Vous êtes sur la page 1sur 36

1

Pemeriksaan Forensik Pada Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Pada Anak Dibawah
Umur
Adventisia Maria Natalia Manek
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
NIM:10.2010.337; Email: advent.lemon@aol.com; Alamat: Jl.Arjuna Utara No.6-Jakarta
Barat 11470.

Skenario
Anda bekerja sebagai dokter di IGD sebuah rumah sakit. Pada suatu sore hari datang
seorang laki-laki berusia 45 tahun membawa anak perempuannya yang berusia 14 tahun
menyatakan bahwa anak tersebut baru saja pulang dibawa lari oleh teman laki-laki yang
berusia 18 tahun selama 3 hari keluar kota. Sang ayah takut apabila telah terjadi sesuatu pada diri
putrinya, ia juga bimbang apa yang akan diperbuatnya bila sang anak telah disetubuhi laki-laki
tersebut dan merasa senang apabila anda dapat menjelaskan berbagai hal tentang aspek medico
legal dan hokum kasus anaknya.

Pendahuluan
Kasus kekerasan seksual ataupun pemerkosaan bukanlah peristiwa yang langka. Menurut
data Komnas Perempuan, dalam waktu tiga belas tahun terakhir kasus kekerasan seksual
berjumlah hampir seperempat dari seluruh total kasus kekerasan, atau 93.960 kasus dari seluruh
kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan (400.939).
1
Artinya setiap hari 20
perempuan menjadi korban kekerasan seksual. Sedangkan kekerasan seksual pada anak sendiri
berdasrkan data yang dihimpun oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sampai
dengan Oktober 2013, jumlah kasus terkait kekerasan seksual, pornografi, dan eksploitasi
seksual pada anak berjumlah 525 kasus atau 15,85% dari kasus yang ada.
2
Sementara pada tahun
2

2012 terdapat 746 kasus, dimana meningkat sekitar 226% dari tahun sebelumnya yang jumlah
kasusnya adalah 329.
2
Hal ini cukup signifikan.

Aspek Hukum dan Mediko-Legal
3-6
1.Aspek Hukum
1.1.Pasal 284 KUHP
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan:
1a. Seorang pria telah kawin yang melakukan jinah, padahal diketahui, bahwa Pasal 27
BW berlaku baginya;
1b. Seorang wanita telah kawin yang melakukan jinah, pada hal diketahui, bahwa pasal
27 BW berlaku baginya.
2a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, pada hal diketahui, bahwa
yang turut bersalah telah kawin.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang
tercemar,dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tempo tiga bulan
diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja, dan tempat tidur, karena alasan
itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73 dan 75.
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaandalam sidang pengadilan belum
dimulai.
(5) Jika bagi suami istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum keputusan yang
menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.
1.2. MA no. 93 K/Kr/1976 Tgl, 19-11-1997
Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutuskan perbuatan yang menurut
Hukum adat dianggap perbuatan pidana yang mempunyai bandingan dalam KUHP.
Delik adat zinah merupakan perbuatan terlarang mengenai hubungan pria dan wanita,
terlepas dari tempat umum atau tidak perbuatan tersebut dilakukan seperti diisyaratkan
3

oleh pasal 281 KUHP, ataupun terlepas dari persyaratan apakaah salah satu pihak itu
kawin atau tidak seperti di maksudkan oleh pasal 284 KUHP.
1.3.Pasal 3 UU no. 1/ 1974 tentang perkawinan
(1) Pada azasnya dalam suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang
isteri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
(2) Pengadilan dapat memberi izin kepada sorang suami untuk beristri lebih dari seorang
apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
1.4.Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, di ancam karena melakukan perkosaan,
dengan pidana paling lama 12 tahun.
1.5.Pasal 286 KUHP
Barang siapa bersetubuh dengan seorang diluar perkawinan, padahal diketahui bahwa
wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diaancam dengan pida penjara
paling lama 9 tahun.
1.6.Pasal 287 KUHP
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal diketahui
atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau
umurnya tidak ternyata, bahwa belum mapu kawin, di ancam dengan pidana paling lama
9 tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai 12
tahun atau jika ada salah satu hal tersebut pada pasal 291 dan pasal 294.
1.7. Pasal 288 KUHP
(1) barang siapa bersetubuh dengan seorang wanit di dalam perkawinan, yang diketahui atau
sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin, diancam, apaila perbuatan
mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jikaperbuatan mengakibatkan luka berat, di jatuhkan pidana penjaa paling lama 8 tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati,dijatuhkan pidana penjara palin lama 12 tahun.
1.8.Pasal 289 KUHP
4

Bagaimana dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk
melakukan atau mebiarkan dilakukan perbuatan cabul, di ancam karena melakukan
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9
tahun.
1.9.Pasal 290 KUHP
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun;
1: barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang pada hal diketahui,bahwa
orang itu pingsan atau tidak berdaya;
2: barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui
atausepatutnya harus diduga , bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau
umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu kawin.
3: barang siapa membujuk seseorang yang di ketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa
umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu
dikawinm untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau
bersetubuh di luar perkawinan dengan orang lain.

1.10. Pasal 291 KUHP
(1)jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289, dan 290
mengakibatkan luka-luka berat,dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287, dan 290 itu
mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima tahun.
1.11. Pasal 292 KUHP
Orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama
kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belumcukup umur, di
ancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun penjara.
1.12. Pasal 293 KUHP
(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahkan gunakan
perbawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan mnyesatkan sengaja
menggerakan seseorang belum cukup umur dan baik tingkah-lakunya, untuk melakukan
atau mebiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, pada hal tentang belum cukup
5

umurnya itu diketahui atau selayaknya harus diduga, diancam dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan
kejahatan itu.
(3) Tenggang tersebut dalam pasal 74, bagi pengaduan ini adalah masing-masing 9 bulandan
12 bulan.
1.13. Pasal 294 KUHP
Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan qanaknya, anaktirinya, anak angkatnya,
anak dibawah pengawasannya, yang belum cukup umur, atau dengan orang yang belum
cukup umur yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya,
diancam denganpidana penjara paling lama tujuh tahun :
1: pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatanya aalah
bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan
kepadanya.
2: seorang pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara,
tempat pekerjaan negara, tempat pemudikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit
ingatan atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang
dimasukan kedalamnya.
1.14. Pasal 295 KUHP
(1) Diancam :
1: dengan pidana penjara paling lama lima tahun, barang siapa dengan sengaja
menghubungkan atau memudahkan dilakukan perbuatan cabul oleh anaknya,
anaktirinya, anak angkatnya atau anak dibawah pengawasanya yang belum cukup
umur yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaanya diserahkan kepadanya ,
atau-pun oleh bujangnya atau bawahan yang belumcukup umur, dengan orang lain.
2: dengan pidana penjara paling lama empat tahun, barang siapa dengan sengaja
menghubungkan atau memudahkan dilakukanya perbuatan cabul kecuali tersebut ke 1
diatas yang dilakukan oleh orang yang diketahui belum cukup umurnya atau yang
sepatutnya.
(2) Jika ada yang bersalah, melakukan kejahatan itu sebagai pencaharian atau kebiasaan,
maka di pidana dapat ditambah sepertiga.hubungkan
6

1.15. Pasal 296 KUHP
Barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh
orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencaharian atau kebiasaan,
diancam dengan penjara paling lama 1 tahun 4 bulan, atau denda paling banyak Rp 1000.
1.16. Putusan PT Medan No 144/Pid/1983/PT Mdn
Menghukum terdakwa yang dengan bujuk rayunya telah merampas kehormatan seorang
wanita dengan menggunakan pasal 378 KUHP (penipuan) dengan demikian kehormatan
wanita tersebut di anggap sebagai barang.



1.17. Dalam pertimbangan Putusan MA Registrasi No. 481 K/Pid/1986
yang membatalkan putusan PN Ende dan PT Kupang tentang pencurian mayat yang
dianggap sebagai barang, disebutkan antara lain bahwa bila kita bicara mengenai salah
satu organ tubuh manusia termasuk alat vitalnya, maka organ tersebut tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan eksistensi manusia.

