Vous êtes sur la page 1sur 14

UPAYA PENINGKATAN BONGKAR MUAT PT.

INDO SAMUDRA
PERKASA TERHADAP KELANCARAN ARUS BARANG
DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG


Marmin

ABSTRAK
Kegiatan bongkar muat adalah salah satu kegiatan yang menunjang
kelancaran arus barang di suatu pelabuhan. Kegiatan bongkar muat ini
mempunyai beberapa proses kegiatan antara lain: stevedoring, cargodoring,
receiving, dan delivery. Dalam kegiatan bongkar muat, perusahaan bongkar muat
yang melaksanakan kegiatan bongkar muat dituntut peranannya untuk
memperlancar arus barang. Kelancaran arus barang dapat tercapai apabila
dalam pelaksanaannya didukung oleh sumber daya manusia yang terampil dan
penggunaan peralatan bongkar muat yang memadai. Apabila salah satu dari hal
tersebut tidak terpenuhi, maka akan menimbulkan ketidaklancaran arus barang.
Adapun akibat dari ketidaklancaran arus barang antara lain kerugian yang dapat
mengurangi pendapatan bagi perusahaan sehingga upah yang diterima oleh para
karyawan dan buruh ikut berkurang. Bila hal ini berlangsung dalam jangka
waktu lama maka akan mengakibatkan menurunnya kinerja para karyawan
sehingga kegiatan bongkar muat tidak dapat berjalan lancar.

Kata kunci: bongkar muat, arus barang, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang


LATAR BELAKANG
Kegiatan bongkar muat di pelabuhan laut dapat dikatakan lebih sulit dan
rumit bila dibandingkan dengan kegiatan bongkar muat di terminal angkutan
darat. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan bongkar muat di pelabuhan laut
harus melibatkan banyak pihak atau instansi terkait, terlebih bila komoditas
(barang dagangan) barang ekspor atau impor. Sebagai contoh untuk mengekspor
barang dari pelabuhan laut dalam wilayah Republik Indonesia ke uar negeri,
paling tidak akan melibatkan kurang lebih sebelas instansi antara lain, eksportir,
Deperindag, Bank, EMKL, PBM, Bea dan Cukai, Perusahaan Pelayaran,
Surveyor, Asuransi, Karantina, Importir (Martopo dan Giyanto, 2000).
Instansi yang saling terkait dalam kegiatan ekspor impor barang tersebut
memegang peranan penting dan tanggung jawab yang besar dalam perindustrian
barang, dalam rangka mendukung terciptanya arus barang dalam perdagangan.
Salah satu faktor penentu terciptanya arus barang adalah perusahan bongkar muat
sebagai salah satu penyedia fasilitas-fasilitas bongkar muat sebagai pelaksana
kegiatan bongkar muat yang kesemuanya itu memerlukan manajemen yang
matang serta adanya dukungan dan kerja sama yang baik dari semua pihak yang
terkait agar kelancaran kegiatan bongkar muat dapat tercapai (Sumardi, 2000).
2
Kegiatan kerja di suatu pelabuhan adalah kegiatan yang bersifat komplek
artinya tidak hanya satu macam saja kegiatan yang ada di sana, mulai dari yang
sederhana sampai yang berskala internasional. Sebagai contoh pengiriman barang
antar pulau sampai dengan mengekspor dan mengimpor barang dari dan keluar
negeri. Khususnya di pelabuhan utama yang merupakan pintu gerbang
perekonomian negara kita dan sebagian besar kegiatan ekonomi di negara kita
dilakukan melalui pelabuhan laut.
Penanganan bongkar muat barang harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut diharapkan
semua perusahaan bongkar muat dapat melaksanakan ketentuan tersebut agar
tercipta kelancaran arus barang dan keharmonisan dalam bekerja. Tetapi dalam
prakteknya penanganan bongkar muat tidak selalu dilakukan dengan lancar dan
benar, tetapi sedikit dari mereka yang mengabaikannya. Kebanyakan dari
perusahaan bongkar muat tersebut hanya mementingkan keuntungan saja tanpa
memperhatikan dan memikirkan dampak-dampak yang akan timbul bila
penanganan bongkar muat dilakukan secara tidak aman dan tidak benar atau tidak
sesuai dengan ketentuan (Triatmodjo, 2006).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis memilih judul Upaya
Peningkatan Bongkar Muat PT. Indo Samudra Perkasa Terhadap Kelancaran Arus
Barang Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang dikemukakan adalah:
1. Mengapa terjadi keterlambatan dalam pengiriman barang di PT. INDO
SAMUDRA PERKASA ?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dijumpai di PT. INDO SAMUDRA
PERKASA dalam usaha mengoptimalkan bongkar muat dan kelancaran arus
barang?


