Vous êtes sur la page 1sur 11

Pengauditan 1 1

SAMPLING AUDIT
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen
unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui
dimana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor
mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya, termasuk
sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo
akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi
tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit sangat berguna.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian, maupun
pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan sampling audit
dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi,
dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian
yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan
semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang diinginkan
standar pekerjaan lapangan yang ketiga.

1. TAHAPAN SAMPLING AUDIT
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap:
a. Menyusun Rencana Audit
Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini
ditetapkan:
- Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenis sampling
yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling
atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel.
- Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan
pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai
informasi kuantitatif yang diteliti.
- Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang
akan dilakukan.
Pengauditan 1 2

- Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yang diperlukan
untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulan hasil audit, seperti tingkat
keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya.
b. Menetapkan J umlah/Unit Sampel
Tahap berikutnya adalah menetapkan unit sampel. Jika digunakan metode sampling
statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai
dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan
mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek
penelitian.
c. Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah
memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik,
pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random).
d. Menguji Sampel
Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti.
Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya,
auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut.
e. Mengestimasi Keadaan Populasi
Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan
evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi.
Misalnya berupa estimasi tingkat penyimpangan/kesalahan, estimasi nilai interval
populasi, dan sebagainya.
f. Membuat Simpulan Hasil Audit
Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan
hasil audit. Biasanya simpulan hasil audit ditetapkan dengan memperhatikan/
membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat
ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi,
berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi
batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.




Pengauditan 1 3

2. STATISTICAL DAN NONSTATISTICAL SAMPLING
Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan ketiga menyatakan
bahwa:
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk
memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah:
- Sampling statistik (statistical sampling)
- Sampling nonstatistik (nonstatistical sampling)
Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan
bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor untuk
menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel
dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi
yang berkaitan.
Cukup atau tidaknya bukti audit berkaitan dengan, antara lain desain dan ukuran sampel
audit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk menghasilkan bukti audit yang cukup tergantung
pada tujuan dan egisiensi sampel. Untuk tujuan tertentu, efisiensi sampel berhubungan
dengan desainnya. Suatu sampel akan lebih efisien daripada yang lain jika sampel tersebut
dapat mencapai tujuan yang sama dengan ukuran sampel yang lebih kecil. Secara umum,
desain yang hati-hati akan menghasilkan sampel yang lebih efisien.
Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian atas sampel audit.
Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan pertimbangan audit. Penilaian
sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan bahwa keberadaan salah saji, atau
penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
ditetapkan adalah dimasukkan dalam sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan
metode sampling statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi
keputusan auditor mengenai:
Pengauditan 1 4

a. Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
b. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
c. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada pertimbangan manfaat
dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik atau sampling non statistik atau
kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian audit.

3. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN STATISTIK SAMPLING DENGAN
NONSTATISTIK SAMPLING
Mempunyai persamaan yaitu terdiri dari 4 langkah sebagai berikut :
1. Perencanaan sample, bertujuan menjamin bahwa pengujian audit dilaksanakan dengan
cara yang sesuai untuk memberikan risiko uji petik yang diinginkan dan untuk
meminimalkan kemungkinan risiko uji petik.
2. Seleksi sample, meliputi keputusan bagaimana memilih unsur sample dari populasi.
3. Pelaksanaan pengujian, yaitu pemeriksaan dokumen dan melakukan pengujian audit
lainnya.
4. Evaluasi hasil, mencakup penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian audit.
Perbedaan :
1. Sampling Statistik : menggunakan teknis-teknis pengukuran matematis untuk
menghitung hasil statistik formal. Bermanfaat untuk mengkuantifikasi risiko uji petik
pada perencanaan sample dan evaluasi hasil. Hanya cocok untuk sample probabilistis
(tiap unsur populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih).
2. Sampling Non Statistik : memilih unsur-unsur sample yang diyakini dapat
memberikan informasi yang berguna pada populasi tersebut dan keputusan yang
diambil lebih berdasarkan pertimbangan. Sering disebut judgemental sampling.