2.Aspek Mediko-Legal
2.1.Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
7


2.2.Pasal 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-
jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang
ini.
2.3.Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman
atau dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi
keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
sebenarnya menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.
2.4.Pasal 181 KUHAP
(1) Hakim ketua sidang memperlihatkan kepada terdakwa segala barang bukti dan
menanyakan kepadaya apakah Ia mengenal benda itu dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 undang-undang ini.
(2) Jika perlu benda itu diperlihatkan juga oleh hakim ketua sidang kepada saksi.
(3) Apabila dianggap perlu untuk pembuktian, hakim ketua sidang membacakan
atau memperlihatkan surat atau berita acara kepada terdakwa atau saksi dan
selanjutnya minta keterangan seperlunya tentang hal itu.
2.5.Pasal 184 KUHAP
1. Alat bukti yang sah ialah:
a. keterangan saksi;
8

b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.
2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
2.6. Pasal 185 KUHAP
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai
dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian
atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila
keterangan saksi itu ada .hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa,
sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
(5) Baik pendapat maupun rekan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan
merupakan keterangan saksi.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan
sungguh-sungguh memperhatikan
a. Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang
tertentu
d. Cara hidup dan kesusilan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
(7) Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan yang lain
tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai dengan keterangan
dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang
lain.

9


2.7.Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

Dalam penatalaksanaannya, terdapat prosedur medikolegal, yang tercantum dalam Pasal
133 KUHAP mengenai Kewajiban dokter dalam membantu peradilan. Isinya adalah:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorangkorban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwayang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaanketerangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter atau ahlilainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegasuntuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaanbedah mayat.
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehamikan atau dokter padarumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatanterhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilap dengan diberi cap jabatan yang
diletakkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pemeriksaan Medis Terhadap Korban
Yang perlu diperhatikan sebelum pemeriksaan:
3
1.Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari penyidik
yang berwenang.
2.Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan bukti. Kalau korban
datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, jangan diperiksa, suruh
korban kembali kepada polisi.
3.Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada tubuh
korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter. Bila dokter
telah memeriksa seorang korban yang datang dirumah sakit, atau ditempat praktek
atasinisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian polisi
mengajuan permintaan di buatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran
10

yang wajib disimpannya (KUHP ps 322). Dalam keadaan seperti itu dokter dapat
meminta kepada polisi supaya korban dibawa kembali kepadanya dan visum et repertum
dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil
pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk visum et repertum, tetapi alam
bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan sebelum diterimanya surat permintaan
pemeriksaan dilakukan terhadap pasien dan bukan sebagai corpus delicti (benda bukti).
4.Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban
adalah seorang anak,dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-
tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasilpemeriksaan akan disampaikan
ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun permeriksaan dilakukan atas pemintaan
polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan tidak menolaknya.
Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part dari tubuhseorang
wanita.
5.Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa korban.
6.Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama. Hindarkan
korban dari menunggu dengan perasaaan was-was dan cemas dikamae periksa. Apalagi
bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung
pada ingatan semata.
7.Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya Visum et Repertum
perkara dapat cepat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dan tahanan
bila ia tidak bersalah.
8.Kadang-kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ibu/ayah
untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih
perawan,atau karena ia merasa curiga kalau-kalau atas diri anaknya baru terjadi
persetubuhan. Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah
sekedar mengetahui saja atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. bila
dimaksudkan akan melakukan peuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak
itu. Katakan bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan pemintaan polisi dan
biasanya dilakukan di rumah sakit. mungkin ada baiknya dokter memberikan penerangan
pada ibu/ ayah itu, bahwa jika umur anaknyasudah 15 tahun, dan jika persetubuhan
terjaditidak dengan paksaan maka menurut undang-undang, laki-lakiyang besangkuta
11

tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan anaknya saja. Lebih baik
lagi jika orang tua itu di anjurkan untuk minta nasehat dari seorang pengacara. Jika orang
tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan pemeriksaan.
tetapi jelaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat dalam bentuk
surat keterangan, karena kita tidak mengetahui untuk apa surat keterangan itu. Mungkin
untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang yang tidak bersalah. Dalam
keadaan demikian umumnya anak tidak mau di periksa, sebaliknya orang tua malah
mendesaknya. sebaiknya dokter meminta ijin tertulis untuk memeriksa
danmemberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya
Pemeriksaan:
3
1. Data
Data yang perlu di cantumkan dalam bagian pendahuluan Visum et Repertum delik
kesusilaan: Instansi polisi yang meminta pemeriksaan, nama dan pangkat polisi yang
mengantar korban, umur, alamat dan pekerjaan korban seperti tertulis dalam surat
pemeriksaan, nama dokter yang memeriksa, tempat, tanggal dan jam pemerikasaan
dilakukan serta nama perawat yangmenyaksikan pemeriksaan.
Pada umumnya anamnesis yang diberika oleh orang sakit dapat dipercaya, sebaliknya
anamnesis yang diperolah oleh korban tidak selalu benar. Terdorong oleh berbagai
maksud atau perasaan, misalnya maksud untuk memeras, rasa dendam, menyesal atau
karena takut pada ayah/ ibu, korban mungkin mengemukakan hal-hal yang tidak benar.
Anamnesis merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau yang ditemukan oleh
dokter sehingga bukan merupakan pemeriksaan yang objektif, sehingga seharusnya tidak
dimasukan dalam Visum et Repertum. Anamnesi dibuat terpisah dan dilampirkan pada
visum et repertum dengan judul keterangan yang diperoleh dari korban. Dalam
mangambil anamnesis, dokter meminta pada korban untuk menceritrakan segala sesuatu
tentang kejadian yang dialaminya dan sebaiknya terarah. Anamnesis terdiri dari bagian
yang berifat umum dan khusus.
Anamnesis umum meliputi pengumpulan data tentang umur, tnggal dan tempat lahir,
status perkawinan, siklus haid, untuk anak yang tidak diketahui umurnya, penyakit
kelamin dan penyakit kandungan serta adanya penyakit lain: epilepsi, katalepsi,syncope.
12

cari tau pula apakah pernah bersetubuh? persetubuhan yang terakhir? apakah
menggunakan kondom?
Hal khusus yang perlu diketahui adalah waktu kejadian; tanggal dan jam. bila waktu
antara kejadian dan pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa hari/minggu,
dapat diperkirakan bahwa peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan, tetapi persetubuhan
yang pada dasarnya tidak disetujui oleh wanita yang bersangkutan.
Karena berbagai alasan, misalnya perempuan itu merasa tertipu,cemas akan mnjadi
hamil, atau selang beberapa hari baru diketahui oleh ayah/ibu karena mengaku bahwa ia
telah disetubuhi dengan paksa. Jika korban bena rtelah diperkosa biasanya akan segera
melapor. tetapi saat pelaporan yang terlambat mungkin juga disebabkan karena korban
diancam untuk tidak melapor pada polisi. Dari data ini dokter dapat mengerti
mengapakan ia tak dapat menemukan lagi spermatozoa, atau tanda-tanda lain dari
persetubuhan.
Tanyakan pula dimana tempat terjadinya.Sebagai petunjuk dalam pencarian trace
evidence yang berasal dari tempat kejadian, misalnya rumput, tanah dan sebagainya yang
mungkin melekat pada pakaian atau tubuh korban. Sebaliknya petugas pun dapat
mengetahui dimana haru mencari trace evidence yang ditinggalkan korban/pelaku.
Perlu diketahui apakah korban melawan. Jika korban melawan maka pada pakaian
mungkin ditemukan robekan, pada tubuh korban mungkin ditemukan tanda-tanda bekas
kekerasan dan pada alat kelamin meungkin terdapat bekas perlawanan. Kerokan kuku
mungkin menunjukan adanya sel-sel epitel kuli dan darah yang berasa dari pemerkosa
atau penyerang.
Cari tahu apakah korban pingsan. Ada kemungkinan korban menjadi pingsan karena
ketakutan tetapi mungkin juga korban dibuat pingsan oleh laki-laki pelaku dengan
pemberian obat tidur atau obat bius. Dalam hal ini jangan lupa untuk mengamnil urin dan
darah untuk pemeriksan toksikologik.
Tanyakan apakan terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah setelah kejadian, korban
mencuci, mandi dan mengganti pakaian.
2. Pemeriksaan pakaian
Pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti. Pakaian diteliti helai demi helai,
apakah tedapat: robekan lama atau baru sepanjang jahitan ada melintang pada pakaian,
13

Kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, ari mani, lumpur dsb, yang beraal dari
tempat kejadian.Catat apakah pakaian dalam keadaan rapi atau tidak, benda-benda yang
melekat dan pakaian yang mengandung trace evindence dikirim ke laboratorium
kriminologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
3. Pemeriksaan tubuh korban
Pemeriksaan tubuh korban meliputi pemeriksaan umum: Lukisan penampilannya
(rambut dan wajah), rapi atau kusut, keadaan emosional, tenang atau sedih/gelisah dsb.
adakah tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberikan obat bius/tidur, apakah
ada needle mark.bila ada indikasi jangan lupa untuk ambil urin dan darah.
Adakah tanda-tanda bekas kekerasanm memar atau luka lecet pada daerah mulut,
leher, pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam dan pinggang.
Dicatat pula tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, refleks cahaya, pupil
pinpoint, tinggi dan berat badan, tekanan dara, keadaan jantung , paru, dan abdomen.
Adakah trace evidence pada tubuh korban.
Pemeriksaan bagian Khusus (daerah genitals) meliputi ada tidaknya rambut
kemaluanyang saling melekat menjadi satu karena air mani yang mengering, gunting
untuk pemeriksaan laboratorium. Cari pula bercak air mani disekitar alat kelamin, kerok
dengan sisi tumpul skatpel atau swab dengan kapas lidi yang dibasahi denga larutan
garam fisiologis. Pada vulva, teliti adanya tanda-tanda bekas kekerasan , seperti hiperemi,
edema, memar dan luka lecet (goresan kuku). Introitus vagina apakah hiperemi/edema?
dengan kapas lidid di ambil bahan untuk pemeriksaan sperma dari vestibulum.
Pemeriksa jenis selaput darah, adakah ruptur atau tidak. bila ada tentukan ruptur baru
atau lama dan catat lokasi ruptur tersebut,teliti apakah sampai ke insertio atau
tidak.Tentukan besar orifisium, sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk atau 2 jari.
Sebagai gantinya boleh juga digantikan denga orifidium, dengan cara ujung telunjuk atau
kelingking dimasukan dengan hati-hatikedalam orifisium sampai terasa tepiselapu darah
menjepit ujung jari, beri tanda pada sarung tangan dan lingkaran pada titik itu
diukur.ukuran pada seorang perawan kira-kira 2,5 cm. Lingkaran yang memungkinkan
persetubuhan dapat terjadi menurut voight adalah minimal 9 cm.
Harus di ingat bahwa persetubuhan tidak selalu disertai dengan deflorasi. Pada ruptur
lama, robekan menjalar sampai ke insertio disertai adanya parut pada jaringan
14

dibawahnya. Ruptur yang tidak sampai ke insertio, bila sudahsembuh tidak dapat dikenal
lagi.
periksa pula apakah frenulum labiorum pudendi dan commisurra labiorum posterior
utuh atau tidak. Periksa vagina dan serviks dengan spekulum, bila keadaanalat genital
mengijinkan. Adakah tanda penyakit kelamin.
Lakukan pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium. Untuk pemeriksaan
cairan mani dan sel mani dalam lendirvagina, lakukan dengan mengambil lendir vagina
menggunakan pipet pasteur ataudiambil dengan ose batang gelas, atau swab. Bahan
diambil dari forniks posterior, bila mungkin denga spekulum.
Pada anak-anak atau bila selaput dara utuh, pengambila bahassebaiknya dibatasi dari
vestibulum saja.
4. Pemeriksaan terhadap kuman N, gonorrhoea;
Pemeriksaan terhadap kuman N, gonorrhoea; dari sekret urether (urut dengan
jari) dan dipulas dengan Pewarnaan Gram. Pemeriksaan dilakukan dari hari I, II, V, dan
VII. Jika pada pemeriksaan didapatkan N, gonorrhoea berarti terbukti adanya kontak
seksual dengan seorang penderita, bila pada pria tertuduh juga ditemukan N, gonorrhoea,
ini merupakan petunjuk yang cukup yang cukup kuat. Jika terdapat ulkus, sekret perlu
diambil untuk pemeriksaan serologik atau bakteriologik.
Pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan toksikilogik terhadap urin dan darah
juga dilakukan bila ada indikasi.
Beberapa catatan penting :
3
1. Ruptur selaput dara
Bedakan celah bawaan dari ruptur dengan memperhatikan sampai insertio (pangkal)
selaput dara. Celah bawaan tidak mencapai insertio sedangkan ruptur dapatsampai ke
dinding vagina. Pada vagina akan ditemukan parut bila ruptur sudah sembuh,
sedangkan ruptur yang tidak mencapai basis tidak akan menimbulkan parut
Ruptur akibatpersetubuhan bisa ditemukan di bagian posterior kanan atau kiri dengan
asumsi bahwa persetubuhan dilakukan dengan saling berhadapan.
2. Formulir Visum et Repertum perkosaan
15

Formulir Visum et Repertum luka tidak sesuai untuk kasus perkosaan. Visum et
Repertum luka digunakan pada pemeriksaan terhadap korban peristiwa
penganiaayaan, kecelakaan lalulintas dan sebagainya. Pada bagian kesimpulan, dokter
diminta pendapatnya tentang jenis luka, jenis kekerasan penyebab dan kualifikasi
luka.
Pada peristiwa persetubuhan yang merupakan tindak kejahatan, dokter diminta untuk
mengemukakan ppendapatnya, apaka persetubuhan telah terjadi. Misalnya , pada
perempuan bukan perawan, persetubuhan mungkin tidak menimbulkanluka dan tidak
ada kualifikasi luka akan dikemukakan.
3. Anamnesa
Anamnesa dipisah dan dilampirkan pada Visum et Repertum, tetapi masih perlu
dipikirkan apakah hal ini dapat diterima dengan gembira oleh pihak yang
bersangkutan, karena mungkin kterangan yang diberikan kepada dokter berbeda yang
di berikan kepada polisi. Sebagai jalan tengah mungkin catatan anamnesa ini baru
akan diberikan bila diminta oleh penyidik, tidak secara otomatis dilampirkan dalam
visum et repertum.

Pemeriksaan Medis Terhadap Tersangka
Pemeriksaan pria tersangka dapat dilakukan terhadap pakaian, catat adanya bercak
semen, darah tsb.Bercak semen tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak perlu
ditentukan. Darah mempunyai nilai karena kemungkinan berasal daridarah deflorasi. Disini
penentuan golongan darah penting untuk dilakukan. Mungkin dapat ditemukan tanda bekas
kekerasan; akibat perlawanan oleh korban.
3

Untuk mengetahui apakah seorang pria baru melakukan persetubuhan, dapar dilakukan
ada tidaknya sel epitel vagina gians penis.pemeriksaan terhadap sel epitel vagina pada glans
penis dapat dilakukan dengan menekan kaca obyek pada glans penis, daerah korona atau
frenulum, kemudian diletakan terbalik diatas cawan yang berisi larutan lugol. Uap yodium akan
mewarnai lapisan padakaca obyek tesebut. Sitoplasma sel epitel vagina akan bewarna cokelat tua
karena mengandung glikogen.Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan meletakan
16

kembalisediaan di atas cairan lugol maka warna coklat akan kembali lagi. pada sediaan ini dapat
pula ditemukan adanya spermatozoa tetapi tidak mempunyai arti apa-apa.
3
Perlu pula dilakukan pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan adanya penyakit
kelamin.
3
Trace Evidence pada pakaian yang dipakai ketikan terjadi persetubuhan harus
diperiksa. Bila fasilitas untuk pemeriksaan tidak ada, kirim ke laboratorium forensik dikepolisian
atau bagian ilmu Kedokteran Forensik, dibungkus, segelserta membuat berita acara
pembungkusan dan penyegelan.
3
Rambut dan barang bukti lain yang ditemukan diperlakukan serupa. Jika dokter
menemukan rambut kemaluan yang lepas pada badan wanita ia harus mengambil beberapa helai
rambut kemaluan dari wanita dan laki-laki sebagai bahan pembanding (matching).
3

