Vous êtes sur la page 1sur 188

KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN SURAT AL-ASHR


TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam
Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Oleh;
HASANUDIN
NIM: 505910073
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN SURAT AL-ASHR
TESIS
Diajukan Oleh
HASANUDIN
NIM: 505910073
Telah disetujui pada tanggal 15 Januari 2012
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Syueb Kurdie, MPd.
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
PERNYATAAN KEASLIAN
Bismillahirrahmanirrahim,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Hasanudin
NIM : 505910073
Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam
Menyatakan bahwa tesis ini secara keseluruhan adalah benar-benar hasil penelitian saya
sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya, dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Pernyataan ini dibuat dengan sejujurnya dan dengan penuh kesungguhan hati,
disertai kesiapan untuk menanggung segala resiko yang mungkin diberikan, sesuai dengan
peraturan yang berlaku apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap
etika keilmuan, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya.
Cirebon, 15 Januari 2012
Yang menyatakan,
Materai 6000
Hasanudin
NIM: 505910073
Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM.
Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
NOTA DINAS
Lamp : 5 eksemplar
Hal : Penyerahan Tesis
Kepada Yth.
Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Di
CIREBON
Assalamu`alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa
tesis saudara Hasanudin NIM: 505910073 berjudul: Konsep Manajemen
Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Quran Surat Al-Ashr telah dapat
diujikan.
Bersama ini Kami kirimkan naskahnya untuk segera dapat diujikan dalam sidang
ujian tesis Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Atas perhatian Saudara, saya sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
Cirebon, 15 Januari 2012
Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM.
Prof. Dr. H. Syueb Kurdie, MPd.
Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
NOTA DINAS
Lamp : 5 eksemplar
Hal : Penyerahan Tesis
Kepada Yth.
Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Di
CIREBON
Assalamu`alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti dan merevisi seperlunya, kami berpendapat bahwa
tesis saudara Hasanudin NIM: 505910073 berjudul: Konsep Manajemen
Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Quran Surat Al-Ashr telah dapat
diujikan.
Bersama ini Kami kirimkan naskahnya untuk segera dapat diujikan dalam
sidang ujian tesis Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Atas perhatian Saudara, saya sampaikan terima kasih.
Wassalamualaikum wr. wb.
Cirebon, 15 Januari 2012
Pembimbing II,
Prof. Dr. H. Syueb Kurdie, MPd
ABSTRAK
Hasanudin. Konsep Manajemen Pendidikan Islam Menurut Surat Al-Ashr
Manajemen merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang telah berkembang
dan diterapkan dalam berbagai tatanan organisasi, baik pemerintah, perusahaan, sosial,
maupun pendidikan. Al-Quran merupakan pedoman hidup umat Islam. Al-Quran
dijadikan sebagai sumber norma dan nilai normatif yang mengatur seluruh kehidupan umat
Islam. Salah satu surat yang cukup monumental dalam Al-Quran adalah surat Al-Ashr.
Fokus penelitian ini adalah memahami ayat-ayat dalam Al-Quran surat Al-Ashr yang
mengandung konsep tentang aktivitas dan prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan
Islam.
Penelitian bertujuan untuk meneliti ayat-ayat surat Al-Ashr dalam Al-Quran yang
mengandung konsep dan prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam. Secara
khusus tujuan penelitian ini untuk: (1) Mengetahui penafsiran Al-Quran Surat Al-Ashr
menurut para Ulama, (2) mengetahui kaitan tafsir Al-Quran Surat Al-Ashr dengan
konsep manajemen pendidikan Islam, dan (3) menemukan karakteristik konsep manajemen
pendidikan Islam sebagaimana yang diisyaratkan dalam QS. Al-Ashr.
Penelitian dilakukan dengan metode Tematik (Maudui). Sesuai dengan jenisnya,
penelitian ini adalah kepustakaan (library research), dan Al-Quran sebagai sumber data
primernya, maka teknik pengumpulan datanya adalah dengan cara mengkaji ayat-ayat Al-
Quran Surat Al-Ashr. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data secara deskriptif-
analitik. Analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah: (1) mengidentifikasi ayat yang
memiliki konsep manajemen pendidikan dalam al-Quran, (2) pemaparan pandangan para
pakar ilmu manajemen pendidikan Islam. (3) memaparkan penafsiran para mufasir tentang
tafsir ayat, (4) analisis dengan membandingkan pandangan para mufassir melalui teori
dalam perspekif para pakar dalam ilmu manajemen terutama menyangkut manajemen
pendidikan Islam, dan (5) mengemukakan kesimpulan dari seluruh bahasan sebelumnya
dan sekaligus menjawab permasalahan pokok penelitian ini.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Dalam menafsirkan Surat AlAshr
ayat 1-3, para ulama sepakat bahwa inti dari kandungan surat Al-Ashr adalah peringatan
tentang waktu yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya sebagai sumber dan modal
utama dalam kehidupan. Orang yang tidak menggunakan waktu untuk kebaikan dan
kebenaran akan mengalami kerugian. Orang-orang yang tidak merugi adalah mereka yang
beriman, beramal shaleh, saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran bila
menghadapi suatu kesulitan. Dengan waktu, manusia dapat beriman dan beramal shaleh.
Dengan waktu manusia dapat memperoleh kerugian atau keberuntungan. Waktu harus
dimanaj secara efisien dan produktif, (2) Kaitan tafsir surat Al-Ashr dengan konsep
manajemen pendidikan Islam, bahwa ada kesesuaian antara konsep Al-Quran dengan
konsep manajemen pendidikan dalam mengelola lembaga pendidikan Islam. Kesesuaian
tersebut terlihat terutama dalam penerapan fungsi-fungsi manajemen pendidikan. Al-
Quran surat Al-Ashr mengisyaratkan bahwa dalam mengelola lembaga pendidikan agar
menggunakan waktu dengan sebaiknya (disiplin), yakni dengan membuat perencanaan,
pengorganisasian, membina dan membimbing dalam bekerja secara baik dan benar (amal
shaleh), dan (3) Konsep-konsep yang diisyaratkan dari makna surat Al-Ashr dalam
konteks manajemen pendidikan Islam memiliki karakteristik yang cukup spesifik dalam
penerapan fungsi manajemen, bila dibandingkan dengan konsep manajemen konvensional.
ABSTRACT
Hasanudin. Management Concept of Islamic Education According to Surah Al-'Ashr
Management is one area of science that has been developed and applied in a variety
of organizational arrangements, including government, corporate, social, and educational.
Al-Qur 'an is an Islamic way of life. The Qur'an serve as a source of norms and normative
values that govern the entire life of Muslims. One of the letters are quite monumental in
the Qur'an is Al-'Ashr. The focus of this research is to understand the verses in the Qur'an
Surah Al-'Ashr that contain concepts about the activities and management principles of
Islamic educational institutions.
The study aims to examine the verses of Al-'Ashr in the Qur'an that contain
concepts and management principles of Islamic educational institutions. Specifically for
the purpose of this study: (1) Knowing the interpretation of the Qur'an Surah Al-'Ashr
according to the scholars, (2) to link commentator of the Qur'an Surah Al-'Ashr with the
concept of Islamic education management, and ( 3) found the characteristics of Islamic
education management concepts as hinted at in QS. Al-'Ashr.
Research carried out by the method of Thematic (Maudu'i), In accordance with its
kind, this research is literature (library research), and Al-Quran as a source of primary data,
the data collection technique is to examine the verses of the Qur ' the Surat Al-'Ashr.
Seelanjutnya researchers conducted descriptive data-processing is done by analitik.Analisis
steps: (1) identify the paragraph that has a concept of management education in the Koran,
(2) exposure of management science experts view of Islamic education. (3) presents the
interpretation of the commentators on the verse's interpretation, (4) the analysis by
comparing the views of commentators through the theory in perspekif experts in
management science, especially concerning the management of Islamic education, and (5)
suggested the conclusion of the whole discussion sebalumnya and simultaneously
answering fundamental problems this study.
The results can be concluded that: (1) In interpreting the letter Al'Ashr verses 1-3,
the scholars agreed that the core of Al-'Ashr content of the letter was a warning about the
time granted by Allah to His servants as a major capital source and in life. People who do
not use the time to goodness and truth will incur a loss. People who are not losers are those
who believe, pious charity, truth and edify each other with patience when dealing with a
difficulty. With time, people can believe and do righteous. By the time people can gain or
loss of fortune. Time should to manage efficiently and productively, (2) linkage of Al-
'Ashr interpretation to the concept of Islamic education management, that there is a match
between the concept of the Qur'an with the concept of management education in managing
institutions of Islamic education. Conformity is seen mainly in the application of education
management functions. Al-Qur'an Al-'Ashr letter suggests that in managing educational
institutions in order to use time wisely (discipline), namely by making the planning,
organizing, developing and guiding the work is good and righteous (pious deeds), and (3)
The concepts that hinted of'Ashr meaning of Al-Islam in the context of management
education has a fairly specific characteristics in the application of management functions,
when compared with conventional management concept

.

' .
.

.

. :

.
) (
" .
:
.

.
:
' Ashr .
.
.
. .

. .
) (
) (
.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan taufik dan
hidayah-Nya, tesis ini selesai penulis susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam (MPd.I) pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.
Dalam menyusun tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses penelitian tesis ini hingga terwujud. Secara
khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Maksum, MA; Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon beserta para para
Pembantu Rektor.
2. Prof. Dr. H. Jamali Sahrodi, M.Ag.; Direktur Program Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati
Cirebon beserta para Asisten Direktur dan segenap staf.
3. Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM. dan Prof. Dr. H. Syueb Kurdi, MPd selaku
Pembimbing I dan II dan penyusunan Tesis ini,
4. Istri tercinta; Alqomariyatun yang selalu memberi support, anak-anakku; Ubay Maulid
Al-Hasani dan Wardatul Hijjah Al-Hasani.
Demikian, semoga setitik ilmu ini bermanfaat khususnya bagi pribadi dan umumnya
bagi almamater IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam pengembangan Ilmu Pengetahuan,
amin.
Cirebon, 15 Januari 2012
Hasanudin
NIM: 505910073
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN iv
NOTA DINAS v
ABSTRAK . vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI .. ix
DAFTAR TABEL .. x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah .. 1
B. Fokus Penelitian 10
C. Tujuan Penelitian .. 10
D. Kegunaan Hasil Penelitian 11
E. Metodologi Penelitian .. 15
1. Paradigma Penelitian 15
2. Prosedur Penelitian ..
17
3. Sumber Data 22
4. Teknik Analisis Data .. 22
BAB II PENAFSIRAN SURAT AL-ASHR MENURUT PARA ULAMA 27
A. Makna Al-Quran Surat Al-Ashr ayat 1-3 27
B. Penafsiran para Ulama .. 36
1. Ahmad Musthafa Al-Maraghi 36
2. Ibnu Katsir . 41
3. Sayyid Quthub 44
4. Imam At-Thobary .. 47
5. Al-Qurthubi 49
6. Al-Baydhawy . 50
7. Fakh Al-Razy . 51
8. Imam SyafiI .. 53
9. Shihabudin As-Sayid Muhammad Afnady Al Alusi Al-Baghdadi 55
10. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin 56
11. Muhammmad Abduh dan Rasyid Ridha 59
12. Muhammad Husain Thabathabai ... 62
13. Murtadha Muthahhari .. 64
14. Hamka .. 71
15. Quraish Shihab .. 77
BAB III
TAFSIR SURAT AL-ASHR DAN KONSEP MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
A. Tafsir Surat Al-Ashr ayat 1-3 .
B. Konsep Manajemen Pendidikan Islam Yang Diisyaratkan Al-
Quran Surat AlAshr ayat 1-3
98
1. Pendidikan Islam .................................................................. 98
2. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan Islam .. 105
C. Isyarat Surat Al-Ashr terhadap Konsep Manajemen
Pendidikan Islam .
112
BAB IV KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
YANG DIISYARATKAN DALAM AL-QURAN SURAT
AL-ASHR
124
A. Manajemen Waktu 124
B. Karakteristik Pendidikan Islam . 131
A. Karakteristik Manajemen Pendidikan Islam Yang Diisyaratkan
Al-Quran Surat Al-Aashr 1-3 ..
138
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA ..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
Hasanudin; lahir di Indramayu pada tanggal 01 Februari 1976 dari pasangan Bapak
Sukatma (Alm) dan Ibu Maesun (Almh) merupakan anak ke-4 setelah; Chanan, Drs.
Hadlori dan Kholiel Soekatma. Tahun 1989 lulus dari SDN Rawadalem, tahun 1992 lulus
dari MTs Darul Ikhlas Sukaurip, tahun 1996 lulus dari MAN Buntet Pesantren Cirebon
Jurusan Syariah sambil menimba ilmu agama di pondok pesantren Al Humaidy Kendal
Kec. Astanajapura kab. Cirebon dibawah bimbingan K.H. Chambali selama 10 tahun,
kemudian melanjutkan S1 di Fakultas Tarbiyah IAIN SGD Bandung di Cirebon lulus tahun
2000 dan tahun 2010 melanjutkan di Program Pasca Sarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
dengan mengambil konsentrasi Manajemen Pendidikan Islam.
Tahun 2003 diterima sebagai GBS dari Diknas, dan ketika tahun 2004 mengikuti
pendaftaran CPNS di lingkungan Depag Kab. Indramayu dan Alhamdulillah diterima
sebagai Guru Pendidikan Agama Islam SD dari tahun 2005 sampai sekarang.
Menikah dengan AlQomariyatun yang pernah sama-sama mondok di ponpes Al Humaidy
tahun 2005, dan sekarang mempunyai 2 anak yaitu: UMA (Ubay Maulid Al Hasani; 25
April 2006 dan WHA (Wardatul Hijjah Al Hasani;23 Nopember 2010).
Kegiatan sehari-hari disamping sebagai GPAI SD di SDN Balongan II Kab. Indramayu
juga sebagai Pelayan Santri di Lajnah Tarbiyyatul Islaamiyyah atau LTI Shohibul
Barokah Rawadalem yang sejak tahun 2002 dirintis sebagai lembaga pendidikan
keagamaan yang konsent terhadap Al-Quran, Hadits dan Kitab-kitab Salaf atau Kitab
Kuning.
TESIS
KONSEP MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN SURAT AL-ASHR
Oleh:
HASANUDIN
NIM: 505910073
Telah Diujikan pada tanggal 07 Februari 2012
dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam ( M.Pd.I )
Cirebon, Februari 2012
Dewan Penguji
Ketua/ Anggota,
Prof. Dr. H. Jamali Sahrodi. M.Ag.
Sekretaris/ Anggota,
Dr. H. Ahmad Asmuni, MA.
Pembimbing/ Penguji ,
Prof. Dr. H. Abdus Salam Dz. MM
Pembimbing/ Penguji,
Prof. Dr. H. Syueb Kurdie, MPd.
Penguji,
Dr. Ilman Nafia, M.Ag.
Direktur,
Prof. Dr. H. Jamali Sahrodi. M.Ag.
MOTTO

TANPA-MU YAA ALLAH...
TANPA-MU YAA NABIYYALLAAH...
NABI MUHAMMAD SAW
TAK MUNGKIN AKU MEMPEROLEH
SEPERTI SAAT INI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam konteks lembaga pendidikan Islam, sumber daya manusia adalah
tenaga atau personel kependidikan yang terdiri dari kepala sekolah, tenaga
pendidik, pegawai tata usaha sampai dengan pesuruh.
1
Semua personel
pendidikan tersebut harus dikelola secara profesional sesuai dengan bidang dan
keahliannya masing-masing.
Manajemen merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan yang telah
berkembang dan diterapkan dalam berbagai tatanan organisasi, baik
pemerintah, perusahaan, sosial, maupun pendidikan. Dengan penerapan ilmu
manajemen tersebut, maka organisasi maupun lembaga dapat mencapai tujuan-
tujuannya secara efektif dan efisien, serta menghasilkan produktivitas yang
tinggi. Kendatipun ilmu manajemen itu berasal dari barat, dan telah
berkembang ke seluruh dunia, namun sesungguhnya melalui Al-Quran, Islam
telah meletakkan dasar-dasar manajemen, dari mulai kehidupan personal, sosial
sampai pada memanaj kehidupan secara lebih luas. Tetapi, karena umat Islam
tidak lagi mau menggali kandungan Al-Quran sebagaimana pada zaman Islam
kasik, maka pada saat ini ilmu pengetahuan, peradaban, termasuk ahli-ahli
manajemen lebih banyak lahir dari dunia Barat.
1
Hasbullah, Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada 2006, h. 111
1
2
Al-Quran merupakan pedoman hidup umat Islam. Al-Quran dijadikan
sebagai sumber norma dan nilai normatif yang mengatur seluruh kehidupan
umat Islam. Oleh karena itu, kebutuhan untuk membumikan norma dan nilai-
nilai yang terkandung dalam Al-Quran atau mengintegrasikannya ke dalam
berbagai bidang kehidupan umat Islam selalu muncul ke permukaan, termasuk
mengintegrasikannya ke dalam ilmu manajemen dan pendidikan
2
.
Menurut Komarudin Hidayat, Al-Quran merupakan hadiah sekaligus
hidayah bagi umat Islam. Bahkan menurutnya, Al-Quran bisa menjadi sumber
kajian ilmu pengetahuan, bukan hanya untuk umat Islam, tapi juga bagi siapa
saja termasuk non muslim yang memang secara serius dan bersungguh-
sungguh mengkaji atau mendalaminya
3
. Setiap kajian yang dilakukan terhadap
Al-Quran, akan selalu menghasilkan temuan-temuan baru sesuai dengan
perspektif yang digunakannya. Al-Quran layaknya sebuah permata yang
memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-
masing.
4
Sebagai sebuah pedoman hidup umat Islam dalam menghadapi
kehidupan ini, maka Al-Quran diyakini mengandung petunjuk bagi berbagai
persoalan yang dihadapi oleh manusia serta arahan dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan tersebut. Al-Quran, tidak hanya berbicara persoalan
ibadah, muamalat, jinayat tapi juga berbicara pesoalan sosial kemasyarakatan,
2
Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Modernitas; Studi atas Pemikiran Hukum
Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, 1994, Cet. ke V., h. 33
3
Komarudin Hidayat, dalam acara Ensiklopedi Islam yang ditayangkan di Metro TV,
hari Minggu tanggal 24 September 2006
4
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudlui atas pelbagai persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 1996, cet. Ke IV., h. 3
3
ekonomi, politik, alam raya serta perosalan-persoalan ilmu pengetahuan
lainnya. Al-Quran Surat Al-Anam ayat 38 menegaskan bahwa :
.
Terjemah: Tidaklah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab.
5
QS. 6 [Al-
Anam]: 38
...
Terjemah: Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan
segala sesuatu QS. 16 [Al-Nahl]: 89
Kedua Ayat tersebut menegaskan bahwa Al-Quran tidak meninggalkan
sedikitpun dan atau lengah dalam memberikan keterangan mengenai segala
sesuatu. Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shihab,
6
menerangkan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan
yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber
dari Al-Quran Al-Karim
7
. Artinya, Al-Quran merupakan sumber ilmu
pengetahuan yang telah ada, dan darinya pula dapat digali dan dikembangkan
ilmu-ilmu pengetahaun baru yang belum diketahui oleh manusia sebelumnya.
5
Sebahagian mufassirin menafsirkan Al-Kitab itu dengan Lauh Mahfuzh dengan arti
bahwa nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauh Mahfuzh. Dan ada pula
yang menafsirkan dengan Al-Quran dengan arti : dalam Al-Quran itu telah ada pokok-pokok
agama, norma-norma hukum-hukum, hikmah-hikmah dan pimpinan untuk kebahagiaan manusia di
dunia dan akhirat, dan kebahagiaan makhluk pada umumnya. Lihat Mujamma Al Malik Fahd Li
Thibaat Al Mushhaf Asy Syarif Medinah Munawwarah, Al-Quran dan Terjemahnya (Kerajaan
Saudi Arabia: Mujamma Al Malik Fahd Li Thibaat Al Mushhaf Asy Syarif Medinah
Munawwarah 1415 H) h. 192
6
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudlui atas pelbagai persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 1996, cet. keIV., h. 3
7
Al-Syatibi dan Mahmud Syaltut mempunyai pendapat berbeda dengan Al-Ghazali,
menurutnya yang dimaksud oleh kedua ayat tersebut di atas adalah bahwa Al-Quran mengandung
keterangan segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan-tujuan pokok Al-Quran, yaitu
masalah-masalah akidah, syariah dan akhlak, bukan sebagai apa yang dimengerti oleh sebagian
ulama bahwa ia mencakup segala macam ilmu pengetahuan, lihat M. Quraish Shihab,
Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung:
Mizan, 2003) cet. ke XXVI, h.41
4
Selaras dengan pendapat Al-Ghazali di atas, Ali Muhammad Taufiq
menyatakan bahwa:
Pada hakikatnya, Al-Quran memuat seluruh bidang yang berkaitan
dengan dunia perekonomian, mulai dari filosofis sebuah investasi,
cara memulai sebuah proyek, membangun kerangka manajemen,
masalah karyawan, masalah marketing, mengatur rapat, cara menjaga
kualitas, kaidah-kaidah dasar dalam kompetisi bisnis hingga masalah
moralitas dalam berbisnis dan berinteraksi. Semua itu termaktub
dalam Al-Quran.
8
Pernyataan Ali Muhammad Taufiq di atas mengandung pengertian
bahwa Al-Quran mengandung petunjuk bagi semua permasalahan yang terkait
dengan pemenuhan kebutuhan manusia dan interaksinya dengan sesamanya.
