakelangkaanruangakanmulaiteralihkankedaerahpinggiranp erkotaan yang ketersediaanlahannyamasihbanyak. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Berdasarkan perkembangannya, kegiatan perencanaan menjadi sangat penting dan di masa depan harus sejalan dengan paradigma pembangunan yang hanya berorientasi pada peningkatan kesejahteraan manusia ke arah peningkatan kesejahteraan ekosistem sebagai dasar yang melahirkan konsep pembangunan berwawasan lingku- ngan. Pembangunan tersebut mempertimbangkan daya dukung (carrying capacity) dan kelangkaan (scarcity) sumber daya alam termasuk lahan (ruang) dalam dimensi
Gambar 1.1. Pasir Putih Situbondo
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 2
LAPORAN ANTARA lingkungan (eksternalitas) yang didalamnya tetap juga menjadikan proses pembangunan ekonomi. Guna menunjang penyusunan rencana tata ruang, maka ketersediaan data/informasi yang akurat dan aktual, terutama yang menyangkut aspek keruangan seperti batas wilayah, letak/lokasi kawasan perencanaan, penggunaan lahan, jaringan prasarana dan sarana wilayah dan lain-lain adalah sangat penting dan menentukan. Dengan adanya dan ketergantungan pada data yang akurat diharapkan penyusunan rencana tata ruang akan lebih mendekati kenyataan sesuai dengan kondisi dan permasalahan di lapangan. Rencana detail tata ruang kawasan perkotaan, merupakan penjabaran dari rencana tata ruang wilayah kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan ruang kawasan perkotaan. Rencana detail tata ruang kawasan perkotaan adalah rencana pemanfaatan ruang secara terperinci yang disusun untuk penyiapan perwujudan ruang dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan perkotaan. Berdasarkan Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan Rencana Detail Tata Ruang disusun dengan hirarki atau penjabaran lebih rinci dari rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten. Rencana detail tata ruang juga merupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan, sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. Jangka waktu rencana detail tata ruang perkotaan ini adalah 20 tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan skala minimal 1 : 5.000 atau lebih. Dengan telah diarahkannya fungsi-fungsi kegiatan pada Perkotaan Situbondo, berdasarkan RTRW Kabupaten Situbondo tahun 2009-2029, maka Pemerintah Kabupaten Situbondo memiliki kebijakan dalam upaya untuk menyiapkan Perkotaan Situbondo dalam memenuhi fungsinya sesuai dengan RTRW Kabupaten Situbondo. Perkotaan Situbondo pada saat ini menunjukan perkembangan yang cukup tinggi ditandai oleh perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa, pendidikan
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 3
LAPORAN ANTARA dan kesehatan juga transportasi yang semakin padat. Pada sisi lain menunjukan bahwa ruang Perkotaan Situbondo semakin terbatas dan terkonsentrasi pada bagian tengah kota. Kawasan yang terletak dibagian utara dan selatan relatif masih kosong. Beberapa kawasan memeiliki kendala antara lain rawan banjir dan keterbatasan ruang karena merupakan lahan pertanian yang subur. Untuk itu diperlukan landasan operasional arahan pengembangan kawasan perkotaan sesuai dengan potensi dan masalah yang ada sehingga pada masa yang akan datang akan lebih teratur dan nyaman. Pada sisi lain rencana detail tata ruang kawasan perkotaan akan dapat digunakan sebagai landasan hukum terkait dengan perijinan, pelaksanaan bangunan, maupun investasi.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN Tujuan dari penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Situbondo adalah merumuskan rencana detail tata ruang kawasan perkotaan yang sesuai dengan regulasi dan kebijakan baru, sehingga dapat dijadikan acuan bagi Pemerintah Kabupaten dalam melaksanakan, mengatur, dan mengendalikan pembangunan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Sasaran dari penyusunan RDTR kawasan Perkotaan Situbondo ini adalah: 1. Tersusunnya produk RDTR kawasan perkotaan Situbondo yang telah disesuaikan dengan kebijakan dan peraturan yang baru serta memenuhi prinsip-prinsip penataan ruang, 2. Terumuskan arahan bagi masyarakat dalam pengisian pembangunan fisik kawasan. Rencana detail tata ruangmerupakan rencana yang menetapkan blok-blok peruntukan pada kawasan fungsional perkotaan, sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang, dengan memperhatikan keterkaitan antara kegiatan dalam kawasan fungsional, agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 4
LAPORAN ANTARA 3. Tersusunnya pedoman bagi instansi dalam menyusun zonasi, dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan bangunan dengan peruntukan lahan.
