Vous êtes sur la page 1sur 25

ANEURYSMAL BONE CYST

OLEH :
Dr.Rahmayanti Arief
Pembimbing
Dr.Junus Baan,Sp.Rad
P
E
N
D
A
H
U
L
U
A
N



Aneurysmal Bone Cyst (ABC) lesi yang menyerupai
tumor, ekspansil dan erosive pada tulang fistula
arteriovenous tulang o/k tekanan hemodinamik maka
akan terjadi reaksi tulang sekunder yang membentuk
aneurysmal bone cyst ini.

Pada tahun 1950 Jaffe dan Lichtenstein 2 bagian
besar yaitu giant cell tumor (GCT) dan varian dari giant
cell tumor. Aneurysmal bone cyst (ABC) termasuk
salah satu varian GCT. Beberapa nama lain yang
diberikan pada ABC yaitu; Aneurysmal GCT,
Subperiosteal GCT, Giant cell variant of the bone cyst.

ABC dapat mengenai seluruh tulang
pada tubuh. Predileksi yang tersering
adalah daerah metafisis tulang panjang,
tulang vertebra dan tulang pipih. Tiga
jenis tulang ini 80% ditemukan dari
semua kasus ABC.
INSIDEN&EPIDEMIOLOGI
Ditemukan 80 % pada
usia 10 - 30 thn
Perempuan : Laki-laki = 1,2 : 1
Angka kejadian ABC ini 1 %
dari biopsi tumor2 primer
tulang
PREDILEKSI ABC
Pada tulang panjang ditemukan di
metafisis
Pada Vertebra : arcus neuralis
(proc.transversus & proc.spinosus)

Tibia (17,5%) Humerus (9,1%)
Femur (15,9%) Fibula (7,3%)
Vertebra (11,6%) Telapak tangan (4,7%)
Pelvis (10,2%) Ulna (3,8%)
Telapak kaki (6,3%) Radius (3,1%)






ETIOPATOGENESIS
Penyebab pasti belum diketahui
Diduga trauma berat & adanya
fraktur mnjd pemicu
terjadinya fistula arteriovenous sehingga
ABC
Gangguan hemodinamika





1. Fase permulaan osteolitik (Osteolytic Initial Phase)
2. Fase pertumbuhan aktif (Active Growth Phase)
3. Fase matur (Mature Phase)
4. Fase penyembuhan (Healing Phase) ditandai dengan
kalsifikasi progresif dari kista.


FASE PATOGENESIS ABC
D
DIAGNOSIS
GAMBARAN KLINIK :

- Soft Tissue Swelling
- Nyeri Ringan
- Keterbatasan dlm pergerakan
Paraplegia

GAMBARAN RADIOLOGIK
1. FOTO POLOS
Gbr.A.Lesi kistik ballooned dgn trabekula yg kasar &tepi sklerotik pada
metafisis radius. B.Lesi litik ekspansil pada metatarsal 3.

A. B.






Gbr.A. ABC pd vertebra.Lesi ekspansil disertai hilangnya pedikel pada sisi kiri
CV.T.12. B. Lesi ekspansil yang berseptasi dengan tepi yang sklerotik pada
metafisis humerus

A. B.
Lesi osteolitik + ossifikasi
periosteal kulit telur
(egg-shell appearance) +
fluid-fluid level di (kista-
kista berisi darah dan
cairan serous)
CT-SCAN
Kista dengan intensitas
signal yang berbeda2
Batas tegas dengan
kontur lobulated
Kista + fluid-fluid level
dgn septasi didlmnya
ABC pada distal tibia. A. MRI T1-
Coronal, lesi ekspansil heterogen
hipointens pada metafisis distal. B.
MRI T2- Axial , lesi ekspansil
hiperintens + fluid-fluid level
didalamnya.
A. B.
M R I
Terlihat peningkatan
uptake pada tepi lesi
dengan gambaran
normal atau penurunan
uptake pada sentral lesi
yang memberikan
gambaran doughnut
sign
BONE SCAN
PATOLOGI ANATOMI
GAMBARAN MAKROSKOPIK
Vaskular >> & bagian yang ekspansil
menyerupai spons/sarang tawon wrn
merah gelap - merah
kecoklatan/coklat & trdr dr ruang-
ruang yg menyerupai kista yang berisi
darah berwarna merah gelap