Lebih tegas lagi Ali Muhammad Taufiq menyatakan bahwa: bahkan, lebih
tepat jika dikatakan bahwa Al-Quran merupakan undang-undang dan
peraturan umum, sekaligus merupakan kaidah dasar manusia dalam
berinteraksi. Karena nilai-nilai yang dikandungnya mencakup seluruh praktik
aktivitas kehidupan manusia, tanpa kecuali.
9
Setiap orang akan melihat dan menafisrkan Al-Quran sesuai dengan
pendekatan yang digunakannya. Oleh karena itu, setiap orang akan memiliki
persepsi yang berbeda terhadap Al-Quran sesuai dengan latar belakang
perkembangan ilmu pengetahuan, tempat atau batas georgrafis, kondisi
sosiokultural, dan lain-lain. Meskipun begitu, nash-nash Al-Quran tetap tidak
berubah dan langgeng sepanjang zaman. Petunjuknya dapat digunakan dalam
segala situasi dan kondisi. Allah SWT berfirman:
8
Ali Muhammad Taufiq, Allah Dalilii fi idarati amaali, Jakrta: Gema Insani, 2004, Terj.
Praktik Manajemen Berbasis Al-Quran, oleh Abdul Haayie al-Kattani dan Sabaruddin. h.1
9
Ibid. h. 1
5
...
Terjemah: Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus QS. 17 [Al-Isra] : 9
Kesan pesan dan petunjuk Al-Quran akan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan sepanjang zaman. Namun demikian, Al-
Quran bukan merupakan kitab ilmiah, sebab kitab ilmiah, disamping
menggunakan metode ilmiah juga kebenaran yang dikandungnya adalah
tentative, sementara Al-Quran adalah kitab wahyu yang berasal dari Tuhan
Yang Maha Absolut, maka kebenaran yang dikandungnya adalah kebenaran
absolut. Adapun pembicaraan mengenai hubungan antara. Al-Quran dan ilmu
pengetahuan harus dipahami dengan pengertian bahwa Al-Quran adalah kitab
petunjuk yang jiwa ayat-ayatnya tidak menghalangi kemajuan ilmu
pengetahuan. Bahkan begitu banyak ayat Al-Quran yang menyuruh umatnya
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Begitu juga, tidak ada satu ayat Al-
Quranpun yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah.
10
Al-Quran mengandung begitu banyak petunjuk bagi berbagai
persoalan hidup manusia. Begitu banyaknya petunjuk yang terkandung di
dalam Al-Quran sehingga apa yang telah diketahui manusia itu hanya setetes
dari ilmu Tuhan yang terkandung di dalamnya. Walaupun demikian harus
dipahami bahwa persoalan-persoalan yang dikemukakan di dalam Al-Quran
itu hanya berupa prinsip-prinsip umum saja. Al-Quran tidak memberikan
perincian bagi setiap persoalan. Sebab, bila hal itu terjadi, maka niscaya umat
10
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran;, h.41
6
Islam tidak diberi kesempatan untuk mengembangkannya dan menyesuaikan
spirit Al-Qur;an dengan perkembangan zaman.
Dalam Al-Quran terdapat berbagai ayat yang mengandung isyarat
tentang pentingnya manajemen. Allah menyatakan bahwa:
.
Terjemah: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka suatu
bangunan yang tersusun kokoh. QS. 61[Al-Shaff]: 41
Ayat tersebut mengisyaratkan tentang perlunya pengorganisasian
orang-orang mukmin yang berjuang menegakkan kalimat Allah sehingga
mereka menjadi satu kekuatan yang solid. Dengan kekuatan solid tersebut
maka akan mendapatkan hasil maksimum. Demikian pula, sebuah institusi atau
organisasi, sebagaimana dikemukakan Didin Hafidhuddin: Intitution will
progress in a better way if it is properly managed. No matter, whatever the
kind of organization may be, it will always be in a need of good management".
Lebih lanjut Hafidhuddin mengutip pendapat Ali bin Abi Thalib yang
menyatakan bahwa:
11

Terjemah: Kebenaran yang terorganisasi dengan baik, akan dapat dikalahkan
oleh kebatilan yang terorganisasi deengan baik.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya pengelolaan
organisasi dengan baik, sehingga tanpa melihat bentuk sebuah organisasi,
apakah oerganisasi kejahatan atau kebaikan, maka hanya organisasi yang
11
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Syariah; Principles on Managemen in
Practice, Jakarta: Gema Insani, 2006, h. 3-4
7
dimanaj dengan baik yang akan menang (survive) atau mencapai tujuan.
Sebuah kebenaran bisa jadi dapat dikalahkan oleh kejahatan yang memang
terorganisir dengan baik.
Salah satu surat yang cukup monumental dalam Al-Quran adalah surat
Al-Ashr. Menurut Ibnu Katsir,
12
surat Al-Ashr merupakan surat yang sangat
populer di kalangan para sahabat. Setiap kali para sahabat mengakhiri suatu
pertemuan, mereka menutupnya dengan surat Al-Ashr.
Imam Syafii dalam Tafsir Al-Kasyaf
13
menyatakan bahwa walaupun
surat Al-Ashr pendek, tapi ia menghimpun hampir seluruh isi Al-Quran.
Kalau Al-Quran tidak diturunkan seluruhnya dan yang turun itu hanya surat
Al-Ashr saja, maka itu sudah cukup untuk menjadi pedoman umat manusia.
Surat ini menghimpun seluruh maksud Al-Quran dengan kalimat-kalimat yang
indah dan singkat. Surat ini mengandung ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyah,
meskipun surat ini lebih tampak sebagai surat Makkiyah.
Manusia sebagai komponen terpenting sumber daya organisasi
mendapat perhatian yang besar dalam Al-Quran, baik sebagai mahluk
individu, sosial, atau manusia sebagai totalitas mahluk Tuhan yang terdiri dari
unsur jasmani dan ruhani. Dalam surat Al-Ashr tersebut ditegaskan bahwa
12
Imad bin Abu Fida Ismail Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quraan Al-Adziim,
Maktabat Misykat Al-Islamiyyah, 1424, Juz I, h.145
13
Abu Al-Qosim Mahmud bin Umar Al-Zamakhsyari, Tafsir Al-Kasyaf, Maktabat
Misykat Al-Islamiyyah, 1424, Juz I, h.75
8
manusia yang tidak menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya maka ia akan
merugi dalam kehidupannya.
Bahwa dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan
dengan benar, tertib, teratur dan disiplin waktu, proses-prosesnya harus diikuti
dengan baik. Cara-cara seperti ini dalam ilmu pengetahuan modern disebut
dengan manajemen.
Manajemen yang diterapkan Nabi Muhammad SAW memang tidak
secanggih manajemen modern, tapi sejarah membuktikan bahwa manajemen
yang beliau terapkan itu sangat efektif. M. Ahmad Abdul Jawwad,
mengemukakan bahwa terdapat enam rahasia keunggulan manajemen
Rasulullah, yaitu:1) kemampuan memotivasi tim, 2) simple dalam memotivasi,
3) kemampuan berkomunikasi, 4) kemampuan mendelegasikan dan membagi
tugas, 5) efektif dalam memimpin rapat, dan 6) kemampuan mengontrol dan
mengevaluasi
14
.
Secara ilmiah, perkembangan manajemen baru muncul pada
pertengahan kedua abad ke 19, yakni pada awal terbentuknya negara industri.
Tapi, praktik manajemen itu sendiri telah diterapkan sejak munculnya
peradaban manusia. Sementara dalam Islam, sebagaimana dikemukakan Abu
Sinin, kristalisasi pemikiran manajemen dalam Islam muncul setelah Allah
menurunkan risalah-Nya kepada Muhammad SAW, Nabi dan Rasul akhir
zaman. Pemikiran manajemen dalam Islam bersumber dari nash-nash Al-
Quran dan petunjuk-petunjuk Al-Sunnah. Di samping itu, manajemen dalam
14
M.Ahmad Abdul Jawwad, Manajemen Rasulullah; Panduan Sukses Diri dan
Oerganisasi, Bandung: PT Syamil Cipta Media, 2006 terj. Khozin Abu Faqih, h. 1
9
Islam adalah manajemen yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang
berkembang dalam masayarakat pada waktu tersebut.
15
Manajemen sebagai proses pengelolaan pekerjaan dan pranata sosial
masyarakat menuntut pembumian nilai-nilai Al-Quran, karena itu manajemen
dalam Islam mengandung prinsip-prinsip bekerja sama, keadilan, tanggung
jawab yang harus melekat pada aktivitas manajemen Islami. Sofyan Syafri
Harahap sebagaimana dikutip Syafaruddin, mengemukakan bahwa manajemen
Islami diartikan sebagai suatu ilmu manajemen yang berisi struktur teori yang
menyeluruh dan konsisten serta dapat dipertahankan dari segi empirisnya yang
di dasarkan pada jiwa dan prinsip-prinsip Islam. Dengan kata lain, manajemen
Islami ialah penerapan berbagai prinsip Islami dalam mengelola organisasi
untuk kebaikan dan kemajuan manusia yang bersumber dari Al-Quran dan
Sunah Rasul.
16
Aliran manajemen yang bersumber dari Al-Quran ini kemudian
menjadi pandangan manajemen Islami, dan berupaya mendudukkan ilmu
manajemen dalam perspektif Islam seutuhnya. Manajemen dalam pandangan
aliran ini adalah manajemen yang memiliki ciri khas yang membedakan
dengan pengertian manajemen yang telah dikenal umum. Syafaruddin
mengutip pendapat Effendy tentang ciri-ciri manajemen Islami, yaitu: 1)
manajemen berdasarkan akhlak yang luhur (akhlak karimah), 2) manajemen
terbuka, 3) manajemen yang demokratis, 4) manajemen berdasarkan ilmiah, 5)
15
Ahmad Ibrahim Abu Sinin, Al-Idarah fi al-Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
2006, terj. Dimyauddin Djuwaini, Manajemen Syariah; Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer,
h. 3-4
16
Syafaruddin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2005,
h.186
10
manajemen berdasarkan tolong menolong (taawun), 6) manajemen
berdasarkan perdamaian.
17
Selanjutnya, berdasarkan konteks penelitian, penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh tentang: Konsep manajemen pendidikan Islam dalam
perspektif Al-Quran surat Al-Ashr.
B. Fokus Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah memahami ayat-ayat
dalam Al-Quran surat Al-Ashr yang mengandung konsep tentang aktivitas
dan prinsip-prinsip manajemen lembaga pendidikan Islam. Secara spesifik
masalah yang diteliti meliputi:
1. Bagaimana penafsiran Al-Quran Surat Al-Ashr menurut para Ulama?
2. Bagaimana kaitan tafsir Al-Quran Surat Al-Ashr dengan konsep
manajemen pendidikan Islam?
3. Bagaimana karakteristik manajemen pendidikan Islam sebagaimana yang
diisyaratkan dalam QS. Al-Ashr?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian seperti digambarkan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah: untuk meneliti ayat-ayat surat Al-Ashr dalam Al-
Quran yang mengandung konsep dan prinsip-prinsip manajemen lembaga
pendidikan Islam.
17
Ibid., h. 198
11
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai secara rinci dari penelitian ini
adalah untuk:
1. Mengumpulkan data berupa ayat-ayat surat AlAshr dalam Al-Quran yang
mengandung konsep tentang manajemen lembaga pendidikan Islam,
terutama yang berhubungan dengan aktivitas pengelolaan pendidikan dalam
manajemen lembaga pendidikan Islam dalam perspektif para Ulama Tafsir.
2. Mendeskripsikan data yang berupa ayat-ayat surat Al-Ashr dalam Al-
Quran dengan menggunakan penafsiran para mufassir yang mengandung
konsep tentang aktivitas manajemen lembaga pendidikan Islam.
3. Memperoleh karakteristik konsep manajemen dalam pengelolaan lembaga
pendidikan Islam sebagaimana diisyaratkan oleh ayat-ayat surat Al-Ashr
dalam Al-Quran yang telah peneliti kumpulkan.
D. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Kegunaan Secara Teoritik.
Secara teoretik, penelitian ini diharapkan dapat menawarkan konsep
pengelolaan lembaga pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai atau
konsep-konsep yang diisyaratkan dalam Al-Quran surat Al-Ashr. Dengan
kata lain, penelitian ini diharapkan dapat menawarkan konsep pengelolaan
lembaga pendidikan berbasis Al-Quran.
2. Kegunaan Secara Praktis
Adapaun kegunaan secara praktis adalah sebagai berikut :
12
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan
lembaga pendidikan Islam yang didasari nilai-nilai atau konsep-konsep
dan nilai-nilai ajaran prinsip Al-Quran.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah bagi
peningkatan kualitas pendidikan Islam melalui kristalisasi nilai-nilai Al-
Quran dalam pengelolaan manajemen dalam bidang pendidikan Islam.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para
pemikir pendidikan Islam dalam menyusun program pendidikan dan
konsep manajemen lembaga pendidikan yang islami atau pengelolaan
pendidikan Islam berperspektif qurani.
E. Kerangka Teori
1. Konsep
Konsep berasal dari bahasa Inggris concept yang berarti ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek, dan gagasan atau ide umum. Kata
tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari
sesuatu.
18
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1)
rancangan atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrak
kan dari peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun
yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.
19
18
A.S. Hornby, A.P. Cowie (Ed), AS. Hornby. 1990. Oxford Edvanced Dictionary of
English. London: Oxford, 1974, h. 174
19
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 456
13
Sedangkan pengertian pendidikan menurut Mohamad Natsir adalah
suatu pimpinan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan kelengkapan arti
kemanusiaan dengan arti sesungguhnya.
20
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
Bab 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujud
kan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
21
Pendidikan Islam antara lain menurut Yusuf Qardawi sebagaimana
dikutip Azyumardi Azra memberi pengertian pendidikan Islam yaitu
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya,
akhlak dan keterampilannya. Karena pendidikan Islam menyiapkan manusia
untuk hidup dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala
kebaikan dan kejahatannya, manis pahitnya.
22
2. Manajemen Pendidikan Islam
Tantangan globalisasi Barat yang hegemonik telah menimbuklan
berbagai dampak yang serius pada masa depan pendidikan Islam. Realitas
ini harus segera disadari oleh umat Islam dan lebih khusus lagi yang
berkecimpung di dunia pendidikan. Untuk itulah perlu ada langkah taktis
20
Mohamad Natsir, Mohd. Nasir Omar .2005. Akhlak dan kaunseling Islam. Kuala
Lumpur Malaysia: Utusan Publicatins & Distrobutors Sdn Bhd, Terbitan 1954, h. 87
21
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bandung: Fokus Media, 2003.
22
Azyumardi Azra, Azyumardi Azra. Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam
Transisi dan Modernisasi. Jakarta: Logos.2000 h. 5
14
dan stategis yang bersifat antisipatif dan alternatif untuk membebaskan diri
dari cengkeraman globalisasi Barat yang hegemonik. Langkah strategis itu
meliputi; pemantapan visi dan misi yang berangkat dari penguatan
pemahaman terhadap woldview Islam, Islamisasi ilmu pengetahuan
kontemporer, dan perbaikan sistem pengelolaan lembaga pendidikan Islam.
Dari sinilah epistemologi ilmu manajemen Pendidikan Islam atau
dikatakan sebagai teori pengetahuan yang membahas secara mendalam dan
komprehensif dari segala aktivitas yang merupakan proses untuk mencapai
sebuah pengetahuan. Sebagai bagian dari pengetahuan, ilmu memiliki cara-
cara tersendiri untuk mendapatkannya, cara tersebut dikenal dengan metode
keilmuan. maka tampak sebuah gambaran bahwa jika dilihat dari sudut
pandang pengetahuan, maka ilmu bukan merupakan barang jadi yang siap
dikonsumsi umat manusia, tapi lebih dari itu ilmu merupakan sebuah proses
(kegiatan), karena ilmu bukanlah sebuah yang statis, tetapi merupakan
kegiatan yang dinamis.
23
Dasar yang digunakan untuk membentuk kerangka manajemen
pendidikan Islam adalah tidak adanya dualisme dalam pendelegasian tugas.
Misalnya pelanggaran terhadap dasar kerangka manajemen tersebut akan
memunculkan perpecahan di kalangan dikalangan karyawan atau pegawai
akibat perbedaan pendapat sehingga haluan instruksi pun berbeda.
Karena tanpa ilmu manajemen, kinerja seseorang akan buruk. Di lain
sisi ilmu manajemen yang berkembang saat ini hanya bersumber dari
23
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1999, cet. Ke-14 h. 5-6.
15
pengalaman dan kreativitas manusia. Sementara Allah merupakan Al-
Khaliq, pencipta manusia dan Alam Semesta, Yang Maha Mengetahui
keharmonisan tatanan kehidupan ini. Manusia memanajemeni aktivitasnya
menjadi lebih bermanfaat. Al-Quran memberikan panduan manajemen yang
sempurna. Dan inilah manfaat dari epistemologi ilmu manajemen
pendidikan Islam.
24
F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan
untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Metodologi juga dapat
didefinisikan sebagai suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik
penelitian.
25
Selaras dengan itu, maka dalam bab ini penulis menggunakan
istilah metodologi, bukan metode. Hal itu disebabkan karena metodologi
merupakan serangkaian proses atau prosedur penelitian yang penulis
gunakan, yang terdiri dari penentuan paradigma atau pendekatan penelitian,
metode dan teknik penelitian yang digunakan.
26
Sementara metode dapat
diartikan sebagai teknik-teknik spesifik dalam penelitian. Jadi, metode
dalam penelitian ini merupakan bagian dari metodologi penelitian.
24
Ali Muhammad Taufik, Praktik Manajemen Berbasis Al-Quran, Jakarta: Gema Insani,
2004, h. 65.
25
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 20030 cet. ketiga, h. 145
26
Program Pascasarjana STAIN Cirebon, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Cirebon,
2006, h.8
16
Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoretis yang
digunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu
sendiri berarti suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkin
kan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan
peristiwa dan situasi lain. Collier,sebagaimana dikutip Mulyana mengemuka
kan bahwa pendekatan-pendekatan epistemologis harus konsisten dengan
asumsi-asumsi ontologis.
27
Bertolak dari tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini menggunakan
metode kualitatif. Bogdan dan Taylor sebagaimana dikutip Moleong,
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati
28
. Selain istilah penelitian kualitatif,
ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk menyebut penelitian ini,
yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi,
interaksionis simbolik, perslektif ke dalam, etnometodologi, the Chicago
School, fenomenologis, studi kasus, interpretative, ekologis, dan
deskriptif.
29
Secara medologis, penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
sehingga disebut sebagai penelitian kualitatif. Sementara dari segi sumber
penelitian yang berupa dokumen tertulis, maka penelitian ini disebut sebagai
27
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 146
28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif .. , h. 4
29
Ibid., h. 3
17
penelitian pustaka (library reseach), yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengkaji literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
2. Prosedur Penelitian
Penelitian ini bercorak library research, dalam arti semua sumber
data berasal dari bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan topik yang
dibahas. Karena studi ini menyangkut al-Quran secara langsung, maka
sumber utama dan pertama adalah Kitab Suci Al-Quran. Sumber-sumber
lainnya adalah kitab-kitab Tafsir yang dibatasi pada kitab-kitab yang
dipandang representatif dan tersedia, yaitu: Tafsir Al-Maraghi, karangan
Ahmad Musthafa Al-Maraghy; Tafsir al-Quran al-Adzim karangan Ismail
Ibnu al-Katsir al Quraishi al-Dimashqi yang lebih dikenal dengan Ibnu
Katsir; Tafsir al-Quran al-hakim (Tafsir al-Manar) karangan Muhammad
Rasyid Rida dan Muhammad Abduh; Tafsir Fi Dhilal al-Quran karangan
Syayyid Quthb; Tafsir Al-Baydhawy karangan Nashiruddin Abi Said
Abullah bin Umar bin Muhammad al-Syaerozy Al-Baydhawy; Tafsir Al-
Munir karangan Imam Wahbah al-Zuhaely; Tafsir Fi Dhilal Al-Quran,
karya Sayyid Quthb ; Tafsir Ayat Min al-Quran al-Karim: Syekh
Muhammad Abdul Wahhab; Tafsir Al-Maysir: Abullah bin Abdul Muhsin
Al-Turky; Tafsir Al-Munir ; Tafsir Jami al-Bayan Fi Tawil al-Quran:
Abu Jafar Al-Thabary; Tafsir Fathu al-Qadir, karya Imam as-Syaukani;
Tafsir al-Jami' li Ahkam Al-Quran, karya al-Qurthubi; Tafsir Jami' al-Bayan
fi Tafsir Al-Quran, karya Imam at-Thabari; Tafsir al-Manar, karya
18
Muhammad Rasyid Ridha; Tafsir Al-Azhar karangan Hamka; dan Tafsir Al-
Mishbah karangan M. Quraish Shihab.
Dengan menyebut nama kitab-kitab di atas, bukan berarti
mengabaikan kitab tafsir lainnya, melainkan juga akan terus dilacak dan
digunakan sebagai sumber rujukan, khususnya dalam melengkapi dan lebih
mempertajam analisis serta bahasan penelitian.
Sebagai dasar rujukan untuk menganalisis makna kata-kata dan
term-term tertentu dari ayat-ayat Al-Quran, digunakan al-Mufradat fi al-
Gharib al-Quran karangan Abu Qasim al-Husayn Ibn Muhammad al-
Raghib al-Asfahani (wafat 502H). Kitab ini pada umumnya menjadi rujukan
para penafsir al-Quran ketika membahas makna kata-kata dalam ayat-ayat
al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa pengarangnya diakui kepakarannya
dalam bahasa al-Quran. Agar pembahasan mengenai kata-kata dan term-
term dalam al-Quran lebih lengkap, maka kamus-kamus besar juga
digunakan khususnya Lisan al-Arab karangan Ibnu Manzur al-Anshari
(1232-1311 M.)
