Vous êtes sur la page 1sur 54

TREMATODA DARAH

Fitria Wahyuni, S.Si


TREMATODA DARAH
SCHISTOSOMA

Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium
Schistosoma intercalatum
Schistosoma mekongi
Schistosoma binatang

Schistosoma
Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis
Morfologi dan Daur Hidup
Hidup in copula di dalam pembuluh darah
vena-vena usus, vesikalis dan prostatika.
Di bagian ventral cacing jantan terdapat
canalis gynaecophorus, tempat cacing betina.
Telur tidak mempunyai operkulum dan berisi
mirasidium, mempunyai duri dan letaknya
tergantung spesies.
Telur dapat menembus keluar dari
pembuluh darah, bermigrasi di jaringan
dan akhirnya masuk ke lumen usus
atau kandung kencing
Telur menetas di dalam air
mengeluarkan mirasidium.
Cacing dewasa schistosoma
HP Schistosoma
Gambar
Serkaria Schistosoma
Daur hidup Schistosoma sp.
Schistosoma waktu kopulasi
Patologi dan Gejala Klinis
Perubahan yang terjadi disebabkan oleh
3 stadium cacing yaitu serkaria, cacing
dewasa dan telur.
Perubahan-perubahan pada
skistosomiasis dibagi dalam 3 stadium:
1. Masa tunas biologik
Gejala kulit dan alergi : eritema, papula disertai
rasa gatal dan panas hilang dalam 2-3 hari.
Gejala paru : batuk, kadang-kadang
pengeluaran dahak yang produktif
Gejala toksemia : timbul minggu ke-2
sampai ke-8 setelah infeksi. Berat gejala
tergantung jumlah serkaria yang masuk
Gejala berupa : lemah, malaise, tidak nafsu
makan, mual dan muntah. Diare disebabkan
hipersensitif terhadap cacing
Hati dan limpa membesar dan nyeri raba.
2. Stadium Akut
Mulai sejak cacing bertelur
Efek patologis tergantung jumlah telur
yang dikeluarkan dan jumlah cacing .
Keluhan : demam, malaise, berat badan
menurun
Pada infeksi berat Sindroma disentri
Hepatomegali timbul lebih dini disusul
splenomegali; terjadi 6-8 bulan setelah
infeksi.
3. Stadium menahun :
Penyembuhan dengan pembentukan
jaringan ikat dan fibrosis
Hepar kembali mengecil karena fibrosis.
Hal ini disebut sirosis
sirosis sirosis periportal
Gejala : splenomegali, edema tunbgai
bawah dan alat kelamin, asites dan
ikterus.
Stadium lanjut sekali dapat terjadi
hematemesis.
Diagnosis :
Menemukan telur dalam tinja, urin atau
jaringan biopsi
Reaksi serologi
Pengobatan
Umumnya tidak ada yang aman atau agak
toksik
Semuanya mempunyai risiko
Pengaruh obat anti schistosoma dapat
menyebabkan terlepasnya cacing dari p.
darah dan mengakibatkan tersapunya
cacing ke dalam hati oleh sirkulkasi
portal disebut hepatic shift.
Obat-obat anti schistosoma :

Emetin (tartras emetikus)
Fuadin stibofen, Reprodal, neo-antimosan
Astiban TW 56
Lucanthone-HCl, Miracil D. Nilodin
Niridazol
Prazikuantel (Embay 8440;
Droncit,Biltricide)
Epidemiologi
Penyakit skistosomiasis merupakan masalah
kesehatan masyarakat di berbagai negara. Di
Indonesia hanya skistomiasis japonikum
ditemukan endemik di Sulawesi Tengah.
Berhubungan erat dengan air dari irigasi dengan
adanya fokus keong sebagai hospes perantara
Infeksi berlangsung pada orang yang bekerja di
sawah.
Kelompok usia yang terkena 5 50 tahun.
Schistosoma japonicum
Hospes : Manusia, kucing, anjing,rusa,
tikus sawah (rattus), sapi, babi rusa dll.
Penyakit : Oriental schistosomiasis,
skistosomiasis japonika, penyakit
Katayama atau penyakit demam keong.
Penyebaran geografis :
Di Indonesia hanya di Sulteng daerah D.
Lindu dan lembah Napu.
Schistosoma japonicum
TELUR
BENTUK : BULAT AGAK LONJONG DNG
TONJOLAN DI BAGIAN
LATERAL DEKAT KUTUB
UKURAN : 100 x 65 m
TELUR BERISI EMBRIO
TANPA OPERKULUM
SERKARIA
Schistosoma sp
EKOR BERCABANG
Morfologi S. japonicum
Telur S.japonicum
Telur S.japonicum
Telur S. japonicum
S. japonicum jantan dan betina
DAUR HIDUP Schistosoma sp
Daur S. japonicum
INANG ANTARA Schistosoma japonicum
Oncomelania sp
Patologi dan Gejala Klinis
Satdioum I :
Gatal-gatal (urtikaria)
Gejala intoksikasi : demam hepatomegali dan
eosinofilia tinggi
Stadium II :
Sindroma disentri
Stadium III :
Sirosis hepatis dan splenomegali serta emasiasis
Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja atau jaringan
biopsi
Reaksi serologi :
COPT (circumoral precipitin test)
IHT (Indirect haemagglutinination test)
CFT (complement fixation test)
FAT (Fluorescense antibody test)
ELISA(Enzyme linked immunosorbent assay)

Schistosoma mansoni
Hospes : Manusia dan kera babon di
Afrika sbg hospes reservoir.
Penyakit : skistomiasis usus
Patologi dan gejala Klinis :
Seperti pada S. japonicum, tetapi lebih ringan.
Splenomegali dapat jadi berat sekali.