Pola ABC bervariasi, namun pada
dasarnya ruang-ruang kistik besar
/kecil berisi darah yang dibatasi oleh
septa yang terdiri dari jaringan ikat
fibrosa, trabekula jaringan fibrosa dan
osteoid, atau jaringan granulasi yang
berisi multinucleated giant cells.
GAMBARAN MIKROSKOPIK
Perbedaan
Aneurysmal
Bone Cyst
Giant Cell
Tumor
Chondromyxoid
Fibroma
Simple Bone
Cyst
1. Insiden Usia 10-30 thn.
P : L = 1,2 :1
Usia 20-55 thn.
L : P = 1 : 2
Usia 20 30 thn.
L : P= 1,5-2 : 1
Usia 10 20 thn.
L : P =2 3 : 1
2. Gambaran
klinik
Soft tissue
swelling disertai
nyeri ringan
Nyeri khususnya
pada sendi
Soft tissue
Swelling disertai
nyeri
Soft tissue
swelling, nyeri
dan adanya
fraktur patologik
3. Lokasi Metafisis tulang
panjang dan
vertebra
Epifisis tulang
panjang
Metafisis pada
ekstremitas
bawah
Proksimal
metafisis yang
meluas ke
diafisis
DIAGNOSIS BANDING
4.Gbr.
Radiologik
Lesi litik ekspansil
berseptasi pd metafisis
tulang panjang, tepi
sklerotik dengan batas
lesi tegas, destruksi
dan penipisan cortex
tulang disertai fluid-
fluid levelSoap
Bubble Appearance
Lesi osteolitik
eksentrik terletak
di epifisis
(subartikular)
hingga metafisis,
batas tidak tegas.
Lesi osteolitik,
ekspansil, batas
tegas pada
metafisis disertai
destruksi dan tepi
yang sklerotik,
kalsifikasi +/-
Lesi luscent solid,
batas tegas pada
daerah sentral
dengan tepi yang
sklerotik fluid-fluid
level +/-
Metode penatalaksanaan yang paling berhasil adalah curetage
dan bone grafting. Rekurensi sekitar 20-30%. Reseksi en bloc
juga memberikan hasil yang cukup memuaskan.
Terapi radiasi biasanya dianjurkan pada lesi yang berulang
maupun pada lesi yang sulit dicapai secara pembedahan
terutama lesi di vertebra. Dosis radiasi yang dianjurkan antara
2000 3000 cGy diberikan dalam 3 4 minggu. Namun
harus dipertimbangkan pula bahaya postradiasi yang biasanya
terjadi yaitu sarcoma tulang atau soft tissue. Radiasi
merupakan kontraindikasi apabila lesi ABC dapat dicapai
secara pembedahan
PENATALAKSANAAN
P
R
O
G
N
O
S
A
Umumnya baik
Rekurensi 10-20% dari
semua kasus ABC
Bersifat jinak dan tidak
bertransformasi mnjd ganas
dant tidak bermetastasis
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. M.
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Benjolan di leher
Anamnesa Terpimpin :
Benjolan di leher bagian belakang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, 3 minggu
terakhir membesar dengan cepat. Terkadang rasa nyeri, demam tidak ada, nafsu makan
baik . BAB dan BAK biasa.
III. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit sedang/gizi baik/composmentis
Tanda2 Vital : T : 120/70 mmHg N : 96x/mnt P : 28x/mnt S : 36,7
0
C
StatusGeneralis :
Mata : anemis -/-, ict -/-, Ref +/+
Thorax : Paru : Suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : H/L ttb, Ascites (-)
Ekstremitas : Superior dan inferior : Pergerakan dan kekuatan
berkurang



Status Lokalis :
I : Tampak benjolan pada baian belakang leher
P : Teraba massa tumor, batas tidak jelas, terfixir dan konsistensi kenyal
P : Nyeri ketok ( - )

Status Neurologik :
GCS : E4M6V5
Motorik :


