Vous êtes sur la page 1sur 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Al

DENGAN DIAGNOSA MEDIS IKTERUS NEUNATORUM


DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WATES
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Laboratorium Klinik Keperawatan Anak I






NURUL DIAN RAHMALIA IKAWATI
P07120112068




KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Al
DENGAN DIAGNOSA MEDIS IKTERUS NEUNATORUM
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD WATES
Diajukan untuk disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Yogyakarta, Juli 2014
Praktikan


Nurul Dian Rahmalia Ikawati

Mengetahui,
Pembimbing Lapangan





Pembimbing Akademik




LAPORAN PENDAHULUAN
IKTERUS NEONATORUM

A. PENGERTIAN
Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena
adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam
darah (Brooker, 2001).
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan selaput akibat
penumpukan bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau
ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin yang tidak dikendalikan ( Markum, A.H
1991).
Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3
setelah lahir, yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang
dengan sendirinya pada hari ke 10. ( Nursalam,2005).
Ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin
yang berlebihan di dalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin serum kurang
dari 9mol/L (0,5 mg%). Ikterus nyata secara klinis jika kadar bilirubin meningkat
diatas 35 mol/L (2 mg%) (Wim de Jong et al. 2005).

B. ETIOLOGI
Peningkatan produksi Billirubin dapat menyebabkan:
1. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah ibu dan anak pada penggolongan
Rhesus dan ABO.
2. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
3. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
4. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
5. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta), diol (steroid).
6. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
7. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas
pengangkutan misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh
obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
9. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak sel
hati dan darah merah seperti Infeksi, Toksoplasmosis, Siphilis.
10. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
11. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

C. PATOFISIOLOGI
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari
pengrusakan sel darah merah /RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan
masuk sirkulasi, dimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Globin
(protein ) digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan dirubah menjadi
bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin.
Didalam liver bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan
bantuan ensim glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin konjugata yang
akan dikeluarkan lewat saluran empedu ke saluran intestinal. Di Intestinal
dengan bantuan bakteri saluran intestinal akan ddirubah menjadi urobilinogen
dan starcobilin yang akan memberi warna pada faeces. Umumnya bilirubin akan
diekskresi lewat faeces dalam bentuk stakobilin dan sedikit melalui urine dalam
bentuk urobilinogen.
Pada BBL bbilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek didalam
usus karena terdapat beta glukoronidase yang berperan penting terhadap
perubahan tersebut. Bilirubin inddirek diserap lagi oleh usus kemudian masuk
kembali ke hati .
Keadaan ikterus di pengaruhi oleh :
1. Faktor produksi yng berlebihan melampaui pengeluaran : hemolitik yang
meningkat
2. Gangguan uptake dan konjugasi hepar karena imaturasi hepar.
3. Gangguan transportasi ikatan bilirubin + albumin menuju hepar , defiiensi
albumin menyebabkan semakin banyak bilirubin bebas ddalam darah
yang mudah melewati sawar otak sehingga terjadi kernicterus
4. Gangguan ekskresi akibat sumbatan ddalam hepar atau diluar hepar,
karena kelainan bawaan/infeksi atau kerusakan hepar karena penyakit
lain.


PATHWAY



Hemoglobin
Hemo Globin
Feco Biliverdin
Peningkatan destruksi eritrosit
(ggn konjungsi bilirubin/ ggn
transport bilirubin/ peningkatan
siklus enteropetik) Hb dan
eritrosit abnormal
Pemecahan bilirubin
berlebih
Suplai bilirubin
melebihi tampungan
hepar
Hepar tidak mampu
melakukan konjugasi
Sebagian masuk
kembali ke siklus
amerohepatik
Peningkatan bilirubin
unjongned dalam darah ->
pengeluaran mekonium
terlambat/ obstruksi usus ->
tinja berwarna pucat
Ikterik neonatus
Ikterus pada
sklera leher dan
badan,
peningkatan
bilirubin indirect
Kerusakan
integritas kulit
Indikasi
fototerapi
Sinar dengan intensitas
tinggi
Kekurangan
volume cairan
tubuh
Resiko cidera Gangguan suhu
tubuh
Ketidakefektifan termoregulasi
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa.
Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi: Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum,
muntah-muntah)
2. Pucat : Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis.
Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau
kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir: Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala),
perdarahan tertutup lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah): Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh
keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya
6. Petekiae (bintik merah di kulit) . Sering dikaitkan dengan infeksi
congenital, sepsis atau eritroblastosis
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) . Sering berkaitan
dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
9. Omfalitis (peradangan umbilikus)
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
12. Feses dempul disertai urin warna coklat Pikirkan ke arah ikterus
obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.