Guna memudahkan pelacakan ayat-ayat al-Quran yang diperlukan
dalam membahas topik-topik tertentu, maka buku al-Mujam al-Mufahras li
alfadz al-Quran al-Karim susunan Muhammad Fuad Abdul Baqi
dijadikan sebagai pegangan.
Pendekatan dan Analisis pendekatan ilmu tafsir,yang memiliki
beberapa corak atau metode penafsiran al-Quran dan masing-masing
memiliki ciri khas. Menurut al-Farmawi hingga kini setidak-tidaknya
19
terdapat empat macam metode utama dalam penafsiran al-Quran, yaitu:
metode tahlili, metode ijmali, metode muqarin, dan metode maudui.
Metode penelitian ini adalah metode Tematik (Maudui), artinya
metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al quran tentang suatu
masalah dengan jalan menghimpun seluruh ayat yang dimaksud, lalu
menganalisis lewat-ilmu-ilmu bantu yang relevan, untuk kemudian
melahirkan konsep yang utuh dari al-Quran tentang masalah tersebut
Alasan penggunaan metode Tematik (Maudui) dalam penelitian ini,
karena menurut penulis metoda inilah yang paling tepat untuk digunakan
mengkaji konsep-konsep al-Quran tentang komunikasi verbal. Hal ini
dilakukan dengan menghimpun seluruh ayat yang mengandung kata atau
menunjukkan kegiatan komunikasi verbal, seperti Qaul, Kalam, Mauidhah,
dan Taushiyah. Setelah itu dilakukan analisis dengan menggunakan ilmu-
ilmu bantu yang relevan dengan masalah komunikasi verbal seperti ilmu
komunikasi, teknik presentasi efektif atau public speaking methode. Dari
upaya ini diharapkan dapat melahirkan konsep yang utuh tentang
komunikasi verbal perspektif al-Quran yang komprehensif dan aplicable.
Sebagaimana disebut di atas, metode tematik mempergunakan
penafsiran dengan cara membiarkan Al-Quran berbicara tentang dirinya
sendiri. Hal ini berimplikasi kepada cara menemukan ayat atau surah Al-
Quran dalam satu kesatuan tema. Kesatuan tema itulah yang menuntun
penafsiran sehingga ayat-ayat yang ditafsirkan itu tidak keluar dari apa yang
diinginkan oleh tema yang sudah ditetapkan.
20
Dalam prakteknya, tafsir tematik dapat dibagi ke dalam dua katagori.
yakni: Pertama, metode tematik yang berfokus pada satu surah al-Quran.
Metode ini menafsirkan al-Quran dengan cara membahas satu surah
tertentu dari al-Quran dengan mengambil bahasan pokok serta mengurai
panjang lebar dari surah dimaksud. Kedua, metode tematik berdasarkan
topik/subjek. Metode tematik subjek ini adalah menafsirkan al-Quran
dengan cara menetapkan satu subjek tertentu untuk dibahas.
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipakai yaitu penelitian
kepustakaan (library research), dan Al-Quran sebagai sumber data
primernya, maka teknik pengumpulan datanya adalah dengan cara
mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas. Setelah data-data berupa ayat Al-Quran terkumpul, peneliti
melakukan pengolahan data secara deskriptif-analitik. Di samping ayat-ayat
Al-Quran, peneliti mengumpulkan data-data lain berupa hadits-hadits Nabi
atau literatur-literatur lain, baik berupa kitab-kitab tafsir ataupun literatur-
literatur yang membahas tentang manjemen pendidikan Islam.
Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran yang sudah terkumpul,
penulis menggunakan metode tafsir maudhui. Menurut Quraish Shihab,
metode maudhui dalam menafsirkan Al-Quran ibarat menyajikan hidangan
dalam sebuah kotak yang di dalamnya berisi hidangan yang telah dipilih dan
disiapkan kadar dan ragamnya sebelum para undangan hadir. Dalam
perkembangannya, metode maudhui mengandung dua bentuk penyajian.
Pertama, menyajikan kotak yang berisi pesan-pesan Al-Quran yang
21
terdapat pada ayat-ayat yang terangkum pada satu surat saja. Kedua,
menyajikan atau menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan
dengan satu topik tertentu yang tersebar dalam berbagai surat yang
berbeda.
30
Bentuk kedua inilah yang digunakan peneliti dalam penelitian ini,
yakni penulis mengumpulkan ayat-ayat yang ada dalam berbagai surat yang
mengandung pesan atau prinsip-prinsip dalam pengelolaan tenaga
kependidikan sehingga menjadi satu kesatuan.
Hay Al-Farmawiy, sebagaimana dikutip Quraish Shihab
mengemukakan secara rinci langkah-langkah yang hendaknya ditempuh
dalam menerapkan metode maudhui. Langkah-langkah tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik);
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut;
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai
pengetahuan tentang asbab al-nuzul-nya;
d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing;
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (out line);
f. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok
bahasan;
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau
mengkompromikan antara yang am (umum) dan yang khash (khusus),
30
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran; Tafsir MaudhuI atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Bandung: Mizan 1996), cet keenam, h. xii-xiii
22
mutlak dan muqayyad (terikat), atau yang pada lahirnya bertentangan,
sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau
pemaksaan.
31
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti melakukan studi eksplorasi
32
, yaitu dengan
cara menjaring atau mengumpulkan berbagai ayat dalam Al-Quran yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas sebagai bahan untuk menemukan
jawaban terhadap permasalahan penelitian.
Penelitian ini menggunakan dua macam sumber data, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber pertamanya yaitu Al-Quran. Sedangkan data sekunder
adalah data-data lain sebagai pendukung yang berhubungan dengan masalah
yang dibahas
33
. Yang menjadi data primer pada penelitian ini adalah Al-
Quran, sementara data sekunder atau pendukungnya adalah Hadits Nabi,
penafsiran para mufassir, karya-karya para ahli, yang berhubungan, baik
dengan manajemen pendidikan secara umum maupun manajemen pendidikan
Islam.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
adalah content analysis atau kajian isi, yaitu suatu analisis data yang
31
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehodupan Masyarakat, (Bandung: Mizan 2003), cet keduapuluh enam, h. 114
32
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan Teknik,
(Bandung: Tarsito, 1982), h. 106
33
Hermawan Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: APTIK dengan
PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 99
23
sistematis dan objektif. Moleong menghimpun beberapa definisi yang
dikemukakan beberapa ahli tentang content analysis. Pertama, Berelson
mendefinisikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan
mendeskripsikan secara obyektif, sistematis dan komunikatif tentang
manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah
metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk
menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Sementara
Krippendorf menyatakan bahwa kajian isi adalah teknik penelitian yang
dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari data
atas dasar konteksnya. Terakhir adalah pendapat Holsti yang mengemuka
kan bahwa kajian isi adalah teknik apapun yang digunakan untuk menarik
kesimpulan melalaui usaha menemukan karakteristik pesan, dan dilakukan
secara objektif dan sistematis.
Guba dan Lincoln, sebagaimana dikutip Moleong mengemukakan
bahwa dalam analysis content terdapat beberapa prinsip dasar, yaitu : 1)
proses mengikuti aturan, 2) kajian isi adalah proses sistematis, 3) kajian isi
diarahkan untuk menggeneralisasi, 4) kajian isi mempersoalkan isi yang
termanifestasikan, dan 5) meskipun kajian isi menekankan analisis
kuantitatif, namun hal itu dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif.
Setelah ayat-ayat yang berhubungan dengan pokok bahasan
terkumpul dan dilakukan penafsiran melalui metode maudhui, kemudian
peneliti melakukan analisis secara mendalam terhadap makna-makna yang
terkandung di dalamnya melalui penjelasan hadis-hadis Nabi dan
24
penelusuran kitab-kitab tafsir dengan mengacu pada fokus penelitian
(critical insidence). Setelah itu, peneliti melakukan penelusuran teori-teori
manajemen yang mempunyai relevansi dengan ayat-ayat yang telah
terkumpul, yakni teori-teori tentang manajemen pendidikan, khususnya
manajemen sumber daya manusia pendidikan atau pengelolaan tenaga
kependidikan. Setelah itu, temuan-temuan penelitian yang berupa ayat-ayat
Al-Quran yang didukung oleh hadits-hadits Nabi dan penafsiran para
mufassir itu dikomparasikan dengan teori-teori yang diuraikan dalam bab
teoritik, sehingga dapat ditemukan kesesuaian/kesenjangan antara keduanya.
Setelah data-data yang berupa ayat-ayat Al-Quran terkumpul, maka
peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Kategorisasi
Katageorisasi data dalam aplikasinya menurut Bodgon dan Biklen
sebagaimana dikutip dalam pedoman penulisan karya ilmiah STAIN
Cirebon, diistilahkan sebagai coding categories, yakni menyortir data
deskriptif yang telah dikumpulkan, sehingga spesifikasi topik-topik
tertentu dapat dipisahkan dari data lainnya secara fisik
34
.
b. Reduksi data
Setelah kategorisasi data dilakukan ke dalam bentuk rangkuman
data sesuai dengan fokus penelitian, sub fokus penelitian atau klasifikasi
fokus, selanjutnya dilakukan analisis data tentang kelengkapan dan
34
Program Pascasarjana STAIN Cirebon, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
(Cirebon, 2006) h.58
25
relevansi data yang ada. Dari data hasil analisis tersebut, maka proses
reduksi data hanya dilakukan terhadap data yang benar-benar kurang
relevan dengan fokus penelitian.
c. Display dan Klasifikasi Data
Display data dilakukan dengan maksud untuk melihat data secara
keseluruhan, sedangkan klasifikasi data dipergunakan untuk melihat
pengelompokan data sesuai dengan fokus penelitian. Proses yang dapat
dilakukan melalui pengelompokan data ke dalam matrik.
d. Interpretasi dan Verifikasi
Setelah langkah-langkah di atas dilakukan, data yang ada
diinterpretasi dan dianalisis sesuai dengan kebutuhan, sehingga proses
penelitian terus berkembang secara dinamis. Proses genaralisasi
senantiasa dilakukan dengan maksud untuk menemukan konsep-konsep
dasar yang signifikan dengan masalah penelitian (grounded theory)
Interpretasi yang dilakukan adalah melalui pendekatan tafsir tematik,
sementara analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content
analysis), yaitu suatu analisis data yang sistematis dan obyektif.
Setelah data yang berupa ayat-ayat Al-Quran terkumpul
kemudian dikategorisasi, reduksi, display dan klasifikasi, selanjutnya
dilakukan interpretasi dengan pendekatan tafsir tematik dan
menghubungkannya dengan konsep-konsep peendidikan, manajemen dan
pengelolaan tenaga kependidikan sehingga menghasilkan proposisi-
proposisi yang merupakan pernyataan hubungan antara ayat-ayat Al-
26
Quran dengan konsep pendidikan, manajemen dan pengelolaan tenaga
kependidikan.
Analisis ini dilakukan dengan langkah-langkah: Pertama,
identifikasi ayat yang memiliki bentuk-bentuk pengungkapan istilah
manajemen pendidikan dalam al-Quran, baik term Qaul atau term lain
yang sepadan. Kedua pemaparan pandangan para pakar ilmu manajemen,
khususnya manajemen pendidikan Islam. Ketiga adalah memaparkan
penafsiran para mufasir tentang tafsir ayat yang memiliki term qaul
menyangkut manajemen maupun pendidikan. Keempat analisis dengan
membandingkan pandangan para mufasir dengan teori berbicara dalam
perspekif para pakar dalam ilmu manajemen terutama menyangkut
manajemen pendidikan Islam, dan Kelima adalah mengemukakan
kesimpulan dari seluruh bahasan sebalumnya dan sekaligus menjawab
permasalahan pokok yang dikemukakan di atas. Di sini akan terjawablah
seluruh permasalahan yang berkaitan dengan bagaimana konsep
manajemen pendidikan dalam dalam perspektif al-Quran, khususnya
surat Al-Ashr.
.
27
27
BAB II
PENAFSIRAN SURAT AL-ASHR MENURUT PARA ULAMA
A. Makna Al-Quran Surat Al-Ashr ayat 1-3
Allah berfirman:
. . .
Terjemah: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih,
nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran, dan nasihat-
menasihati supaya menetapi kesabaran. QS 103 [al-'Ashr]: 1-3.
Dalam Al-Quran, surat Al-Ashr adalah surat ke 103 yang terdiri 3
(tiga) ayat. Pada surat ini diawali kalimat yang berisi sumpah dengan
menggunakan waw al-qasam, yakni (wa al-ashr). Kata al-ashr
bermakna ad-dahr atau az-zamn (masa atau waktu).
1
Ada juga yang
menafsirkannya sebagai bagian dari waktu siang (waktu antara tergelincirnya
matahari hingga sebelum terbenam), shalat ashar, atau masa kehidupan Nabi
saw. (bagaikan waktu ashar jika dikaitkan dengan datangnya hari kiamat).
Namun, menurut ath-Thabari,
2
Ibnu Katsir
3
dan asy-Syaukani
4
semua senada
mengatakan bahwa, yang lebih rjih (kuat) dan masyhr adalah makna
pertama, yakni masa atau waktu secara umum, baik siang maupun malam.
Secara kosa kata dijelaskan bahwa kata () al-Ashr terambil dari
kata ashara - yashiru - ashran, berarti memerah, memeras, atau menekan,
1
Al-Qurtubi, Al-Jmi li Ahkm al-Qur'n, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993, h.122
2
Al-Thabari, Tafsr ath-Thabari, vol. 12. Beirut: Dar al-Fikr, 1992, h. 684
3
Al-Syaukani, Fath al-Qadr, vol. 5. Beirut: Dar al-Fikr, t.t., 5;
4
Katsir, Tafsr al-Qur'n al-Azhm, vol. 4. Beirut: Dar al-Fikr, 2000, h. 2070
27
28
yakni menekan sesuatu sehingga apa yang terdapat pada bagian terdalam
daripadanya tampak ke permukaan atau keluar. Angin yang tekanannya
sedemikian keras sehingga memporak-porandakan segala sesuatu dinamai
ishar/waktu. Tatkala perjalanan matahari telah melampaui pertengahan dan
telah menuju kepada terbenamnya dinamai ashr/asar. Penamaan ini agaknya
disebabkan ketika itu manusia yang sejak pagi telah memeras tenaganya
diharapkan telah mendapatkan hasil dari usaha-usahanya. Awan yang
mengandung butir-butir air yang kemudian berhimpun sehingga karena
beratnya ia kemudian mencurahkan hujan dinamai al mushirat.
5
Kata () al-insan / manusia terambil dari akar kata yang dapat
berarti gerak atau dinamisme, lupa, merasa bahagia (senang). Ketiga arti ini
menggambarkan sebagian dari sifat serta ciri khas manusia. Ia bergerak bahkan
seyogyanya memiliki dinamisme, ia juga memiliki sifat lupa atau seyogyanya
melupakan kesalahan-kesalahan orang lain serta ia pun merasa bahagia dan
senang bila bertemu dengan jenisnya atau seyogyanya selalu berusaha memberi
kesenangan dan kebahagiaan kepada diri dan makhluk-makhluk lainnya. Kata
al-insan yang mengambil bentuk marifat menunjuk kepada jenis-jenis manusia
tanpa kecuali, baik mukmin atau kafir.
Kata () khusr mempunyai banyak arti , antara lain, sesat, celaka,
lemah, tipuan, dan sebagainya yang kesemuanya mengarah kepada makna-
makna yang negative atau tidak disenamgi oleh siapapun.
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, Juz
Amma, Lentera hati: Jakarta, 2007, h. 496.
29
Kata () amal/pekerjaan digunakan oleh Al-quran untuk
menggambarkan penggunaan daya manusia-daya pikir, fisik, kalbu, dan daya
hidup yang dilakukan dengan sadar oleh manusia dan jin.
Kata () shalih terambil dari kata () shaluha antonim dari kata
fasid/rusak. Dengan demikian, kata shalih diartikan sebagai tiadanya
(terhentinya) kerusakan. Kata ini diartikan juga bermanfaat dan sesuai. Kata
( ) tawashau terambil dari kata washa, washiyatan yang secara umum
diartikan sebagai menyuruh secara baik.
Kata () al-haqq berarti sesuatu yang mantap, tidak berubah. Apapun
yang terjadi, Allah SWT. Adalah puncak dari segala yang haq karena dia tidak
mengalami perubahan. Nilai-nilai agama juga haq karena nilai-nilai tersebut
harus selalu mantap tidak dapat diubah-ubah. Sesuatu yang tidak dapat
berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti menjadi benar, dari sisi bahwa
ia tidak mengalami perubahan.
Menurut para mufasirin dan ahli lughah, al-ashr mengandung makna:
Al-dhar, Az-zaman (zaman/masa), Al-umru (umur/usia), Al-waqt (waktu; jam,
menit, detik dst). Sebagian yang lain mengartikan Al-Ashr adalah waktu
tergelincirnya matahari hingga sebelum terbenam.
6
Setelah bersumpah dengan masa, Allah Swt. kemudian berfirman: Inna
al-insna laf khusr[in] (Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian).
Ayat ini patut mendapatkan perhatian serius, karena kedudukannya sebagai
6
Al-Raghib al-Ashfahani, Mujam Mufradat Alfdz al-Qurn. Beirut: Dar al-Fikr, t.t.,
148.
30
jawb al-qasam. Dalam bahasa Arab, tujuan digunakan qasam (sumpah)
adalah untuk mengukuhkan dan menandaskan muqsam alaih (jawb al-
qasam, pernyataan yang karenanya qasam diucapkan).
7
Huruf alif-lm di depan kata insn lebih tepat dikategorikan sebagai
jinsiyyah, yang menunjukkan pengertian: seluruh jenis manusia.
8
Oleh karena
itu, pendapat sebagian mufasir
9
yang mengkhususkan ayat ini hanya untuk
Walid bin al-Mughirah, Ash bin Wail, Aswad bin Muthallib, Abu Lahab, atau
Abu Jahal sangat tidak tepat. Kenyataan bahwa alif-lm tersebut adalah li al-
jins (bukan li al-mahud) sehingga memberikan makna umum, lebih diperkuat
dengan adanya istitsn (pengecualian) pada orang-orang yang memiliki
karakter tertentu sebagaimana disebutkan dalam ayat berikutnya.
10
Dengan demikian, menurut ayat tersebut, seluruh manusia benar-benar
dalam kerugian (khusrin]). Secara bahasa, kata khusr atau khusrn berarti
berkurang atau hilangnya modal (ras al-ml). Meskipun istilah ini sering
dipakai dalam perniagaan, makna kerugian yang ditunjukkan al-Quran tidak
berdimensi duniawi dan berdasarkan kalkulasi materi. Kerugian (khusr) yang
dimaksud lebih berdimensi ukhrawi. Dalam pandangan al-Quran, orang yang
merugi adalah orang yang mendapatkan murka Allah Swt. dan azab-Nya di
akhirat (neraka). Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah:
7
Ibid.
8
Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsr al-Bahr al-Muhth vol. 8. Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1993, h. 508
9
Fakhruddin al-Razi, Atl-Tafsr al-Kabr aw Mafth al-Ghayb. Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1990, 82.
10
Abu Hayyan, Ibid.
31
Terjemah: Katakanlah, Sesungguhnya orang-orang yang rugi adalah orang
yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada Hari
Kiamat. Ingatlah, yang demikian adalah kerugian yang nyata. QS.
39 [al-Zumar]: 15
Dinamakan al-Ashr karena pada awal surat ini Allah Swt. bersumpah
dengan menggunakannya waw al-qasam tersebut.
11
Menurut Ibnu Abbas, Ibnu
Zubair, dan jumhur surat ini tergolong surat makiyyah.
12
Dengan hanya terdiri
dari tiga ayat, surat ini tergolong surat terpendek; disamping surat al-Kautsar
yang juga terdiri dari tiga ayat. Kendati pendek, kandungan ayat ini amat
dalam, padat, dan komprehensif.
Dalam surat yang amat pendek itu tergambar manhaj (tatanan) yang
lengkap tentang kehidupan umat manusia sebagaimana dikehendaki Islam. Di
dalamnya juga tampak jelas rambu-rambu presepsi keimanan dengan
hakikatnya yang besar dan menyeluruh, dalam suatu gambaran yang sangat
jelas dan detail.
13
Dengan kalimat yang ringkas, surat ini juga mampu
menjelaskan faktor-faktor yang menjadi sebab kebahagiaan dan kesengsaraan
manusia, keberhasilan dan kerugiannya dalam kehidupan.
14
Sedemikian dalam
dan padat, tidak aneh jika dulu ada dua orang sahabat Nabi saw. yang apabila
bertemu, mereka tidak berpisah hingga salah satunya membacakan surat ini
11
Wahbah Al-Zuhayli, At-Tafsr al-Munr fi al-Aqdah wa al-Syarah wa al-Manhaj
vol. 15. Beirut: Dar al-Fikr, 1991, 390.
12
Abu Hayyan al-Andalusi, Opcit, h. 507
13
Sayyid Quthb, F Zhill al-Qur'n. Beirut: Darus Syuruq, 1992. h. 1209
14
Ali ash-Shabuni, Shafwah al-Tafsr, vol. 3. Beirut: Dar al-Fikr, 1996, 574.
32
kepada yang lainnya hingga selesai. Baru setelah itu mereka mengucapkan
salam dan berpisah.
15
Dalam ayat tersebut juga ditegaskan bahwa kerugian yang diderita
manusia itu amat besar. Sebagai indikatornya, kata khusr yang digunakan
berbentuk nakrah. Bentuk ini menunjukkan ancaman menakutkan (li tahwl),
seolah-olah manusia dalam kerugian yang amat besar; atau menurut ash-
Shabuni berarti li tazhm sehingga dapat diartikan sebagai sebuah kerugian
besar atau kehancuran yang parah.