1.3 LANDASAN KEGIATAN 1.3.1 Pengertian-Pengertian 1. Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten yang selanjutnya disingkat RTRW kabupaten adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten, rencana struktur ruang wilayah kabupaten, rencana pola ruang wilayah kabupaten, penetapan kawasan strategis kabupaten, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. 2. Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten. 3. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik; 4. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. 5. Zonasi adalah pembagian kawasan ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain. 6. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 7. Wilayah perencanaan adalah bagian dari kabupaten dan/atau kawasan strategis kabupaten yang akan/perlu disusun rencana rincinya dalam hal
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 5
LAPORAN ANTARA ini RDTR kabupaten sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten yang bersangkutan. 8. Zonaperlindungan setempat adalah peruntukan tanah yang merupakan bagan dari kawasan lindung yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan terhadap sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air. 9. Zona Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 10. Zona suaka alam dan cagar budaya adalah peruntukan tanah yang merupakan bagan dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan, satwa dan ekosistemnya beserta nilai budaya dan sejarah bangsa. 11. Zona rawan bencana alam adalah peruntukan tanah yang merupakan bagan dari kawasan lindung yang memiliki ciri khas tertentu baik di darat maupun di perairan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami tanah longsor, gelombang pasang, banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi. 12. Zona perumahan adalah zona peruntukkan tanah yang yang terdiri dari kelompok rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang dilengkapi dengan fasilitasnya. 13. Rumah kepadatan sangat tinggi/R1 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang sangat besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. 14. Rumah kepadatan tinggi/R2 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang besar antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 6
LAPORAN ANTARA 15. Rumah kepadatan sedang/R3 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang hampir seimbang antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. 16. Rumah kepadatan rendah/R4 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. 17. Rumah kepadatan sangat rendah/R5 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk tempat tinggal atau hunian dengan perbandingan yang sangat kecil antara jumlah bangunan rumah dengan luas lahan. 18. Zona perdagangan dan jasa adalah peruntukkan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan jual beli yang bersifat komersial, fasilitas umum, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi. 19. Zona komersial tunggal/K1 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk tunggal secara horisontal maupun vertikal. 20. Zona komersial deret/K2 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan perdagangan dan/atau jasa , tempat bekerja , tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi dengan skala pelayanan regional yang dikembangkan dalam bentuk deret. 21. Zona perkantoran adalah Peruntukkan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan, fasilitas umum, tempat bekerja, tempat berusaha, tempat hiburan dan rekreasi.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 7
LAPORAN ANTARA 22. Perkantoran pemerintah/KT1 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kegiatan pemerintahan dan pelayanan masyarakat. 23. Perkantoran swasta/KT2 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya difungsikan untuk pengembangan kelompok kegiatan Perkantoran swasta, Jasa, tempat bekerja, tempat berusaha dengan fasilitasnya yang dikembangkan dengan bentuk tunggal /renggang secara horisontal maupun vertical. 24. Zona Industri adalah peruntukan tanah yang difungsikan untuk pengembangan kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. 25. Industri Kimia Dasar/I-1 adalah zona industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku serta memiliki proses kimia yang menghasilkan produk zat kimia dasar,seperti asam sulfat (H2SO4) dan ammonia (NH3), seperti Industri kertas, semen, obat-obatan, pupuk, kaca, dan lain-lain. 26. Industri Mesin dan Logam Dasar adalah zona industri bahan logam dan produk dasar yang menghasilkan bahan baku dan bahan setengah jadi, seperti industri peralatan listrik, mesin, besi beton, pipa baja, kendaraan bermotor, pesawat terbang, dan lain-lain. 27. Industri Kecil/I-3 adalah zona industri dengan modal kecil dan tenaga kerja yang sedikit dengan peralatan sederhana. Biasanya merupakan industri yang dikerjakan per orang atau rumah tangga, seperti indutri roti, kompor minyak, makanan ringan, minyak goreng curah, dan lain-lain. 28. Aneka Industri/I-4 adalah industri yang menghasilkan beragam kebutuhan konsumen. 29. Zona sarana pelayanan umum adalah Peruntukan tanah yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan yang berupa Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Sosial budaya, Olahraga dan Rekreasi, dengan
