Pembimbing: dr. Tuti Sri Hastuti, Sp. PD., M. Kes.
Ahmad Syafriyansyah 2009730066 / 16.10 477 2009
10-04-2014 Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur Cirrhosis Hepatis Status Pasien Pasien seorang laki-laki berinisial AR, usia 27 tahun. Beralamat di Cibuntu, Kecamatan Sukasirna, Cianjur. Bekerja sebagai resepsionis hotel, datang ke RSUD Cianjur pada tanggal 2 April 2014 dengan keluhan perut bengkak sejak 3 bulan yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan perut membengkak sejak 3 bulan yang lalu. Pada awalnya perut hanya sedikit membengkak disertai rasa panas dan tidak ada nyeri, tapi 1 bulan terakhir rasa panas menghilang dan mulai timbul nyeri yang dirasakan terutama di ulu hati dan menjalar hingga ke punggung badan, nyeri dirasakan hilang timbul seperti ditusuk-tusuk. Pasien mengatakan apabila nyeri timbul, maka muncul sesak, tapi sesak hanya sesaat saja di awal nyeri dan sesak dirasakan tidak berat, dada pasien tidak dirasakan ada nyeri atau panas. Pasien juga mulai merasa mual sejak nyeri ulu hati muncul, bahkan terkadang sampai muntah. Nafsu makan dirasakan menurun karena ada mual, apabila makan perut juga terasa kembung. Pasien mulai merasa ada perubahan warna kulitnya menjadi lebih kuning sejak 2 bulan terakhir. Pasien sempat merasa ada demam pada 1 minggu pertama bersamaan dengan perut yang mulai membengkak. Pasien merasa pusing, pusing dirasakan hilang timbul sejak perut membengkak, tapi tidak dirasakan parah. Mata bagian belakang pasien tidak nyeri. Pasien tidak ada pilek atau pun batuk. Pasien merasa seluruh tubuh menjadi lemas, tapi tidak dirasakan nyeri atau pun ngilu pada persendian di seluruh tubuh. BAB pasien normal, warna agak kuning dan terkadang mencret sejak 2 bulan terakhir, tapi tidak disertai lendir atau pun darah. BAK pasien lancar, warna kuning pekat seperti teh, tidak ada nyeri yang dirasakan saat BAK. Pasien sempat 4 kali berobat ke dokter, awalnya pasien dikatakan terkena penyakit typhoid, sempat baikan setelah diberikan obat, tapi keluhan kembali muncul. Saat berobat yang kedua kalinya pasien dikatakan terkena mag kronis, sempat membaik setelah diberikan obat, tapi keluhan kembali muncul. Pada saat pasien berobat ketiga kalinya, pasien sempat di USG dan dikatakan terkena penyakit liver akibat KP, pasien diberikan pengobatan KP tapi keluhan dirasakan semakin memburuk hingga berobat lagi. Saat berobat yang keempat kalinya, penyakit pasien dikatakan membandel dan disarankan untuk berobat ke rumah sakit. Selama masa pengobatan pasien sudah disarankan untuk beristirahat total, tapi pasien tetap memaksakan diri untuk masuk kerja selama masa pengobatan tersebut. Riwayat Penyakit Dahulu -Riwayat tindakan operasi belum pernah. -Riwayat trauma pada ulu hati tidak ada. -Riwayat penyakit liver/kuning tidak ada. -Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan asma tidak ada. Riwayat Kebiasaan -Riwayat sering telat makan disangkal. -Riwayat merokok dan minum alkohol disangkal Riwayat Penyakit Keluarga -Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. -Ibu pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit kuning/liver. -Riwayat penyakit hipertensi dan diabetes melitus dalam keluarga tidak ada. Riwayat Alergi - tidak ada riwayat alergi