TINJAUAN PUSTAKA
Bongkar muat adalah kegiatan jasa yang bergerak dalam kegiatan bongkar
muat dari dan ke kapal yang terdiri dari kegiatan stevedoring, cargodoring, dan
receiving/delivery. (Giyanto dan Martopo, 2004)
a. Stefadoring adalah:
1) Kegiatan membongkar barang dari palka kapal dan menempatkan ke atas
dermaga
2) Memuat dari atas dermaga dan menempatkannya ke atas palka kapal
dengan menggunakan derek kapal atau alat lainnya.
b. Cargodoring adalah :
1) Kegiatan mengeluarkan barang dari sling di lambung kapal ke atas
dermaga, mengangkut dari dermaga dan menyusun di dalam gudang.
2) Kegiatan mengambil barang dari tumpukan di gudang dan mengangkutnya
ke dermaga, memasukkan ke dalam sling di lambung kapal di atas
dermaga.

3
c. Receiving/delivery
1) Receiving adalah kegiatan menerima barang dari timbunan digudang atau
lapangan penimbunan sampai barang tersusun di gudang atau lapangan
penumpukan dalam pelabuhan.
2) Delivery adalah kegiatan mengirim barang dari timbunan digudang atau
lapangan dan menyerahkan barang sampai tersusun di kendaraan di pintu
gudang atau lapangan penumpukan.

Perlengkapan Bongkar Muat
Dalam suatu pekerjaan bongkar muat, perlengkapan bongkar muat
merupakan salah satu faktor penentu kecepatan dan keselamatan bongkar muat.
Menurut Suyono (2000), alat-alat yang biasa digunakan untuk bongkar muat
dibagi menjadi dua:
1. Alat mekanis
a. Batang pemuat
Adalah alat yang terdiri dari pipa panjang yang pangkalnya dihubungkan
ke ting kapal untuk bongkar muat.
b. Crane atau top loader
Alat yang dipakai untuk mengangkat atau menurunkan (lift on/lift off)
container. Crane ini merupakan alat-alat yang vital dalam pelaksanaan
bongkar muat, dimana crane ini bergeser pada rel-relnya pada saat
kegiatan dan mudah ditempatkanpada suatu kedudukan yang baik serta
aman di kapal atau di gudang.
c. Head Truck
Sejenis alat yang dipakai untuk membawa container yang diturunkan dari
kapal dan di bawa ke gudang CFS atau langsung ke consigned dan
sebaliknya.
d. Forklif
Dengan kombinasi yang baik antara peralatan bongkar muat ditambah
forklift di darat maka muatan dimuat dengan kecepatan yang sama dengan
memakai crane, meskipun jaraknya jauh untuk mengambil dari tongkang
maupun dari sisi lambung kapal yang sandar di dermaga sehingga dapat
disimpulkan bahwa crane maupun forklift sama pentingnya bila
dibandingkan dengan yang lainnya. Hanya saja forklift mungkin tidak
dapat berperan ganda dalam pekerjaan di dalam gudang.
e. Telescopic Speder Combo
Alat yang berfungsi sebagai alat untuk mengangkat container dari kapal ke
alat pengangkut yang lain (truck) atau sebaliknya. Alat ini pada dasarnya
dan mungkin dikaitkan pada sebuah kapal.
2. Alat-alat non mekanis
Adalah sebuah alat yang digunakan untuk sebuah pelaksanaan bongkar
muat dan untuk membantu alat-alat mekanis yang lain seperti :
a. Alat-alat untuk bongkar muat barang-barang di sebuah karung atau peti,
sling yang sering digunakan antara lain :
1) Sling kawat
2) Sling plastik
4
3) Sling tali dari manila atau serat rami
b. Alat untuk bongkar semen dengan ukuran karung kecil menggunakan sling
antara lain :
1) Saling keranjang tali plastik
2) Sling keranjang
c. Untuk bongkar muat peti atau drum yang ukurannya kecil dengan
keranjang kawat.
d. Untuk barang-barang berat digunakan sling rantai maupun sejenis sling.
e. Untuk bongkar muat aspal atau barang-barang seperti drum sling yang
digunakan adalah sling yang bermata enam.
f. Untuk bongkar muat kopi maupun tembakau sling yang digunakan adalah
sling layer.
g. Untuk bongkar muat kayu maupun balok-balok sling yang digunakan
adalah sling kawat
h. Untuk bongkar muat kendaraan bermotor digunakan sling mobil.