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 8
LAPORAN ANTARA fasilitasnya yang dikembangkan dalam bentuk tunggal/ renggang, deret/rapat dengan sekala pelayanan yang ditetapkan dalam rencana kota. 30. Sarana pelayanan umum pendidikan/SPU-1 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk Sarana pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi, pendidikan formal maupun informal dan dikembangkan secara horisontal maupun vertikal 31. Sarana pelayanan umum transportasi/SPU-2 adalah Peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk manampung fungsi transportasi dalam upaya untuk mendukung kebijakan pengembangan sistem transportasi yang tertuang didalam rencana tata ruang yang meliputi transportasi darat, udara dan perairan. 32. Sarana pelayanan umum kesehatan/SPU-3 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk pengembangang sarana kesehatan dengan hierarki dan sekala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang akan dilayani yang dikembnagkan secara horisontal maupun vertikal 33. Sarana pelayanan umum olahraga/SPU-4 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menampung sarana olah raga dalam bentuk terbuka maupun tertutup sesuai dengan lingkup pelayanannya dengan herarki dan sekala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk. 34. Sarana pelayanan umum sosial budaya/SPU-5 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menampung sarana sosial budaya dengan herarki dan sekala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk yang dikembangkan secara horisontal maupun vertical. 35. Sarana pelayanan umum peribadatan/SPU-6 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 9
LAPORAN ANTARA menampung sarana ibadah dengan herarki dan sekala pelayanan yang disesuaikan dengan jumlah penduduk 36. Zona Ruang Terbuka Non-Hijau/RTNH adalah adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori (cadas, pasir, kapur, dan lain sebagainya). 37. Zona peruntukan lainnya adalah peruntukan tanah yang dikembangkan untuk menampung fungsi kegiatan di daerah tertentu berupa pertanian, pertambangan, pariwisata, dan peruntukan-peruntukan lainnya. 38. Peruntukan pertanian/PL-1 adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan pengusahaan mengusahakan tanaman tertentu, pemberian makanan, pengkandangan, dan pemeliharaan hewan untuk pribadi atau tujuan komersial. 39. Peruntukan pertambangan/PL-2 adalah peruntukan ruang yang dikembangkan untuk menampung kegiatan pertambangan bagi wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan, meliputi golongan bahan galian A, B, dan C. 40. Peruntukan pariwisata /PL-3 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk mengembangkan kegiatan pariwisata baik alam, buatan, maupun budaya. 41. Zona peruntukan khusus adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budi daya yang dikembangkan untuk menampung peruntukan-peruntukan khusus Militer, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), dan lain-lain yang memerlukan penanganan, perencanaan sarana prasarana serta fasilitas tertentu, dan belum tentu di semua wilayah memiliki peruntukan khusus ini. 42. Peruntukan khusus militer/KH-1 adalah peruntukan tanah yang merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dikembangkan untuk menjamin kegiatan dan pengembangan bidang pertahanan dan keamanan seperti
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 10
LAPORAN ANTARA kantor, instalasi militer, termasuk tempat latihan baik pada tingkat nasional, Kodam, Korem, Koramil, dan sebagainya. 43. Peruntukan khusus TPA/KH-2 adalah peruntukan tanah di daratan dengan batas-batas tertentu yang yang digunakan sebagai tempat untuk menimbun sampah dan merupakan bentuk terakhir perlakuan sampah 44. Peruntukan khusus IPAL/KH-3 adalah peruntukan tanah yang terdiri atas daratan dengan batas batas tertentu yang berfungsi untuk tempat pembuangan segala macam air buangan (limbah) yang berasal dari limbah-limbah domestik, industri, maupun komersial dan lain-lainnya. 45. Bagian dari wilayah perkotaanadalah satu kesatuan wilayah dari kabupaten yang bersangkutan yang merupakan wilayah yang terbentuk secara fungsional dan administratif dalam rangka pencapaian daya guna pelayanan fasilitas umum kabupaten; 46. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus; 47. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata (spt jaringan jalan, sungai, selokan, saluran, irigasi, saluran udara tegangan (ekstra) tinggi, dan pantai) atau yang belum nyata (rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota) 48. Sub Blok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan sub zona. 49. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya; 50. Daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya;