Pemeriksaan Laboratorium
1.Pemeriksaan Cairan Mani (Semen)
Cairan mani merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, kerus dan berbau
khas. Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim proteolitik menjadi cair
dalam singkat (10-20 menit). dalam keadaan notmal, volume cairan mani 3-5 ml pada 1
ejakulasi dengan pH 7.2-7.6. Cairan mani mengandung spermatozoa,sel-sel epitel dan sel-sel
lain yang yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung
spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai bentuk khas
untuk spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 6- sampai 120 juta per
ml.
3
Untuk menentukan adanya cairan mani dalam vagina guna membuktikan adanya suatu
persetubuhan, perlu diambil bahan dari forniks posterior vagina dan dilakukan pemeriksaan-
pemeriksaan laboratotium sebagai berikut:
3
1.1.Penentuan spermatozoa (mikroskopis)
1.1.1. Tanpa perlawanan
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoayang
bergerak. Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini paling bermakna untuk
memperkirakan terjadinya persetubuhan. Umumnya disepakati dalam 2-3 jam
17

setelah persetubuhan masi dapat ditemukan spermatozoa dalam vagina. Haid
akan memperpanjang waktu ini menjadi 3-4 jam. setelah itu spermatozoa
tidak bergerak lagi dan akhirnya ekornya akan menghilang (lisis), sehingga
harus dilakukan pemeriksaan denan pewarnaan.
Cara pemeriksaan : satutetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat
dengan pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. perhatikan pergerakan
sperma.
Menurut voight, sperma masih bergerak kira-kira 4 jam pasca-
persetubuhan. menurut Gonzales, sperma masih bergerak 30-60 menit pasca
persetubuhan, Menurut Ponzold kurang dari 5 jam pascapersetubuhab, tetapi
kadang-kadang bila ovulasi atau terdapat sekret serviks, dapat bertahan
sampai 20 jam
Menurut Nikols, sperma masi bisa ditemukan 5-6 hari pasca persetubuhan,
walaupun setelah 3 hari hanya tinggal beberapa saja. Menurut Voight, 66 jam
pasca-persetubuhan sedangkan menurut Davies & Wilson, 30 jam. pada orang
yang mati setelah persetubuhan, sperma masih dapat ditemukan setelah 2
minggu pasca-persetubuhan, bahkan mungkin lebih lama lagi.
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa spermatozoa
masih dapat ditemukan sampai 3 hari pasca-persetubuhan, kadang-kadang
sampai 6 hari pasca persetubuhan. Bila sperma tidak ditemukan, belum tentu
dalam vagina tidakada ejakulat mengingat kemungkinan azoospermia atau
pasca vasektomi sehingga perlu dilakukan penentuan cairan mani dalam
cairan vagina.
1.1.2. Dengan pewarnaan
Dibuat sediaan apus dan aplikasi dengan melewatkan gelas sediaan apus
tersebut pada nyala api. Pulas dengan HE, Methy Blue atau malachite green.
Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah
dengan pulasan malachite green dengan prosedur sebagai berikut: Warnai
dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci dengan air
mengalir dan setelah itu lakukan counter stain dengan larutan eosin Yellowish
1% selama 1 menit, terakhir cuci dengan air.
18

Keuntungan dengan pulasan ini adalah inti sel epitel dan lekosit tidak
terdiferensiasi, sel epitel berwarna merah muda merata dan lekosit
tidakterwarnai. Kepala sperma tampak merah dan lehernya merah muda,
ekornya berwarna hijau.
1.2. Penentuan cairan mani (kimiawi)
Untuk membuktikan adanya cairan mani dalam sekret vagina, perlu
dideteksi adanya zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani dengan
pemeriksaan laboratium :
1.2.1. Reaksi foltafase asam
Dasar reaksi: adanya enim foltafase asam dalam kadar tnggi yang
dihasilkan oleh kelenjar prostat. Aktifitas enzim fostafase aam rata-rata adalah
sebesar 2500 U.K.A (kaye). dalam sekret vagina setelah 3 hari abstinensi
seksualis ditemukan aktifitas 0-6 Unit (Risfelp).
Dengan menentukan secara kuantitatif aktifitas fosfatase asam per 2 cm
2

bercak, dapat ditentukan apakah bercak tersebut adalah bercak mani atau
bukan. Aktifitas U.K.A per 1 cc ekstrak yang diperoleh dari 1 cm
2
bercak
dianggap spesifik sebagai bercak mani.
Reagens untuk pemeriksaan ini adalah:
larutan A : Brentamin Fast Blue B 1 g (1)
Natrium acetat trihyrate 20g (2)
Glacial acetat acid 10 ml (3)
Aquadest 100ml (4)
(2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga
dengan pH 5, kemudian (1) dilarutkan dalam larutan penyangga tersebut.

Larutan B ; Natrium-alfa-napthyl phospate 800 mg
Aquadest 10 ml
89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu disaring cepay kedalam botol
yang berwarna gelap. Jika disimpan di lemari es reagen ini dapat bertahan
berminggu-minggu dan adanya endapan tidak akan mengganggu reaksi.
19

Prinsip: enzim fosfatase asam menghidrolisis Na-alfa nastil fosfat; alfa-
nastol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamin menghasilkan
sat warna azo yang berwarna biru ungu.
Cara pemeriksaan: Bahan yang dicurigai ditempatkan pada kertas saring
yang telah terlebih dahulu di basahi dengan akuades selama beberapa menit.
Kemudian kertas saring diangkat dan disemprot dengan reagens. Ditentukan
waktu reaksi dan saat penyemprotan sampai timbul warna ungu.
Perlu diperhatikan bahwa intensitas warna maksimal tercapai secara
berangsu-angsur dan test ini tdak spesifik. Hasil positif semu dapat terjadi
dengan fese, air teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-tumbuhan.
Bercak yang tidak mengandung fosfatase memberi warna dengan serentak
dengan intensitasnya tetap, sedangkan bercak yang mengandung enzim
fosfatase, memeberikan intensitas warna secara berangsur-angsur.
Menurut Davies & Wilson, bila waktu reaksi 30 detik, merupakan indikasi
yang baik untuk adanya cairan mani. Bila 30-60 detik, indikasi sedang, dan
masih perlu dikuatkan dengan pemriksaan elektroforesis.
Bila > 65 detik, belum dapatmenyatakan sepenuhnya tidak terdapat cairan
manu. karena pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi sprematozoa
positif.
Enzim fosfatase asam yang terdapatdidalam vagina memberikan waktu
reaksi rata-rata 90-100 detik. Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan fungi
dapat mempercepat waktu reaksi.
Untuk membedakan fosfatase asam seminal dari fosfatasa asamlain dapat
dilakukan pemeriksaan berikut;
1.2.2. Inhibisi dengan I(-)tartrat (sivaram)
Untuk membedakan bercak mani dari bercak lain dapat digunakan I(-)
tatrat yang menghambat aktivitas enzim fosfatase asam dalam semen.
Dipergunakan 2 macam reagens yang mengandung Na-afla naftil fosfat dan
brentamin Fast Blue Salt.
Reagens I: merupakan larutan kedua zat diatas dalam larutan penyanggah
sitrat dengan pH 4,9.
20