Organisasi Bongkar Muat
Untuk menghindari dalam pelaksanaan kegiatan di dalam pelabuhan
khususnya dalam kegiatan bongkar muat maupun dalam kegiatan ekspor impor
agar tidak menimbulkan suatu kemacetan dalam pelaksanaannya dan harus ada
organisasi dalam pelabuhan yang mengatur para pekerja agar dapat bekerja sama
antara yang satu dengan yang lain. Adapun organisasi yang terkait antara lain :
1. Foreman
Adalah seorang yang melakukan kegiatan dalam bidang jasa atau berprofesi
sebagai mandor atau pengawas para pekerja yang bekerja dalam pemuatan
maupun pembongkaran barang dari kapal ke kapal.
2. Planer
Planer adalah seorang yang melakukan kegiatan usaha jasa dalam membuat
perencanaan pemuatan barang maupun pembongkaran barang ke dalam kapal
maupun sebaliknya.
3. Tallyman
Adalah seseorang yang melakukan kegiatan usaha jasa dengan menghitung
dan membuat catatan mengenai muatan untuk kepentingan pemilik muatan
dan pengangkut. Daftar atau laporan yang dibuat oleh Tallyman disebut
tallyseet.
4. Pekerja Buruh
Adalah seseorang yang melakukan kegiatan dalam usaha jasa tenaga untuk
melaksanakan pemuatan dan pembongkaran dari dan ke kapal (Sumardi,
2000).
Dalam hal ini semua diatur oleh perusahaan bongkar muat yang
bersangkutan untuk menentukan dan mengatur antara foreman, planner, tallyman
dan buruh, sehingga diharuskan dapat menjadi kelancaran kerja sama sebagai
rekan kerja yang baik dan saling menguntungkan, saling menunjang dalam usaha
tersebut. Adapun instansi yang berhubungan dengan kegiatan bongkar muat :


5
1. ADPEL
Administrator pelabuhan yang memiliki peran dan tugas dan ADPEL sendiri
merupakan koordinator bagi instansi-instansi yang ada di lingkungan
pelabuhan, adapun tugasnya antara lain :
a. Menyediakan sarana bantu navigasi
b. Menjamin keamanan dan ketertiban
c. Menjaga keselamatan pelayaran
d. Memelihara kelestarian lingkungan
2. IMIGRASI
Para petinggi maupun pejabat yang berwenang dalam Departemen Kehakiman
yang menyelenggarakan kegiatan keimigrasian yang terkait dalam pelayanan,
pengawasan, pengamanan dan pengendalian lalu lintas manusia antar negara,
serta beradanya oaring asing di wilayah Negara Republik Indonesia.
3. BEA CUKAI
Instansi pemerintah dibawah Departemen Keuangan yang mempunyai fungsi
di pelabuhan sebagai pelaksana pengamanan dan pengawasan pendapatan
negara (cukai dan bea masuk) demi kelancaran arus barang dan dokumen
barang ekspor impor.
4. KARANTINA
Para petinggi pemerintah di bawah Departemen Kesehatan yang bertugas
untuk memantau dan mengelola lalu lintas hewan dan tumbuhan yang keluar
masuk melalui wilayah pelabuhan yang bagaimana berfungsi sebagai
karantina hewan dan tumbuhan, dapat juga dikatakan sebagai filter untuk
mencegah segala sesuatu yang masuk dan tersebarnya virus yang ada pada
hewan dan tumbuhan melalui pemeriksaan kesehatan, sebagai media yang
dapat menjadi sumber penularan.
5. KPPP (Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan)
Para pejabat Kepolisian yang mempunyai fungsi sebagai pengendalian
pengamanan di wilayah dan lingkungan pelabuhan.