E. KLASIFIKASI
Ikterus pada neonatorum dapat dibagi dua :
1. Ikterus fisiologi
Ikterus muncul pada hari ke 2 atau ke 3, dan tampak jelas pada hari 5-
6 dan menghilang hari ke 10. Bayi tampak biasa , minum baik , BB
naik biasa. Kadar bilirubin pada bayi aterm tidak lebih dari 12 mg /dl,
pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari ke-14. Penyebab
ikterus fisiologis diantaranya karena kekurang protein Y dan , enzim
glukoronil transferase yang cukup jumlahnya
2. Ikterus Patologis
a. Ikterus yang muncul dalam 24 jam kehidupan ,, serum bilirubin total
lebih dari 12 mg/dl.
b. Peningkatan bilirubin 5 mg persen atau lebih dalam 24 jam
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg/dl pada bayi premature
atau 12 mg/dl pada bayi aterm.
d. Ikterus yang disertai proses hemolisis
e. Bilirubin Direk lebih dari mg/dl, atau kenaikan bilirubin
serum mg/dl/jam atau 5 mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi
aterm dan 14 hari pada BBLR.
Keadaan yang menyebabkan ikterus patologis adalah
a. Penyakit hemolitik
b. Kelainan sel darah merah
c. Hemolisis : hematoma, Polisitemia, perdarahan karena trauma
jalan lahir.
d. Infeksi
e. Kelainan metabolic : hipoglikemia, galaktosemia
f. Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin
seperti : sulfonaamida, salisilat, sodium bensoat, gentamisin,
g. Pirau enterohepatik yang meninggi : obstruksi usus letak tinggi,
hirschsprung.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar bilirubin serum (total)
b. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
c. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
d. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
e. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
terhadap galaktosemia.
f. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin,
IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP).

G. PENATALAKSANAAN
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus
pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light
bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam
kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi
eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer
yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke
Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses
tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil
Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat
dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan
kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan
Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek
4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000
gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl.
Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis
pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir
Rendah.
2. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
a. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
b. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
c. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam
pertama.
d. Tes Coombs Positif
e. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
f. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
g. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
h. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
i. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
a. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
b. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi
(kepekaan)
c. Menghilangkan Serum Bilirubin
d. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan
keterikatan dengan Bilirubin

H. KOMPLIKASI
Komplikasi Terjadi kernicterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan
bilirubin indirek pada otak dengan gambaran klinik:
1. Letargi/lemas
2. Kejang
3. Tak mau menghisap
4. Tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus
5. Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot,
epistotonus, kejang
6. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental.

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATA
1. Pengkajian
a. Anamnese orang tua/keluarga
Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang
mengalami neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya
erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan
darah). Ada sudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan
atau ikterus, kemungkinan suspec spherochytosis herediter
kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu , ikterus
kemungkinan kaena pengaruh pregnanediol
b. Riwayat kelahiran:
Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi
berlebihan merupakn predisposisi terjadinya infeksi
c. Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan
mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia) , acidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubn.
d. Bayi dengan apgar score rendah memungkinkan terjadinya
(hypoksia) , acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin.
e. Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ
tubuh (hepar).
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas
menurun
b. Kepala leher
Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa
pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan
Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit
bersih ( kuning)
c. Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia
d. Dada : Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan
tanda peningkatan frekuensi nafas.
e. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya
ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi
f. Perut
1) Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu
dicermati. Hal ni berhubungan dengan indikasi
penatalaksanaan photo terapi.
2) Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi. Perut
membuncit, muntah , mencret merupakan
akibat gangguan metabolisme bilirubun enterohepatik
g. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan
Sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella
h. Urogenital : Urine kuning dan pekat, adanya faeces yang pucat /
acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari
gangguan / atresia saluran empedu
i. Ekstremitas: Menunjukkan tonus otot yang lemah
j. Kulit : Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek.
Elastisitas menurun, perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan
ptechia, echimosis.
k. Pemeriksaan Neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan
lain lain menunjukkan adanya tanda tanda kern ikterus

4. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake tidak
adekuat dan kemapuan menghisap turun
Tujuan: Meningkatkan dan menjaga asupan kalori dan status gizi
bayi
Kriteria hasil :
1) Menerima nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhan sesuai
dengan umur dan kebutuhan
2) Mendemonstrasikan peningkatan ketrampilan dalam cara
makan yang sesuai dengan kemampuan perkembangannya
INTERVENSI RASIONAL
1. Mulai pemberian makan
sementara dengan
menggunakan selang sesuai
indikasi


1. Pemberian makan perselang
mungkin perlu untuk
memberikan nutrisi adekuat
pada bayi yang telah
mengalami koordinasi,
menghisap yang buruk dan



2. Masukkan ASI atau formula
dengan perlahan selama 10
menit pada kecepatan 1 ml/mnt




3. Pertahankan termonetral
lingkungan dan oksigenasi
jaringan dengan
tepat.Gangguan pada bayi
harus seminimal mungkin


4. Catat pertumbuhan dengan
membuat pengukuran BB
setiap hari dan setiap minggu
dari panjang badan dan lingkar
kepala





5. Beri makan sesering mungkin
sesuai indikasi berdasarkan BB
bayi dan perkiraan kapasitas
lambung

reflek menelan atau yang
menjadi lelah selama
pemberian makan
2. Pemasukan makanan ke dalam
lambung yang terlalu cepat
dapat menyebabkan respons
balik cepat dengan regurgitasi
peningkatan resiko aspirasi dan
distensi abdomen, semua ini
menurunkan status pernafasan
3. Stress dingin hypoxia, dan
penanganan yang berlebih
meningkatkan laju metabolisme
dan kebutuhan kalori bayi,
kemungkinan memperlambar
pertumbuhan dan peningkatan
berat badan
4. Pertumbuhan dan peningkatan
BB adalah kriteria untuk
penentuan kebutuhan kalori
untuk menyesuaikan formula
dan untuk menentukan
frekuensi pemberian
makan. Pertumbuhan
mendorong peningkatan
kebutuhan kalori dan kebutuhan
energy
5. Bayi kurang dari 1250 gr (2 bl
12 OZ) diberi makan setiap jam,
bayi antara 1500 dan 1800 (3
bulan OZ sampai 4 bl) diberi
makan setiap 3 jam


b. Resiko infeksi berhubungan dengan defisiensi immunologi
Tujuan pasien tidak menunjukan adanya tanda-tanda peradangan
Kriteria hasil:
1) Pasien bebas dari tanda-tanda infeksi (kalor, dolor, rubor, tumor,
fungsiolesa)
2) Orang tua akan mengidentifikasi faktor yang tepat
INTERVENSI RASIONAL
1. Cuci tangan sebelum dan
sesudah merawat bayi
2. Observasi bayi terhadap
1. Meminimalkan introduksi
bakteri dan penyebaran infeksi
2. Abnormaliotas ini mungkin
abnormalitas kulit (misal :
lepuh, pethiciae, pustule, pucat)
3. Pakai sarung tangan saat
bersentuhan dengan secret

4. Jauhkan bayi dari sumber
infeksi
5. Lakukan perawatan tali pusat
secara aseptik dan
mempertahankan tetap bersih
dan kering
merupakan tanda-tanda infeksi

3. Membantu mencegah
kontaminasi silang terhadap
bayi
4. Mencegah terjadi penularan
infeksi pada bayi
5. Menjaga tidak terjadi infeksi


c. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan
bilirubin
Tujuan: Pertukaran gas kembali adekuat setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
1) bayi tidak sesak napas
2) Leukosit dalam batas normal.
3) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda vital
tiap 4 jam.
2. Monitor kedalaman dan
frekuensi pernapasan
3. Observasi kulit dan membran
mukosa


4. Atur posisi tidur semi fowler/
nyaman menurut pasien
5. Kolaborasikan dengan dokter
dalam pemberian O
2

6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian terapi TBC
1. Untuk mengetahui perubahan
tanda-tanda vital
2. Untuk evaluasi derajat distress

3. Untuk mengetahui sianosis
perifer ( pada kuku) dan
sianosis sentral ( pada sekitar
bibir)
4. Menurunkan tekanan diafragma
dan melancarkan O2
5. Memperbaiki / mencegah
memburuknya hipoksia
6. Mencegah perkembangbiakan
dan mematikan
mikrobakterium tuberkulosis


d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake cairan,
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat.
Kriteria hasil :
1) Turgor kulit baik.
2) Mukosa lembab.
3) Mata tidak cekung
4) Tidak ada penurunan urine out put ( 1-3 cc/kg/BB/jam).
5) Penurunan BB dalam batas normal.
6) Tidak ada perubahan kadar elektrolit tubuh.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pemberian cairan dan elektolit
sesuai protokol.