Reagens II: terdiri dari 9 bagian larutan sitrat(pH 4,9) dan bagian larutan
0,4 M I (+)asam sitrat dengan pH4,9.
Cara pemeriksaan: dilakukan ekstraksi sepotong kecil bercak denan
beberapa tetes aquadest, Ekstrak diteteskan pada 2 helai ketas saring
Whatman no. 1,masing-masing 1 tetes dan ditandai dengan pensil, biarkan
mengering. Kertas saring pertama disemprot dengan reagens I dan yang lain
reagens II.
Interpretasi; apabila bercak ekstrak yang disemprot dengan reagens I
berwarna ungu, sedangkan dengan reagens II tak timbul warna, maka
dipastikan bahwa di dalam ekstrak terdapat mani.
Bila warna ungudengan intensitas yang sama timbul pada kedua kertas tadi,maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat aktifitas fosfatase asam yang bukan berasal dari
air mani.
1.2.3. Cara elektro-imunodifusi (Baxter)
Serum anti mani manusia (anti human semen serum), selain spesifik untuk
antigen manusia, juga mengandung zat anti terhadap forfatase asam. Bila
serum ditambahkan dengan air mani akan terbentuk kompleks enzim-antibodi
yang masih memiliki sifat enzimatik dan dan dapat diperhatikan dengan reaksi
fosfatase asam.
Medium yang digunakan adalah lempeng agar mengandung serum anti
mani manusia dala konsentrasi kecil (1%). Setelah dilakukan elektroforesis,
lempeng agar dikembangkan dalam reagens fosfatase asam. Pada fosfatase
seminal, tampal puncak presipitin ke arah anoda, sedangkan pada fosfatase
vaginal, puncak presipitin kearah katoda. Cara ini adalah satu-satunya untuk
menentukan dengan pasti adanya mani manusia pada keadaan azoospermia.
Dengan cara ini, Baxter dapat menentukan adanya semen di dalam vagina
sampai 4 hari pasca peretubuhan.
1.2.4. Elektroforetik (Adam&wraxall)
Cara ini menggunakan lempeng akrilamin dan dikembangkan dengan
bufer (pH 3), dilihat di bawah sinar ultraviolet.
21

Hasil : fosfatase asam seminal bergerak sejauh 4 cm, sedangkan fosfatase
asam vaginal bergerak sejauh 3 cm.
1.2.5. Reaksi Florence
Dasar reaksi adalah untuk menentukan adanya kholin
Reagens : larutan lugol yang dapat dibuat dari :
kalium yodida 1,5 g
yodium 2,5 g
aquades 30 ml.
Cara pemeriksaan bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak di
letakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup,
Reagen di alirkan dengen pipet di bawah kaca penutup.
Bila terdapat mani, tampak kristal kholin-peryodida bewarna cokelat,
berbentuk jarum dengan ujung sering terbelah.
Tes ini tidak khas untuk cairan mani karena ekstrak jaringan berbagai
korban, putih telur dan ekstrak serangga akan memberikan kristal serupa.
Sekret vagina kadang-kadang memberikan hasil positif, sebaliknya bila cairan
mani belum cukup berdegradasi, maka hasilnya mungkin negatif.
Reaksi ini dilakukan bila terdapat azoospermi dan cara lain untuk
menentukan adanya semen tidak dapat dilakukan.
1.2.6. Reaksi Berberio
Dasar reaksi adalah untuk menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagens : larutan asam pikrat jenuh.
Cara pemeriksaan; sama seperti pada reaksi Florence.
Hasil positif memperlihatkan adanya kristal spermin piktrat yang
kekuning-kuningan berbentuk jarumdengan ujung tumpul dan kadang-kadang
terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal mungkin pula
berbentuk ovoid. Reaksi tersebut mempunyai arti bila mikroskopik tidak
ditemukan spermatozoa.
Penentuan adanya spermin dapat pula dengan tes puranen yang khas untuk
cairan mani, tetapi mungkin terjadi hasil negatip semu dan reaksinya lebih
22

lambat dibandingkan dengan tes Berbeerio. reagen adalah larutan 5 g naphotol
S yellow dalam 100 cc aquadest.
cara pemeriksaan : Seperti tes florence , tunggu kira-kira 1 jam, hasilnya
positip terlihat kristal-kristal spermin flavinat berwarna kuning.
2.Penentuan golongan darah ABO pada cairan mani.
3

Penentuan golongan darah ABO pada semen golongan sekretor dilakukan dengan
cara absorpsi inhibisi. hanya untuk golongan sekretor saja dapat ditentukan golongan
darah semen.
Pada individu yang termasuk golongan sekretor, dapat ditemukan substansi
golongan darah dalam cairan vagina, cairan mani dan lain- lain. Ternyata substansi
golongan darah dalam cairan mani jauh lebih banyak dari pad dalam air liur (2-100 kali).
Pada golongan bukan sekretor (non-sekretor), tidak ditemukan adanya substansi
tersebut dalam cairan tubuhnya. Kira-kira 80% individu termasuk dalam golongan
sekretor dan 20% golongan non sekretor.
Jika dari sekret wanita golongan O, ditemukan substansi A dan H atau B dan H,
berarti terdapat substansi sendiri bersama dengan substansi asing. Jika ditemukan
substansi A atau B atau A dan B, berarti pada sekrit vagina tersebut terdapat subtansi
asing. Adanya substansi asing menunjukan bahwa didalam vagina wanita tersebut
terdapat cairan mani.
3.Pemeriksaan bercak mani pada pakaian.
3

Visual, Bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari sekitarnya. bercak yang sudah
agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan sutera/nylon batasnya sering tidak
jelas tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya.
Pada testil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukan permukaan
mengkilat dan translusen, kemudian akan mengering. Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan
berwarna kuning sampai coklat.
Pada tekstil yang menyerap, bercak yang segar tidak berwarna atau bercak yang segar
tidak berwarna atau bertepi kelabu yang berangsur-angsur akan berwarna kuning sampai
coklat sampai 1 bulan.
3.1.Ultra violet
23

Dibawah sinar ultra violet, bercak semen menunjukkan fluoresensi putih. Hasil
pemeriksaan ini kurang memuaskan untuk bercak pada sutera buatan atau nylon
karena mungkin tidak memberi fluoresensi. Fluoresensi terlihat jelas pada bercak
mani yang melekat di bahan tekstil yang terbuat dari serabut katun.
Bahan makanan, urin,sekret vagina, dan sebuk detergenyang tersisa pada pakaian
sering menunjukan fluoresensi juga. Secara taktil (perabaan) bercak mani teraba
memberi kesan kaku seperti kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap, bila tidak teraba
kaku, kita masih dapat mengenalinya karena permukaan bercak akan teraba kasar.
3.2.Uji pewarnaan Baecchi
Reagens Baecchi dibuat dari:
Asam fukhsin 1% 1 ml
Biru metilena 1% 1 ml
Asam klorida 1% 40 ml
Bercak yang dicurigai, digunting sebesar 5 mm x 5 mm, pada bagian pusat
bercak. Bahan di pulas dengan reagens beacchi selama 2-5 menit, dicuci dalam hcl
1% dan dilakukan dehidrasi berturut-turut dalam alohol 70%, 80% dan 95-100%
(absolut), lalu dijern, letakan pada gelas ihkan didalam xyfol(2x). Kemudian
keringkan antara kertas saring.
Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, diletakan pada gelas oles dan diuraikan
sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas dan balsem Kanada,
periksa dengan mikroskop pembesaran 400x. Serabut pakaian tidak mengambil warna
spermaozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor berwarna merah muda terlihat
banyak menempel pada serabut benang.
3.3.Skrining dengan Reagens Fosfatase Asam.
Sehelai kertas saring yang telah dibasahi dengan aquades di tempelkan pada
bercak yang di curigai selama 5-10 menit. Keringkan lalu semprot dengan reagens.
Bila terlihat bercak berwarna ungu, kertas saring diletakan kembali pada pakaian
sesuai dengan letaknya semula. Dengan demikian letak bercak pada kain dapat
diketahui.
Reaksi Fostafase Asam dan Florence dilakukan bila pada pemeriksaan tidak dapat
ditemukan sel spermatozoa.
24