16
Di samping itu, kata khusr[in] juga
disertai huruf inna dan la yang berfungsi sebagai takd (penguat).
Setelah dinyatakan bahwa seluruh manusia dalam keadaan merugi, ayat
selanjutnya menyebutkan pengecualian orang-orang yang tidak mengalami
nasib tersebut: ill al-ladzna man wa amil al-shliht (kecuali orang-orang
yang beriman dan beramal salih). Mereka adalah orang-orang yang beriman
dan beramal salih.
Secara bahasa, kata al-mn bermakna at-tashdq (pembenaran).
Sedangkan makna iman dalam ayat tersebut adalah makna syari, yakni at-
tashdq al-jzim al-muthbiq li al-wqi an dall (pembenaran yang pasti;
bersesuaian dengan fakta; bersumber dari dalil).
17
Dalam ayat ini, kata man
(mereka beriman) tanpa disertai kata yang menjadi mafl bih (obyek)-nya.
Padahal, kata man tergolong fiil mutaddi yang membutuhkan mafl bih.
Itu berarti, yang mereka imani adalah semua perkara yang diwajibkan untuk
15
As-Suyt, tt. al-Durr al-Mantsr, Al-Sayuthi, Imam Jamaluddin Abdurahman bin Abi
Bakr, al-Jam' al-Shaghr f al-Hadts, h. 767.
16
Ali ash-Shabuni, Shafwah al-Tafsr, vol. 3. Beirut: Dar al-Fikr, 1996, 574.
17
Taqiyuddin an-Nabhani, Syakhshiyyah al-Islmiyyah, vol. 1 Beirut: Dar al-Ummah,
2003, 29.
33
diimani. Keimanan tersebut dibuktikan dengan ketaatan kepada semua hukum-
hukum Allah, baik dalam perbuatan maupun ucapannya. Ketaatan inilah yang
dimaksud dengan amal salih. Sebab, mengerjakan amal salih adalah
menunaikan kewajiban, meninggalkan kemaksiatan, dan mengerjakan
kebaikan.
18
Selanjutnya dinyatakan: wa taw shawb al-haqq wa taw shawb ash-
shabr (saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati
supaya menetapi kesabaran). Sebenarnya, dua aktivitas iniyakni saling
menasihati dalam kebenaran dan kesabarandapat dikategorikan sebagai amal
salih. Sebab, kedua aktivitas tersebut termasuk amal perbuatan yang
diperintahkan oleh syariat. Menurut ath-Thabari, yang dimaksud dengan al-
haqq adalah Kitabullah.
19
Secara lebih luas, al-haqq bisa diartikan sebagai Dn
al-Islm. Sebab, Islam satu-satunya agama yang benar dan wajib diikuti setelah
diutusnya Rasulullah saw.
Sedangkan ash-shabr berarti menahan dalam kesempitan. Menurut al-
Alusi, sabar bukan sekadar menahan jiwa dari kesempitan,
20
namun juga
menerima apa pun dari Allah Swt. dengan indah dan ridha, lahir dan batin.
21
Para mufasir menyatakan bahwa ada tiga macam kesabaran yang harus
dimiliki setiap Mukmin: (1) sabar dalam menjalankan ketaatan; (2) sabar dalam
menjauhi maksiat; (3) sabar dalam menerima berbagai musibah yang menimpa
dirinya.
18
Az-Zuhayli, op. cit., 395; al-Qurtubi, op. cit., 122.
19
Ath-Thabari, op. cit., 685
20
Al-Ashfahani, op. cit., 280
21
Al-Alusi, Rh al-Mani, vol. 15, 458
34
Kata : Huruf Ww tersebut adalah Ww al-Qasam (huruf yang
bermuatan sumpah) Sedangkan kata al-Ashr artinya masa dimana terjadinya
gerak-gerik manusia. Kata : maksudnya adalah semua individu manusia
Kalimat : Allah swt menjelaskan
bahwa semua manusia berada dalam kerugian total kecuali orang yang
memiliki empat kualifikasi yaitu iman, amal shalih, nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
22
Jadi mereka mengoleksi antara pembenaran dan iman terhadap hal yang
diperintahkan Allah agar beriman dengannya. Namun, iman tidak akan dapat
terealisasi tanpa keberadaan ilmu yang merupakan cabang darinya dimana
hanya bisa terlengkapi dengannya. Sedangkan amal shalih mencakup semua
perbuatan baik, yang zhahir maupun bathin, wajib maupun Mustahabb
(dianjurkan) yang terkait dengan hak-hak Allah dan hak makhluk-Nya.
Kalimat mereka saling nasehat-menasehati, berjanji,
mewasiatkan satu sama lain, menggalakkan dan mensugesti untuk selalu
beriman dan beramal shalih. Kalimat : mereka saling berwasiat
satu sama lain agar bersabar berikut dengan semua jenis-jenisnya, yaitu: sabar
di dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar untuk tidak berbuat maksiat
kepada-Nya dan sabar terhadap takdir-takdir Allah yang tidak mengenak
kannya.
22
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; h. 496
35
Di dalam surat ini jelaslah bahwa semua manusia berada dalam
kerugian kecuali orang yang memiliki empat kualifikasi, yaitu iman, amal
shalih, nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati
supaya menetapi kesabaran.
Dengan dua hal pertama (iman dan amal shalih), seorang hamba dapat
melengkapi dirinya sendiri, sedangkan dengan dua hal berikutnya dia dapat
melengkapi orang lain dan dengan melengkapi keempat-empatnya, maka
jadilah seorang hamba orang yang terhindar dari kerugian dengan meraih
keuntungan yang besar. Inilah yang tentunya akan selalu diupayakan oleh
seorang insan yang berakal di dalam kehidupannya.
Dari makna surat Al-Ashr di atas, tersimpul beberapa muatan penting
kandungan maksud yang meliputi antara lain:
1. Bahwa Allah berhak untuk bersumpah dengan makhluk-Nya mana saja yang
dikehendaki-Nya sedangkan seorang hamba tidak boleh bersumpah selain
dengan (atas nama) Khaliqnya.
2. Semua manusia berada dalam kerugian kecuali orang yang memiliki empat
kualifikasi, yaitu iman, amal shalih, nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
3. Iman semata yang hampa dari amal, tidak akan berguna bagi pemiliknya.
4. Kewajiban manusia untuk saling nasehat-menasehati.
5. Keutamaan sabar dengan semua jenis-jenisnya, khususnya terhadap hal
yang dialami oleh seorang Muslim sebagai resiko yang harus dihadapinya di
36
dalam kehidupannya, baik berupa perkataan, tindakan secara fisik, terhadap
hartanya ataupun anaknya.
23
B. Penafsiran para Ulama
Surat Al-Ashr, sesungguhnya surat ini pendek ayatnya namun
mengandung banyak makna, di dalamnya menghimpun kebaikan dunia dan
akhirat. Barang siapa yang mengamalkannya maka dia akan sukses dan
beruntung, dan barang siapa yang meninggalkannya dia akan merugi.
Walaupun ayat-ayat dalam surat Al-Ashr sangat pendek namun memiliki
kandungan makna yang sangat luas dan universal, sehingga para ulama mufasir
maupun syariah Islam sangat concern memberikan penafsiran yang lebih
proporsional. Penafsiran para ulama tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Ahmad Musthafa Al-Maraghi
Nama lengkapnya adalah Ahmad Musthafa bin Muhammad bin
Abdul Munim al-Maraghi. Kadang-kadang nama tersebut diperpanjang
dengan kata Beik, sehingga menjadi Ahmad Musthafa al-Maraghi Beik.
Lahir pada tahun 1883 M dan wafat tahun 1952 M. Ia berasal dari keluarga
yang sangat tekun dalam mengabdikan diri kepada ilmu pengetahuan dan
peradilan secara turun-temurun, sehingga keluarga mereka dikenal sebagai
keluarga hakim. Beliau lahir di kota Marghah, sebuah kota kabupaten di
tepi barat sungai Nil sekitar 70 Km. di sebelah selatan kota Kairo, pada
23
Ibrhim al-Huwaimil, Silsilah Manhij Dawrt asy-Syariyyah- at-Tafsr- Fi`ah an-
Nsyi`ah, h.47-49
37
tahun 1300 H./1883 M. Nampaknya, kota kelahirannya inilah yang melekat
dan menjadi nisbah bagi dirinya, bukan keluarganya. Dengan demikian,
dapat dipastikan bahwa nama al-Maraghi tidak mutlak menunjukkan kepada
dirinya. Ia wafat pada usia 69 tahun (1371 H./1952 M.) di Hilwan, sebuah
kota kecil di sebelah selatan kota Kairo.
Al-Maraghi mendapatkan bimbingan langsung dari tokoh-tokoh
ternama dan ahli di bidangnya masing-masing pada waktu itu, seperti:
Syekh Muhammad Abduh, Syekh Muhammad Bukhait al-Muthii, Ahmad
Rifai al-Fayumi, dan lain-lain. Merekalah antara lain yang menjadi
narasumber bagi al-Maraghi, sehingga ia tumbuh menjadi sosok intelektual
muslim yang menguasai hampir seluruh cabang ilmu agama.
24
Dalam Kitab Tafsirnya; Tafsir Al-Maraghy beliau menafsirkan
surat al-Ashr diawali dengan dengan manafsirkan kata-kata: Al-Ashr:
masa, Al-Insan adalah satu jenis makhluk Tuhan yang dikenal dengan nama
manusia. Al-Khusr atau Al-Khusran; berkurangnya atau lenyapnya modal
(rugi). Maksudnya ialah tenggelamnya manusia ke dalam hal-hal yang
merusak dirinya. Al-Haqq; adalah hakikat yang mantap dan kokoh, yang
ditunjang oleh dalil yang konkrit, atau bukti nyata peraturan yang dibawa
oleh Nabi saw. Al-Shabr; kekuatan jiwa yang membuat manusia mampu
menahan kesengsaraan dalam melakukan amal kebajikan. Sehingga dengan
24
www.psq.or.id
38
kekuatan jiwa ini seseorang akan dengan mudah melewati berbagai
rintangan dalam rangka menuju yang mulia.
25
Al-Tawashau bil-haqq; saling memberi wasiyat antara sesama
kepada sesuatu yang keutamaan dan kebaikannya tidak diragukan lagi. Al-
Tawashau bil-Shabr; saling mewasiatkan antar sesama kepada sikap sabar.
Kenyataan ini diterima dan tak bermanfaat, kecuali jika seseorang terlebih
dahulu harus menyempurnakan dirinya (dapat memberi contoh). Jika tidak
demikian halnya, maka apa yang dikatakan oleh Abu l-Aswad Al-Dualy
dalam bait syairnya itu tidaklah benar.
Allah SWT bersumpah dengan memakai masa. Sebab masa itu
mengandung banyak peristiwa dan contoh yang menunjukkan kekuasann-
Nya, disamping menunjukkan beta bijkasananya Allah. Apa yang
terkandung di dalam masa itu misalnya bergantinya antara siang dan malam,
yang keduanya merupakan tanda-tnda kekuasaan Allah. Hal ini
sebagaimana firman Allah:
Terjemah: Dan sebagian dari kekuasaanNya ialah malam, siang, matahari
dan rembulan. QS. 41 [Fushilat]: 37
Lihatlah apa yang terjadi di dalamnya, bahagia, sengsara, sehat,
sakit, kaya, miskin, santai, capai, susah, bergembira, dan lain sebagainya.
Semua itu menunjukkan kepada orang-orang berakal waras bahwa akan
25
Al-Maraghy, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghy, Juz XXX, Mesir; Musthafa al-Bab
al-Halaby, 1390/1970 (terj. Bahrun Abu Bakar); Toha Putra: Semarang, 1985, h. 890.
39
semesta ini ada yang menciptakan dan mengaturnya. Seharusnya Allah lah
yang disembah dan diminta, sehingga dapat menghilangkan segala bentuk
kesusahan dan menarik kebaikan. Tetapi kaum kafir mengaitkan bencana
dan berbagai peritiwa kepada masa. Mereka mengatakan; bencana ini
bersumber dari masa, atau masa itu adalah masa paceklik.
Kemudian Allah mengajarkan kepada mereka bahwa masa itu adalah
salah satu diantara makhluk Allah. Masa itu merupakan wadah yang di
dalamnya terjadi berbagai peristiwa baik karena perbuatannya sendiri, dan
masa (zaman) tidak ikut bertanggung jawab.
Sesungguhnya manusia itu adalah rugi dalam amal perbuatannya,
kecuali orang-orang yang Allah kecualikan. Perbuatan manusia itu
merupakan sumber kesengsaraannya sendiri. Jadi, sebagai sumbernya
bukanlah masa atau tempat. Ia sendirilah yang menjerumuskan dirinya ke
dalam kehancuran. Dosa seseorang terhadap yang menciptakan dan Maha
menganugerahi kenikmatan dan dapat dirasakan olehnya, adalah perbuatan
yang paling berdosa. Hal inilah yang menyebabkan hancurnya diri sendiri.
Kata Ashr ini ditemukan dalam surah al-Ashr kaitan ayat tersebut
dalam Tafsir Al Maraghi
26
adalah Allah SWT bersumpah atas segala apa
yang diciptakan-Nya, yakni sangat erat kaitanya dengan gerakan perubahan
(kerja keras/hard work) justru sangat jelas. Apalagi ia digunakan dalam
konteks pembicaraan menyangkut kehidupan dunia. Waktu adalah modal
utama manusia dituntut pula untuk saling menjaga dan menghargai
26
Ahmad M Al Maraghi, Tafsir Al Marghi Jilid 10/380 Beirut: Darul Fikr, 2006 M).
40
kemudian berjuang bersama untuk mengisi waktu-waktu yang dianugerahi
Allah SWT guna menikmati anugerahnya.
Ringkasnya, pada dasarnya manusia itu dalam keadaan merugi,
kecuali orang yang memiliki empat sifat; beriman, beramal shaleh, saling
berwasiyat kepada kebenaran, dan saling berwasiyat kepada kesabaran.
Mereka melakukan dan mengajak kebaikan kepada orang lain. Setapkpun ia
tak akan mundur sekalipun berhadapan dengan masyaqat dan musibah di
dalam melaksanakan dakwah kebaikan tersebut.
Secara keseluruhan, manusia itu dalam keadaan rugi dan salah satu
jalan di dalam berupaya dan menghabiskan umurnya untuk mencari hal-hal
yang diinginkan. Di muka bumi ini, ia berusaha mencuci dirinya dari
berbagai kotoran dan menghiasi diri dengan berbagai keutamaan. Sehingga
ketika ia kembali ke alam ruh, tampak jiwanya kuat dan seperti membawa
bekal. Tetapi pada kenyataannya ketika ia kembali ke tempat asalnya
melalui mati, yang dijumpai ternyata berbagai kekurangan dirinya dan
kebodohan. Ketika itu ia akan tampak sangat menyesal. Kecuali segolongan
kecil umat manusia yang ketika hidup di dunia menggunakan akal sehatnya.
Sehingga mereka beriman kepada Nabi dan membenarkan Risalahnya,
mencintai sesama manusia, membantu saudara-saudaranya, membantu
moral dan material. Ia hidup bersama sesama dengan saling tolong
menolong dan bersabar di dalam menghadapi berbagai musibah yang
menimpa, dan berupaya menanggulangi rintangan yang dihadapi. Mereka
hidup di duniadengan perasaan bahagia, memperoleh semua yang menjadi
41
cita-citanya dan kelak di akhirat akan mendapatkan kenikmatan yang
menggembirakan untuk selamanya.
27
2. Ibnu Katsir
Nama lengkap beliau adalah Abul Fida, Imaduddin Ismail bin Umar
bin Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, lebih dikenal dengan nama
Ibnu Katsir. Beliau lahir pada tahun 701 H di sebuah desa yang menjadi
bagian dari kota Bashra di negeri Syam. Pada usia 4 tahun, ayah beliau
meninggal sehingga kemudian Ibnu Katsir diasuh oleh pamannya. Pada
tahun 706 H, beliau pindah dan menetap di kota Damaskus.
Ibn Katsir tumbuh besar di kota Damaskus. Di sana, beliau banyak
menimba ilmu dari para ulama di kota tersebut, salah satunya adalah Syaikh
Burhanuddin Ibrahim al-Fazari. Beliau juga menimba ilmu dari Isa bin
Muthim, Ibn Asyakir, Ibn Syairazi, Ishaq bin Yahya bin al-Amidi, Ibn
Zarrad, al-Hafizh adz-Dzahabi serta Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Selain
itu, beliau juga belajar kepada Syaikh Jamaluddin Yusuf bin Zaki al-Mizzi,
salah seorang ahli hadits di Syam. Syaikh al-Mizzi ini kemudian
menikahkan Ibn Katsir dengan putrinya. Selain Damaskus, beliau juga
belajar di Mesir dan mendapat ijazah dari para ulama di sana.
27
Al-Maragi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maraghi, Juz XXX, terj. Bahrun Abubakar,
cet. I, CV. Toha Putra, Semarang, 1985, h. 390-392.
42
Berkat kegigihan belajarnya, akhirnya beliau menjadi ahli tafsir
ternama, ahli hadits, sejarawan serta ahli fiqih besar abad ke-8 H. Kitab
beliau dalam bidang tafsir yaitu Tafsir al-Quran al-Azhim menjadi kitab
tafsir terbesar dan tershahih hingga saat ini, di samping kitab tafsir
Muhammad bin Jarir ath-Thabari. Para ulama mengatakan bahwa tafsir Ibnu
Katsir adalah sebaik-baik tafsir yang ada di zaman ini, karena ia memiliki
berbagai keistimewaan. Keistimewaan yang terpenting adalah menafsirkan
al-Quran dengan al-Quran (ayat dengan ayat yang lain), menafsirkan al-
Quran dengan as-Sunnah (Hadits), kemudian dengan perkataan para
salafush shalih (pendahulu kita yang sholih, yakni para shahabat, tabiin dan
tabiut tabiin), kemudian dengan kaidah-kaidah bahasa Arab.
Selain Tafsir al-Quran al-Azhim, beliau juga menulis kitab-kitab
lain yang sangat berkualitas dan menjadi rujukan bagi generasi sesudahnya,
di antaranya adalah al-Bidayah Wa an-Nihayah yang berisi kisah para nabi
dan umat-umat terdahulu, Jami Al Masanid yang berisi kumpulan hadits,
Ikhtishar Ulum al-Hadits tentang ilmu hadits, Risalah Fi al-Jihad tentang
jihad dan masih banyak lagi.
Kealiman dan keshalihan sosok Ibnu Katsir telah diakui para ulama
di zamannya mau pun ulama sesudahnya. Adz-Dzahabi berkata bahwa Ibnu
Katsir adalah seorang Mufti (pemberi fatwa), Muhaddits (ahli hadits),
ilmuan, ahli fiqih, ahli tafsir dan beliau mempunyai karangan yang banyak
dan bermanfaat.
43
Ibnu Katsir meninggal dunia pada tahun 774 H di Damaskus dan
dikuburkan bersebelahan dengan makam gurunya, Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Meski kini beliau telah lama tiada, tapi peninggalannya akan
tetap berada di tengah umat, menjadi rujukan terpercaya dalam memahami
Al Quran serta Islam secara umum. Umat masih akan terus mengambil
manfaat dari karya-karyanya yang sangat berharga.
28
Pandangan beliau tentang tafsir surat Al-Ashr menyatakan bahwa
surat Al-Ashr merupakan surat yang sangat populer di kalangan para
sahabat. Setiap kali para sahabat mengakhiri suatu pertemuan, mereka
menutupnya dengan surat Al-Ashr. Imam Syafii dan juga Tafsir Mizan
menyatakan bahwa walaupun surat Al-Ashr pendek, tapi ia menghimpun
hampir seluruh isi Al-Quran. Kalau Al-Quran tidak diturunkan seluruhnya
dan yang turun itu hanya surat Al-Ashr saja, maka itu sudah cukup untuk
menjadi pedoman umat manusia.
Pendekatan yang diambil oleh Ibnu Katsir di mana pendekatan
ilmiah dan kata-kata kaki terpisahkan fasih dan frase anggun, dan
menyatakan kepada manusia akan pentingnya penafsiran Ibnu Katsir.
Ditafsirkan berkaitan dengan nama dan kualitas dengan cara pendahulu
bangsa, hal itu tidak terdistorsi penafsiran analogi dan tidak cacat.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa surat AlAshr berarti pula usia.
Usia, yang terletak antara gerakan-gerakan manusia, baik dan jahat.
Dengan mengutip pandangan Malik dari Zaid bin Aslam adalah kebutaan,
28
www.alsofwah.or.id
44
dan terkenal pertama. Allah yang Maha kuasa agar manusia tidak dalam
keadaan hilang, yaitu, kehilangan dan kerusakan, kecuali mereka yang
beriman dan mengerjakan amal yang baik. Manusia untuk pecundang yang
percaya di dalam hati mereka, dan melakukan perbuatan baik, yaitu nasihat
menasihati satu sama lain adalah kinerja ibadah, meninggalkan tabu, serta
menasihati satu sama lain dengan kesabaran agar terhindar dari bencana-
bencana dan predestinasi, serta membahayakan diri dan menyakiti orang-
orang yang menyuruhnya.
29
Menurut Ibnu Katsir, surat Al-Ashr merupakan surat yang sangat
populer di kalangan para sahabat. Setiap kali para sahabat mengakhiri suatu
pertemuan, mereka menutupnya dengan surat Al-Ashr. Imam Syafii dan
juga Tafsir Mizan menyatakan bahwa walaupun surat Al-Ashr pendek, tapi
ia menghimpun hampir seluruh isi Al-Quran. Kalau Al-Quran tidak
diturunkan seluruhnya dan yang turun itu hanya surat Al-Ashr saja, maka
itu sudah cukup untuk menjadi pedoman umat manusia.