Pelaksanaan Bongkar Muat
1. Bongkar muat dari dan ke kapal (stevedoring)
a. Bongkar muat langsung
Bongkar muat langsung bisa disebut truck lossing yaitu bongkar muat dari
kapal langsung diterima oleh penerima barang (consigne) tanpa melalui
gudang lini 1, consigne dapat menerima barang langsung dari takle dengan
menggunakan truck, kereta api atau tongkang di lambung kapal. Jika
barang bongkaran diterima oleh consigne dari derek kapal langsung di atas
bak truck disebut truck lossing dan bila terjadi kesulitan teknis barang
harus diturunkan dulu ke kade maka kegiatan semacam itu sebut kade
lossing. Muatan langsung adalah kebalikan dari bongkar langsung. Jika
barang muatan dari alat angkut shipper langsung dengan derek kapal
dimuat ke kapal, kagiatan ini disebut Truck Afscheep dank arena kesulitan
teknis harus diturunkan dulu ke kade, kegiatan ini disebut kade afscheep.
Sesuai kebijakan pemerintah hanya barang-barang tertentu yang diijinkan
6
bongkar / muat langsung seperti sembilan bahan pokok, bahan baku
industri dan barang antar pulau.
b. Bongkar muat tidak langsung
Bongkar muat tidak langsung adalah kegiatan membongkar barang dari
kapal dimana barang tersebut tidak langsung diterima oleh consigne dari
derek kapal tetapi barang harus ditimbun terlebih dahulu di gudang atau
ditempat penumpukan lini 1, setelah mendapat dokumen pengeluaran,
muatan tidak langsung dimuat ke kapal, dimana barang tersebut tidak
langsung dari angkutan shipper dengan derek di muat di kapal, tetapi harus
melalui kegiatan penimbunan di gudang atau lapangan penumpukan lini 1.
Kegiatan bongkar muat tidak langsung adalah suatu proses kegiatan
cargodoring, receiving, stevedoring/delivery. Pada umumnya barang-
barang impor/ekspor dikerjakan secara tidak langsung dengan demikian
proses pembongkaran muatan dari kapal melalui beberapa tahap sebagai
berikut :
1) Bongkar langsung ke truck, kereta api, tongkang
2) Pemindahan dari sis kapal ke dermaga ke tempat penimbunan di
gudang atau lapangan.
3) Operasi di gudang (store operating)
Dalam rangkaian bongkar dan muat semua kegiatan tersebut harus
dilakukan secara terkoordinir oleh semua komponen agar mendapat
hasil yang maksimal.
2. Cargodoring
Pelayanan kegiatan di dermaga pada dasarnya mencakup tiga pokok :
a. Cargodoring bongkar
b. Menyusun/menumpuk muatan di gudang penumpukan
c. Mengembalikan alat bantu bongkar muat ke dermaga lagi.
3. Receiving / Delivery
Kegiatan penerimaan (receiving) dan penyerahan (delivery) adalah merupakan
bagian dari kegiatan perusahaan bongkar muat (PBM) dimana sistem angkutan
laut bertemu pada transaksi di terminal pelabuhan.
a. Pada kegiatan muat langsung atau bongkar langsung, kegiatan penerimaan
atau penyerahan terjadi di dermaga.
b. Pada waktu kegiatan bongkar muat tidak langsung, kegiatan penerimaan di
gudang laut untuk dikapalkan (Sumardi, 2000).


METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk
menggambarkan dan memaparkan serta menguraikan objek yang diteliti untuk
memperoleh suatu penjelasan atau objek yang akan dibahas. Dalam hal ini untuk
menggambarkan upaya bongkar muat PT. Indo Samudra Perkasa terhadap
kelancaran arus barang di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Sumber data dalam penelitian ini meliputi data primer yaitu data yang
dikumpulkan oleh peneliti dari narasumber dan dicatat, dan data sekunder yang
dikumpulkan oleh peneliti dengan mengutip data-data yang sudah ada atau
7
dikumpulkan orang lain, seperti riset perpustakaan dan dokumen-dokumen yang
diperlukan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu interview,
kepustakaan dan dokumentasi.
Teknis analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif yaitu
dengan menjelaskan dan menceritakan perincian-perincian yang penulis dapatkan
selama melakukan penelitian.


