Vous êtes sur la page 1sur 27

Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan

Gangguan Sistem Persyarafan Akibat


Peradangan / Infeksi
Bersama :
Ns. Frits Yogyantomo, S.Kep.
A. MENINGITIS
Pengertian
Infeksi akut pada selaput meningen (selaput
yang menutupi otak dan medula spinalis).
Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
1. Bakteri : pnemokokkus, meningokokkus,
stapilokokkus,
streptokokkus,
salmonella, dll.
2. Virus : Hemofilus influenza, dan herpes
simpleks.

Pathofisiologi

Mikrobiologi penyebab dapat masuk mencapai
membran meningen dengan berbagai cara, all :
Hematogen dan atau limpatik
Perkontuinitatum
Retrograd melalui syaraf perifer
Langsung masuk cairan serebrospinal
Efek peradangan dapat mengenai ketiga lapisan
meningen dan ruang ruang yang berada di
antara lapisan. Tidak jarang pula infeksi
mengenai jaringan otak. Kondisi ini disebut
meningo-enchephalitis. Efek pathologis yang
terjadi all :
Hiperemia meningens
Edema jaringan otak
Eksudasi
Perubahan perubahan tersebut akan
memberikan dampak terhadap peningkatan TIK
dan hydrocephalus (pada anak). Hydrocephalus
terjadi bila eksudat (lebih sering terjadi pada
infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan
cerebrospinalis juga eksudat tadi dapat menetap
di jaringan otak dan dapat menyebabkan abses
otak.
Pengkajian
Data yang perlu diperoleh pada klien dengan
meningitis adalah :
Data Subyektif (dapat diperoleh dari klien
maupun keluarga)
Pemahaman klien/keluarga tentang
penyebab penyakit
Demam, peningkatan suhu tubuh
Riwayat infeksi khususnya ISPA dan
infeksi paru (TBC)
Nyeri kepala
Kesulitan proses berpikir
Kelelahan otot dan inkoordinasi
Semenjak kapan kapan keluhan kleuhan
dirasakan dan upaya upaya yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Data Obyektif
Peningkatan suhu tubuhyang sangat
mencolok
Perubahan perilaku yang mengindikasikan
ketidaknyamanan dan atau disorientasi
Perubahan TTV. Yang perlu diwaspadai
perubahan TTV yang mengindikasikan
peningkatan TIK, seperti pola nafas tidak
teratur, nadi dan perubahan sistolik tekanan
darah.
Perubahan kesadaran (dari apatis sampai
komatus), gunakan Glasgow Coma Scale.
Muntah, dapat mengindikasikan adanya iritasi
lambung atau peningkatan TIK. Observasi
secara cermat terhadap sifat muntahnya sebab
muntah proyektil dapat mengindikasikan
peningkatan TIK.
Tanda tanda iritasi meningeal, yaitu :
Kaku kuduk
Brudzinky sign
Kernig sign
Kejang kejang
Kelainan kelainan neurologik melalui
pemeriksaan fungsi motorik, fungsi sensorik dan
fungsi kranial seperti :
Nyeri kepala (gejala awal yang tersering)
Parastesia, Itching
Hyperalgesia
Hilangnya sensasi
Gangguan penglihatan (visus yang
menurun, diplopia, photopobia)
Pupil : anisokor, reaksi terhadap cahaya
berkurang dan ptosis.
Kadang kadang hemiparese atau
hemiplegi.
Data Penunjang
Pemeriksaan CSS baik secara makroskopis
maupun secara mikroskopis.
Warna (Infeksi bakteri = purulen, infeksi virus
dan tuberkulosis = xantokrom)
Tekanan meningkat
Sel PMN (Polimorfonukleus) meningkat.
Protein meningkat
Glukosa menurun
None +
Pandi +
Pemeriksaan Tambahan
Darah lengkap, LED
Kultur darah
Foto kepala, thorax, vertebra
EEG, CT Scan Otak
Masalah dan Intervensi Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai
pada klien dengan infeksi susunan syaraf pusat
(meningitis, encephalitis, abses oatk) serta
intervensinya.
Potensial penyebaran infeksi
Kemungkinan penyebab :
Proses peradangan
Cairan tubuh yang statis
Daya tahan tubuh yang kurang
Tujuan dan Kriteria Evaluasi :
Sampai terjadi penyembuhan, infeksi skunder
tidak terjadi.
Intervensi Keperawatan :
Isolasi klien
Pertahankan teknik aseptik dan cuci tangan
setiap kali kontak dengan klien baik itu
pengunjung maupun petugas.
Hindarkan klien dari orang orang yang
mengalami ISPA baik petugas maupun
pengunjung.
Observasi secara teratur tiap 4 6 jam suhu
tubuh klien
Kaji kemungkinan adanya nyeri dada, nadi
yang tidak teratur ataupun panas tubuh yang
menetap.
Auskultasi bunyi nafas, pola dan frekuensinya
Lakukan perubahan posisi secara teratur dan
anjurkan klien nafas dalam.
Observasi urine output : warna, bau, jumlah.
Tidakan kolaboratif :
Kolaborasi dengan tim medik pemberian
antibiotik (Intra vena / intra thecal)
Kolaborasi terhadap kemungkinan
pembedahan.
Gangguan Perfusi Cerebral
Kemungkinan Penyebab :
Oedema cerebral
Sirkulasi darah ke otak yang kurang
Tujuan / Kriteria Hasil :
Kesadaran baik
Fungsi Motorik dan sensorik baik
TTV stabil
Nyeri kepala berkurang / hilang
Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK
Intervensi Keperawataan :
Klien bed rest dg posisi terlentang atau posisi
elevasi 15 45
0
sesuai indikasi
Monitor TTV setiap 4 jam (waspada terhadap
terjadinya peningkatan sistolik, tekanan darah
meningkat, nadi, pernafasan yang tidak teratur)
Monitor status neurologik secara teratur dan
bandingkan dengan data-data sebelumnya
Kaji adanya kaku kuduk, dan kejang-kejang
Cegah kemungkinan peningkatan suhu tubuh
dengan mengurangi pakaian, selimut, dan bila
panas berikan kompres
Monitor intake dan out put cairan, catat
karakteristik urin, turgor kulit dan kondisi
membran mukosa
Bantu klien menghindari batuk, muntah dan
obstipasi. Anjurkan klien merubah posisinya
Ciptakan kenyamanan dengan melakukan
massage pada punggung , lingkungan yang
hangat, sentuhan yang lembut dan hindarkan
suara-suara keras
Berikan waktu untuk istirahat di antara
aktifitas-aktifitas dan hindarkan prosedur yang
terlalu lama
Tindakan Kolaboratif :
Kolaborasi untuk pemberian cairan intra vena
baik elektrolit, cairan hipertonis
Kolaborasi untuk pemeriksaan analisa gas
darah
Kolaborasi pemberian oksigen
Kolaborasi pemberian obat-obatan : steroid,
chlorpromazine, acetaminophen
Potensial terjadi trauma
Kemungkinan penyebab :
Kelelahan, paralise, parasthesia, ataxia, vertigo
Rangsangan kejang
Intervensi Keperawatan :
Beri papan pengaman di sisi tempat tidur
Siapkan mesin penghisap lendir di sisi tempat
tidur
Awasim klien selama terjadi kejang
Hindarkan penekanan pada tubuh selama
kejang
Mempertahan bed rest selama fase akut
Bantu klien dalam mobilisasi