4. KETIDAKPASTIAN DALAM SAMPLING AUDIT
Auditor mengakui adanya faktor-faktor seperti waktu dan biaya yang diperlukan untuk
melakukan pemeriksaan baik atasa sampel data maupun atas seluruh data. Semakin banyak
sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang diperlukan. Auditor juga
Pengauditan 1 5

mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan
yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data sampel semata.
Auditor dapat memutuskan untuk menerima beberapa ketidakpastian yang timbul akibat
pelaksanaan sampling. Ketidakpastian tersebut meliputi :
1. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko
sampling). Resiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang
diambil bukanlah sampel yang representatif. Risiko sampling timbul dari
kemungkinan bahwa kesimpulan auditor bila menggunakan sampling mungkin
menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapai bila cara pengujian yang sama
diterapkan tanpa sampling. Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang
terbaik dengan ukuran sampel. Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko
samplingnya. Sebaliknya, semakin besar ukuran sampel, semakin rendah risiko
samplingnya. Auditor harus menerapkan pertimbangan professional dalam
menentukan besarnya risiko sampling. Risiko sampling dapat dibedakan atas :
a. Risiko sampling dalam pengujian subtantif atas detail atau rincian. Auditor dalam
memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling. Yang meliputi : Risiko
keliru menerima (risk of incorrect acceptance) dan Risiko keliru menolak (risk of
incorrect rejection)
b. Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian. Auditor
memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
- Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too law).
- Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high).
2. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (risiko non sampling). Risiko
non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak akan pernah dapat diukur secara sistematis. Risiko non
sampling timbul karena :
a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan
tujuan audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel.
Pengauditan 1 6


5. TEHNIK SAMPLING STATISTIK
5.1.SAMPLING ATRIBUT
Yang dimaksud dengan sampling atribut adalah suatu metode untuk melakukan perkiraan
atau estimasi terhadap sebagian dari populasi yang mengandung karakter atau atribut
tertentu yang menjadi perhatian atau menjadi tujuan audit seorang auditor. Sampling ini
terutama digunakan dalam pengujian-pengujian pengendalian intern. Sampling atribut
digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai tingkat kejadian di dalam populasi, dan
biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam populasi,
dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap prosedur di dalam
sistem pengendalian intern sebagai sarana untuk mengetahui apakah ketentuan-ketentuan
yang dibuat manajemen telah ditaati.
Sebagai contoh misalnya auditor ingin menentukan prosentase banyaknya bukti
pembayaran yang tidak didukung dengan bukti-bukti tertentu atau tidak diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang. Untuk menguji pengendalian intern tersebut auditor dapat
menggunakan salah satu dari tiga metode sampling, yaitu estimasi atribut (sampling fixed-
sample-size), sampling sekuensial (sampling atribut keputusan atau stop or go sampling)
dan sampling temuan (discovery sampling). Langkah-langkah dalam sampling atribut:
1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
2. Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya
3. Definisikan atribut yang menjadi objek pengukuran dan apa yang dimaksudkan
dengan penyimpangan
4. Tentukan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
5. Buat estimasi atau perkiraan mengenai tingkt penyimpangan di dalam populasi, yaitu
jumlah penyimpangan di dalam sampel dibagi dengan besarnya sampel
6. Tentukan tingkat keyakinan, biasanya dalam presentase.
7. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Risiko data yang dapat diterima
b. Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir
c. Perkiraan mengenai tingkat penyimpanga dalam populasi
d. Pengaruh besarnya populasi
Pengauditan 1 7

e. Metode sampling yang digunakan, apakah sampling fixed-sample-size, sampling
sekuensial, atau sampling temuan
8. Pilih sampel secara acak
9. Lakukan prosedur audit
10. Lakukan evaluasi hasil audit sampel pada langkah 9 dengan cara sebagai berikut:
a. Hitung tingkat penyimpangan
b. Pertimbangkan risiko sampling
c. Pertimbangkan aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut
d. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern.

5.2.SAMPLING VARIABEL
Yang dimaksud dengan sampling variabel adalah suatu metode yang digunakan untuk
melakukan perkiraan atau estimasi terhadap nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun
atau untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan. Sampling ini terutama digunakan
dalam pengujian substantif guna menentukan tingkat dapat diandalkanya suatu jumlah
dalam suatu akun, dan dapat dilakukan dengan salah satu dari beberapa metode sebagai
beriut: (1) estimasi satuan nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan,
dan (4) estimasi regresi.
Keempat metode ini dapat dilakukan dengan stratifikasi atau tanpa stratifikasi. Sampling
stratifikasi adalah suatu metode sampling yang membagi-bagi populasi menjadi dua atau
lebih sub populasi yang disebut dengan istilah strata, dan sampel kemudian dipilih dari
masing-masing strata tersebut, dan masing-masing strata ini selanjutnya diaudit secara
terpisah.
Pada umumnya sampling variabel dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Dalam pengujian substantif, yang dimaksudkan untuk menentukan
kewajaran nilai buku suatu akun.
b. Untuk membuat estimasi mengenai nilai saldo suatu akun atau suatu kelas
tertentu dari transaksi-transaksi yang berkaitan seperti taksiran saldo
piutang atau taksiran total penjualan untuk suatu periode tertentu.
Pengauditan 1 8