ANALISA HASIL PENELITIAN
Penanganan Proses Bongkar Muat di PT. Indo Samudra Perkasa
Di dalam perusahaan bongkar muat khususnya PT. Indo Samudra Perkasa
telah ditetapkan prosedur-prosedur harus diikuti dan dilaksanakan pada saat
melakukan proses bongkar muat di kapal, baik berupa barang general cargo
maupun petikemas (container). Disini akan dijelaskan prosedur dan tahapan
penanganan bongkar muat oleh PT. Indo Samudra Perkasa, antara lain :
1. Penanganan Proses Bongkar
a. Order atau pemberitahuan beserta dokumen terkait yang diterima oleh
cabang (PT. Indo Samudra Perkasa) akan ditindaklanjuti dengan
melakukan persiapan
b. Pre arrival meeting (persiapan) dilakukan selambat-lambatnya satu hari
sebelum kapal sandar di pelabuhan yang dihadiri oleh kepala bagian,
kepala sub bagian yang terkait dengan proses bongkar muat barang
c. Kepala sub bagian perencana bongkar muat melakukan persiapan tentang
kebutuhan peralatan dan personil dari perusahaan maupun tenaga kerja
bongkar muat (TKBM) dengan mengacu kepada pre arrival meeting yang
telah disepakati
d. Setelah kapal sandar di pelabuhan, kepala seksi bidang operasional
bongkar muat melakukan koordinasi dengan pihak kapal melakukan
persiapan pelaksanaan pembongkaran dengan melakukan survey bersama
dengan pihak kapal cargo atau barang yang akan dibongkar
e. Kepala bagian melakukan pengecekan terhadap kesiapan peralatan
personil dari perusahaan atau TKBM
f. Pembongkaran barang di kapal dilakukan dengan mengacu pada rencana
yang telah dilakukan pada pre arrival meeting sebelumnya
g. Pembongkaran barang di kapal dilakukan sesuai instruksi kepala sub
bagian operasional bongkar muat dan dengan pengawasan foreman,
selama kegiatan berlangsung sampai kegiatan bongkar muat barang
tersebut selesai. Dalam hal ini pembongkaran barang pihak perusahaan
bongkar muat membuat dokumen pembongkaran antara lain :
1) Labour Time Sheet (laporan jumlah buruh yang digunakan)
2) Statement of Fact (catatan bongkar muat sesuai keadaan)
3) Statement of Damage Cargo (Laporan kerusakan barang)
4) Laporan keadaan barang
5) List of short and overlanded cargo (daftar kekurangan / kelebihan
barang), yaitu daftar yang memuat barang-barang yang kurang
dibongkar dan atau kelebihan dibongkar.
8
h. Setelah cargo di dermaga, cargo tersebut dipindahkan sampai ke dalam
gudang atau lapangan.
i. Cargo yang sudah berada di gudang atau lapangan disusun berdasarkan
merk atau bill of loading party, dicatat dengan melakukan tally in dan di
catat dalam buku gudang.
j. Pengontrolan atau pemeriksaan terhadap keseluruhan kelengkapan
dokumen maupun kondisi pembungkusan barang dilakukan sebelum
barang diserahkan kepada pemilik barang yang bersangkutan.
k. Penyerahan barang kepada pemiliknya menggunakan surat penyerahan
barang kepada kepala gudang yang bersangkutan, apabila pada penyerahan
barang tersebut ditemukan kekurangan maupun kerusakan barang, maka
kepala sub bidang claim, mengeluarkan dokumen laporan bukti
kekurangan yang dipindahkan dari kade atau gudang lini 1 ke gudang lini
II menggunakan memo khusus dari perusahaan.
Setelah proses bongkar muat selesai, kapal akan meninggalkan pelabuhan
untuk melanjutkan perjalanan lagi, selanjutnya kepala bagian yang terkait
mengevaluasi pekerjaan dan menyelesaikan serta mengirim dokumen kepada:
a) Kantor pusat: melaporkan proses bongkar muat per kapal dan
mengevaluasi hasil pre arrival meeting yang sudah ditetapkan.
b) Bagian Keuangan : Menyerahkan copy statement of fact,, manifest dan
menyerahkan copy labour time sheet, outurn report.
c) Perusahaan pelayaran: statement of fact, labour time sheet, Statement .of
damage cargo, Tally in (Catatan barang masuk gudang/palka kapal), Tally
sheet (catatan hasil keseluruhan bongkar muat), Dailly loading/discharging
report (catatan hasil laporan bongkar muat), penyerahan berita acara serah
terima barang bongkar dan barang muat pihak perusahaan bongkar muat
kepada perusahaan pelayaran.
2. Penanganan Proses Muat
a. Order atau pemberitahuan beserta dokumen yang terkait yang diterima
oleh cadang akan ditindaklanjuti dengan melakukan pre arrival meeting,
kecuali order kerja yang tidak menyangkut kegiatan bongkar muat.
b. Pre arrival meeting dilakukan selambat-lambatnya satu hari sebelum kapal
datang. Yang dihadiri oleh kepala bagian, kepala sub bagian yang terkait.
c. Kepala sub bagian perencanaan bongkar muat melakukan rencana
persiapan tentang kebutuhan peralatan, personil, dari perusahaan maupun
tenaga kerja bongkar muat (TKBM) dengan mengacu pre arrival meeting.
d. Penerimaan barang dari pengirim melalui gudang atau lapangan
menggunakan resi gudang dan disusun berdasarkan merk.party pelabuhan
tujuan, dicatat dalam tally ini dalam buku gudang dan penerimaan barang
yang dimuat ke dalam container untuk dilakukan stuffing.
e. Barang telah dimuat diatas kapal dari dermaga aka dibuatkan sebuah
laporan yang dibuat oleh nahkoda (mates Receipt) dan apabila barang
yang diterima jumlahnya tidak sesuai, maka pihak kapal akan memberikan
catatan pada resi mualim khusus untuk barang yang melalui gudang atau
lapangan.
9
f. Setelah kapal tiba di pelabuhan maka kepala sub bidang operasional
bongkar muat (stevador), kepala sub bidang claim atau surveyor
melakukan koordininasi dengan pihak kapal untuk persiapan pemuatan
barang berdasarkan dokumen yang diterima dari principle atau pelayaran.
g. Foremen melakukan pengecekan terhadap persiapan peralatan, personil
atau petugas dari perusahaan maupun TKBM.
h. Pemuatan barang dilakukan sesuai instruksi kepala sub bagian opersional
bongkar muat dengan pengawaasan dari stevedore/foremen dengan
beberapa dokumen terkait antara lain:
1) Labour time sheet (laporan jumlah buruhyang digunakan dalam
permuatan)
2) Statement of fact (Catatan kondisi barang saat proses bongkar muat)
3) Statement of damage cargo (laporan kekurangan atau kerusakan
barang ).
i. Setelah barang di muat ke kapal, mualim I menandatangani Mates Receipt
sesuai barang yang diterimanya.
j. Pemeriksaan barang terhadap kelengkapan dokumen barang maupun
kondisi pembungkus barang sesuai dengan pre arrival meeting.
k. Setelah kapal berangkat foremen mengevaluasi laporan dan menyelesaikan
dokumen serta menyerahkan kepada:
1) Kantor pusat, berupa: Laporan muat per kapal dan evaluasi
2) Bagian Keuangan: berupa: Labour time sheet dan laporan muat.
3) Perusahaan pelayaran, berupa: Statement of damage cargo, tally in,
LPBM, Daily loading/report (laporan hasil muatan per hari) berita
acara serah terima barang eksport dari pihak perusahaan bongkar muat
kepada pihak kapal.
3. Dokumen-dokumen dalam penanganan proses bongkar muat.
a. Tally Sheet (lembar perhitungan)
Adalah suatu lembar memudahkan pencatatan jumlah barang yang akan
dibongkar ataupun yang akan dimuat.
b. Dailly report
Adalah lembar daftar laporan harian pemuatan dan pembongkaran barang
yang dibuat pada saat pengangkutan dan pembongkaran barang oleh
perusahaan bongkar muat.
c. Outurn report
Adalah dokumen yang menyatakan jumlah kerusakan-kerusakan barang
baik pada saat pemuatan atau pembongkaran
d. Time sheet//Working Sheet
Adalah suatu lembaran yang mencatat aktivitas kegiatan bongkar muat
sejak awal sehingga berakhirnya proses bongkar muat di kapal.
Secara garis besar yang tercantum dalam time Sheet adalah:
1) Nama kapal
2) Jumlah muatan yang dibongkar atau dimuat
3) Kecepatan muat per hari
4) Waktu yang ditetapkan sebagai persyaratan dicarter
5) Waktu kapal tiba
10
6) Waktu kapal standar atau labuh
7) Pemeritahuan siap
8) Waktu batas untuk bongkar muat
e. Statement of cart
Adapun kumpulan beberapa dari time sheet pada saat memuat atau pada
saat membongkar barang.
f. Stowage plan
Adalah gambar atau muatan yang ditalka yang digunakan untuk
merencanakan pemuatan yang tepat dan aman. Denah ini digunakan
sebagai bukti muatan kapal agar tidak menyimpang dari atau aturan yang
ditetapkan sehingga muatan sampai tujuan dengan aman.
g. Cargo manifest
Adalah dokumen yang menerangkan semua muatan yang ada di kapal, di
pelabuhan muat dan di pelabuhan bongkar, nama kapal, nahkoda, tanggal
merangkat dari pelabuhan bongkar atau muat.
h. Resi Mualin (Mates Receipt)
Adalah suatu tanda terima pihak kapal kepada pihak yang memuat barang
di kapal, resi mualin akan menerangkan barang yang diterima oleh pihak
kapal. Yang tercantum dalam resi mualin adalah nama kapal, menerimaan
muatan, jumlah barang dan jenis muatan.
i. Demage Cargo Report
Adalah dokumen yang dibuat oleh perusahaan bongkar muat untuk
mengetahui jumlah kerusakan barang baik pada saat maupun dimuat.
j. Short and Landed cargo
Adalah daftar mengenai kekurangan atau kelebihan muatan yang terjadi
diatas kapal, kekurangan atau kelebihan muatan ini harus dicocokkan
dengan hasil tally dan jumlah muatan berdasarkan manifest.