Menurut keterangan Ibnu Katsir pula di dalam tafsirnya: "Suatu
keterangan daripada ath-Tabrani yang ia terima dari jalan Hamaad bin
Salmah, dari Tsabit bin `Ubaidillah bin Hashn: "Kalau dua orang sahabat-
sahabat Rasulullah s.a.w. bertemu, belumlah mereka berpisah melainkan
salah seorang di antara mereka membaca Surat al-`Ashr ini terlebih dahulu,
barulah mereka mengucapkan salam tanda berpisah."
29
Ismail ibn Katsir Al-Kuraesyi Al-Dimasiqy, Tafsir Al-Quran Al-Adhim, Jilid IV, Daar
al-Marifah, Beirut-Libanon, 1969 M/1388 H, h. 547.
45
3. Sayyid Quthub.
Nama lengkapnya adalah Sayyid Quthub Ibrahim Husein asy-
Syadzili. Beliau dilahirkan pada tanggal 9 Oktober 1906 M. (1326 H.) di
Musya, sebuah pedesaan yang terletak di dekat kota Asyut, hulu Mesir.
Ayahnya adalah seorang anggota Partai Nasional pimpinan Musthofa
Kamil, yang memiliki kesadaran politik dan semangat nasional yang tinggi.
Beliau wafat pada tahun 1966 M.
Sayyid Quthub mulai membangun intelektualitas di desanya, di
bawah asuhan orang tuanya ia berhasil menghafal al-Quran dalam usia
yang masih dini, sepuluh tahun. Menyadari bakat tersebut, orang tuanya
memindahkan keluarga ke Halwan, daerah pinggiran Kairo, sehingga
Quthub memperoleh kesempatan masuk ke Tajhiziyah Dar al-Ulum
(nama lama dari Universitas Cairo). Diantara karya tafsir Sayyid Qutb yang
populer adalah Tafsir Fi Dhilal-Al-Quran, diterbitkan Maktabah. Darus
Syuruq- Beirut. 1142 M/1992 H.
30
Dalam tafsir Fi Dzilalil Quran, menafsirkan surat Al-Ashr Sayyid
Qutb menguraikan panjang lebar, bahwa pada surah yang hanya memiliki
tiga ayat ini terkandung suatu manhaj yang menyeluruh tentang kehidupan
umat manusia sebagaimana yang dikehendaki Islam. Ia meletakkan suatu
konstitusi Islami dalam kehidupan seorang muslim, tentang hakikat dan
tujuan hidupnya yang meliputi kewajiban dan tugas-tugasnya. Suatu bukti
bahwa surah ini merupakan mukjizat Allah yang tiada seorang pun dapat
30
www.psq.or.id
46
melakukannya.Dalam Surah kecil tiga ayat adalah kurikulum penuh untuk
kehidupan manusia. Dia meletakkan konstitusi Islam seluruh dalam kata-
kata pendek. Ini menggambarkan umat Islam: Realitas dan fungsi. Kami
tidak tahu di sini didefinisikan doktrinal iman, tetapi kita berbicara tentang
sifat dan nilai dalam kehidupan.
Hubungan itu, manusia fana ini sedikit yang awalnya terbatas tempat
kekal mutlak, yang dikeluarkan kehadirannya. Hal ini kemudian terhubung
ke alam semesta dari sumber yang sama, dan Allah lah yang mengatur alam
semesta, berikut kekuatan dan energi itu. Dan kemudian mulai dari
perbatasan kecil yang sama dengan alam semesta besar. Ini batas kehebatan
kekuatan kosmik energi yang sangat sedikit diketahui.
Iman adalah bukti dari kesehatan umum dan pelatihan keselamatan
kemanusiaan, sifat manusia dan harmoni dengan alam semesta, dan respon
pengguna antara manusia dan alam semesta di sekelilingnya. Dia tinggal di
alam semesta ini, dan ketika entitas sejati harus terletak di antara dirinya dan
alam semesta menanggapi. Kita harus mengakhiri ini respon terhadap iman,
berdasarkan yang sama di alam semesta tanda dan gerakan untuk kekuasaan
mutlak, yang diciptakan oleh pola ini. Jika ini adalah untuk merespon atau
crash, ini sendiri bukti dari ketidakseimbangan dan kurangnya perangkat
yang menerima, yang merupakan entitas manusia. Ini adalah bukti korupsi
tidak hanya kehilangan dia.
Hal ini dapat dimengerti asalkan iman adalah link ke kurikulum
Tuhan. Pendekatan ini berkaitan dengan pergerakan kehadiran permanen di
47
dalam hati. Dikeluarkan oleh ukuran, terikat untuk mengakhiri. Dan
kepemimpinan iman umat manusia adalah untuk memimpin pendekatan
untuk mencapai gerakan yang adalah sifat eksistensi. Gerakan bersih
pendekatan yang baik tahan lama layak datang dari Allah.
Hak untuk menasihati orang lain dengan kesabaran dan mendorong
Anda untuk memproyeksikan gambar melalui mana umat Muslim, atau
komunitas muslim dengan badan swasta, dan Asosiasi khas, tujuan bersatu.
Kelompok yang merasa entitasnya juga tugasnya. Itu benar-benar tahu apa
itu pengenalan iman dan perbuatan baik, yang meliputi tutup dengan
manusia memimpin dalam jalan iman dan perbuatan baik.
Jadi, Islam menginginkan Nation of Islam. Jadi ia ingin bangsa yang
kuat dan sadar terbaik berdasarkan penjaga kebenaran dan kebaikan,
kebenaran dan kesabaran dalam persahabatan, kerjasama dan persaudaraan
memancarkan kata menasihati orang lain dalam Al Qur'an. Dan kebutuhan
untuk hak untuk menasihati orang lain. Menghidupkan kembali dalam
waktu yang tepat. Disamping itu menyarankan orang lain serta kebutuhan
untuk kesabaran. Melakukan iman dan perbuatan baik, dan untuk menjaga
kebenaran dan keadilan, yang paling sulit yang dihadapi individu dan
masyarakat. Ini harus kesabaran. Harus sabar dalam dalam menghadapi
bahaya dan kesulitan. Kalau tidak, akan kehilangan dan mengalami
kerugian.
4. Imam At-Thobary
48
Nama lengkap beliau adalah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Al-
Thabary. Beliau lahir di Amil pada tahun 225 H, dan wafat pada 28/10/310
H pada hari Ahad. Pada usia 7 tahun beliau sudah hafal Al-Qur'an 30 juz,
pada usia 9 tahun beliau sudah mulai menulis hadis serta selalu mengadakan
perjalanan intelektual ke negeri-negeri ulama. Beliau terkenal dengan
kekuatannya dalam menghafal dan selalu faham dengan perkataan gurunya
dalam menafsirkan berbagai disiplin ilmu. Khatib berkata: Ia adalah salah
satu imam umat, perkataannya menjadi hukum dan pendapatnya selalu
menjadi rujukan. Abu Abbas juga menambahkan: Ia adalah seorang faqih
dan alim.
Metode beliau dalam menafsirkan Al-Qur'an adalah metode Tafsir
bil Ma'tsur. Tafsirnya berisi tentang munasabah dan makna-makna logika
dalam ayat, serta mencantumkan hikmah dari kandungan mufradatnya.
Beliau juga merujuk pada kaidah 7 ahruf. Selain beliau membubuhkan hadis
Nabi, atsar dan aqwal tabi'in, beliau juga menjelaskan nama-nama Al-
Qur'an, surah serta ayat-ayatnya.
Beliau terkenal wara' dalam menafsirkan, rajin dalam persiapannya
dan gembira setelah menulisnya. Salah satu ciri tafsirnya adalah terdapat
israilliyat dan ditambahkan opini pribadi di dalamnya, sehingga tafsirnya
ada yang berpendapat belum memenuhi hajat kontemporer. Berbeda
mengenai penafsiran mengatakan (dan umur) Beberapa dari mereka
mengatakan: Aku bersumpah adalah sebuah divisi dari Tuhan kita. Menurut
49
Al-Baidhawy bahwa 'Ashar adalah waktu. Waktu untuk kebaikan (dan
umur) maka disebutlah Al-Ashr.
Allah swt bersumpah dengan zaman (dan umur) siang dan malam,
tidak dialokasikan, yang bersatu kembali arti nama, tanpa makna, semua
yang ia memiliki nama ini, Di dalam dengan bersumpah dengan yang paling
ditinggikan.
Dan dia berkata: (Sesungguhnya Manusia merugi) untuk
mengatakan bahwa Anak Manusia, dalam situasi yang buruk yang berputar.
Ini adalah Ali ra dengan dia yang berkata: (Laki-laki itu dan ia kehilangan
untuk selamanya).
Dan dia berkata: (dan menasihati satu sama lain) mengatakan, dan
merekomendasikan dalam pekerjaan satu sama lain apa yang Allah telah
mengungkapkan dalam Al-Quran, tentang aturan-Nya, dan menghindari
apa yang Dia melarangnya.
Dan dia berkata: (dan menasihati satu sama lain untuk kesabaran)
mengatakan: dan diusulkan setiap kesabaran lain untuk bekerja untuk
mentaati Tuhan.
Imran Bin Bakar mengatakan kepada saya Al-khalai, ia berkata:
Aku mendengar Hassan mengatakan ayat ini: (dan menasihati satu sama lain
untuk kesabaran) berkata: kesabaran: ketaatan kepada Allah. Beritahu kami
Ibnu Abdul-atas, untuk kebaikan (dan menasihati satu sama lain untuk
50
kesabaran) berkata: kesabaran adalah Ketaatan kepada Allah interpretasi
lain dari Surat dan waktu.
31
5. Al-Qurthubi
Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-
Anshari al-Qurthubi. Dikisahkan dalam cetakan pertama untuk
menghidupkan kembali warisan Arab Beirut - Lebanon 1405 H - 1 985 m
Vo. 20 halaman 176-181.
Dalam menginterpretasi Surat Al-Ashr, beliau mengartikan Al-
Ashr adalah waktu dan usia. Usia meliputi dua hal yaitu zaman dari segala
usia, Waktu, sebagaimana usia, yang meliputi siang dan malam. Bahwa Al-
Ashr, yaitu antara hilangnya matahari dan matahari terbenam. Waktu yang
terakhir jam siang hari. Dikatakan bahwa doa adalah sebuah divisi dari
waktu, tengah malam itu yang terbaik untuk doa-doa.
Dan dikatakan adalah sebuah divisi dari era perdamaian Nabi saw,
kebajikan dari pembaruan nurbuat di dalamnya.Dikatakan bahwa berarti
Tuhan pada zaman tersebut.
6. Al-Baydhawy
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang baik Mereka
membeli akhirat kehidupan dunia, di akhirat kekal dan kebahagiaan kekal
{dan menasihati satu sama lain ke kanan} yang tidak benar penolakan
keyakinan atau tindakan {dan menasihati satu sama lain dengan kesabaran}
31
Tafsir Al-thobary hal. 589-591
51
untuk dosa atau Tuhan kanan atau Ablo oleh para budak, dan ini dari
kebaikan swasta Jenderal berlebihan tetapi untuk pekerjaan Bam akan
terbatas pada kesempurnaan dan mungkin Mahakuasa, tetapi alasan untuk
keuntungan tanpa pernyataan kecukupan pecundang dalam pertanyaan dan
perhatikan bahwa kecuali untuk menghitung baik mengarah pada hilang dan
kurangnya keberuntungan atau mendukung, ibu jari di sisi kemurahan hati
Alkhsr Nabi semoga Allah memberkatinya dan memberinya damai] Siapa
saja yang mendaraskan Surat dan Allah kali memaafkannya dan di antara
mereka yang menasihati satu sama lain untuk kebenaran dan menasihati satu
sama lain dengan kesabaran]
32
7. Fakh Al-Razy
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdullah Muhammad bin Umar
bin Husein bin Hasan bin Ali Al-Qurasy At-Taimy Al-Bakry, Ath-
Thabarany, Ar-Razy, bergelar Fakhruddin dan dikenal juga dengan sebutan
Ibnu Al-Khathib. Beliau lahir pada 15 Ramadhan tahun 544 H dan wafat
pada 606 H di Ray, ada yang mengatakan 605 H, tapi yang paling kuat
adalah pendapat yang pertama akibat banyaknya buku yang meriwayatkan
demikian.
Beliau melakukan perjalanan intelektualnya ke Kharazmi dan
Khurasan. Guru pertamanya adalah ayahnya sendiri. Sebab pemahaman
masyarakat pada masanya masih dangkal tentang agama, maka beliau
32
Al-Baydhawy, Nashiruddin Abi Said Abdillah bin Umar bin Muhammad al-Syaerazy
Al-Baydhawy, Tafsir Al-Baydhawy, Jilid II, Dar l=Kutub ilmiyah, Bairut-Libanon, tt. h. 526-527
52
menyusun tafsir yang dapat membuka cakrawala pemikiran masyarakat
lebih mengangkasa.
Ibnu Khilkan berkata: sesungguhnya Ar-Razy mengumpulkan segala
gharib dan gharibah dalam tafsirnya. Adz-Dzahaby menambahkan
keistimewaan tafsir beliau adalah munasabah antara sebagian ayat dengan
lainnya, antara surah dengan lainnya secara detail.
Metode penafsiran beliau adalah tahlily ataupun ilmy. Menghimpun
pendapat beberapa ulama tafsir dari kalangan sahabat maupun setelahnya.
Mengutamakan munasabah antara surah dengan yang lainnya berdasarkan
hikmah, membahas secara detail tentang ayat-ayat kauniyah yang
dihubungkan dengan kalam tauhid aqliyah lainnya.. membubuhkan banyak
pendapat filosof kalam setelah beliau menyaringnya serta telah merujuknya
pada kitab-kitab hadis. Bila beliau menyebut ayat tentang hukum, beliau
menyebutkan semua pendapat 4 Imam Madzhab, namun lebih cenderung
pada madzhab Syafi'i.
Penafsiran beliau tentang surat Al-Ashr bahwa dalam surat ini
terkandung peringatan yang keras. Karena sekalian manusia dianggap
rugilah adanya, kecuali barangsiapa yang berpegang pada keempatnya,
yaitu: iman, amal shaleh, pesan-pesan kepada kebenaran dan pesan-pesan
kepada kesabaran. Itu menunjukkan bahwa keselamatan hidup bergantung
kepada keempatnya, jangan ada yang tinggal. Dapat juga diambil
kesimpulan dari surat Al-Ashr ini bahwa mencari selamat bukanlah untuk
diri sendiri saja, melainkan disuruh juga menyampaikan atau sampai-
53
menyampaikan dengan orang lain. Menyeru kepada agama, nasihat atas
kebenaran, amar makruf nahyi munkar, dan supaya mencintai atas
saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya. Dua kali diulang untuk pesan
memesan, wasiyat mewasiyat, karena pada yang pertama menyerunya
kepada jalan Allah dan pada yang kedua supaya berteguh hati
menjalankannya. Atau pada yang pertama menyuruh yang makruf dan pada
yang kedua mencegah dari yang munkar. Dalam surat Lukman ayat 21: 17
dengan terang-terangan ditulis wasiyat Luqman kepada anaknya agar dia
suka menyuruh berbuat baik, mencegah berbuat munkar dan bersabar atas
apapun yang menimpa diri.
8. ImamSyafii
Nama lengkapnya adalah Ab Abdullh Muhammad bin Idrs al-
Shafi atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i, yang akrab dipanggil Imam
Syafi'i. Kebanyakan ahli sejarah berpendapat bahwa Imam Syafi'i lahir di
Gaza-Palestina pada tahun 150 H, namun di antara pendapat ini terdapat
pula yang menyatakan bahwa dia lahir di Asqalan; sebuah kota yang
berjarak sekitar tiga farsakh dari Gaza. Imam Syafi'i juga tergolong kerabat
dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-
Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Saat usia 20 tahun, Imam Syafi'i pergi ke Madinah untuk berguru
kepada ulama besar saat itu, Imam Malik. Dua tahun kemudian, ia juga
pergi ke Irak, untuk berguru pada murid-murid Imam Hanafi di sana. Imam
54
Syafi`i mempunyai dua dasar berbeda untuk Mazhab Syafi'i. Yang pertama
namanya Qaulun Qadim dan Qaulun Jadid.
Salah satu karangannya adalah Ar risalah buku pertama tentang
ushul fiqh dan kitab Al Umm yang berisi madzhab fiqhnya yang baru.
Imam Syafii adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul.
Ia mampu memadukan fiqh ahli Irak dan fiqh ahli Hijaz. Imam Ahmad
berkata tentang Imam Syafii,Beliau adalah orang yang paling faqih dalam
Al Quran dan As Sunnah, Tidak seorang pun yang pernah memegang
pena dan tinta (ilmu) melainkan Allah memberinya di leher Syafii,.
Thasy Kubri mengatakan di Miftahus saadah,Ulama ahli fiqh, ushul,
hadits, bahasa, nahwu, dan disiplin ilmu lainnya sepakat bahwa Syafii
memiliki sifat amanah (dipercaya), adaalah (kredibilitas agama dan moral),
zuhud, wara, takwa, dermawan, tingkah lakunya yang baik, derajatnya yang
tinggi. Orang yang banyak menyebutkan perjalanan hidupnya saja masih
kurang lengkap. Kitab Al Hujjah yang merupakan madzhab lama
diriwayatkan oleh empat imam Irak; Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur,
Zafarani, Al Karabisyi dari Imam Syafii.
Sementara kitab Al Umm sebagai madzhab yang baru Imam
Syafii diriwayatkan oleh pengikutnya di Mesir; Al Muzani, Al Buwaithi,
Ar Rabi Jizii bin Sulaiman. Imam Syafii mengatakan tentang
madzhabnya,Jika sebuah hadits shahih bertentangan dengan perkataanku,
55
maka ia (hadis) adalah madzhabku, dan buanglah perkataanku di belakang
tembok,
33
Imam Syafii dalam Tafsir Al-Kasyaf,menafsirkan surat Al-Ashr ini
ia berkata: kalau seandainya Allah tidak menurunkan hujjah kecuali surat
ini kepada hamba-hambanya, niscaya sudah cukup bagi mereka.
34
Dan
surat al-ashr ini dibagi untuk hamba dan Rabbnya. Setengah pertama yaitu:
Iman dan amal shaleh dimana ini untuk Allah dari hambanya, dan setengah
yang kedua yaitu: Saling menasihati dalam kebenaran dan sabar di atasnya,
ini antara hamba dan saudara-saudaranya.
Dengan hanya terdiri tiga ayat namun dalam surat ini tersimpan
manhaj (tatanan) yang lengkap tentang kehidupan umat manusia
sebagaimana dikehendaki Islam. Di dalamnya tampak jelas rambu-rambu
dalam keimanan dengan jelas dan detail. Dengan surat yang sangat pendek
ini mampu menjelaskan factor-faktor yang menjadi sebab kebahagian dan
kesengsaraan manusia. Sesungguhnya kehidupan yang abadi kelak hanya
ada di hari penghisaban kelak. Hidup di dunia hanya sebentar dan singgah
saja. menyia-nyiakan waktu juga dipandang sangat merugikan baik di dunia
maupun di akhirat. Pada kesempatan lain Imam Syafii berkata bahwa
seandainya seluruh ayat Al-Quran tidak turun, maka surat Al-Ashr ini
sudah cukup untuk menjadi pedoman hidup manusia. Menurutnya bahwa
kalaulah manusia memikirkan kandungan surat ini, maka sesungguhnya
cukuplah ia menjadi petunjuk bagi kehidupannya.
33
Yasin Dutton, The Origins of Islamic Law: The Quran, the Muwaaand Madinan
Amal, , p 16
34
Tafsir IbnuKatsir 8/499].
56
9. Shihabudin As-Sayid Muhammad Afnady Al Alusi Al-Baghdadi.
Berkat dan lawan mereka untuk mengingatkan orang itu siap untuk
kehilangan, kebahagiaan, dan menampilkan Mahakuasa ke bagian dalam
penghormatan yang membantah memiliki kerugian atau penghasilan yang
juga mengklaim untuk menambah insiden kepadanya dan memulai
pecundang lalu bagi manusia melihat bahwa resep belum waktu seperti yang
mengatakan mereka dikritik waktu dan bukan kesalahan adalah orang dari
waktu dan melacak bahwa penggunaan usia dalam arti yang jelas bahwa
manusia adalah hilang kerugian di toko-toko mereka dan upaya mereka dan
pertukaran usia di dunia bahwa Amalan di akhirat, dan bahkan mungkin
menyakiti mereka jika mereka tetap waspada Definisi menghabiskan
anggapan pengecualian dan artikel tidak terbatas dikatakan untuk
memaksimalkan apapun dalam kehilangan Azimm mungkin untuk
diversifikasi apapun Al-khusr adalah hak merugi, tetapi mereka yang
beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka berada dalam perdagangan
tidak akan pernah gagal, di mana mereka menjual keji fana dan membeli
berharga yang tersisa dan menggantikan korban dan menggantikan
Balgadiat benar baik perbuatan yang datang Fayalaa dari kesepakatan
Maerbhaa dan manfaat dari Universitas yang terbaik diartikulasikan dan
menjadi Balmousol baik ditandai dengan link judul tidak pada kemurahan
hati Allah dan wajah dan Salman Persia ra dengan dia hanya sebagai Ibnu
terbatas mewah Abbas, semoga Allah senang dengan mereka dalam laki-laki
untuk mereka tetapi Dakhlan masuknya awal dan seperti itu adalah terbatas
57
dalam pecundang manusia ayah adalah kebodohan nyata dari pernyataan
ini.