terhadap obat. - tidak ada riwayat alergi terhadap makanan. - tidak ada riwayat alergi terhadap udara/cuaca dingin. Riwayat Pengobatan -Pasien sudah berobat ke klinik dokter yang berbeda sebanyak 4 x karena merasa tidak cocok dengan pengobatan yang diberikan. -Kunjungan pertama saat 3 bulan yang lalu, pasien dikatakan terkena typhoid, setelah diberikan obat keluhan menghilang, namun tidak lama kembali dirasakan. -Kunjungan kedua ke dokter yang berbeda, pasien dikatakan terkena penyakit mag kronis, setelah diberikan obat keluhan hilang sesaat, namun kembali dirasakan. -Kunjungan ketiga dengan dokter yang berbeda lagi, pasien dikatakan terkena penyakit liver yang kemungkinan disebabkan oleh KP, tidak lama setelah diberikan obat keluhan kembali kambuh dan perut malah semakin membengkak. -Kunjungan keempat ke dokter yang sama dengan kunjungan ketiga, penyakit pasien dikatakan membandel dan disarankan untuk berobat ke rumah sakit. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum pasien didapatkan tampak sakit sedang, kesadarannya kompos mentis, dan kooperatif saat di Periksa. Tanda Vital Tekanan darah = 120/90 mmHg Nadi = 80 x/menit Suhu = 36,7 o C RR = 20 x/menit STATUS GENERALIS
Thoraks Jantung -Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat -Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V sinistra -Perkusi : redup, batas jantung normal -Auskultasi : bunyi jantung III, regular, Murmur (-), gallop (-) Abdomen -Inspeksi : tampak membengkak, eritema (-) -Palpasi : nyeri tekan (+) ulu hati, hepar teraba 2 jari bawah arkus kosta dengan tepi tumpul dan permukaan rata serta konsistensi yang kenyal padat dan tidak nyeri, spleen sulit dinilai. -Perkusi : timpani, shifting dullness (+) -Auskultasi : bising usus (+) normal
Negatif Negatif Negatif 04-04-2014 Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Cairan Ascites: PMN MN Glukosa cairan Albumin C Ascites
10 90 142 0,26
40-90 70-100 50-80
% % mg/dL g/dL Bilirubin total Bilirubin direk Bilirubin indirek Protein total Albumin Globulin 4,73 2,94 1,79 7,27 2,71 4,56 0,2-1,1 0-0,3
0,7-7,8 3,4-5,0 1,5-3,0 mg% mg% mg% g/dL g/dL g/dL HBsAg Reaktif nonreaktif index Pemeriksaan Radiologi RONTGEN THORAX PA Kesan: suspek bronchopneumonia, masih mungkin proses spesifik USG ABDOMEN -Sugestif kronik liver disease, kemungkinan tanda- tanda awal sirosis -Splenomegali -Ascites minimal Daftar Masalah
Cirrhosis Hepatis ec. Hepatitis B infection
Ascites ec. Cirrhosis Hepatis ec. Hepatitis B infection
Jaundice ec. Cirrhosis Hepatis ec. Hepatitis B infection Cirrhosis Hepatis ec. Hepatitis B infection ASSESSMENT 1 Class A : 5 6 Class B : 7 9 Class C : 10 Orang yang terinfeksi oleh virus hepatitis B sekitar 5 % berkembang menjadi hepatitis B kronis dan 20 % nya berkembang menjadi sirosis hepatis. Ascites ec. Cirrhosis Hepatis ec. Hepatitis B infection ASSESSMENT 2 S: pasien laki-laki, usia 27 tahun, datang dengan keluhan perut membeng- kak sejak 3 bulan yang lalu, awalnya perut tidak terlalu bengkak disertai rasa panas, namun 1 bulan terakhir pembengkakan pada perut dirasakan semakin parah dan disertai rasa nyeri pada ulu hati. Nafsu makan menurun disertai rasa mual, tapi tidak sampai muntah. Bila ulu hati nyeri, maka dada dirasakan menjadi sesak. Tidak ada demam.