Sedangkan untuk membuktikan bahwa seorang pria baru saja melakukan persetubuhan
dengan seorang wanita, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sebagai berikut.:
3
1. Cara Lugol. kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada
bagian kolum, korona serta frenulum. Kemudian letakan dengan spesimen menghadap ke
bawah di atas tempat yang berisi larutan lugol denga tujuan agar uap yodium akan
mewarnai sediaan tersebut. hasil positif akan menunjukan sel-sel vagina dengan
sitoplasma berwarna cokalat karena mengandung banyak glikogen.
2. Uji kromatin sex (barrbodies). Uji kromatin sex (barrbodies) pada inti untuk
memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita. Dengan pembesaran besar,
diperhatikan inti sel epitel yang ditemukan dan cari barr bodies. Ciri-cirinya adalah
menempel erat pada permukaan membran inti dengan diameter kira-kira 1 yang terbatas
dengan tepitajam dan terletak pada suatu dataran fokus dengan inti.
Dengan sendirinya bila persetubuhan tersebut telah berlagsung lama atau telah
dilakukan pencucian pada alat kelamin pria, maka pemeriksaan tersebut diatas tidak akan
berguna lagi.
4. Pemeriksaan Air Liur.
3

Air merupakan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Air liur (saliva) terdiri dari air,
enzim ptiatin (alfa amilase), protein, lipid, ion-ion anorganik seperti tiosianat, klorida dan lain-
lain. Dalam bidang kedokteran forensik, pemeriksaan air liur penting untuk kasus-kasus
dengan jelas gigitan untuk menentukan golongan darah penggigitnya. Golongan darah
penggigit yang termasuk golongan sekretor dapat ditentukan dengan cara absorsi inhibisi.
Cara absorbs inhibisi: basahkan bercak air liur dengan 0,5 ml. salin, kemudian peras dan
tempatkan air liur atau akstrak air liur dalam salin tadi dalam tabung reaksi. lalu dipanaskan
dalam air mendidih selama 10 menit. Pusing dan supernatan di amabil dan boleh simpan pada
20 derajat C.
Untuk pemeriksaan perlu dilakukan kontroldengan air liur yang telah diketahui golongan
sekretor dan non sekretor. Dalam tabung reaksi 1 vol air liur ditambahkan 1 vol antiserum.
Campuran tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk proses absorpsi.
Selama menunggu, tentukan titer anti A, abti B dananti H yang digunakan. Setelah 30 menit
berlalu, pada campuran tersebut ditentukan titer air anti A, anti B dan anti H dengan cara yang
sama.
25

Sel darah merah yang digunakan adalah suspensi 4% yang berumur kurang dari 24 jam.
Bandingkan titer antisera yang digunakan dengan titer campuran antiserum + air liur. Hasil
positif bila titer berkurang lebih dari 2 kali.
Reagens anti A, dan anti B dapat diperoleh dari laboratorium transfusi darah PMI,
demikian pula dengan anti H. Anti H dapat dibuat dari biji-biji Ulex europaeis yang digerus
dalam mortir. Tiap 1 g biji-bijian ditambahkan 10 ml salin. Kemudian campuran dikocok
denganmesin pengocok selama 1 jam dengan dipusinf selama 5 menir dengankecepatan 3000
RPM. Cairan supernatan disaring dan dapat segera dipergunakan.
5.Pemeriksaan Toksikologi.
3

Untuk pemeriksaan toksikologik, bahan yang harus dikirim ialah isi lambung, darah hati atau
perifer, urin, ginjal, hati,sebagian otak dan lemak pada kasus keracunan barbiturat golongan
kerja sangat singkat.
Untuk menentukan barbiturat dalam organ tubuh perlu dilakuan ekstraksi terlebih dahulu,
Ada 5 macam metode ekstraksi (Moghrabi & Curry), dan yang memberikan hasil terbaik
adalah ekstraksi langsung dengan kloroform. Bila kadar dalam darah sangat rendah maka
metode yang dipakai adalah metode asam tungsat.
Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan penentuan titik cair, misal verona murni
mencair pada suhu 191 serajat C. Uji kristal, dilakukan terhadap sisa obat yang ditemukan
dalam isi lambung. Masing-masingbarbiturat mempunyai kristal yang khas bila dilihat dengan
mikroskop. Metoda Kopanyi (reaksi warna kobalt) dengan modifikasinya.
Metoda kopanyi dilakukan dengan memasukan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebua
corong. Periksa dengan kertas lakmus jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai bersifat asam.
Tambahkan 100 ml eter , kocok selama beberapa menit.
Diamkan sebentar, tampak air tepisah dari eter, lapisan air dibuang, barbiturat terdapat
dalam lapisan eter.Saring etet kedalam beaker glass dan uapkan sampai kering diatas
penangas air. Tambahkan 10 tetes kioroform untuk melarutkan sisa barbiturat yang mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada whitw pocelain spot plate. Tambahkan 1 tetes
kobalt asetat (1% dalam metil-alkohol absolut) dan tetes isopropilamin (5% dalam metil-
alkohol absolut). Barbiturat akan memberi warna merah merah muda sampai ungu.
26

Pemeriksaan semikuantitaif dan kuantitifdapat dilakukan engan kromatografi lapis tipis (Thin
layar chromatography), kromatografi gas cair (Gas Liquid Chromatography).,
spektrofotometri ultra-violet dan splektrofotofluorimetri.
Pemeriksaan Kromatografi lapis tipis untk penentuan barbiturat memerlukan reagen sebagai
berikut:
Larutan difenikarbazon : 0,2 g% dalam etanol 96%
Larutan Hg (NO
3
)
2
:0,02 g% dalam 0,04 N HNO
3.
Larutan KMNO
4
: 0,05 g%dalam akuades.
Solven unruk kromatografi terdiri dari kloroform, butanol dan amonia 25%dengan
perbandingan 14:8;1. Diperlukan pula larutan pembanding barbiturat.
Identifiksi barbiturat dengan TLC:
3
Lapisan silika gel dikeringkan dan ditambahkan
larutan difenikarbazon, dengan larutan Hg(NO
3
)
2
. Barbiturat akan terlihat sebagai bercak
kuning kemerahan diatas latar belakang ungu. Semua jenis barbiturat memperlihatkan reaksi
ini.
Khusus untuk barbiturat tidak jenuh seperti seconal, aprobarbital, silikagel disemprot dengan
larutan KMNO
4.
Hasil positif bila terlihat bercak kuning muda berlatar belakang ungu. Dengan
membandingkan jarak migrasi barbitueat dalam ekstrak serum dalam jarak migrasi barbiturat
larutan pembanding dapatlah diketahui jenis barbiturat dalam serum. Konsentrasi barbiturate
dalam otak, hati dan ginjal menunjukan jumlah yang besar sedangkan dalam otot dan tulang-
tulang sedikit. Konsentrasi barbiturat yang terbesar terdapat dalam otak dan hati yang
bervariasi antara 2,5-8 mg/100 g jaringan.
Aspek Psikososial

Psikososial dalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah-masalah psikososial
adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai
akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa.
7
Pelecehan seksual pada anak dalam bentuk tindakan meraba-raba dan mengadakan
hubungan kelamin (penetrasi),hubungan seks anal atau perilaku pomografi,dilakukan oleh orang
yang sama atau berbeda kelaminnya,dapat juga berupa inses.
7

27

Adapun pengertian anak menurut hukum, yaitu menurut undang-undang Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 2002 tetang perlindungan anak, anak adalahseseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
8
Akibat Penganiayaan Seksual Pada Anak :
7
Bila penganiayaan seksual terjadi selama suatu waktu tertentu akan terjadi suatu proses yang
mempunyai suatu pola tertentu yang terdiri dari 5 fase :
7
1. Fase menarik diri, yaitu ketika palaku mengajak anak menjalin suatu hubungan
yang khusus;
2. Fase interaksi seksual,yaitu ketika penganiayaan seksual itu terjadi;
3. Fase rahasia, yaitu ketika pelaku mengancam anak dan memintanya untuk
merahasiakan yang terjadi;
4. Fase penyingkapan,yaitu ketika penganiayaan seksual itu diketahui;
5. Fase supresi, yaitu ketika keluarga menekan anak untuk menarik kembali
pengakuannya atau pernyataannya
Perubahan Psikologis pada korban penganiayaan seksual :
7
1. Fase pertama atau akut (beberapa hari setelah kejadian):
1.1. Anak sering menangis atau diam sama sekali.
1.2.Anak merasa tegang, takut, khawatir, malu, terhina, dendam dan sebagainya
2. Fase kedua atau adaptasi : Rasa takut atau marah dapat dikendalikan dengan represi atau
rasionalisasi
3. Fase ketiga atau fase reoganisasi
3.1.Depresi yang dapat berlangsung lama;
3.2.Sering sulit tidur, mimpi buruk dan sulit melupakan kejadian yang telah menimpanya;
3.3.Takut melihat orang banyak atau orang yang berada dibelakangnya;
3.4.takut terhadap hubungan seksual
Dampak Penganiayaan Seksual terhadap Anak dapat berupa gangguan/masalah kejiwaan yang
dapat timbul, yaitu:
7
1. Pelbagai gejala kecemasan seperti misalnya fobia, insomnia dan sebagainya dan dapat
juga berupa Gangguan Stres Pasca Trauma;
28