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 11
LAPORAN ANTARA 51. Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah GSJ yang ditetapkan dalam rencana kabupaten; 52. Garis Sempadan Jalan (GSJ) adalah garis rencana jalan yang ditetapkan dalam rencana kabupaten; 53. Intensitas ruang adalah besaran ruang untuk fungsi tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan koefisien lantai bangunan, koefisien dasar bangunan dan ketinggian bangunan tiap bagian kawasan kabupaten sesuai dengan kedudukan dan fungsinya dalam pembangunan kabupaten; 54. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; 55. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain (network) 56. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budi daya; 57. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan; 58. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan; 59. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi; 60. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan;
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 12
LAPORAN ANTARA 61. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan; 62. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan; 63. Pengaturan zonasi adalah ketentuan tentang persyaratan pemanfaatan ruang sektoral dan ketentuan persyaratan pemanfaatan ruang untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang; 64. Penggunaan lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil; 65. Peran masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat sesuai dengan hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan penataan ruang; 66. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang; 67. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang; 68. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya; 69. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya;
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 13
LAPORAN ANTARA 70. Rencana tata ruang wilayah kabupaten adalah rencana tata ruang yang memuat kebijakan dan penetapan Pemerintahan Kabupaten mengenai lokasi kawasan-kawasan yang harus dilindungi di wilayah darat dan/atau wilayah laut, lokasi pengembangan kawasan budidaya, termasuk di dalamnya kawasan-kawasan produksi dan kawasan permukiman, sistem prasarana transportasi, fasilitas dan utilitas umum, serta kawasan- kawasan di wilayah darat dan wilayah laut yang diprioritaskan pengembangannya dalam kurun waktu rencana; 71. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya; 72. Ruang manfaat jalan (Rumaja) adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya; 73. Ruang milik jalan (Rumija) adalah ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan; 74. Ruang pengawasan jalan (Ruwasja) adalah ruang tertentu diluar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggaraan jalan; 75. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam; 76. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah ruang-ruang dalam kabupaten dalam bentuk area/kawasan maupun memanjang/jalur yang menampung kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat kabupaten dan tidak didominasi tanaman; 77. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 14
LAPORAN ANTARA untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 245kV; 78. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 35 kV sampai dengan 245 kV; 79. Sub Zona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan; 80. Utilitas umum adalah kelengkapan sarana pelayanan lingkungan yang memungkinkan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mencakup sistem penyediaan air bersih, sistem drainase air hujan, sistem pembuangan limbah, sistem persampahan, sistem penyediaan energi listrik, sistem jaringan gas, sistem telekomunikasi dan lain-lain; 81. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional;
1.3.2 Fungsi RDTR RDTR dan peraturan zonasi berfungsi sebagai: a. Kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten berdasarkan RTRW; b. Acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW; c. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang; d. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan e. Acuan dalam menyusun RTBL.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 15
LAPORAN ANTARA 1.3.3 Manfaat RDTR RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai: a. Penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu; b. Alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat; c. Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten secara keseluruhan; dan d. Ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya pada tingkat BWP atau Sub BWP.
1.3.4 Masa Berlaku RDTR RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika: a. Terjadi perubahan RTRW kabupaten yang mempengaruhi BWP RDTR; atau ; b. Terjadi dinamika internal kabupaten yang mempengaruhi pemanfaatan ruang secara mendasar antara lain berkaitan dengan bencana alam skala besar, perkembangan ekonomi yang signifikan, dan perubahan batas wilayah daerah.