Faktor-faktor Yang menghambat Optimalisasi Dalam Kegiatan Bongkar
Muat
1. Faktor sumber daya manusia
Faktor sumber daya manusia sangatlah membantu dalam menyelesaikan
kegiatan bongkar muat, karena cepat lambatnya bongkar muat ditentukan oleh
kemampuan dan keterampilan pekerjanya. Meskipun alat-alat yang digunakan
canggih dan modern tetapi jika manusianya tidak menguasai maka akan terjadi
hambatan, sebagai contoh:
a. Kurangnya keterampilan buruh bongkar muat
b. Kurangnya disiplin buruh bongkar muat
c. Keterlambatan buruh saat melakukan pekerjaan bongkar muat (Waktu
istirahat terlalu lama, terjadi pemogokan)
d. Pengurusan dokumen, adanya kesalahan maupun kekeliruan pada
pembuatan dokumen, sehingga mengakibatkan proses pengurusan
dokumen yang pada akhirnya menghambat proses bongkar muat barang.
2. Faktor Peralatan
Peralatan yang dipakai antara lain: crane, forklift, peralatan ini mempunyai
peran penting dalam kegiatan bongkar muat, baik yang ada di kapal maupun
11
yang ada di darat. Adapun hambatan yang diakibatkan oleh perlatan antara
lain:
a. Kurangnya pengadaan peralatan bongkar muat, dalam arti jumlah barang
yang akan di bongkar atau dimuat tidak seimbang, dengan peralatan yang
dimiliki oleh perusahaan bongkar muat, sehingga harus menyewa alat dari
Pelindo atau perusahaan lain.
b. Tidak adanya modernisasi peralatan pengakibatkan peralatan yang dimiliki
sudah tua, sehingga mengurangi kecepatan kerja peralatan.
c. Adanya kerusakan peralatan bongkar muat pada saat digunakan
d. Adanya keterlambatan truck sebagai alat angkut barang dari dermaga ke
gudang sebaliknya dalam bongkar maupun muat.
3. Faktor Alam
Dalam pengelolaan perusahaan bongkar muat selalu melihat aspek-aspek alan
yang ada di sekitarnya aspek-aspek yang sering menghambat dalam kegiatn
bongkar muat PT Indo Samudra Perkasa adalah sering naiknya air laut ke
dermaga atau yang sering disebut rob dan terjadinya hujan.

