PURNOMO YUDIARTO S.E., AK., M.M. TRISAKTY SCHOOL OF MANAGEMENT-JAKARTA MARET 2011 AKUNTANSI PPN Pasal 4 UU PPN No.42 Tahun 2009
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas :
a) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam daerah pabean oleh pengusaha; b) Impor BKP; c) Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean oleh pengusaha; d) Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; e) Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean; f) Ekspor BKP berwujud oleh PKP; g) Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP; dan h) Ekspor JKP oleh PKP.
penjelasan Pasal 4 UU PPN No.42 Tahun 2009
Syarat-syarat penyerahan barang yang dikenai pajak: a) Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP; b) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud; c) Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean; dan d) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Syarat-syarat penyerahan jasa terutang pajak: a) Jasa yang diserahkan merupakan JKP; b) Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean; dan c) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. AKUNTANSI PPN Pasal 1 UU PPN No.42 Tahun 2009
Apa itu Barang Kena Pajak ? adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
Barang tidak berwujud misal : Merek Dagang, Hak Paten, Hak Cipta dll.
Jenis barang yang tidak dikenai PPN (pasal 4A ayat 2 UU PPN No.42 tahun 2009) 1. Barang hasil tambang atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya; 2. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak; 3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering; dan 4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
Pasal 1 UU PPN No.42 Tahun 2009
Apa itu Jasa Kena Pajak ? adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk pemesan yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
Pasal 1 UU PPN No.42 Tahun 2009 Jenis jasa yang tidak dikenai PPN (pasal 4A ayat 3 UU PPN No.42 tahun 2009)
1. Jasa pelayanan kesehatan medis; 2. Jasa pelayanan sosial; 3. Jasa pengiriman surat dengan perangko; 4. Jasa keuangan; 5. Jasa asuransi; 6. Jasa keagamaan; 7. Jasa pendidikan; 8. Jasa kesenian dan hiburan; 9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; 10. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri; 11. Jasa tenaga kerja; 12. Jasa perhotelan; 13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum; 14. Jasa penyedian tempat parkir; 15. Jasa telephon umum dengan menggunakan uang logam; 16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan 17. Jasa boga atau katering.
Yang termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah : 1) Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian; 2) Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing); 3) Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau juru lelang; 4) Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP; 5) BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan; 6) Penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang; 7) Penyerahan BKP secara konsinyasi; dan 8) Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah.
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP adalah : 1) Penyerahan BKP kepada makelar; 2) Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang; 3) Penyerahan BKP dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang; 4) Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambil alihan usaha dengan syarat kedua-duanya PKP; 5) BKP berupa aktiva menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang pajak masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan;
Tarip PPN yang dikenakan 0% adalah : (pasal 7 ayat 2 UU No.42 tahun 2009) 1) Ekspor BKP berwujud; 2) Ekspor BKP tidak berwujud; dan 3) Ekspor JKP.
Tarip Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn.BM) (pasal 8 ayat 1 UU No.42 tahun 2009) Paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200% (dua ratus persen)
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) (pasal 1 angka 17 UU No.42 tahun 2009) adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor atau nilai lain yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP tidak berwujud.
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam perundang-undangan yang mengatur ke pabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN & PPn.BM. Nilai impor yang menjadi DPP adalah Harga Patokan Impor atau Cost Insurance and Freight (CIF)
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor (PEB).
Nilai Lain (Kepmenkeu KMK No.251/KMK.03/2002) mulai berlaku 1 Juni 2002
AKUNTANSI PPN Cara Menghitung PPN : PPN yang terutang = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Sebagai contoh = PKP menjual BKP secara tunai seharga Rp.440.000.000,00 a) Hitung PPN terutang; b) Hitung PPN terutang bila harga jual termasuk PPN 10%. Jawaban : a) Besarnya PPN terutang = Rp.440.000.000,00 x 10% = Rp.44.000.000,00 b) Besarnya PPN terutang = Rp.440.000.000,00 x 10/110 = Rp.40.000.000,00
Contoh lain : PT.Terang Rembulan membeli mobil seharga Rp.130.000.000,00 (termasuk PPN 10% & PPn.BM 20%) Perhitungan : PPN Terutang = 10/130 x Rp.130.000.000,00 = Rp.10.000.000,00 PPn.BM terutang = 20/130 x Rp.130.000.000,00 = Rp.20.000.000,00 + Jumlah = Rp.30.000.000,00
AKUNTANSI PPN
Contoh : PT.Terang Rembulan membeli mobil seharga Rp.130.000.000,00 (belum termasuk PPN 10% & PPn.BM 20%)
Perhitungan : PPN Terutang= 10% x Rp.130.000.000,00 = Rp.13.000.000,00
PPn.BM terutang= 20% x Rp.130.000.000,00 = Rp.26.000.000,00 + Jumlah = Rp.39.000.000,00
Jurnal Akuntansinya :
Stelsel kas (untuk harga jual termasuk PPN & PPn.BM) Mobil Rp.100.000.000,00 PPN Rp. 10.000.000,00 PPn.BM Rp. 20.000.000,00 Kas Rp.130.000.000,00
(untuk harga jual belum termasuk PPN & PPn.BM) Mobil Rp.130.000.000,00 PPN Rp. 13.000.000,00 PPn.BM Rp. 26.000.000,00 Kas Rp.169.000.000,00
Stelsel akrual (untuk harga jual termasuk PPN & PPn.BM) Mobil Rp.100.000.000,00 PPN Rp. 10.000.000,00 PPn.BM Rp. 20.000.000,00 Hutang Rp.130.000.000,00