2. Kaji status hidrasi, ubun-ubun,
mata, turgor, membran mukosa.
3. Kaji pemasukan dan
pengeluaran cairan

4. Monitor TTV

5. Kaji hasil test elektrolit

1. Memenuhi kebutuhan cairan
sehingga tubuh akan terpenuhi
untuk menjamin keadekuatan
2. Dapat menentukan tanda-tanda
dehidrasi dengan tepat
3. Mengetahui keseimbangan
antara masukan dan
pengeluaran
4. Mengetahui status
perkembangan pasien
5. Perpindahan cairan atau
elektrolit, penurunan fungsi
ginjal dapat
meluas mempengaruhi
penyembuhan pasien


e. Risiko tinggi hipotermia dan hipertermia berhubungan dengan sistem
pengaturan suhu tubuh yang belum matang
Tujuan: Menjaga suhu tubuh dalam batas normal yaitu 36 37
5

o
C
Kriteria hasil :
1) Mempertahankan suhu tubuh normal 36 37
5

o
C
2) Akral hangat
3) Tidak sianosis
4) Badan berwarna merah
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi suhu dengan sering,
ulangi setiap 5 menit selama
penghatan ulang

1. Hipotermia membuat bayi
cenderung pada stress dingin,
penggunaan simpanan lemak
coklat yang tidak dapat





2. Perhatikan adanya takipnea
atau apnea, cyanosis, umum,
akrosianosi atau kulit belang,
bradikardia, menangis buruk,
letargi, evaluasi derajat dan
lokasi icterik
3. Tempatkan bayi pada
penghangat, isolette, incubator,
tempat tidur terbuka dengan
penyebar hangat, atau tempat
tidur bayi terbuka dengan
pakaian tepat untuk bayi yang
lebih besar atau lebih tua
4. Gunakan lampu pemanas
selama prosedur. Tutup
penyebar hangat atau bayi
dengan penutup plastic atau
kersta aluminum bila tepat.
Objek panas berkontak dengan
tubuh bayi seperti stetoskop
5. Ganti pakaian atau linen tempat
tidur bila basah. Pertahankan
kepala bayi tetap tertutup

diperbaiki bila ada dan
penurunan sensitivitas untuk
meningaktkan kadarCO
2

(hiperkapnea dan penurunan
kadar O
2
(hipoksia)
2. Tanda-tanda ini menandakan
stress dingin yang
meningkatkan O
2
dan kalori
serta membuat bayi cenderung
pada asidosis berkenaan
dengan metabolic anaerobic
3. Mempertahankan lingkungan
termometral, membantu
mencegah stress dingin




4. Menjaga suhu tubuh bayi dalam
batas normal





5. Menurunkan kehilangan panas
melalui evaporasi




DAFTAR PUSTAKA
Wong. 1999. Nursing Care of Infants Children. Mosby Year Boodc Philadelphia.
Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. JiliI. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI. Jakarta.
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Terjemahan Tim PSIK Unpad. Jakarta: EGC.
Klaus and Forotaff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Wim de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA dan NIC-NOC:
Jilid 2. Yogyakarta : Media Action

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI Al
DENGAN DIAGNOSA MEDIS IKTERUS NEUMATORUM

A. PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Senin, 7 Juli 2014
Pukul : 13.45 WIB
Tempat : Ruang Perinatologi RSUD Wates
Metode : Wawancara, observasi,dan studi document.
Sumber : Pasien dan status pasien.
Oleh : Praktikan Nurul

B. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. Nama pasien : By. Al
2. Tanggal lahir/umur : 3 Juli 2014/ 4 hari
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Nama Ayah : Tn. P
5. Nama Ibu : Ny. S
6. Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
7. Agama : Islam
8. Pendidikan ayah/ibu : SMA/ SMP
9. Pekerjaan ayah/Ibu : Wiraswasta/ IRT
10. Usia Ayah/Ibu : 27 tahun/ 20 tahun
11. Alamat : kedongtangkil, Wates, Kulonprogo
12. Diagnosa Medis : Ikterik Neunatorum
13. No. RM : 479024