35
10. Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin
Dalam tafsirnya ia berkata, Maksud perkataan Imam Syafii adalah
surat initelah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar
memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah
kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa
manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syariat.
Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini,
maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian
dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat
ini, yaitu beriman, beramal shalih, saling menasehati agar menegakkan
kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar
36
Dalam surat ini Allah menjelaskan bahwa seluruh manusia benar-
benar berada dalam kerugian. Kerugianyang dimaksud dalam ayat ini bisa
bersifat mutlak, artinya seorang merugi di dunia dan di akhirat,
tidak mendapatkan kenikmatan dan berhak untuk dimasukkan ke dalam
neraka. Bisa jadi ia hanya mengalami kerugian dari satu sisi saja. Oleh
karena itu, dalam surat ini Allah mengeneralisir bahwa kerugian pasti akan
35
Shihabudin As-Sayid Muhammad Afnady Al Alusi Al-Baghdadi, Ruhul Ma'ani fiTaf
siri Qur'anulAzhim wa Sab'u Matsni, Juz 30 h. 277-279
36
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin, 1993 H. Tafsir Fathul Barri, Vol. 3,
h.1393
58
dialami oleh manusia kecuali mereka yang memiliki empat kriteria dalam
surat tersebut
37
.
Kriteria pertama, yaitu beriman kepada Allah. Dan keimanan ini
tidak akan terwujud tanpa ilmu, karena keimanan merupakan cabang dari
ilmu dan keimanan tersebut tidak akan sempurna jika tanpa ilmu. Ilmu yang
dimaksud adalah ilmu syari (ilmu agama). Seorang muslim wajib (fardhu
ain) untuk mempelajari setiap ilmu yang dibutuhkan oleh seorang mukallaf
dalam berbagai permasalahan agamanya, seperti prinsip keimanan dan
syariat-syariat Islam, ilmu tentang hal-hal yang wajib dia jauhi berupa
hal-hal yang diharamkan, apa yang dia butuhkan dalam muamalah, dan lain
sebagainya.
Alquran menggunakan beberapa kata untuk menunjukan makna-
makna seperti: Pertama, kalimat ajal, untuk menunjukkan waktu
berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat
dalam Alquran Allah SWT berfirman:
Terjemah: Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia. QS. 10
[Yunus]: 49
Kalimat ajal yang terdapat dalam kata di atas tersebut memberi
kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada
yang lenggang dan abadi kecuali Allah SWT seorang diri. Kedua, kalimat
37
Taisiir Karimir Rohmaan, h. 934
59
berikutnya adalah Ad Dahri digunakan untuk saat berkepanjangan yang
dilalui alam raya dalam kehidupan dunia ini, yaitu sejak diciptakanya
sampai punahnya alam raya ini dalam Alquran Allah SWT berfirman:
Terjemah: Dan mereka berkata; kehidupan ini tidak lain saat kita berada
di dunia, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang
membinasakan (mematikan) kita kecuali dahr (perjalanan waktu
yang dilalui oleh alam), QS. 45 [Al-Jatsyiyah]: 24
Kalimat di atas menunjukan kesan bahwa segala sesuatu pernah
tiada, dan bahwa keberadaanya menjadikan ia terikat oleh waktu. Ketiga, al
Waqt digunakan dalam artian batas akhir kesempatan atau peluang untuk
menyelesaikan suatu peristiwa. Karena itu, sering kali Alquran
menggunakanya dalam konteks kadar tertentu dari suatu masa. Allah SWT
berfirman dalam Alquran:
Terjemah: Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban kepada orang mukmin
yang tertentu waktu-waktunya, QS. 4 [An Nisa]: 103
Keempat, kata lain yang digunakan Alquran untuk menunjukan masa
adalah kalimat Ashr. Kata Ashr ini biasa diartikan waktu menjelang
terbenamnya matahari , tetapi juga dapat diartikan sebagai masa secara
mutlak. Maka terakhir ini diambil berdasarkan asumsi bahwa ashr
merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Kata ashr sendiri
60
bermakna perasan seakan-akan masa harus digunakan oleh manusia untuk
memeras pikiran-pikiran dan keringatnya, dan hal ini hendaknya dilakukan
kapan saja sepanjang masa.
11. Muhammmad Abduh dan Rasyid Ridha
Rasyid Ridha lahir di Qalmun , 27/5/1282 H, dan wafat pada tahun
1935 M. Setelah tamat di Kuttab beliau melanjutkan studinya pada
Madrasah Ibtidaiyyah, satu tahun kemudian beliau pindah ke sekolah Islam
Husain Al-Jisr. Beliau belajar hadis hingga khatam kepada Mahmud
Nasyabah hingga bergelar Voltaire, kemudian dilanjutkan ke Abdul Ghani
Ar-Rafi di tambah ilmu ushul dan logika. Muhammad Abduh banyak
mempengaruhi pola pikirnya. Beliau membagi waktunya untuk belajar dan
ibadah, sehingga kurang waktunya untuk tidur ataupun istirahat. Beliau
adalah ahli hadis dan memiliki cakrawala akal yang mendalam.
Metode tafsirnya adalah menafsirkan ayat-ayat secara adab ijtima'i,
meninggalkan ayat-ayat mutasyabihat dan mubhamat. Selain beliau
menafsirkan Al-Quran secara kontemporesasi, beliau juga menafsirkan ayat-
ayat menurut logikanya. Kelebihan tafsirnya adalah mampu merombak
kehidupan manusia yang masih banyak mengikuti taqlid, mengajak manusia
untuk lebih maju dalam peradaban, membantu menyebarkan ajaran Islam
dari segi pemahaman dakwah dan amal. Namun tafsirnya juga memiliki
kekurangan, yaitu hanya berlatar belakang Mesir dan tidak mendunia,
diantara hadis yang sudah dianggap shahih secara mutawatir dianggapnya
tidak shahih.
61
Syaikh Muhammad Abduh menerangkan di dalam Tafsir Juzu'
`Amma bahwa telah teradat bagi bangsa Arab apabila hari telah sore[1],
mereka duduk bercakap-cakap membicarakan soal-soal kehidupan dan
ceritera-ceritera lain yang berkenaan dengan urusan sehari-hari. Karena
banyak percakapan yang melantur[2], keraplah kejadian pertengkaran,
bersakit-sakitan hati sehingga menimbulkan permusuhan. Lalu ada yang
mengutuki waktu 'Ashar (petang hari), mengatakan waktu 'Ashar waktu
yang celaka, atau naas[3], banyak bahaya terjadi di waktu itu. Maka
datanglah ayat ini memberi peringatan "Demi 'Ashar", perhatikanlah waktu
'Ashar. Bukan waktu `Ashar yang salah. Yang salah adalah manusia-
manusia yang mempergunakan waktu itu dengan salah.
Mempergunakannya untuk bercakap yang tidak tentu ujung pangkal.
Misalnya bermegah-megah dengan harta, memuji diri, menghina
merendahkan orang lain. Tentu orang yang dihinakan tiada terima, dan
timbullah silang sengketa. Lalu kamu salahkan waktu 'Ashar, padahal
kamulah yang salah. Padahal kalau kamu percakapkan apa yang berfaedah,
dengan tidak menyinggung perasaan teman dudukmu, tentulah waktu
`Ashar itu akan membawa manfaat pula bagimu.
Menurut syekh Muhammad Abduh karena telah menjadi kebiasaan
orang-orang Arab pada masa turunnya al-Quran untuk berkumpul dan
berbincang-bincang menyangkut berbagai hal dan tidak jarang dalam
perbincangan mereka itu terlontar kata-kata yang mempersalahkan waktu
atau masa, waktu sial demikian sering kali ucapan yang terdengar bila
62
mereka gagal, atau waktu baik jika mereka berhasil. Allah swt melalui surat
ini bersumpah demi waktu untuk membantah anggapan mereka. Tidak ada
sesua yang dinamai waktu sial atau waktu mujur, semua waktu sama. Yang
berpengaruh adalah kebaikan dan keburukan usaha seseorang dan inilah
yang berperan dalam baik atau buruknya kesudahan satu pekerjaan. Waktu
selalu bersifat netral. Waktu adalah milik Tuhan, di dalamnya Tuhan
melaksanakan segala perbuatanNya, seperti mencipta, memberi rizqi,
memuliakan dan menghinakan. Dengan demikian waktu tidak dikutuk, tidak
boleh juga dinamai sial atau mujur. Janganlah mencerca waktu, karena
Allah adalah Pemilik waktu.
Syaikh Muhammad Abduh dalam menafsirkan Hadis pertemuan dan
perpisahan dua sahabat ini berkata: "Ada orang yang menyangka bahwa ini
hanya semata-mata tabarruk (mengambil berkat) saja. Sangka itu salah.
Maksud membaca ketika akan berpisah ialah memperingatkan isi ayat-ayat,
khusus berkenaan dengan pesan-memesan Kebenaran dan pesan-memesan
atas Kesabaran itu, sehingga meninggalkan kesan yang baik." Syaikh
Muhammad Abduh menafsirkan Surat ini dengan tersendiri, dan Sayid
Rasyid Ridha pernah mencetak Tafsiran gurunya ini dengan sebuah buku
tersendiri pula.
12. Muhammad Husain Thabathabai
Lahir di kota Tabriz pada tahun 1281 H. Sy, di tengah-tengah
keluarga pecinta ilmu. Pada usia lima tahun saya ditinggal oleh ibunda
63
tercinta dan tiga tahun setelahnya saya menjadi yatim piatu, karena ditinggal
ayah. Mengingat keluarga kami termasuk keluarga yang mampu, kondisi
kehidupan kami tetap berjalan dan dengan bantuan seorang wakil
(pengasuh) beserta istrinya yang telah ditunjuk oleh ayah, kami meneruskan
roda kehidupan yang mesti dilakoni.
Tak lama setelah kepergian ayah, saya dikirim ke sebuah madrasah
dan akhirnya saya digembleng oleh sorang guru privat yang selalu datang
ke rumah. Dan begitulah, tanpa terasa enam tahun saya mempelajari bahasa
Persia dan pelajaran-pelajaran dasar. Pada waktu itu, pelajaran-pelajaan
dasar belum memiliki program dan kurikulum khusus dan tetap. Yang saya
ingat dari tahun 1290-1296 H. Sy. pelajaran yang paling banyak saya terima
adalah Al-Quran, kitab Gulistan, Bustan Sadi, Nishab, Akhlak Mushawar,
Anwar Sahili, Tarikh Mujam dan Irsyadul Hisab.
Thabathabai menyebutkan, Surat ini menghimpun seluruh
pengetahuan Qurani. Surat ini menghimpun seluruh maksud Al-Quran
dengan kalimat-kalimat yang indah dan singkat. Surat ini mengandung ayat-
ayat Makkiyah danMadaniyah, meskipun surat ini lebih tampak sebagai
surat Makkiyah
Di zaman Rasulullah ada seorang Nabi palsu, Musailamah Al-
Kadzab, yang menyaingi Rasulullah dengan mendakwakan dirinya sebagai
Nabi. Musailamah Al-Kadzab bersahabat dengan Amr bin Ash, salah satu
sahabat Nabi yang termasuk terakhir dalam memeluk Islam. Ketika surat ini
turun, Amr bin Ash belum masuk Islam, tetapi ia sudah mendengarnya.
64
Ketika ia berjumpa dengan Musailamah Al-Kadzab, Musailamah bertanya
tentang surat ini: Surat apa yang turun kepada sahabatmu di Mekah itu?
Amr bin Ash menjawab, Turun surat dengan tiga ayat yang begitu singkat,
tetapi dengan makna yang begitu luas. Coba bacakan kepadaku surat itu!
Kemudian surat Al-Ashr ini dibacakan oleh Amr bin Ash. Musailamah
merenung sejenak, ia berkata, Persis kepadaku juga turun surat seperti itu.
Amr bin Ash bertanya, Apa isi surat itu? Musailamah menjawab: Ya
wabr, ya wabr. Innaka udzunani wa shadr. Wa siruka hafrun naqr. Hai
kelinci, hai kelinci. Kau punya dada yang menonjol dan dua telinga. Dan di
sekitarmu ada lubang bekas galian. Mendengar itu Amr bin Ash, yang
masih kafir, tertawa terbahak-bahak, Demi Allah, engkau tahu bahwa aku
sebetulnya tahu bahwa yang kamu omongkan itu adalah dusta.
13. Murtadha Muthahhari
Dalam Al-Quran, Allah sering bersumpah. Allah bersumpah dengan
benda-benda, misalnya Wasy Syamsi. Demi Matahari (QS. Al-Syams 1).
Allah bersumpah dengan waktu, misalnya Wadh Dhuh. Demi waktu
dhuha. Wallaili idz saj. Demi malam apabila mulai gelap (QS. Al-Dhuha
1-2). Allah juga bersumpah dengan jiwa: Wanafsiw wa m sawwh. Demi
jiwa dan yang menyempurna-kannya (QS. Al-Syams 7). Namun, Allah
paling sering bersumpah dengan waktu: L uqsimu bi yaumil qiymah.
Kami bersumpah dengan hari kiamat. (QS. Al-Qiyamah 1), Wallaili idz
yaghsy, wannahri idz tajall. Demi malam apabila gelap dan demi siang
65
apabila terang benderang (QS. Al-Lail 1-2). Dalam surat Al-Ashr ini Allah
bersumpah dengan waktu: Wal-Ashr.
Ada perbedaan di antara para ahli tafsir dalam mengartikan ayat ini.
Ada yang mengatakan bahwa Ashr itu adalah waktu ashar, sebaliknya dari
waktu dhuha. Waktu dhuha ialah seperempat waktu yang pertama
sedangkan waktu ashar adalah seperempat waktu yang terakhir. Sebagian
lagi ber-pendapat bahwa Ashr di situ berarti masa, misalnya Ashrush
shahbah (masa sahabat), Ashrur rasul (masa Rasul). Al-Ashr dalam
Bahasa Arab biasanya dipakai untuk menunjukkan babakan atau periodisasi,
misalnya Ashrul hadid yang berarti zaman besi di dalam sejarah.
Menurut sebagian besar mufasir, Wal-Ashr itu menunjukkan zaman
Rasul. Allah bersumpah dengan zaman Rasul. Murtadha Muthahhari
mengatakan bahwa sebetulnya zaman itu, seperti juga makan (tempat), tidak
ada yang baik atau jelek. Tidak ada waktu yang mulia atau waktu yang hina.
Tidak ada tempat yang suci dan tidak ada pula tempat yang kotor. Seluruh
waktu sama derajatnya dan seluruh tempat juga sama derajatnya. Lalu apa
yang menyebabkan satu waktu mempunyai nilai lebih tinggi dari waktu
yang lain? Hal itu karena adanya peristiwa yang berkaitan dengan waktu itu.
Satu tempat juga menjadi lebih mulia dari tempat yang lainnya bukan
karena tempatnya itu, melainkan karena tempat itu berkaitan dengan suatu
kejadian atau peristiwa.
Sebetulnya zaman itu, seperti juga makan (tempat), tidak ada yang
baik atau jelek. Tidak ada waktu yang mulia atau waktu yang hina. Tidak
66
ada tempat yang suci dan tidak ada pula tempatyang kotor. Seluruh waktu
sama derajatnya dan seluruh tempat juga sama derajatnya. Hal itu karena
adanya peristiwa yang berkaitan dengan waktu itu. Satu tempat juga
menjadi lebih mulia dari tempat yang lainnya bukan karena tempatnya itu,
melainkan karena tempat itu berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa.
Kata insan, menurut Muthahhari, mengandung penafsir-an bahwa di
dalam manusia itu ada dua sifat, yaitu sifat Hayawaniyah dan sifat Insaniyah
(sifat-sifat kebinatangan dan sifat-sifat kemanusiaan). Manusia dalam sifat
kebinatangannya sama dengan binatang yang lain, misalnya ingin makan,
minum, menghindari hal yang menyakitkan, dan ingin memperoleh
kenikmatan dalam hidup.
Muthahhari membedakan antara istilah kenikmatan dan kebahagiaan
(pleasure dan happiness). Binatang itu tidak pernah memiliki happiness,
tetapi memiliki pleasure. Manusia berada dalam kerugian, karena manusia
harus mengembangkan sifat-sifat kemanusiaan, dengan keinginan manusia
sendiri. Menurut Muthahhari, amal saleh itu memiliki dua ciri. Pertama, ciri
asli. Sesuatu disebut amal saleh karena memang pada zatnya sudah
merupakan amal saleh. Misalnya shalat, zakat, dan berbuat baik kepada
orang lain. Kedua, ciri amal saleh diukur berdasarkan hubungan dengan
pelakunya. Misalnya shalat bisa hukumnya wajib, sunat, malah bisa haram
tergantung pada pelakunya. Contohnya seseorang shalat karena ingin
dianggap hebat dan ingin dipuji. Nilai orang itu bisa jatuh dari amal saleh
menjadi amal yang jelek.
67
Menurut surat Al-Ashr ini, manusia mempunyai kewajiban bukan
hanya mengembangkan sifat insaniyahnya semata, tetapi jugakewajiban
untuk mengembangkan masyarakat insaniyah atau masyarakat yang
memiliki sifat kemanusiaan. Al-Quran menyebutkan dua caranya, yaitu
tawshaubil haq dan taw shaubish shabr. Al-Quran tidak menggunakan
kata tanshah (saling memberi nasihat), tetapi Al-Quran menggunakan
kata saling memberi wasiat.
Surat ini diawali dengan kata Wal-Ashr, demi masa (Rasulullah).
Masa Rasulullah dianggap seluruh mazhab sebagai masa yang paling
penting. Dikarenakan masa itu ialah Ashrut tasyri (masa ditetapkannya
syariat), masa diturunkannya Al-Quran, dan masa dikembangkannya
agama Islam. Selanjutnya Thabathabai menyatakan, Inilah masa terbitnya
Islam di tengah-tengah masyarakat manusia dan masa munculnya kebenaran
di atas kebatilan.
Ayat kedua menyebutkan Innal insna lafi khusr yang artinya:
sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kata insan, menurut
Muthahhari, mengandung penafsiran bahwa di dalam manusia itu ada dua
sifat, yaitu sifat Hayawaniyah dan sifat Insaniyah (sifat-sifat kebinatangan
dan sifat-sifat kemanusiaan). Manusia dalam sifat kebinatangannya sama
dengan binatang yang lain, misalnya ingin makan, minum, menghindari hal
yang menyakitkan, dan ingin memperoleh kenikmatan dalam hidup.
Muthahhari membedakan antara istilah kenikmatan dan kebahagiaan
(pleasure dan happiness). Binatang itu tidak pernah memiliki happiness,
68
tetapi memiliki pleasure. Dari segi ini, kita pun sama halnya dengan
binatang. Kalau Anda makan yang enak, Anda belum tentu bahagia, tetapi
pasti Anda memperoleh pleasure (kenikmatan). Tapi misalnya jika Anda
adalah seorang suami yang pergi jauh merantau dan pulang ke tanah air
setelah sekian tahun, ketika Anda turun dari pesawat ke lapangan terbang, di
seberang sana Anda melihat isteri dan anak Anda. Anda akan berlari dan
mencium anak isteri Anda. Saat itu Anda bukan hanya merasakan pleasure,
tetapi juga happiness.
Jadi apa yang membedakan kebahagiaan dengan kenikmatan?
Kenikmat-an itu sifatnya hayawaniyah sedangkan kebahagiaan bersifat
insaniyah. Pada segi-segi kebinatangan, kita sama dengan mahluk-mahluk
yang lain. Bahkan bila dibandingkan dengan mahluk yang lain, dalam segi
jasmaniah kita adalah mahluk yang lemah, Wa khuliqal Insnu dhaf
(QS An-Nisa 28). Manusia itu dicipta-kan dalam keadaan lemah. Manusia
dan binatang ketika keluar dari perut ibunya sudah siap segala sesuatunya
secara fisik. Namun, binatang ketika keluar dari perut ibunya, ia sudah
berkembang hampir sempurna. Ia tidak memerlukan perkembang-an yang
lain kecuali perkembangan fisik. Malah dalam perkembangan fisik, binatang
itu lebih cepat berkembang dan lebih kuat daripada manusia. Anak ayam,
misalnya, yang baru menetas dari telur, beberapa menit kemudian sudah
bisa berjalan dan berlari.
Kemudian yang dapat meningkatkan nilai insaniyah kita adalah
amlush shlihat (amal saleh). Jadi nilai seorang manusia itu diukur dari
69
iman dan amal salehnya. Dalam Al-Quran dinyatakan: Wa likullin
darajtum mim m amil. Untuk setiap orang, derajat yang sesuai dengan
amalnya (QS Al- Anam 132). Kalau Rasulullah diukur dari segi
hayawaniyah-nya, maka beliau tergolong orang yang tidak sukses. Siti
Aisyah berkata bahwa Rasulullah itu pernah berhari-hari tidak menemukan
sesuatu untuk dimakan.
Menurut Muthahhari, amal saleh itu memiliki dua ciri. Pertama, ciri
asli. Sesuatu disebut amal saleh karena memang pada zatnya sudah
merupakan amal saleh. Misalnya shalat, zakat, dan berbuat baik kepada
orang lain. Kedua, ciri amal saleh diukur berdasarkan hubungan dengan
pelakunya. Misalnya shalat bisa hukumnya wajib, sunat, malah bisa haram
tergantung pada pelakunya. Contohnya seseorang shalat karena ingin
dianggap hebat dan ingin dipuji. Nilai orang itu bisa jatuh dari amal saleh
menjadi amal yang jelek. Dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa apabila
seseorang meminjam dengan niat untuk tidak mengem-balikannya, maka
Allah menilainya sebagai pencuri. Bila seseorang ketika mengucapkan ijab
kabul dan dalam hatinya berniat untuk tidak membayar mas kawinnya,
maka Allah menilainya sebagai pezina. Jadi perilakunya sama, tetapi karena
berhubungan dengan pelakunya, maka nilainya bisa berubah.