Morfologi S. mansoni
Telur S. mansoni
Telur S. mansoni
Daur S. mansoni
INANG ANTARA Schistosoma mansoni
Biomphalaria sp
Telur S. mansoni dlm usus
Telur S. mansoni pada jaringan usus (pd lapisan
mukosa dan submukosa)
Schistosoma haematobium
Hospes : Manusia. Babon dan kera lain
sbg hospes reservoir.
Penyakit : skistosmiasis vesika urinaria
Tidak ditemukan di Indonesia.
Patologi dan Gejala Klinis:
Hematuria dan disuria bila terjadi sistitis
Sindroma disentri bila terjadi kelainan di
rektum.
Diagnosis : Menemukan telur di dalam urin.
Morfologi S. haematobium
Telur S. haematobium
Telur S. haematobium
Daur S. haematobium
INANG ANTARA Schistosoma haematobium
Bulinus sp
Telur S. haematobium pada jaringan kandung
kencing, terlihat telur terkalsifikasi
Telur S. haematobium pada
jaringan kandung
Lokasi S. haematobium dlm Plexus V. vesicalis
Schistosoma intercalatum
Kadang-kadang menginfeksi manusia di Afrika
(Kamerun, Gabon, Guyinea equator, Republik
Afrika Tengah, Chad dan Zaire).
Serupa dengan S. haematobium, telur berduri
terminal.
Cacing dewasanya ditemukan dalam plekxus
vena-vena usus manusia
Hospes perantara : Bulinus africanus dan
B. globosus
Schistosoma mekongi
Serupa dengan S. japonicum
Ditemukan di daerah sekitar Sungai
Mekong
Schistosoma binatang
Hospes : mammalia dan burung (termasuk
itik)
Penyakit : Swimmers itch, clam diggers
itch.
Penyebaran geografis : kosmopolit.
Hospes perantara : 25 spesies keong air
tawar dan 4 spesies keong air laut.
Patologi dan gejala klinis
Serkaria asing di tempat asing(stranger in a
strange land) masuk menembus kulit lalu
dihancurkan dalam lapisan epitel kulit, kadang-
kadang lolos ke paru-paru.
Menimbulkan reaksi radang akut dengan
edema, infiltrasi neutrofil dan limfosit, kemudian
eosinophil.
Gejala : urtikaria, gatal hebat , edema , terjadi
pemebentukan papula dan pustula dan
mencapai maksimum dalam 2-3 hari.
Diagnosis :
Riwayat kontak dengan air
Kemerahan pada kulit
Reaksi serologi mungkin positip
Pengobatan:
Lotion anti gatal dan anti histamin.
Reaksi alergi : urtikaria atau edema
angioneurotik


S. haematobium S. mansoni S. japonicum
Cacing jantan

Ukuran 10-15 x 1 mm 10 x 1 mm 12-20 x 0.5 mm
Kutikula Tuberkula halus Tuberkula kasar Tidak bertuberkel
Testis 4-5, berkelompok 8-9, deret zig-zag 6-7, berderet
Cacing betina

Ukuran 20 X 0.25 mm 14 x 0.25 mm 26 x 0.3 mm.
Ovarium Posterior pertengahan badan Anterior pertengahan badan Pertengahan badan
Telur dalam uterus 20-30 butir 1-3 butir 50 butir atau lebih
Sekum yang menyatu Panjang (menyatu di
pertengahan badan)
Terpanjang(menyatu di anterior
perte-ngahan badan)
Pendek(menyatu di posterior
perte-ngahan badan)
Hospes perantara Bulinus (Physopsis dan
Planorbarius)
Biomphalaria dan Australorbis Oncomelania hupensis
Hospes Definitif Manusia
Babon
Manusia
Babon
Manusia & hewan domestik
Penyebaran Geografis Afrika, Timur Tengahd & Timur
Dekat
Afrika dan Amerika Selatan Timur Jauh (Oriental)
Habitat Pleksus vena vesikalis dan
prostatika
Plexus mesenterikus daerah
sigmoidorektal
(v. mesenterika inferior dan
cabang-cabangnya
Plexus mesenterikus daerah
ileocaecalis (v. mesenterika
superior dan cabang-
cabangnya)
Telur Duri terminal Duri lateral Bejolan lateral

Vous aimerez peut-être aussi