C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan anaknya rewel dan tubuhnya menguning.
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Ibu pasien membawa anaknya ke ruang perinatologi karena mata dan
tubuh anaknya berubah kuning sejak kemarin.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Anak lahir secara spontan pervaginam dengan presentasi kepala dan
tanpa bantuan pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada riwayat hipertensi dan diabetes melitus.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami sama dengan pasien.
5. Genogram









6. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Selama Kehamilan
1) HPHT : 27 September 2013
2) HPL : 30 Juli 2014
3) Umur Kehamilan : 39 minggu 2 hari
4) Riwayat ANC : teratur setiap bulan, frekuensi
pemeriksaan 8 kali
5) Tempat ANC : Bidan
6) Kenaikan BB selama hamil : lebih dari 12 kg
Keterangan:

= perempuan

= laki-laki

= perempuan
meninggal

= laki-laki
meninggal
= pasien
7) Komplikasi kehamilan : tidak ada komplikasi
8) Golongan darah ibu : O
9) Riwayat kehamilan : hamil direncanakan
10) Riwayat persalinan yang lalu

No. BB
lahir
Tahun
lahir
Jenis
kelamin
Jenis
persalinan
Komplikasi
persalinan
Kondisi
saat ini
Riwayat
imunitas
1. 3300
gram
2012 Perempuan Spontan - Meninggal
karena
panas
-

b. Saat Kelahiran
1) Penolong : bidan
2) Tempat : bidan klinik
3) Cara melahirkan : spontan pervaginam
4) Presentasi : kepala

c. Setelah Kelahiran
1) Usaha nafas : tanpa bantuan
2) APGAR score : menit pertama skor 7, menit kelima skor 8
3) Resusitasi : -
4) Trauma lahir : tidak ada trauma lahir

7. Riwayat Imunisasi
Bayi sudah diimunisasi Hepatitis B pada tanggal 3 Juli 2014

D. POLA KEBIASAAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI
1. Pola Nutrisi dan Cairan
Jenis makanan dan minuman pasien adalah ASI eksklusif tidak ada
tambahan makanan lain. Pasien minum sehari sekitar 120 cc perhari
dengan menyusu pada ibunya. Pasien diberikan ASI setiap 3 jam
sekali.
2. Pola Eliminasi
a. BAK : urine pertama tanggal 3 Juli 2014, jam 1 siang dan urine
berwarna jernih.
b. BAB : keluarnya feses pertama tanggal 3 Juli 2014 sekitar jam 6
sore dan berwarna hitam.
3. Pola Tidur
Ibu pasien mengatakan pasien sering terbangun dan rewel.
4. Pola Hygene tubuh
Bayi hanya di lap dengan washlap.
5. Pola Aktivitas
Aktivitas mobilisasi dilakukan sendiri, makan dan minum disusui, untuk
toileting pasien menggunakan pampers

E. PEMERIKSAAN UMUM
1. Reflek :
a. Moro : ada
b. Menghisap : kuat
c. Menggengam : kuat
d. Rooting : kuat

2. Tonus aktivitas
Aktiv/ tenang/ letargi/ kejang
Menangis keras/ menangis lemah/ melengking/ sulit menangis/
merintih
3. Tanda-tanda Vital
Keadaan Umum : lemah
Suhu : 37,2
o
C
Nadi : 130x/ menit
Respirasi : 50x/ menit
Berat badan : 3200 gram
Panjang badan : 49 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar perut : 28 cm
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
warna kulit jaundice pada wajah dan tubuh bagian atas, tidak ada
sianosis di seluruh tubuh, turgor kulit kurang baik. Kulit terlihat
kering dan mengelupas pada seluruh tubuh.
b. Kepala / leher
Kepala simetris, tidak ada lesi, ubun- ubun masih lunak, Sutura
sagitalis tepat tidak terpisah.
c. Mata
Mata bersih tidak ada pengeluaran sekret pada mata, konjungtiva
tidak anemis, dan warna sklera ikterik.
d. Telinga
Telinga bersih, bentuk simetris, tidak ada kelainan dan tidak ada
cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada kelainan kongenital, tidak ada
pengeluaran cairan dari hidung, tidak ada nafas cuping hidung.
f. Mulut
Tidak ada kelainan, membran mukosa kering..
g. Thorax dan paru-paru
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dada. Suara pernapasan
normal resonan.
h. Jantung
Bunyi jantung S1/S2
i. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada pembesaran limfa dan tidak ada
kelainan kongenital. Bising usus tidak terdengar.
j. Umbilikus
Umbilikus sudah puput. Kondisi umbilikus kering tidak berbau
berwarna agak kecoklatan dan tidak ada inflamasi maupun
perdarahan.
k. Genitalia
Perempuan normal tidak ada kelainan.
l. Anus
Anus ada, tidak ada kelainan.
m. Ekstremitas
Ekstremitas atas lengkap, tidak ada keluhan gerak.
Ekstrimitas bawah lengkap, tidak ada keluhan gerak.