2. Gejala diosiatif dan histerik;
3. Rasa rendah diri dan kecenderungan untuk bunuh diri yang menunjukkan terdapatnya
depresi;
4. Keluhan somatik seperti enuresis, enkoporesis serta keluhan somatik lainnya;
5. Gangguan perilaku seksual : masturbasi, sexual hyeraousal.
Terapi pada korban perkosaan biasanya bersifat suportif yang difokuskan pada: pemulihan
rasa aman korban; kemanpuan pengendalian diri; menghilangkan rasa tak berdaya,
ketergantungan, dan kekhawatiran akan terjadinya perkosaan ulang; serta upaya
mengintergrasikan keperibadiannya.
7
Sesuatu yang bermamfaat bagi korban manakala telah tersedia di masyarakat semacam pusat
krisis pemerkosaan dan telepon pengaduan 24 jam sehingga dapat memberikan bantuan dan
informasi secepatnya.
7
Pencegahan pelecahan seksual pada anak adalah sebagai berikut: Penegakan hukum positif
(Undang-undang Perlindungan Anak), identifikasi keluarga yang punya risiko tinggi untuk
melakukan penganiayaan seksual pada anak dan jika ditemukan,dilakukan intervensi dini, dan
pendidikan deteksi dini pada profesi medik dan yang bergerak di bidang kesehatan terutama
yang sering kontak dengan anak-anak.
7

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat
LSM diposisikan/ didudukkan sebagai pelaku dari struktur kelompok kepentingan yang
berfungsi sebagai pengartikulasi kepentingan masyarakat. Artinya LSM berkedudukan sebagai
kelompok kepentingan (interest group) di dalam suatu negara. Bila mereka melakukan
artikulasinya itu secara menekan (memaksa, mengancam, menteror, dan sebagainya), mereka
berkedudukan sebagai kelompok penekan (pressure group).
9
Peran LSM adalah:
9
1. Dibentuk dan diurus oleh masyarakat sendiri;
2. Bergerak untuk mengisi dan memperjuangkan kepentingan-kepentingan masyarakat yang
terabaikan (termarjinalisasi)oleh pemerintah;
3. Untuk menjadi pengontrol terhadap cara/hasil-kerja pemerintah
29

Dalam kasus kekerasan seksual terhadap anak, LSM berperan melakukan konseling
untuk mengembalikan perasaan aman bagi korban, menginformasikan hak-hak korban untuk
mendapatkan perlindungan dari kepolisian atau pemerintah setempat, perlindungan dan
keadilan,melakukan koordinasi dengan lembaga pemerintah maupun non pemerintah untuk
memberikan pelayanan yang dibutuhkan korban.
Pelayanan social yang dibutuhkan korban anatar lain mendapatkan seseorang atau
beberapa orang pendamping, mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan, atau
tingkat pemeriksaan.

Visum et Repertum
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah
pembuatan Visum et Repertum terhadap seseorang yang dikirim polisi (penyidik) karena diduga
sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan
kerja, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan, maupun korban meninggal yang pada
pemeriksaan pertama polisi, terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana.
Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan Visum et Repertum telah diatur dalam
Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik Polri berpangka serendah-
rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisan tertentu yang
komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena jabatannya
tersebut. Kepangkatan bagi penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya sersan dua.
Untuk mengetahui apakah suatu surat permintaan pemeriksaan telah ditandatangani oleh yang
berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penandatangan menandatangani surat tersebut
selaku penyidik.
3
Visum et Repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan kelilmuannya dan dibawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan. Visum et Repertum adalah salah satu alat bukti yang sah
sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Visum et Repertum turut berperan dalam proses
pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et Repertum
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian
Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti benda bukti. Visum et Repertum
30

juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang
tertuang di dalam bagian kesimpulan.
3,10

Visum et Repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap, yaitu:
3,10
1. Kata
Pro justitia, yang diletakkan di bagian atas. Kata ini menjelaskan bahwa Visum
et Repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan. Visum et Repertum tidak
membutuhkan materai untuk dijadikan sebagai alat bukti didepan sidang
peradilan yang mempunyai kekuatan hukum.
2. Bagian Pendahuluan
Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis di dalam Visum et Repertum,
melainkan langsung dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian
ini menerangkan nama dokter pembuat Visum et Repertum dan institusi
kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal surat
permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan serta identitas korban yang
diperiksa. Dokter tidak dibebani pemastian identitas korban, maka uraian
identitas korban adalah sesuai dengan uraian identitas yang ditulis dalam surat
permintaan Visum et Repertum. Bila terdapat ketidaksesuaian identitas korban
antara surat permintaan dengan catatan medik atau pasien yang diperiksa, dokter
dapat meminta kejelasan dari penyidik.
3. Bagian pemberitaan
Bagian ini berjudul Hasil Pemeriksaan dan berisi hasil pemeriksaan medik
tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan
perkaranya, tindakan medik yang dilakukan serta keadaannya selesai
pengobatan/ perawatan. Bila korban meninggal dan dilakukan autopsi, maka
diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan dengan perkara dan
matinya orang tersebut, yang diuraikan dalam bagian ini merupakan pengganti
barang bukti, berupa perlukaan/keadaan kesehatan/ sebab kematian yang
berkaitan dengan perkaranya. Temuan hasil pemeriksaan medik yang bersifat
rahasia dan tidak berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan ke dalam
bagian pemberitaan dan dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.
4. Bagian Kesimpulan
31

Bagian ini berjudul Kesimpulan dan berisi pendapat dokter berdasarkan
keilmuannya, mengenai jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis
kekerasan atau zat penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya.
Pada kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan dan
kapan perkiraannya, serta usia korban atau kepantasan korban untuk dikawin.
5. Bagian Penutup
Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku Demikianlah visum et repertum ini saya
buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai
dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.



















32

Visum et Repertum Skenario:

RUMAH SAKIT ENTAHLAH
Jl.Antah berantah No 2 Jakarta 89711
Telp/Fax 021 2325235
PRO JUSTITIA Jakarta, 18 Desember 2013

VISUM ET REPERTUM
No.02/TU.RSE/I/2013

Yang bertandatangan di bawah ini, dr. Adventisia Manek, SpF, dokter pada Rumah Sakit
Entahlah, atas permintaan dari kepolisian Sektor Jakarta Raya dengan suratnya nomor
VER/I/2013/SEKTRO JKT RY, tertanggal 18 Desember 2013, maka dengan ini menerangkan
bahwa pada tanggaldelapan belas Desember tahun dua ribu tiga belas, pukul dua belas Waktu
Indonesia bagian Barat, bertempat di Rumah Sakit Entahlah, telah melakukan pemeriksaan
korban dengan nomor registrasi376-83-88 yang menurut surat tersebut adalah:----------------------