Usaha-Usaha PT. Indo Samudra Perkasa Dalam Upaya Peningkatan Proses
Bongkar Muat
Sebagai perusahaan bongkar muat yang mengharapkan keberhasilan di
dalam penanganannya dan juga mendapatkan keuntungan, PT Indo Perkasa
Samudra Perkasa melakukan beberapa usaha dalam mengoptimalkan proses
bongkar muat antara lain:
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Perusahaan dengan sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu
memberikan tingkat pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa. Faktor
SDM ini adalah faktor penentu tetap eksis serta berkembangnya perusahaan.
Adapun upaya dari perusahaan dalam peningkatan kualitas SDM adalah
sebagai berikut:
a. Training
Dengan diberikannya training (pelatihan-perlatihan) kemampuan dan
keahlian yang dimiliki karyawan akan berkembang sehingga diharapkan
mampu meningkatkan kualitas SDM, contoh: adanya alat baru misalnya
crane, maka harus mengundang karyawan perusahaan lain untuk
memberikan pengarahan serta pelatihan agar dalam penggunaan alat
tersebut bisa optimal, dan bisa meningkatkan kinerja para karyawan dan
perusahaan itu sendiri.
b. Meeting
Ada meeting antar karyawan yang terkait pada bongkar muat akan
memberikan berbagai keuntungan, diantaranya dengan meeting tersebut
akan ditemukan kendala-kendala yang dialami dari masing-masing bagain
atau karyawan sehingga kendala tersebut dapat dihindari dan secara tidak
langsung akan diketahui bagian atau karyawan mana dalam proses
bongkar muat yang dirasa kinerjanya kurang optimal dan kekurangannya
dalam bekerja sehingga dapat ditangani dan ditingkatkan lebih baik lagi.

12
c. Study Banding
Pelaksanaan proses bongkar muat yang dilakukan selama ini kurang optial
dengan dilakukannya study banding diharapkan akan menambah
pengetahuan karyawan. Karyawan aka melihat langsung kinerja, disiplin
dari karyawan perusahaan lain maupun proses bongkar muat itu sendiri
apabila dala studi banding tersebut ditemukan cara ataupun system
operasional yang dirasa lebih baik maka dapat diterapkan di perusahaan.
2. Kegiatan bongkar muat merupakan kegaitan utama di pelabuhan, maka perlu
adanya kerja sama dan koordinasi yang baik antara PBM itu sendiri dengan
Pelindo, Agen Pelayaran, EMKL, Tricking Company dalam meningkatkan
kelancaran arus barang di pelabuhan adalah sebagai berikut.
a. Agen Pelayaran mengajukan PPKB (Permintaan Pelayaran Kapal dan
Barang) ke Pelindo dengan dilampiri oleh master cable, manifest, SPKBM
(Surat Penunjukan Kerja Bongkar Muat).
b. Dalam meeting yang diikuti oleh Agen, PBM, dan EMKL, yang dilakukan
di PPSA guna membahas pelaksanaan bongkar muat yang sekaligus
pelindo menetapkan posisi dan waktu kapal untuk bersandar.
c. Setelah Pelindo menetapkan posisi dan waktu kapal untuk bersandar baru
pihak-pihak terkait dapat melaksanakan proses pembongkaran.
Sedangkan prosedur pemuatan barang di pemuatan barang di pelabuhan
sama halnya dengan proses pembongkaran hanya saja dalam SPLBM
berisi tentang perintah pemuatan.
Melihat dala proses bongkar muat melibatkan berbagai pihak yang
dalam kegiatannya saling mendukung dan saling terkait satu sama lainnya
maka diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik guna terciptanya
kelancaran proses bongkar muat.
3. Selalu memperhitungkan waktu operasional bongkar muat sesuai dengan
kondisi cuaca yang terjadi pada waktu bongkar muat, misalnya jika kondisi
cuaca tidak mendukung seperti hujan secara otomatis proses pembongkaran
ataupun pemuatan untuk sementara waktu akan dihentikan, sehingga waktu
yang telah ditetapkan oleh Pelindo tidak cukup untuk menyelesaikan proses
bongkar muat yang berakibat akan terkenanya charge atau denda. Untuk itu
perusahaan harus benar-benar apat memperkirakan waktu yang dibutuhkan
dalam kondisi apapun.
4. Berupaya memperbaharui alat-alat bongkar muat dan melakukan modernisasi
sesuai dengan tuntutan zaman agar menciptakan efektivitas dan efisiensi kerja.
Adapun langkah nyata guna mewujudkan tersedianya alat-alat yang memenuhi
standar dan kelayakan peralatan dalam beroperasi diantaranya
a. Mengadakan perawatan dan perbaikan yang teratur tiap bulannya.
b. Melakukan pengadaan baru dengan cara tukar tambah pada peralatan yang
rusak atau dirasa tidak layak untuk dioperasikan.
c. Apabila perusahaan tidak memungkinkan untuk membeli peralatan yang
baru maka perusahaan untuk sementara dapat menyewa peralatan dari
perusahaan lain.