Tindakan kolaboratif :
Kolaborasi pemberian terapi seperti dilantin dan
luminal
Perubahan rasa nyaman : Nyeri
Kemungkinan Penyebab :
Proses peradangan / infeksi
Sirkulasi toxin
Tujuan / kriteria Hasil :
Nyeri berkurang / hilang
Klien tampak rileks
Klien dapat tidur dan istirahat dengan baik
Intervensi :
Ciptaka lingkungan yang tenang, jauh dari
stimulus yang berlebihan seperti kebisingan,
cahaya yang berlebih / silau
Pertahankan tetap bed rest dan bantu ADL
Berikan kompres dingin pada kepala dan dahi
Pertahankan posisi yang nyaman bagi klien
Lakukan massage pada daerah leher dan otot
bahu dan punggung
Gunakan penghangat di daerah leher dan
punggung (balsem atau handuk yang
dihangatkan)
Tindakan kolaboratif :
Kolaborasi pemberian analgesik (kodein)
Perubahan/Gangguan mobilitas Fisik
Kemungkinan Penyebab :
Kerusakan neuromuskuler
Perubahan kognitif-percetual
Nyeri/discomfort
Bed rest
Tujuan / Kriteria Hasil :
Tidak terjadi kontraktur, drop foot
Integritas kulit baik
Fungsi eliminasi baik
Kekuatan dan fungsi otot baik
Intervensi :
Kaji tingkat kemampuan klien dalam melakukan
aktifitas
Rubah posisi klien setiap 2 jam
Letakan klien dalam posisi prone satu atau dua hari
apabila klien kooperatif
Latih klien untuk melakukan pergerakan (ROM)
aktif/pasif.
Gunakan penahan/foot board selama terjadi
paralise kaki/tungkai
Jaga agar posisi kepala tetap seimbang dalam posisi
terlentang
Evaluasi penggunaan alat alat bantu selama
paralise, misalnya posisi foot board
Kaji kemampuan untuk duduk, kekuatan tangan kaki
dan keseimbangan untuk berdiri serta gunakan alat
untuk menahan tekanan pada tulang yang menonjol
Kaji kemungkinan sirkulasi darah yang tidak adekuat
seperti perubahan warna kulit, edema dan tanda
tanda lainnya
Observasi keadaan integritas kulit dan lakukan
massage untuk memperlancar sirkulasi darah
Bila pasien mulai duduk lakukan segera
pengukuran TTV
Gunakan bantal di atas kursi untuk menahan
penekanan dan kaji berat badan secara intensif
Dorong pasien untuk melakukan aktifitas dan beri
pujian bila ia dapat melakukannya dengan baik
Tindakan Kolaboratif :
Konsultasi dengan fisioterapis bila pasien menolak
untuk melakukan aktifitas
Kaji kemungkinan pemasangan alat elektronik
sesuai dengan indikasi
Beri obat obatan anti spasmodik dan perangsang
otot sesuai dengan program pengobatan
B. ENCEPHALITIS
Pengertian :
Peradangan jaringam otak yang dapat mengenai
selaput pembungkus otak dan medulla spinalis
Etiologi :
Virus seperti arbovirus, herpes simpleks
Reaksi Toxin seperti thypoid fever, campak,
chiken pox
Keracunan seperti arsenik dan CO
C. ABSES OTAK
Pengertian :
Akumulasi cairan pada jaringan otak, biasanya
merupakan komplikasi dari infeksi
Etiologi :
Penyebaran dari fokus infeksi yang berdekatan
dengan cerebelum, lobus temporalis
(Mastoiditis, otitis media)
Nekrotik emboli biasanya bersumber dari
infeksi endocarditis bakterial dan abses paru
Askep pada klien ini (Encephalitis dan abses otak)
Askep Meningitis

Vous aimerez peut-être aussi