O: pasien tampak sakit sedang, terlihat kesakitan dan sedikit sesak. Pemeriksaan abdomen didapatkan perut tampak buncit, fluid wave (+), nyeri tekan (+) di ulu hati, hepatomegali, dan shifting dullness (+). Hasil USG abdomen menyatakan adanya kecurigaan penyakit liver kronis, adanya splenomegali, dan ascites yang minimal. Dari punksi ascites didapatkan cairan sebanyak 1200 mL. Ascites adalah akumulasi cairan pada cavum peritoneal. Adapun penyebab Ascites dapat dilihat pada tabel berikut: Mekanisme terjadinya ascites pada kasus: Infeksi HBV kronik Sel parenkim hepar hancur Diganti jaringan fibrosa Penurunan sisntesis protein di hepar (albumin) Berkontraksi di sekeliling pd dalam hepar ASCITES Cairan keluar dari pembuluh Darah ke jaringan interstisial Tekanan osmotik di pembuluh darah menurun Menghambat aliran darah Vena porta Tekanan hidrostatik meningkat Tekanan vena porta meningkat (hepar, saluran pencernaan) Peningkatan permeabilitas Pembuluh darah Vena porta berdilatasi Penanganan ascites pada kasus:
Penatalaksanaan terhadap infeksi virus hepatitis B Punksi ascites Furosemid 3 x 40 mg Spiranolacton 1 x 100 mg Jaundice ec. Cirrhosis Hepatis ec. Hepatitis B infection ASSESSMENT 3 S: pasien laki-laki, usia 27 tahun, datang dengan keluhan perut membeng- kak sejak 3 bulan yang lalu. Pasien mulai merasa ada perubahan warna Kulit menjadi lebih kuning sejak 2 bulan terakhir. BAB lancar dengan warna Feses yang kuning. BAK lancar, warna kuning kemerahan seperti teh pekat.
O: pasien tampak sakit sedang, sklera ikterik +/+, ikterik di lidah bagian Bawah (+), seluruh warna kulit tampak lebih kuning pucat. Terjadi peningkatan kadar bilirubin total, bilirubin direk, dan bilirubin Indirek. Mekanisme terjadinya jaundice pada kasus: Hemoglobin Globin Biliverdin indirek/ Bilirubin tidak terkonjugasi Iron Duodenum BI masuk ke dalam hepatosit BI diikat oleh albumin, Dibawa ke hepar BI diubah menjadi Bilirubin direk dengan Menambahkan asam glukuronat Bilirubin direk dibawa Ke kandung empedu Diekskresikan: Urin / feses Heme CO Biliverdin Kenapa tidak terjadi trombositopenia pada kasus? Hampir semua faktor pembekuan darah dibentuk di hepar. Ada 2 cara sehingga bisa terjadi trombositopenia: Terjadi secara langsung akibat rusaknya jaringan-jaringan hepar yang disebabkan oleh perubahan jaringan normal hepar menjadi jaringan fibrosa sehingga fungsi normal hepar untuk memproduksi faktor-faktor pembekuan darah menjadi terganggu. Terjadi secara tidak langsung oleh karena berkurangnya ekskresi zat empedu akibat kerusakan yang terjadi pada hepar. Zat empedu dibutuhkan untuk pencernaan dan absorpsi lemak. Vitamin K diperlukan untuk pembentukan beberapa faktor pembekuan, absorpsi vitamin K membutuhkan lemak, tapi apabila lemak tidak dipecah terlebih dulu oleh zat empedu maka absorpsi lemak tidak terjadi dan vitamin K pun juga tidak diserap. Trombositopenia merupakan komplikasi, belum terjadi apabila sirosis hepatis yang terbentuk belum parah. Organ hepar merupakan organ yang menakjubkan karena masih dapat menjalankan fungsi normalnya meski sudah mengalami jejas Hingga 70-80 %. DAFTAR PUSTAKA Brooks, Geo F., dkk. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Ed.23. Jakarta : EGC Guyton, Arthur C., dan John E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC Longo, Dan L., dkk. 2012. Harrisons Principles of Internal Medicine Ed.18 Vol.1. USA: McGraw- Hill McPhee, Stephen J., dan Maxime A. Papadokis. 2013.Current Medical Diagnosis and Treatment Ed.52. USA: McGraw Hill