Status kesehatan ibu:
Keluhan:
Ibu merasa cemas dan takut dengan keadaan bayinya. Beliau mearasa takut
jika anaknya sama seperti anak pertamnya yang meninggal karena sakit.
Keadaan umun:
- Ibu merasa cemas
- Ibu tampak ketakutan
- Ibu mentanyakan keadaan bayinya
- Ibu terlihat tegang
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal pemeriksaan : 7 Juli 2014
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1
2
3
Bilirubin Total
Bilirubin Direct
Bilirubin Indirect
16,2 mg/dL
0,74 mg/dL
15,46 mg/dL
1,4 8,7
0,26 2,2
1,14 6,50

6. TERAPI
Fototerapi 2x24 jam
ASI eksklusif

F. ANALISA DATA
DATA MASALAH PENYEBAB
DS: Ibu bayi
mengatakan:
- Kulit bayi
berwarna kuning
- Mata bayi kuning
- Terjadi sejak 2
hari yang lalu
DO:
- RR: 50x/ menit
- Nadi: 130x/ menit
- Mata bayi terlihat
kuning
- Kulit pada wajah
dan bagian tubuh
atas berwarna
kuning
- Bilirubin indirect:
15,46 mg/dL


Ikterik neonatus Hiperbilirubinemia
DS: ibu mengatakan:
- Bayi harus
difototerapi
DO:
- Kulit pasien
terlihat kering
- Kulit pasien
terlihat
kekuningan
- Kulit bayi
mengelupas pada
seluruh tubuh
- Turgor kulit baik
Kerusakan integritas kulit Fototerapi
DS: ibu mengatakan:
- Bayinya malas
minum
- Bayi menyusu
hanya sedikit
- Refleks hisap
kuat
DO:
- Bayi minum
hanya 120 cc
perhari dengan
menyusu ibu
- Membran mukosa
kering
- Kulit tampak
kering
- Suhu: 37,2
O
C
- Nadi: 130x/menit
Ketidakseimbangan
cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
Intake cairan inadekuat
DS: ibu mengatakan
- Cemas tentang
keadaan bayinya
- Takut bayinya
terkena penyakit
- Panik saat tubuh
anaknya menjadi
kuning
- Takut bayinya
meninggal seperti
anak pertamanya
DO:
- Ibu tampak
cemas
- Ibu tampak
tegang
- Ibu terlihat
bingung
- Ibu bertanya-
tanya tentang
kesehatan
bayinya
Ansietas Perubahan status
kesehatan bayi

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ikterik neonatus berhubungan dengan hiperbilirubinemia yang ditandai
dengan:
DS: Ibu bayi mengatakan:
- Kulit bayi berwarna kuning
- Mata bayi kuning
- Terjadi sejak 2 hari yang lalu
DO:
- RR: 50x/ menit
- Nadi: 130x/ menit
- Mata bayi terlihat kuning
- Kulit pada wajah dan bagian tubuh atas berwarna kuning
- Bilirubin indirect: 15,46 mg/dL

2. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake cairan inadekuat
DS: ibu mengatakan:
- Bayinya malas minum
- Bayi menyusu hanya sedikit
- Refleks hisap kuat
DO:
- Bayi minum hanya 120 cc perhari dengan menyusu ibu
- Membran mukosa kering
- Kulit tampak kering
- Suhu: 37,2
O
C
- Nadi: 130x/menit
- Turgor kulit kurang baik

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi yang
ditandai dengan:
DS: ibu mengatakan:
- Bayi harus difototerapi
DO:
- Kulit pasien terlihat kering
- Kulit pasien terlihat kekuningan
- Kulit bayi mengelupas pada seluruh tubuh