1.4 DASAR HUKUM Acuan peraturan perundang-undangan dalam penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Situbondo sebagai berikut : 1). Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 2). Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman;
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 16
LAPORAN ANTARA 3). Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah; 4). Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan fungsi kawasan hutan; 5). Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang; 6). Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan; 7). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan; 8). Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 50/2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah; 9). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 tahun 2011 tentangpedoman penyusunan rencana detail tata ruang dan peraturan zonasi kabupaten 10). Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang wajib di lengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan hidup;
1.5 RUANG LINGKUP 1.5.1 Ruang Lingkup Perencanaan Batasan kawasan perencanaan adalah kawasan Perkotaan Situbondo adalah: Sebelah Utara : Desa Olean danKecamatanMangaran SebelahTimur : KecamatanPanji Sebelah Selatan : DesaKalibagordanKecamatanPanarukan Sebelah Barat : Kecamatan Panarukan. Orientasikawasanperencanaandapatdilihatpadapeta 1.1.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 17
LAPORAN ANTARA Petaorientasi 1.1
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 18
LAPORAN ANTARA 1.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup dalam penyusunan laporan antara RDTR Kawasan Perkotaan Situbondo adalah sebagai berikut: a. Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Situbondo 2009-2029 meliputi rencana struktur ruang dan pola ruang. b. Tinjauan Kawasan Perkotaan Situbondo meliputi kondisi fisik dasar, penggunaan lahan, kependudukan, jaringan prasarana, fasilitas dan ekonomi perkotaan. c. Pembahasan analisa pengembangan Kawasan Perkotaan Situbondo meliputi penetapan fungsi perkotaan, analisa daya dukung dan tampung Kawasan Perkotaan, analisa fungsi kawasan, analisa prasarana kawasan, analisa kebutuhan pengembangan fasilitas kawasan. d. Arahan pengembangan kawasan dengan pembahasan meliputi skenario pengembangan Kawasan Perkotaan yang memberikan konsep utama dan batasan pengembangan serta alternatif pengembangan.
1.6 PENDEKATAN PERENCANAAN a. Pendekatan Keterpaduan Perencanaan Dari Bawah dan Dari Atas (Top Down and Bottom Up Planning) Pendekatan perencanaan ini bertitik tolak dari kebutuhan dan tuntutan akan perlunya keterpaduan arahan dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah di satu sisi dengan aspirasi dari masyarakat di sisi lainnya. Pendekatan ini menggunakan 2 (dua) terminologi perencanaan yaitu perencanaan dari atas (top down planning) berupa perencanaan program-program serta merupakan penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh pemerintah Propinsimaupundaerah. Sedangkan terminologi kedua adalah perencanaan dari bawah (bottom up planning). Perencanan ini memberikan penekanan bahwa RDTR Kawasan Perkotaan Situbondo mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan dengan melibatkan masyarakat dalam
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 19
LAPORAN ANTARA proses perencanaannya. Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan. b. Pendekatan Intersektoral Holistik Pendekatan ini didasarkan pada suatu pemahaman bahwa perencanaan tata ruang menyangkut banyak aspek, sektor-sektor lain serta kawasan yang lebih luas dari wilayah perencanaan. Perencanaan ini di mulai dengan tahapan diagnosis secara umum terhadap kawasan perencanaan (mikro) maupun dalam konteks yang luas. Dari tahapan diagnosis akan dirumuskan konteks dan kerangka makro pengembangan wilayah perencanaan. Tahapan selanjutnya adalah analisis dan arahan pada setiap rencana sektoral yang ada. Setelah tahapan tersebut, dilanjutkan dengan tahapan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pemanfaatan ruang. c. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan Pendekatan ini akan mendorong perencanaan tidak hanya berorientasi pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang semaksimal mungkin untuk kebutuhan saat ini, namun tetap berorientasi pada masa yang akan datang dengan tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak lingkungan. Prinsip-prinsip pendekatannya, yaitu : Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan berorientasi ke depan (jangka panjang).Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak tetapi lestari.Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung ruang.Keselarasan yang sinergis antara kebutuhan, lingkungan hidup dan masyarakat dengan tetap memberikan apresiasi pada konsep konservasi lingkungan.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 20