Secara lebih spesifik Vasarhelyi dan Lin (1990) menyatakan bahwa sampling variable ini
dapat diterapkan oleh auditor untuk melakukan pekerjaan audit berkenaan dengan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pengujian akun piutang
2. Pengujian jumlah kuantitas, harga dan nilai persediaan.
3. Penggantian metode penilaian persediaan dari metode FIFO ke LIFO.
4. Pengujian jumlah penambahan aktifa tetap
5. Pengujian terhadap transaksi-transaksi untuk menentukn besarnya nilai transaksi yang
tidak didukung oleh bukti yang memadai.
Meskipun banyak hal yang bersifat kuantitatif yang dapat dicakup dengan sampling
variabel, metode ini hanya dapat digunakan apabila estimasi penyimpangan baku dari
populasi dapat diketahui. Di samping itu, sampling ini juga bergantung pada karakteristik
atau sifat-sifat statistik distribusi normal. Selain pengklasifikasian berupa sampling
variabel tanpa stratifikasi dan sampling variabel dengan stratifikasi, sampling variabel
dan biasanya dikategorikan menjadi empat metode sebagai berikut: (1) estimasi satuan
nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan, dan (4) estimasi regresi.
Langkah-langkah dalam sampling variabel:
1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
2. Definisikan populasi dan satuan unit samplingnya
3. Definisikan atau tentukan tingkat keyakinan
4. Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
5. Tentukan besarnya risiko alfa dan risiko beta
6. Pilih dan periksasampel pendhuluan secara acak.
7. Perhatikan variasi di dalam populasi
8. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Risiko alfa dan risiko beta yang dapat diterima
b. Kesalahan maksimum yang dapat ditolelir
c. Perkiraan mengenai simpangan baku populasi
d. Pengaruh besarnya populasi
9. Pilih dan periksa sampel tambahan
10. Lakukan prosedur audit
11. Buat estimasi mengenai nilai akun atau nilai total populasi
Pengauditan 1 9

12. Hitung rengtang keyakinan berdasarkan hasil pemeriksaan sampel
13. Buat kesimpulan secara menyeluru mengenai hasil pemeriksaan sampel.

5.3.MONETARY UNIT SAMPLING
Metode ini merupakan gabungan dari sampling atribut dan sampling variabel atau
modifikasi dari sampling atribut, yaitu sampling atribut yang digunakan untuk
menyatakan suatu kesimpulan tentang nilai yang sebenarnya dari saldo suatu akun atau
untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan.
Langkah-langkah audit dalam sampling monetary unit sampling, sebagai berikut :
1. Tentukan tujuan pengujian yang hendak dilakukan oleh auditor
2. Definisikan populasi dan satuan atau unit samplingnya
3. Estimasikan tingkat kesalahan tertinggi yang dapat ditolelir
4. Tentukan besarnya sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Risiko data yang dapat diterima
b. Tingkat kesalahan yang dapat ditolelir
c. Perkiraan mengenai tingkat penyimpangan dalam populasi, apakah
kesalahannya 100% atau kurang
5. Pilih sampel secara acak, secara sistematis atau dengan bantuan komputer
6. Lakukan prosedur audit
7. Evaluasi hasil audit sampel dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Aapakah tidak ada kesalahan yang dijumpai
b. Apakah kesalahan yang dijumpai 100%
c. Apakah kesalahan yang dijumpai kurang dari 100%
d. Aspek-aspek kualitatif dari penyimpangan tersebut
e. Aspek-aspek kuantitatif dari penyimpangan tersebut.
8. Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern atau pengujian
yang dilakukan.



Pengauditan 1 10

KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, Sampling audit adalah penerapan prosedur
audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok
transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok
transaksi tersebut. Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak
menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan
atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis.
Terdapat beberapa tahapan dalam sampling audit di antaranya adalah, Menyusun
Rencana Audit, Menetapkan Jumlah/Unit Sampel, Memilih Sampel, Menguji Sampel,
Mengestimasi Keadaan Populasi, Membuat Simpulan Hasil Audit. Sampling audit memiliki 2
pendekatan Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan
menghasilkan bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor
untuk menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melakukan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan
dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun atau
kelompok transaksi yang berkaitan.
Di dalam sampling audit ada beberapa ketidakpastian diantaranya :
1. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko
sampling).
2. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (risiko non sampling). Risiko
non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling.
Pada tehnik sampling statistik memiliki beberapa bagian diantaranya :
1. Sampling Atribut
2. Sampling Variable
3. Monetary Unit Sampling



Pengauditan 1 11

REFERENSI

http://memebali.blogspot.com/2013/07/sampling-audit.html
http://arvantc40s.blogspot.com/2012/02/sampling-audit.html

Vous aimerez peut-être aussi