4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan bayi
DS: ibu mengatakan
- Cemas tentang keadaan bayinya
- Takut bayinya terkena penyakit
- Panik saat tubuh anaknya menjadi kuning
- Takut bayinya meninggal seperti anak pertamanya
DO:
- Ibu tampak cemas
- Ibu tampak tegang
- Ibu terlihat bingung
- Ibu bertanya-tanya tentang kesehatan bayinya.
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.Dx TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam, ikterik berkurang dengan
kriteria hasil:
- Ibu tetap menyusui bayinya
- Ibu mengetahui cara merawat bayi
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Ibu mengetahui pencegahan
komplikasi
Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Observasi tanda-tanda ikterus

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Tutup mata bayi saat fototerapi

4. Kolaborasi untuk fototerapi

5. Tempatkan lampu fototerapi diatas
bayi dengan ketinggian yang sesuai
6. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui
bayi lebih sering
7. Jelaskan pada ibu tentang cara
merawat bayi ikterus
8. Jelaskan pada ibu tentang
Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Menengetahui bertambahnya tingkat
keparahan ikterus
2. Mengetahui perubahan status
kesehatan pasien
3. Menutup mata bayi untuk mengurangi
tekanan pada mata
4. Fototerapi untuk membantu
penyembuhan dari ikterus
5. Tinggi lampu yang sesuai dapat
membantu mengurangi ikterus
6. ASI untuk membantu penyembuhan
sebagai antibodi
7. Ibu bisa merawat bayinya sendiri
dengan baik
8. Menjelaskan tentang pencegahan
pencegahan komplikasi

9. Kolaborasi cek bilirubin post fototerapi
komplikasi agar ibu bisa selalu
mencegah penyakit yang lebih parah
9. Cek bilirubin untuk mengetahui
penurunan bilirubin setelah terapi
sinar


2 Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 2x24 jam, asupan cairan bayi adekuat
dengan kriteria hasil:
- Asupan cairan 170cc/hari
- Turgor kulit baik
- Membran mukosa lembab
Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Kaji tanda-tanda vital

2. Catat input dan output cairan

3. Monitor status hidrasi


4. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI
lebih banyak
5. Kolaborasi pemberian cairan
Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Mengetahui perubahan status
kesehatan pasien
2. Mengetahui cairan yang seimbang
untuk bayi
3. Mengetahui perubahan hidrasi pada
pasien untuk menentukan intervensi
selanjutnya
4. Pemberian ASI sebagau penambah
cairan peroral
5. Cairan parenteral jika tidak dapat
parenteral dengan cairan peroral untuk
mencegah dehidrasi
3 Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 2x24 jam, kerusakan kulit berkurang
dengan kriteria hasil:
- Kulit terlihat lembab
- Pengelupasan kulit berkurang

Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Kaji tanda-tanda kerusakan pada kulit
2. Mandikan bayi dengan air hangat dan
gunakan sabun khusus bayi

3. Oleskan lotion atau baby oil

4. Jelaskan pada pasien tentang
perawatan bayi
5. Kolaborasi untuk pemberian salep
Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Mengetahui tingkat kerusakan kulit
2. Air hangat dan sabun khusus bayi
yang lembut mengurangi kerusakan
pada kulit
3. Lotion atau baby oil menjaga agar
kulit bayi tetap lembab
4. Menambah pengetahuan ibu agar ibu
tahu cara merawat bayi yang baik
5. Salep untuk mengurangi kerusakan
pada kulit



4 Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 2x24 jam, ansietas teratasi dengan
kriterian hasil:
- Ibu dapat mengontrol cemas
- Ibu mengerti tentang status kesehatan
bayinya
- Ibu dapat menggunakan teknik
relaksasi
Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
2. Jelaskan tentang proses penyakit
bayinya

3. Dorong ibu untuk mengungkapkan
secara verbal tentang perasaan cemas

4. Ajarkan teknik relaksasi

5. Jelaskan pada ibu tentang cara
merawat bayi jika terjadi hal yang
sama
Senin, 7 Juli 2014
Pukul 14.00
1. Mengetahui seberapa kecemasan ibu
2. Menjelaskan proses penyakit bayi
dapat mengurangi rasa takut dan
cemas
3. Ibu dapat mengungkapkan dan
mengidentifikasi penyebab
kecemasan
4. Teknik relaksasi mengurangi tingkat
kecemasan ibu
5. Menambah pengetahuan ibu untuk
menjaga bayinya dengan baik

Vous aimerez peut-être aussi