LAPORAN ANTARA Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang terjadi akibat pembangunan dan pemanfatan lahan untuk budidaya. d. Pendekatan Masyarakat (Community Approach) Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat adalah masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap kegiatan pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya pembangunan. Oleh karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan harus mencerminkan masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
1.7 METODE ANALISIS Penyusunan RDTRK Perkotaan Situbondo merupakan suatu proses perencanaan yang mengkaitkan seluruh elemen-elemen perencanaan tata ruang. Rangkaian keterkaitan tersebut merupakan pendekatan sebuah sistem. Sistem elemen yang terkait tersebut disusun secara struktural membentuk suatu kerangka atau pola pikir yang praktis, efektif dan mudah dimengerti. Tahap analisis berisi pengkajian data dari sumber-sumber yang ada, baik berupa potensi atau masalah untuk merumuskan usulan alternatif konsep RDTR Kawasan Perkotaan Situbondo. Tahap analisis antara lain : A. AnalisaKondisiKependudukan 1. Analisis Pertumbuhan Penduduk a. Metode Ekstrapolasi/Trend b. Metode Analisis Pertumbuhan Komposisi 2. Analisis Kepadatan Penduduk
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 21
LAPORAN ANTARA
Diagram 1.1 Kerangka Pikir Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Situbondo
Data terkumpul Fungsi dan Peran Perkotaan Situbondo Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Perkotaan Situbondo KONSEP DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN PERKOTAAN SITUBONDO Kebijaksanaan Pembangunan, Tata Ruang dan Sektoral Makro. RTRWN RTRWP Jawa Timur RTRW Kabupaten Situbondo RPJP/RPJM KAbupaten
Isu Pokok di Wilayah Perencanaan Pengembangan fungsi kawasan perkotaan Pengembangan jaringan jalan tol mulai dari Surabaya sampai dengan Banyuwangi Kawasan pengembangan industri besar pemurnian minyak di Tanjung Pecinan Kecamatan mangaran Pengembangan jalan lingkar kota. Analisa Makro Kedudukan Perkotaan Situbondo Pengembangan Fungsi Perkotaan Skala Pelayanan Fasilitas Perkotaan Hubungan antar Wilayah Kesesuaian Pola Ruang Pengembang Prasarana Regional Kebijaksanaan Tata Ruang Mikro Program Sektoral Penetapan Fungsi Perkotaan
Karakter/Kondisi Perkotaan Situbondo Kondisi Fisiografis Kawasan Kondisi Distribusi dan Pola Ruang Kondisi Sosial Kependudukan Kondisi Prasarana/Infrastruktur Kondisi Penataan Lingkungan Intensitas Bangunan
Kemampuan Pelayanan
Standart Teknis dan Komparatif
Analisa Mikro Analisa Daya Tampung Dan Daya Dukung Wilayah Perkembangan Penduduk dan Kegiatannya Tingkat Pelayanan dan Kebutuhan Fasilitas Pengembangan Prasarana Perkotaan Kebutuhan Ruang Pengembangan Ruang Perkotaan. Penanganan Lingkungan Pengembangan elemen utama perkotaan
RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SITUBONDO 1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Perencanaan 2. Rencana Pola Ruang 3. Rencana Jaringan Prasarana 4. Penetapan Bagian dari Wilayah Perencanaan yang diprioritaskan Penanganannya P E N D A H A L U A N F A K T A & A N A L I S A
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 22
LAPORAN ANTARA B. AnalisaFisikDasar 1. Analisa Daya Dukung Lahan 2. Analisa Daya Tampung Lahan C. AnalisaAspekPerancangan Kota 1. Analisa Guna Lahan 2. Analisa Perpetakan Lahan 3. Analisa Nilai Intensitas Bangunan D. AnalisisJaringanJalan 1. Analisa Jaringan Jalan 2. Analisa Sistem Parkir 3. Analisa Pedestrian (Trotoar) 4. Analisa Tempat Penyebrangan (zebra cross, jembatan dan sebagainya) E. Analisis RTH F. AnalisisSistemKeamananBangunanLingkungan
1.8 SISTEMATIKA PEMBAHASAN SistematikapembahasanlaporanantaraPenyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Situbondoadalah: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang dari kegiatan Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan Situbondo, maksud, tujuan dan sasaran, ruang lingkup dan metode pendekadan perencanaan
BAB II TINJAUAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SITUBONDO 2009-2029 Bab ini menguraikan secara singkat tentang gambaran kebijakan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Situbondo yang berpengaruh terhadap kebijakan spasial di Kawasan Perkotaan Situbondo, meliputi rencana struktur tata ruang wilayah dan rencana pola ruang.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Situbondo 1 - 23
LAPORAN ANTARA BAB III TINJAUAN KAWASAN PERKOTAAN SITUBONDO Bab inimembahas tentang karakteristik Kawasan Perkotaan Situbondo meliputi kondisi fisik dasar, penggunaan lahan, sarana dan prasarana kawasan serta utilitas kawasan.
BAB VI ANALISA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN SITUBONDO Bab iniakan membahas tentang analisa kawasan meliputi analisa pusat- pusat pelayanan, analisa jaringan pergerakan, analisa sarana dan prasarana dsb.
BAB V PENUTUP Bab ini berisikan konsep pengembangan kawasan perkotaan serta alternatif pengembangan kawasan perkotaan.