13
SIMPULAN
Sesuai dengan judul yang penulis pilih Upaya Peningkatan Bongkar Muat
PT. Indo Samudra Perkasa Terhadap Kelancaran Arus Barang Di Pelabuhan
Tanjung Emas Semarang dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terhambatnya kegiatan opersional perusahan disebabkan kurang baiknya
hubungan antara perusahaan dengan pihak terkait misalnya dalam hal
pengurusan dokumen.
2. Dalam pelaksanaan bongkar muat terdapat hambatan-hambatan yaitu: faktor
alam misalnya terjadinya rob, faktor sumber daya manusia misalnya kurang
profesional dalam penggunaan alat bongkat muat, dan faktor peralatan
misalnya sering terjadi kerusakan pada alat bongkar muat.

Saran
Saran yang dapat diberikan penulis terhadap perusahaan agar lebih baik dan
profesional adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya perusahaan bongkar muat selalu menjaga hubungan baik dengan
pihak-pihak atau instansi yang terkait dalam kegiatan opersional
2. Sebaiknya perusahaan agar selalu memperhatikan segala macam hambatan
yang selalu terjadi dalam kegiatan opersionalnya, misalnya:
a. Faktor Alam. Terjadinya gelombang pasang yang sering mengganggu
kegiatan bongkar muat yang mengakibatkan dermaga tergenang air. Maka
perusahaan harus selalu memantau keadaan alam yang terjadi misalnya
dengan menjalin hubungan dengan dinas BMG (Badan Meteorologi dan
Geofisika).
b. Faktor Sumber Daya Manusia. Para tenaga kerja kurang memahami atau
kurang profesional dalam penggunaan alat bongkar muat. Maka pihak
perusahaan harus mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan training
kepada para tenaga kerja.
c. Para tenaga kerja kurang memahami akan pentingnya disiplin waktu.
Maka pihak perusahaan harus lebih tegas dalam menegakkan peraturan
tentang disiplin kerja, jika perlu diberikan sistem point kesalahan.
Sehingga para pekerja akan sadar pentingnya disiplin waktu.
d. Faktor Peralatan. Sering terjadi kerusakan pada alat bongkar muat. Maka
harus sering diadakan dingecekan terhadap alat bongkar muat jika perlu
dibuatkan jadwal servis berkala tiap bulan. Perusahaan juga harus
menambah alat bongkar muat, jika belum mampu perusahaan dapat
menyewa dari perusahaan bongkar muat lainnya.









14
DAFTAR PUSTAKA

Arso Martopo dan Hery Giyanto. 2000. Pengoperasian Pelabuhan Laut.
Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Komarudin. 2002. Kamus Riset. Jakarta: Penerbit Angkasa.

Margono S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjatmiko, F.D.C. 2007. Pokok-pokok Pelayaran Niaga. Jakarta: PT. Gunung
Agung.

Sumardi. 2000. Referensi Kepelabuhan, Seri Kelima, Sumber Daya Manusia
Pelabuhan Indonesia. Jakarta.

Sumardi. 2000. Referensi Kepelabuhan, Seri Kesepuluh, Terminologi
Kepelabuhan dan Pelayaran, Pelabuhan Indonesia. Jakarta.

Suranto. 2004. Manajemen Operasional Angkutan Laut dan Kepelabuhanan serta
Prosedur Import Barang, Jakarta: Gramedia.

Suyono, R.P. 2000. Shipping Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui
Laut. Jakarta: PPM.

Triatmodjo, Bambang. 2006. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset.

Vous aimerez peut-être aussi