Nama : Barbara Bar -------------------------------------------------------------------------
Umur : 14 tahun -----------------------------------------------------------------------------
Jenis Kelamin : Perempuan --------------------------------------------------------------------------
Warga Negara : Indonesia ----------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : Pelajar -------------------------------------------------------------------------------
Alamat : Jl.Hohohoho No 2 Jakarta Raya. Jakarta ---------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN -----------------------------------------------------------------------------------
1. Korban datang dalam keadaan sadar penuh, dengan keadaan umum tampak sakit ringan,
sering terisak ------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Korban mengaku dua jam sebelum pemeriksaan korban di paksa untuk melakukan
persetubuhan dengan kekerasan. Korban mengaku diminta untuk bersetubuh dengan pelaku
dan di bawa paksa-----
33

Lanjutan VER/I/2013/SEKTRO JKT RY
Halaman ke 2 dari 4 halaman

dan di bawa paksa ke dalam kamar. Korban meronta dengan mencakar tersangka. Setelah
berada dalam kamar tersangka memaksa untuk menyetubuhi korban, namun karena korban
menolak dan berteriak, mulutnya di bekap dengan tangan oleh pelaku. Korban berusaha
meloloskan diri dengan mengigit tangan kanan pelakua. Lalu korban dicekik dengan
menggunakan tangan hingga tidak berdaya. Korban lalu disetubuhi dengan paksa oleh
tersangka sebanyak dua kali berturut-turut. Pelaku adalah seorang laki-laki, yang dikenali
sebagai tetangga korban -----------------------------------------------------------------------------------
3. Pada korban ditemukan:
a. Pakaian rapi tanpa robekan ---------------------------------------------------------------------------
b. Tanda kelamin sekunder telah berkembang --------------------------------------------------------
c. Tanda vital: tekanan darah seratus duapuluh per delapan puluh millimeter air raksa,
frekuensi nadi delapanpuluh kali per menit, frekuensi napas dua puluh kali per menit, suhu
tiga puluh enam koma tujuh derajat celcius --------------------------------------------------------
d. Pemeriksaan fisik ditemukan bercak putih di paha kanan, dua sentimeter dari garis
pertengahan depan, satu sentimeter dari lipat paha kanan, delapan puluh sentimeter dari
tumit, dengan ukuran dua sentimeter kali satu sentimeter ----------------------------------------
e. Luka-luka:
a. Pada bibir bibir bawah sebelah kiri terdapat luka lecet tekan yang teraba
lunak berukuran dua sentimeter kali satu sentimeter ---------------------------
---------------------------------------
b. Pada leher kiri, dua sentimeter dari garis tengah depan, tiga sentimeter
dari tulang selangka kiri, seratus tiga puluh sentimeter dari tumit terdapat
tiga garis memar sejajar berwarna kemerahan dengan daerah pucat
diantarnya, nyeri pada penekanan. Lebar daerah pucat satu sentimeter, luas
memar seluruhnya berukur tiga sentimeter kali empat sentimeter -----------
c. Pada leher kiri, lima sentimeter dari garis tengah, tiga sentimeter dari
tulang selangka,
seratus tiga puluh sentimeter -----
34


Lanjutan VER/I/2013/SEKTRO JKT RY
Halaman ke 3 dari 4 halaman

seratus tiga puluh sentimeter dari tumit terdapat tiga luka lecet berbentuk
bulan sabit dengan panjang masing-masing enam millimeter, lima
millimeter, dan tujuh milimeter. Nyeri saat penekanan ----
d. Pada payudara kiri, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan, satu
sentimeter dari putting susu, seratus dua puluh sentimeter dari tumit
terdapat enam buah luka lecet berukuran masing-masing enam millimeter
yang bersisian membentuk setengah lingkaran ---------------------------------
e. Pada lipat paha dalam kanan, tiga sentimeter dari garis pertengahan depan,
dua sentimeter dari lipat paha , delapan puluh sentimeter dari tumit,
terdapat memar berwarna keunguan, bengkak, nyeri pada penekanan,
berukuran tiga sentimeter kali empat sentimeter -------------------------------
f. Pemeriksaan Kandungan: -------------------------------------------------------------------
Rahim:rahim setinggi satu jari dibawah pusat dan teraba keras berbentuk bulat
g. Pemeriksaan Alat Kelamin: -----------------------------------------------------------------
a. Mulut alat kelamin: Pada pertemuan bagian antara bibir kemaluan besar
dan bibir kemaluan kecil tampak luka lecet berwarna merah, tampak
bengkak dan nyeri pada perabaan, berukuran satu sentimeter kali satu
sentimeter ----------------------------------------------------------------------------
b. Selaput dara : Terdapat robekan baru pada selaput dara hingga ke dasar
sesuai dengan arah jam enam ------------------------------------------------------
c. Leher rahim : tampak kemerahan dengan permukaan licin, lunak, dan
ditemukan cairan mani -------------------------------------------------------------
h. Pada pemeriksaan tes kehamilan PPT hasilnya negative
4. Korban diberi obat penghilang nyeri dan obat antibiotic untuk pencegahan penyakit
menular seksual ---------------------------------------------------------------------------------------
5. Korban dipulangkan ke tempat perlindungan terhadap korban kekerasan seksual milik
LSM X dalam keadaan ----
35

Lanjutan VER/I/2013/SEKTRO JKT RY
Halaman ke 4 dari 4 halaman

LSM X dalam keadaan sehat
KESIMPULAN:
Pada korban perempuan berusia empat belas tahun ini, ditemukan luka lecet pada bibir akibat
tekanan, pada leher terdapat luka lecet akibat pencekikan, luka lecet akibat bekas gigitan, dan
memar pada paha dalam akibat kekerasan benda tumpul, robekan pada alat kelamin luar, yang
merupakan tanda wanita ini mengalami kekerasan. Selan itu ditemukan robekan pada selaput
dara, dan adanya cairan mani dalam alat kelamin dalam yang mengindikasikan telah terjadi
persetubuhan. Dari hasil pemeriksaan fisik dan tes kehamilan tidak ditemukan perempuan ini
hamil.

Dokter Pemeriksa,


Dr. Adventisia Manek, SpF

Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa korban merupakan anak dibawah umur
dan korban disetubuhi oleh pelaku dengan kekerasan. Dalam hal ini dokter tidak berwenang
menentukan apakah korban diperkosa atau tidak sebab perkosaan bukanlah istilah medis
melainkan isitilah hukum, dokter hanya perlu menentukan apakah telah terjadi persetubuhan dan
pakah terdapat tanda kekerasan.

Daftar Pustaka
1.Komnas Perempuan.Kekerasan Seksual.Downloaded from
http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2012/11/Kekerasan-Seksual-Kenali-
dan-Tangani.pdf, December 19, 2013.
36

2.Tirani E.Kekerasan seksual pada anak terus meningkat.Metro TV News Kamis 12 Desember
21:41 WIB. Downloaded from
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/12/12/3/201020/-Kekerasan-Seksual-
kepada-Anak-Terus-Meningkat, December 19,2013.
3.Arif Budianto, Wibisana Widiatmaka, Siswandi Sudiono, Winardi, AbdulMunim, Sidhi, et al.
Ilmu kedokteran forensik. Jakarta: FKUI, 1997.h.147-57;184-96.
4.Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.Cetakan II. Jakarta:FKUI,2001.h.11-25;33-6.
5.Hanafia MJ, Amir A.Etika kedokteran & hukum kesehatan.Edisi 4.Jakarta:EGC,2008.h.1-299
6.Solahudin.Kitab undang-undang hukum pidana,acara pidana, & perdata (kuhp,
kuhap,kuhpdt).Cetakan 1.Jakarta:Visimedia,2008.h.69-75
7.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Psikososial.Downloaded from
www.depkes.go.id/downloads/psikososial.pdf , Desember 19,2013.
8.Undang-undang perlindungan anak dilengkapi kepres no 77 tahun 2003 tentang komisi
nasional perlindungan anak.Yogyakarta:New Merah Putih.h. 12
9.Hanapiah P.Visi misi dan strategi ormas dan lsm dalam pembangunan daerah.Bandung:Jurusan
Ilmu Pemerintah FISIP UNPAD,2001.h. 1-5.Downloaded from http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/05/visi_misi_ormas_lsm.pdf, Desember 19, 2013.
10. Safitry O.Mudah membuat visum et repertum kasus luka.Jakarta:Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2013.h.6-
13

Vous aimerez peut-être aussi