Menurut surat Al-Ashr ini, kita punya kewajiban bukan hanya
mengembangkan sifat insaniyah kita, tetapi juga kewajiban untuk
mengembangkan masyarakat insaniyah atau masyarakat yang memiliki sifat
kemanusiaan. Al-Quran menyebutkan dua caranya, yaitu tawshaubil haq
70
dan taw shaubish shabr. Al-Quran tidak mengguna-kan kata tanshah
(saling memberi nasihat), tetapi Al-Quran menggunakan kata saling
memberi wasiat. Mengapa? Wasiat itu lebih dari sekedar nasihat. Nasihat
itu boleh dilaksanakan boleh tidak -mungkin juga boleh didengar atau tidak-
tapi kalau wasiat harus didengar dan dilaksanakan.
Pada kata taw shau kita bukan hanya subyek, tetapi sekaligus objek.
Kita bukan saja yang menerima wasiat, tetap juga yang diberi wasiat. Apa
yang harus diwasiat-kan? Al-Haq dan Ash-Shabr.
Sebagaimana iman tidak bisa dipisahkan dengan amal saleh, maka
Al-Haq tidak bisa dipisahkan dengan Ash-Shabr. Jadi orang tidak dikatakan
beriman kalau tidak beramal saleh dan tidak dikatakan membela kebenaran
kalau tidak tabah dalam membela kebenaran itu.
Kesimpulannya, dari surat yang pendek ini Allah mengajarkan
kepada kita bahwa kita berada pada tingkat yang rendah atau dalam
kerugian apabila kita tidak mengembangkan diri kita dengan iman dan amal
saleh. Masyarakat kita juga menjadi masyarakat yang rendah bila kita tidak
menegakkan Al-Haq dan Ash-Shabr di tengah-tengah masyarakat kita. (*)
Sesungguhnya manusia itu hanya terbagi dua. Manusia sukses dan
manusia gagal. Kesuksesan dan kegagalan seseorang erat sekali kaitannya
dengan kemampuan memenej waktu. Jika ia mampu menggunakan waktu
yang Allah berikan kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu,
amal shaleh, hidup dan dakwah di jalan Allah, maka ia akan menjadi orang
yang beruntung. Namun sebaliknya, jika ia gagal memanfaatkan waktu yang
71
ia lewati untuk memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, amal shaleh
dan aktivas dakwah, maka ia dipastikan akan menjadi orang yang merugi di
dunia dan terlebih lagi di akhirat.
Sebab itu, waktu itu sangat mahal harganya, dan bahkan lebih mahal
dari dunia dan seisinya. Salah dalam memenej waktu bisa berakibat
kerugian besar di dunia dan akhirat. Sebaliknya, berhasil memenej waktu
dengan baik, isnya Allah akan berhasil pula dalam kehidupan di dunia yang
singkat ini dan juga kehidupan akhirat yang abadi.
14. Hamka
Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), lahir tahun 1908,
Maninjau, Sumatera Barat, dan meninggal di Jakarta 24 Juli 1981 karena
sakit, adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama besar, dan aktivis politik
pada zamannya. Beliau Imam Besar Masjid Al Azhar Kebayoran Baru.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
1. Demi masa!
2. Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian.
3. Kecuali orang yang beriman dan beramal yang shalih dan berpesan-
pesanan dengan Kebenaran dan berpesan-pesanan dengan Kesabaran.
Demi masa (ayat 1). Atau demi waktu `Ashar, waktu petang hari
seketika bayang-bayang badan sudah mulai lebih panjang. Atau demi waktu
`Ashar, waktu petang hari seketika bayang-bayang badan sudah mulai lebih
panjang daripada badan kita sendiri, sehingga masuklah waktu sembahyang
`Ashar. Maka terdapatlah pada ayat yang pendek ini dua macam tafsir.
72
Masa seluruhnya ini, waktu-waktu yang kita lalui dalam hidup kita,
zaman demi zaman, masa demi masa, dalam bahasa Arab `Ashr juga
sebutannya. Sebagai semasa Indonesia dijajah Belanda dapat disebut
"`Ashru Isti'maril holandiy" (Masa penjajahan Belanda), "`Ashru Isti`maril
Yabaniy", masa penjajahan Jepang. "`Ashrust Tsaurati Indonesia Al-Kubra",
masa Revolusi Besar Indonesia, "`Ashrul Istiqlal", masa kemerdekaan dan
sebagainya.
Berputarlah dunia ini dan berbagailah masa yang dilaluinya; suka
dan duka, naik dan turun, masa muda dan masa tua. Ada masa hidup,
kemudian mati dan tinggallah kenang-kenangan ke masa lalu.
Diambil Tuhanlah masa menjadi sumpah, atau menjadi sesuatu yang
mesti diingat-ingati. Kita hidup di dunia ini adalah melalui masa. Setelah itu
kita pun akan pergi. Dan apabila kita telah pergi, artinya mati, habislah masa
yang kita pakai dan yang telah lalu tidaklah dapat diulang lagi, dan masa itu
akan terus dipakai oleh manusia yang tinggal, silih berganti, ada yang
datang dan ada yang pergi.
Diperingatkanlah masa itu kepada kita dengan sumpah, agar dia
jangan disia-siakan, jangan diabaikan. Sejarah kemanusiaan ditentukan oleh
edaran masa.
"Sesungguhnya manusia itu adalah di dalam kerugian." (ayat 2). Di
dalam masa yang dilalui itu nyatalah bahwa manusia hanya rugi selalu.
Dalam hidup melalui masa itu tidak ada keuntungan sama-sekali. Hanya
rugi jua yang didapati: Sehari mulai lahir ke dunia, di hari dan sehari itu usia
73
sudah kurang satu hari. Setiap hari dilalui, sampai hitungan bulan dan tahun,
dari rnuda ke tua, hanya kerugian jua yang dihadapi.
Di waktu kecil senanglah badan dalam pangkuan ibu, itu pun rugi
karena belum merasai arti hidup. Setelah mulai dewasa bolehlah berdiri
sendiri, beristeri atau bersuami. Namun kerugian pun telah ada. Sebab hidup
mulai bergantung kepada tenaga dan kegiatan sendiri, tidak lagi ditanggung
orang lain.
Sampai kepada kepuasan bersetubuh suami isteri yang berlaku
dalam beberapa menit ialah untuk menghasil anak yang akan dididik dan
diasuh, menjadi tanggungjawab sampai ke sekolahnya dan pengguruannya
untuk bertahun-tahun.
Di waktu badan masih muda dan gagah perkasa harapan masih
banyak. Tetapi bilamana usia mulai lanjut barulah kita insaf bahwa tidaklah
semua yang kita angankan di waktu muda telah tercapai.
Banyak pengalaman di masa muda telah menjadi kekayaan jiwa
setelah tua. Kita berkata dalam hati supaya begini kerjakan, jangan
ditempuh jalan itu, begini mengurusnya, begitu melakukannya. Pengalaman
itu mahal sekali. Tetapi kita tidak ada tenaga lagi buat mengerjakannya
sendiri. Setinggi-tingginya hanyalah menceriterakan pengalaman itu kepada
yang muda.
Sesudah itu kita bertambah nyanyuk, bertambah sepi; bahkan
kadang-kadang bertambah menjadi beban berat buat anak-cucu. Sesudah itu
kita pun mati! Itu kalau umur panjang. Kalau usia pendek kerugian itu akan
74
lebih besar lagi. Belum ada apa-apa kita pun sudah pergi. Kerugianlah
seluruh masa hidup itu.
"Kecuali orang yang beriman." (pangkal ayat 3). Yang tidak akan
merasakan kerugian dalam masa hanyalah orang-orang yang beriman.
Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya ini adalah atas
kehendak Yang Maha Kuasa. Manusia datang ke dunia ini sementara waktu;
namun masa yang sementara itu dapat diisi dengan baik karena ada
kepercayaan; ada tempat berlindung. Iman menyebabkan manusia insaf dari
mana datangnya. Iman menimbulkan keinsafan guna apa dia hidup di dunia
ini, yaitu untuk berbakti kepada Maha Pencipta dan kepada sesamanya
manusia. Iman menimbulkan keyakinan bahwasanya sesudah hidup yang
sekarang ini ada lagi hidup. Itulah hidup yang sebenarnya, hidup yang baqa.
Di sana kelak segala sesuatu yang kita lakukan selama masa hidup di dunia
ini akan diberi nilainya oleh Allah. "Dan beramal yang shalih," bekerja yang
baik dan berfaedah. Sebab hidup itu adalah suatu kenyataan dan mati pun
kenyataan pula, dan manusia yang di kekling kita pun suatu kenyataan pula.
Yang baik terpuji di sini, yang buruk adalah merugikan diri sendiri
dan merugikan orang lain. Sinar Iman yang telah tumbuh dalam jiwa itu dan
telah menjadi keyakinan, dengan sendinnya menimbulkan perbuatan yang
baik. Dalam kandungan perut ibu tubuh kita bergerak. Untuk lahir ke dunia
kita pun bergerak. Maka hidup itu sendiri pun adalah gerak. Gerak itu
adalah gerak maju! Berhenti sama dengan mati. Mengapa kita akan berdiam
diri? Mengapa kita akan menganggur? Tabiat tubuh kita sendiri pun adalah
75
bergerak dan bekerja. Kerja hanyalah satu dari dua, kerja balk atau kerja
jahat. Setelah kita meninggalkan dunia ini kita menghadapi dua kenyataan.
Kenyataan pertama adalah sepeninggal kita, yaitu kenang-kenangan orang
yang tinggal. Dan kenyataan yang kedua ialah bahwa kita kembali ke
hadhirat Tuhan.
Kalau kita beramal shalih di masa hidup, namun setelah kita mati
kenangan kita akan tetap hidup berlama masa. Kadang-kadang kenangan itu
hidup lebih lama daripada masa hidup jasmani kita sendiri. Dan sebagai
Mu'min kita percaya bahwa di sisi Allah amalan yang kita tinggalkan itulah
kekayaan yang akan kita hadapkan ke hadapan Hadhrat llahi. Sebab itu
tidaklah akan rugi masa hidup kita.
"Dan berpesan-pesanan dengan Kebenaran.'' Karena nyatalah sudah
bahwa hidup yang bahagia itu adalah hidup bermasyarakat. Hidup nafsi-
nafsi adalah hidup yang sangat rugi. Maka hubungkanlah tali kasih-sayang
dengan sesama manusia, beri-memberi ingat apa yang benar. Supaya yang
benar itu dapat dijunjung tinggi bersama. ingat-memperingatkan pula mana
yang salah, supaya yang salah itu sama-sama dijauhi.
Dengan demikian beruntunglah masa hidup. Tidak akan pernah
merasa rugi. Karena setiap peribadi merasakan bahwa dirinya tidaklah
terlepas dari ikatan bersama. Bertemulah pepatah yang terkenal: "Duduk
seorang bersempit-sempit, duduk ramai berlapang-lapang." Dan rugilah
orang yang menyendiri, yang menganggap kebenaran hanya untuk dirinya
seorang.
76
"Dan berpesan-pesanan dengan Kesabaran." (ujung ayat 3). Tidaklah
cukup kalau hanya pesan-memesan tentang nilai-nilai Kebenaran. Sebab
hidup di dunia itu bukanlah jalan datar saja. Kerapkali kaki ini terantuk duri,
teracung kerikil. Percobaan terlalu banyak. Kesusahan kadang-kadang sama
banyaknya dengan kemudahan. Banyaklah orang yang rugi karena dia tidak
tahan menempuh kesukaran dan halangan hidup. Dia rugi sebab dia mundur,
atau dia rugi sebab dia tidak berani maju. Dia berhenti di tengah perjalanan.
Padahal berhenti artinya pun mundur. Sedang umur berkurang juga.
Di dalam al-Quran banyak diterangkan bahwa kesabaran hanya
dapat dicapai oleh orang yang kuat jiwanya, (Surat Fushshilat; 41; 35).
Orang yang lemah akan rugilah. Maka daripada pengecualian yang empat
ini: (1) Iman, (2) Amal shalih, (3) Ingat-mengingat tentang Kebenaran, (4)
Ingat-mengingat tentang Kesabaran, kerugian yang mengancam masa hidup
itu pastilah dapat dielakkan.
Kalau tidak ada syatat yang empat ini rugilah seluruh masa hidup.
Ibnul Qayyim di dalam kitabnya "Miftahu Daris-Sa'adah" menerangkan;
"Kalau keempat martabat telah tercapai oleh manusia, hasillah tujuannya
menuju kesempumaan hidup.
Pertama: Mengetahui Kebenaran. Kedua: Mengamalkan Kebenaran
itu. Ketiga: Mengajarkannya kepada orang yang belum pandai
memakaikannya. Keempat: Sabar di dalam menyesuaikan diri dengan
Kebenaran dan mengamalkan dan mengajarkannya. Jelaslah susunan yang
empat itu di dalam Surat ini.
77
Dalam Surat ini Tuhan menerangkan martabat yang empat itu. Dan
Tuhan bersumpah, demi masa, bahwasanya tiap-tiap orang rugilah hidupnya
kecuali orang yang beriman. Yaitu orang yang mengetahui kebenaran lalu
mengakuinya. Itulah martabat pertama. Beramal yang shalih, yaitu setelah
kebenaran itu diketahui lalu diamalkan; itulah martabat yang
kedua.Berpesan-pesanan dengan Kebenaran itu, tunjuk menunjuki jalan ke
sana. Itulah martabat ketiga.
Berpesan-pesanan, nasihat-menasihati, supaya sabar menegakkan
kebenaran dan teguh hati jangan bergoncang. Itulah martabat keempat.
Dengan demikian tercapailah kesempumaan.
Sebab kesempumaan itu ialah sempurna pada diri sendiri dan
menyempumakan pula bagi orang lain. Kesempurnaan itu dicapai dengan
kekuatan ilmu dan kekuatan amal. Buat memenuhi kekuatan ilmiah ialah
iman. Buat peneguh kekuatan amaliah ialah berbuat amal yang shalih. Dan
menyempumakan orang lain ialah dengan mengajarkannya kepada mereka
dan mengajaknya bersabar dalam berilmu dan beramal.
Lantaran itu meskipun Surat ini pendek sekali namun isinya
mengumpulkan kebajikan dengan segala cabang rantingnya. Segala pujilah
bagi Allah yang telah menjadikan kitabnya mencukupi dari segala macam
kitab, pengobat dari segala macam penyakit dan penunjuk bagi segala jalan
kebenaran.".
78
15. Quraish Shihab
38
Quraish Shihab dalam tulisannya yaitu Tafsir Al-Mishbah
menjelaskan bahwa dalam surat Al-Ashr ini Allah memperingatkan tentang
pentingnya waktu dan bagaimana seharusnya diisi. Karena dalam surat ini
Allah menyatakan dengan tegas bahwa sesungguhnya semua manusia yang
mukallaf di dalam wadah kerugian dan kebinasaan yang besar dan beragam.
Menurutnya para Ulama sepakat mengartikan kata ashr pada ayat
pertama surat ini dengan waktu, hanya saja mereka berbeda pendapat
tentang waktu dimaksud. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah waktu atau
masa dimana langkah dan gerak tertampung di dalamnya. Ada juga yang
menentukan waktu tertentu, yakni waktu dimana shalat ashar dilaksanakan.
Pendapat ketiga ialah waktu atau masa kehadiran Nabi Muhammad saw
dalam pentas kehidupan ini.
Pendapat yang paling tepat menurutnya adalah waktu secara umum.
Allah bersumpah dengan waktu menurut syekh Muhammad Abduh karena
telah menjadi kebiasaan orang-orang Arab pada masa turunnya al-Quran
untuk berkumpul dan berbincang-bincang menyangkut berbagai hal dan
tidak jarang dalam perbincangan mereka itu terlontar kata-kata yang
mempersalahkan waktu atau masa, waktu sial demikian sering kali ucapan
yang terdengar bila mereka gagal, atau waktu baik jika mereka berhasil.
Allah swt melalui surat ini bersumpah demi waktu untuk membantah
anggapan mereka. Tidak ada sesua yang dinamai waktu sial atau waktu
38
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Kerahasiaan Al-Quran, Juz
Amma, Cet. VIII, Lentera Hati, Jakarta, 2007, h. 496
79
mujur, semua waktu sama. Yang berpengaruh adalah kebaikan dan
keburukan usaha seseorang dan inilah yang berperan dalam baik atau
buruknya kesudahan satu pekerjaan. Waktu selalu bersifat netral. Waktu
adalah milik Tuhan, di dalamnya Tuhan melaksanakan segala
perbuatanNya, seperti mencipta, memberi rizqi, memuliakan dan
menghinakan. Dengan demikian waktu tidak dikutuk, tidak boleh juga
dinamai sial atau mujur. Janganlah mencerca waktu, karena Allah adalah
Pemilik waktu.
Dapat pula dikatakan bahwa pada surat ini Allah bersumpah demi
waktu dan dengan menggunakan kata ashar, bukan selainnya untuk
menyatakan bahwa Demi waktu (masa) dimana manusia mencapai hasil
setelah ia memeras tenaganya, sesungguhnya ia merugi apapun yang
dicapainya itu, kecuali ia beriman dan beramal shaleh. Kerugian tersebut
mungkin tidak akan dirasakan pada waktu dini, tetapi akan disadarinya pada
waktu ashar kehidupannya menjelang matahari hayatnya terbenam. Itulah
agaknya rahasia mengapa Tuhan memilih kata ashar untuk menunjuk
kepada waktu secara umum.
Kalau uraian ini dikaitkan dengan pendapat Abduh di atas, dapat
dikatakan bahwa perbincangan yang membawa mereka kepada anggapan
bahwa ada waktu yang sial, justru terjadi disaat Ashar atau menjelang
matahari terbenam, setelah mereka mengetahui hasil usaha mereka.
80
Waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan
kegiatan yang positif, maka ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan
ketika itu jangan keuntungan diperoleh, modal pun telah hilang.
Secara keseluruhan, surat ini berpesan agar seseorang tidak hanya
mengandalkan imannyha saja tetapi juga amal shalehnya bahkan amal
shaleh pun bersama iman belum cukup. Amal shaleh bukan asal beramal.
Amalpun beraneka ragam, kali ini suatu amal dianjurkan, di kali lain
mungkin bentuk amal yang sama diwajibkan bahkan mungkin juga
sebaliknya justru terlarang. Apabila suatu ketika anda hendak shalat, atau
bahkan sedanh shalat, tiba-tiba anda melihat suatu bahaya yang mungkin
akan menimpa seseorang, maka ketika shalat harus anda tangguhkan demi
memelihara jiwa atau keselmatan orang tersebut.
Iman dan amal shaleh tanpa ilmu belum cukup. Sungguh indah dan
tepat gambaran yang diberikan tentang keterkaitan antara iman dan ilmu.
Ilmu memberi kekuatan yang menerangi jalan kita, dan iman menumbuhkan
harapan dan dorongan bagi jiwa kita. Ilmu menciptakan alat-alat produksi
dan akselerasi, sedangkan iman menetapkan haluan yang dituju serta
memelihara kehendak yang suci. Ilmu adalah revolusi eksternal, sedangkan
iman revolusi internal. Ilmu dan iman keduanya merupakan kekuatan,
kekuatan ilmu terpisah sedang kekuatan iman menyatu, keduanya adalah
keindahan dan hiasan, ilmu adalah keindahan akal, sedang iman keindahan
jiwa. Ilmu hiasan pikiran dan iman hiasan perasaan. Keduanya menghasil
kan ketenangan, ketenangan lahir oleh ilmu dan batin oleh iman. Ilmu
81
memelihara manusia dari penyakit-penyakit jasmani dan malapetaka
duniawi, sedang iman memelihara dari penyakit-penyakit rohani dan
kompleks-kompleks kejiwaan serta malapeta ukhrawi. Ilmu menyesuaikan
manusia dengan diri dan lingkungannya, sedang iman menyesuaikannya
dengan jati dirinya.
Menurut surat ini, iman, amal shaleh dan ilmu pun masih belum
memadai. Memang ada orang yang merasa cukup serta puas dengan
ketiganya, tetapi ia tidak sadar bahwa kepuasan iti dapat menjerumuskan
nya, ada pula yang merasa jenuh. Oleh sebab itu perlu selalu menerima
nasihat agar tabah, sabar sambil terus bertahan bahkan meningkatkan iman,
amal dan pengetahuannya.
Demikian surat Al-Ashr memberi petunjuk bagi manusia. Sungguh
tepat pendapat imam Syafii bahwa kalaulah manusia memikirkan
kandungan surat ini, maka sesungguhnya cukuplah ia menjadi petunjuk bagi
kehidupannya.
Dari penafsiran para ulama di atas sepakat bahwa inti dari
kandungan surat Al-Ashr adalah tentang waktu yang dianugerahkan Allah
kepada hambaNya sebagai sumber dan modal utama dalam kehidupan.
Dengan waktu, manusia dapat beriman dan beramal shaleh. Dengan waktu
manusia dapat memperoleh kerugian atau keberuntungan. Waktu harus
dimanaj secara efisien dan produktif. Waktu dapat menentukan kegagalan
atau keberhasilan manusia dalam menjalani kehidupannya.
82
82
BAB III
TAFSIR SURAT AL-ASHR DAN KONSEP MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
A. Tafsir Surat Al-Ashr ayat 1-3
Allah berfirman:
. . .
Terjemah: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih,
nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, dan nasihat-
menasihati supaya menetapi kesabaran. QS 103 [al-'Ashr]: 1-3.