<5 < 5 N N - -
P K T N N RF RP

<

5 <5 N N - -



IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium :
a. Darah
Hb : 11,9 gr %
Leukosit : 8,9.10
3
/mm3
Eritrosit : 4,64.10
6
/mm
3

PLT : 387 . 10
3
/mm
3


b. Sitologi
- Pemeriksaan Makroskopik
Benjolan di leher belakang kiri + sebesar tinju anak. FNA 2x,
aspirasi sedikit seperti cairan serous.
- Pemeriksaan Mikroskopik
Hapusan dari aspirasi hanya terdiri dari sel-sel darah
merah,tidak ada sel-sel ganas
Diagnosa :
Mungkin suatu proses edema karena proses lain disekitarnya,
tidak ditemukan adanya sel-sel ganas pada aspirasi

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
Tampak lesi litik dengan
karakteristik ballooning pada
pedikel kiri dan processus
spinosus corpus vertebra C6.
Aspek posterior corpus
vertebra C6 relatif normal.
Ketebalan discus
intervertebralis pada level di atas
dan di bawah C6 tampak
normal.
Corpus vertebra dan discus
intervertebralis lainnya normal.
Kesan : Tumor arcus
posterior corpus vertebra C6


FOTO CERVICAL AP/LAT
CT-SCAN CERVICAL NON KONTRAS
Pada arcus posterior dan pedikel kiri
corpus vertebra C6 tampak massa kistik
ekspansil berseptasi dengan cortex yang
tipis dan relatif intak disertai gambaran
fluid-fluid level di dalam massa tersebut.
Pasca pemberian kontras intravena
terlihat penyangatan perifer pada septa
massa kistik tersebut.
Canalis spinalis level tersebut tampak
terdesak dari arah posterior.

Kesan : Sesuai gambaran Aneurysmal
Bone Cyst

CT-SCAN CERVICAL DGN KONTRAS
VII. TERAPI
Operatif
Terapi radiasi

VIII. DISKUSI
Aneurysmal bone cyst bukanlah merupakan neoplasma sejati, tetapi
merupakan lesi yang menyerupai tumor, ekspansil dan erosive pada
tulang yang diduga dimulai dan terjadi oleh karena adanya fistula
arteriovenous tulang, akibat adanya tekanan hemodinamik maka
akan terjadi reaksi tulang sekunder yang membentuk Aneurysmal
bone cyst ini.
Penyebab pasti dari tumor ini masih belum jelas. Namun ada
beberapa teori yang menyebutkan bahwa trauma berat dan fraktur
dapat menginduksi terjadinya fistula arteriovenous sehingga terjadi
ABC. Adapula penelitian lain yang menyimpulkan terjadinya ABC
akibat efek destruksi lokal dan perubahan hemodinamik dari proses
neoplasma jinak maupun ganas yang merupakan lesi prekursor
sehingga terjadi arteriovenous atau vaskular anomali yang memicu
ABC.
Modalitas radiologi yang paling baik untuk mendiagnosis ABC adalah
dengan imaging MRI karena dapat memperlihatkan lebih jelas lesi kistik
ekspansil yang berseptasi disertai fluid-fluid level didalamnya.
Tindakan atau terapi pada ABC dapat dilakukan dengan curetage dan bone
grafting) serta terapi radiasi sesuai lokasi dari tumor.
Pada pasien ini datang dengan keluhan utama benjolan pada daerah leher
bagian belakang disertai nyeri ringan yang berkembang cepat. Hasil
pemeriksaan sitologi FNA ditemukan adanya cairan serous dan sel-sel darah
merah tanpa adanya sel ganas, pemeriksaan neurologik ditemukan adanya
tetraparese akibat adanya lesi setinggi CV.C6 Pada foto polos cervical
AP/Lat ditemukan adanya tumor arcus posterior CV. C6, hasil CT-Scan
cervical non kontras dan kontras ditemukan adanya gambaran aneurismal
bone cyst maka dapat ditegakkan diagnosis dari pasien ini adalah
aneurismal bone cyst.
Penanganan pada pasien ini adalah dilakukan dengan tindakan operatif
berupa curettage dan bone grafting serta terapi radiasi oleh karena lesi
berada di bagian posterior.

Vous aimerez peut-être aussi