Dalam surat pendek yang terdiri atas tiga ayat tersebut, tercermin
manhaj yang lengkap bagi kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki
Islam. Tampaklah rambu-rambu tashawwur imani dengan hakikatnya yang
besar dan lengkap dalam bentuk yang sejelas-jelasnya dan secermat-cermatnya.
Surah ini melletakkan dustur Islami secara menyeluruh dalam kalimat-
kalimat pendek. Juga mengidentifikasi umat Islam dengan hakikat dan
aktivitasnya dalam sebuah ayat, yaitu ayat ketiga dari surah ini. Hal ini adalah
sebuah paparan singkat yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh selain Allah.
Hakikat besar yang ditetapkan dalam surah ini secara total adalah
bahwa dalam semua rentangan zaman dan perkembangan manusia sepanjang
masa, hanya ada satu manhaj yang menguntungkan dan satu jalan yang
menyelamatkan, yaitu manhaj yang telah dilukiskan batas-batasnya dan
diterangkan rambu-rambu jalannya oleh surat ini. Adapun yang berada di luar
82
83
dan bertentangan dengannya adalah kesia-siaan dan kerugian. Manhaj itu
adalah iman, amal shaleh, saling menasehati untuk menaati kebenaran dan
saling menasehati untuk menetapi kesabaran.
Dalam ayat pertama, Allah bersumpah dengan masa yang terjadi di
dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas
kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan ilmu-Nya yang
sangat luas. Perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri,
seperti pergantian siang dengan malam yang terus menerus, habisnya umur
manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah.
Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah,
miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain
menunjukkan secara gambling bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan
pengaturnya. semua itu menunjukkan kepada orang-orang yang berakal waras,
bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan dan mengaturnya. Seharusnya
Allah SWT. Lah yang disembah dan diminta, sehingga dapat menghilangkan
segala bentuk kesusahan dan menarik kebaikan. Tetapi, kaum kafir mengaitkan
bencana dan berbagai peristiwa kepada masa. Mereka mengatakan bencana ini
mersumber dari masa, atau masa itu adalah masa paceklik.
Kemudian, Allah mengajarkan kepada mereka bahwa masa itu adalah
salah satu di antara makhluk Allah. Masa itu merupakan wadah yang di
dalamnya terjadi berbagai peristiwa baik atau buruk. Jika seseorang tertimpa
musibah, maka semua itu karena perbuatannya sendiri, dan masa (zaman) tidak
ikut bertanggung jawab.
84
Waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan
kegiatan yang positif, ia akan berlalu begitu saja. Ia akan hilang dan ketika itu
jangankan keuntungan diperoleh, modalpun telah hilang. Ali ra. pernah
berkata: rizki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat diharapkan lebih dari
itu diperoleh esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat
diharapkan kembali esok.
Dalam ayat kedua, Allah mengungkapkan bahwa manusia sebagai
makhluk Allah sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian bila tidak
menggunakan waktu dengan baik atau dipakai untuk melakukan keburukan.
Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan yang menjerumuskan
nya kedalam kebinasaan. Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang member
nikmat tidak terkira kepadanya adalah suatu pelanggaran yang tidak ada
bandingannya sehingga merugikan dirinya. Jadi, sebagai sumbernya bukanlah
masa atau tempat.
Ia sendirilah yang menjerumuskan dirinya ke dalam kehancuran. Dosa
seseorang terhadap Yang Maha Menciptakan dan yang Maha menganugrahi
kenikmatan dan dapat dirasakan olehnya, adalah perbuatan yang paling
berdosa. Kerugian seakan-akan menjadi satu tempat atau wadah, dan manusia
berada (diliputi) oleh wadah tersebut. Keterangan tersebut mengandung arti
bahwa manusia berada dalam kerugian total, tidak ada satu sisi dari diri dan
usahanya yang luput dari kerugian; dan kerugian itu, amat besar lagi beragam.
Waktu harus dimanfaatkan, apabila tidak diisi maka akan merugi,
bahkan kalaupun diisi tetapi dengan hal-hal yang negative, maka manusiapun
85
diliputi oleh kerugian. Di sinilah terlihat kaitan antara ayat pertama dan kedua,
dan dari sini pula ditemukan sekian banyak hadis Nabi saw. yang memperingat
kan manusia agar mempergunakan waktu dan mengaturnya sebaik mungkin.
Dua nikmat yang sering dilupakan (disia-siakan) banyak manusia, yaitu
kesehatan dan waktu.
Semua manusia diliputi oleh kerugian yang besar dan beraneka ragam.
Yang tidak merugi adalah yang dikecualikan oleh ayat ketiga. Dalam ayat ke
tiga, Allah menjelaskan bahwa jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka
ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang
diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha
menimbulkan manfaat kepada orang lain. Disamping beriman dan beramal
saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan
tetap berlaku sabar, menjahui perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung
kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.
Dengan itikad yang benar, bahwa alam semesta ini hanya memiliki
satu Tuhan Yang Maha Menciptakan dan yang memberikan ridla kepada orang
yang taat, dan murka kepada orang-orang yang berbuat maksiat. Dan yakinlah
bahwa di antara keutamaan dan keburukan itu sangat berbeda. Dengan
demikian, perbedaan ini dapat dijadikan sebagai pendorong untuk beramal baik
atau kebajikan. Jadi, setiap orang itu haruslah bias bermanfaat untuk dirinya
dan orang lain, kebaikan seseorang hendaknya dapat dirasakan oleh orang lain.
Setiap amal saleh harus memiliki dua sisi. Sisi pertama adalah wujud
amal, yang biasanya terlihat di alam nyata. Di sini, orang lain dapat
86
memberikan penilaian sesuai dengan kenyataan yang dilihatnya. Penilaian baik
diberikan manakala kenyataan yang dilihatnya itu menghasilkan manfaat dan
menolak mudharat. Sisi kedua adalah motif pekerjaan itu. Mengenai sisi ini,
hanya Allah SWT. yang dapat menilainya. Rasulullah saw. Bersabda: setiap
pekerjaan sesuai dengan niatnya (HR Bukhari dan Muslim melalui Umar Ibn
Al-Khattab). Dengan demikian, lebih jauh kita dapat berkata bahwa, di sisi
Allah, nilai suatu pekerjaan bukan semata-mata dari bentuk lahiriah yang
tampak di alam nyata, tetapi yang lebih penting adalah niat pelakunya. Karena
itu, dapat dimengerti kenapa kalimat amal shalih banyak sekali digandengkan
dengan iman inilah yang menentukan arah dan niat seseorang ketika
melakukan suatu amal.
Amal saleh merupakan buah alami bagi iman, dan gerakan yang
didorong oleh adanya hakikat iman yang mantap di dalam hati. Jadi, iman
merupakan hakikat yang aktif dan dinamis. Apabila sudah mantap di dalam
hati, maka ia akan berusaha merealisasikan diri di luar dalam bentuk amal
saleh. Inilah iman Islami, yang tidak mungkin stagnan (mandek) tanpa
bergerak, dan tidak mungkin hanya bersembunyi tanpa menampakkan diri
dalam bentuk yang hidup di luar diri orang yang beriman. Apabila ia tidak
bergerak dengan gerakan yang otomatis ini, maka iman itu palsu atau telah
mati. Keadaannya seperti bunga yang tidak dapat menahan bau harumnya. Ia
menjadi sumber otomatis. Kalau tidak, berarti ia tidak ada wujudnya. Dari
sinilah tampak nilai iman bahwa ia adalah harakah (gerakan), amal,
pembangunan, dan pemakmuran yang menuju Allah. Iman bukan sekadar
87
lintasan, dan bukan sesuatu yang pasif yang tersimpan di dalam hati. Ia juga
bukan sekadar niat-niat baik yang tidak terwujud dalam gerakan nyata. Ini
adalah karakter islam yang menonjol yang menjadi kekuatan pembangunan
yang sangat besar di dalam kehidupan. Di samping itu, tidak seorang
manusiapun yang dapat memastikan diterima atau ditolaknya suatu amal
karena ia hanya dapat melihat satu sisi dari amal itu, yaitu sisi yang nyata saja.
Mereka saling berwasiat antar sesama agar berpegang pada kebenaran
yang tidak dapat diragukan lagi, dan kebaikan-kebaikan itu tidak akan lenyap
bekas-bekasnya, baik di dunia maupun di akhirat. Hal yang baik ini
tersimpulkan di dalam iman kepada Allah, mengikuti ajaran-ajaran Kitab-Nya
dan mengikuti petunjuk-petunjuk Rasulullah dalam seluruh tindakan, baik
mengenai perjanjian atau perbuatan dan lain sebagainya.
Selain berwasiat menyangkut haq (kebenaran) yang diperintahkan ini
mengandung makna bahwa seseorang berkewajiban untuk mendengarkan
kebenaran dari oring lain serta mengajarkannya kepada orang lain. Seseorang
belum lagi terbebaskan dari kerugian bila sekadar beriman, beramal saleh dan
mengetahui kebenaran itu untuk dirinya, tetapi ia berkewajiban pula untuk
mengajarkannya kepada orang lain.
Dari celah-celah lafal tawashi saling menasihati dengan makna, tabiat,
dan hakikatnya, tampaklah potret umat yang kompak dan saling bertanggung
jawab. Umat pilihan, umat yang baik, umat yang penuh pengertian, dan umat
yang bermutu di muka bumi dengan berpegang pada dan menegakkan
kebenaran, keadilan dan kebaikan. Ini merupakan gambaran paling tinggi dan
88
paling indah bagi umat pilihan. Demikianlah yang dikehendaki islam terhadap
umatnya. Ia menghendaki umat Islam sebagaiumat terbaik, kuat, penuh
pengertian, tanggap, sensitive terhadap kebenaran dan kebaikan, dan saling
menasehati untuk manaati kebenaran dan menetapi kesabaran, semuanya
dilakukan dengan penuh kasih saying, penuh solidaritas, tolong-menolong, dan
penuh rasa persaudaraan, yang selalu disiram dengan kata tawashi dalam Al-
Quran.
Mereka juga saling mewasiatkan antar sesama kepada kesabaran, dan
menekan diri untuk tidak berbuat maksiat, yang biasanya disenangi oeh
manusia yang nalurinya senang terhadap hal-hal seperti ini. Di samping itu,
sabar dalam taat kepada Allah, yang biasanyasangat berat dilaksanakan oleh
umat manusia; juga bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan Allah untuk
menguji hamba-hamba-Nya. Semuanya itu diterima dengan rela hati, lahir dan
batin.
Saling berwasiat untuk bersabar ini akan dapat meningkatkan kekuatan.
Karena, dapat membangkitkan kesadaran akan kesamaan tujuan, kesatuan arah,
dan saling mendukungnya antara yang satu dan yang lain; dan membekali
mereka dengan kecintaan, keteguhan, dan kebersambungan. Juga dengan lain-
lain makna jamaah yang hakikat islam tidak dapat hidup kecuali di bawah
udaranya, dan tidak akan muncul kecuali dari celah-celahnya. Kalau tidak
demikian, maka yang ada hanya kerugian dan kesia-siaan.
Kedua wasiat di atas mengandung makna bahwa kita dituntut,
disamping mengembangkan kebenaran dalam diri kita masing-masing, kita
89
juga dituntut mengembangkannya pada diri orang lain. Manusia disamping
sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial.
Surat ini secara keseluruhan berpesan agar seseorang tidak hanya
mengandalkan imannya saja tetapi juga amal salehnya bahkan amal saleh pun
bersama iman belum cukup. Amal saleh bukan asal beramal. Amalpun
beraneka ragam, kali ini suatu amal dianjurkan, di kali lain mungkin bentuk
amal yang sama diwajibkan bahkan mungkin juga sebaliknya justru terlarang.
Ilmu adalah revolusi eksternal, sedang iman adalah revolusi internal. Ilmu dan
iman keduanya merupakan kekuatan, kekuatan ilmu terpisah sedang kekuatan
iman menyatu, keduanya adalah keindahan dan hiasan, ilmu adalah keindahan
akal, sedang iman keindahan jiwa. Ilmu hiasan pikiran dan iman hiasan
perasaan. Keduanya menghasilkan ketenangan, ketenangan lahir oleh ilmu dan
ketenangan batin oleh iman. Ilmu memelihara manusia dari penyakit-penyakit
jasmani dan malapetaka duniawi, sedang iman memeliharanya dari penyakit-
penyakit ruhani dan komplek-komplek kejiwaan serta mala petaka ukhrawi.
Ilmu menyesuaikan manusia dengan diri dan lingkungannya, sedang iman
menyesuaikan dengan jati dirinya.
Dengan demikian, Allah bersumpah dengan masa dengan pengertian
bahwa manusia secara keseluruhan dalam kerugian kecuali mereka yang
beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasihat-menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya tetap berlaku sabar. Oleh sebab itu,
manusia perlu selalu menerima nasihat agar tabah, sabar, sambil terus bertahan
bahkan meningkatkan iman, amal, dan pengetahuannya. Agar hidup di dunia
90
dengan perasaan bahagia, memperoleh semua yang menjadi cita-citanya, dan
kelak di akhirat akan mendapatkan kenikmatan yang menggembirakan untuk
selamanya.
Sesungguhnya manusia itu hanya terbagi dua. Manusia sukses dan
manusia gagal. Kesuksesan dan kegagalan seseorang erat sekali kaitannya
dengan kemampuan memenej waktu. Jika ia mampu menggunakan waktu yang
Allah berikan kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu, amal
shaleh, dan hidup di jalan Allah, maka ia akan menjadi orang yang beruntung.
Namun sebaliknya, jika ia gagal memanfaatkan waktu yang ia lewati untuk
memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, dan amal shaleh, maka ia
dipastikan akan menjadi orang yang merugi di dunia dan terlebih lagi di
akhirat.
Sebab itu, waktu itu sangat mahal harganya, dan bahkan lebih mahal
dari dunia dan seisinya. Salah dalam memenej waktu bisa berakibat kerugian
besar di dunia dan akhirat. Sebaliknya, berhasil memenej waktu dengan baik,
isnya Allah akan berhasil pula dalam kehidupan di dunia yang singkat ini dan
juga kehidupan akhirat yang abadi.
Waktu bagi orang beriman adalah anugerah Allah yang tak ternilai
harganya. Namun, waktu juga bisa jadi sebab malapetaka jika disia-siakan
begitu saja dan tidak dapat dimanfaatkan untuk membina keimanan, mencari
ilmu, meningkatkan amal shaleh, menjalankan kehidupan secara Islami dan
berbagai aktivitas dakwah lainnya. Oleh sebab itu, Allah sering bersumpah atas
nama waktu, seperti: Demi Masa, Demi Waktu Dhuha, Demi Malam dan Demi
91
Siang. Semua ini mengisyaratkan betapa mahalnya nilai waktu itu. Tanpa
waktu, mustahil kita dapat hidup di dunia ini.
Allah ciptakan waktu itu dengan ukuran dan standar perhitungan yang
amat mudah, yakni berdasarkan siang dan malam. Dengan adanya siang dan
malam itulah manusia bisa menjalankan berbagai aktivitas kehidupan dan
sekaligus beristirahat. Dengan adanya siang dan malam itulah kita bisa
memenej kehidupan ini dengan mudah. Tanpa pergantian siang dan malam,
kita akan sangat sulit menata dan memenej berbagai aktivitas kehidupan kita di
dunia termasuk kapan kita harus tidur, istirahat, mencari rezki, menuntut ilmu,
silaturahmi dan sebagainya. Allah berfirman: :
Terjemah: Katakan (wahai Muhammad)! Bagaimana pendapat kalian jika
Allah menjadikan bagi kalian malam terus menerus sampai hari
kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang dapat mendatangkan
cahaya pada kalian? Mengapa kalian tidak mendengar (ayat-ayat
Allah)?(71) Katakan (wahai Muhammad)! Jika Allah jadikan bagi
kalian siang terus menerus sampai hari kiamat? Siapakah tuhan
yang dapat mendatangkan malam bagi kalian untuk beristirahat
padanya? Mengapa kalian tidak memperhatikan (ayat-ayat Allah).
dan di antara rahmat-Nya bahwa Dia menjadikan bagi kalian
malam dan siang agar kalian dapat beristirahat (pada malam hari)
dan mencari karunia (rezki)-Nya (pada siang hari) dan agar kalian
bersyukur. QS. 28 [Al-Qashash]: 71 73
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa Agar seseorang berhasil
memenej waktu dengan baik dan maksimal, sesuai dengan misi (ibadah kepada
92
Allah) dan visi hidup kita (menjadi khalifah Allah di muka bumi) yang telah
dietapkan Allah, ada enam (6) kunci sukses yang perlu dilakukan :
1. Menyadari betul betapa mahalnya nilai waktu itu. Waktu adalah anugerah
Allah yang termahal setelah iman dan kehidupan. Waktu adalah modal
utama kita dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan ini. Tanpa
waktu, kita akan tidak bisa berbuat apa-apa. Namun demikian, waktu juga
ibarat pisau bermata dua. Kalau kita salah menggunakannya, ia bisa melukai
diri kita sendiri.
2. Waktu di dunia ini sangatlah terbatas dan sangatlah pendek jika dibanding
dengan keseluruhan perjalanan manusia menuju Allah, jangan sampai
tergoda oleh syahwat duniawi berupa harta, tahta dan wanita yang akan
memalingkan kita dari kehidupan akhirat dan membangun visi hidup
akhirat. Setiap manusia harus berorientasi akhirat. Kehidupan yang abadi
dan yang sesungguhnya yang didambakan itu adalah di akhirat kelak.
Kehidupan dunia ini hanya jembatan menuju kehdupan akhirat. Dunia ini
hanya tempat menumpuk bekal akhirat.
3. Hidup di dunia ini hanya ladang amal shaleh sebagai investasi yang akan
dipetik keuntungannya besar-besaran di akhirat kelak. Faktanya, tak ada
seorang manusiapun yang mampu tinggal dan hidup di atas bumi ini beribu-
ribu tahun, apalagi selamanya.
4. Menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia yang sementara ini ada batas
dan hambatan yang harus dilewati.
93
5. Membuat planning hidup dan manajemen waktu harian berdasarkan shalat
fardhu lima kali sehari. Bagaimanapun lurus dan kuatnya keimanan kita,
sedalam apapun ilmu keislaman kita, sebesar apapun semangat amal shaleh
kita, hidup secara islami dan aktivitas dakwah kita, tidak akan mengalami
peningkatan dan perbaikan jika hidup ini kita lewati dan dibiarkan begitu
saja tanpa ada palnning hidup yang kita susun. Sebaliknya, kita melihat
betapa banyak anak muda, orang sehat, orang kaya dan orang berilmu jatuh
ke dalam kubangan kehidupan sia-sia, atau mengalami kehidupan yang
stagnan, tidak berkembang, dan bahkan mundur ke belakang akibat
ketiadaan memiliki planning hidup. Sedangkan planning hidup yang terbaik
adalah yang didasari oleh manajemen waktu harian berdasarkan shalat
fardhu lima kali sehari.
Kelima hal tersebut di atas adalah batas dan hambatan yang akan
menyebabkan seseorang gagal dalam memenej waktu dan kehidupan di dunia,
akan mengakibatkan kegagalan sepanjang masa. Namun, batas dan hambatan
yang paling terbesar dalam kehidupan di dunia ialah kematian. Karena bila
kematian tiba, tak ada lagi kesempatan sedikitpun untuk beramal atau
memperbaiki diri, atau bertaubat sekalipun. Sebab itu Rasul Saw.
mengingatkan umatnya untuk selalu mengingat kematian. Karena kalau sudah
dijemput kematian, penyesalan tidak berguna lagi.
Akhirnya, sabar dalam menjalankan planning hidup dan manajemen
waktu yang dibuat. Menyusun planning hidup dan manajemen waktu
berdasarkan shalat fardhu amatlah mudah. Namun menerapkannya dalam
94
kehidupan sehari-hari cukup sulit. Lebih sulit lagi menjaganya terus menerus
sehingga menjadi habit (kebiasaan hidup) sehari-hari. Untuk itu, diperlukan
semangat baja, tekad yang kuat yang tak kenal menyerah dan putus asa. Untuk
meraih itu semua, sabar adalah kata kuncinya. Ternyata sabar dalam ketaatan
jauh lebih berat dari kesabaran untuk tidak melakukan maksiat. Sebab itu,
sabar dan shalat itu sangat mahal harganya, erat kaitannya dan tidak bisa
dipisahkan. Sabar dan shalat adalah syarat mendapatkan pertolongan Allah.
Sekarang ini adalah zaman ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut
Tofler, manusia modern telah melalui dua gelombang besar peradabannya,
yaitu era pertanian dan era industri. Sekarang, menurut Tofler, manusia sedang
memasuki gelombang ketiga yang penuh dengan kejutan-kejutan besar. Inilah
era informasi itu.
1
Ulasan Tofler itu dijadikan rujukan oleh John Naisbitt dalam
memberikan karakteristik dari setiap gelombang. Menurut Naisbitt, pada era
pertanian, manusia berhubungan dengan alam. Pada era industri, manusia
berhubungan dengan pabrik. Dan pada era informasi, manusia berhubungan
dengan manusia. Melihat kenyataan di atas, maka sebenarnya manusia adalah
mahluk yang super kompleks. Oleh karena itu, dalam era informasi ini,
hubungan antar manusia dapat dilakukan dengan banyak dimensi yang juga
serba kompleks.
1
Alvin Toffler (1989), seorang futurology membagi peradaban yang pernah dan sedang
dijalani umat manusia kedalam tiga gelombang. Pertama, gelombang agraris (8000SM-1700 M.)
Kedua, gelombang industri (1700 M-1970-an), dan ketiga gelombang kemajuan teknologi
komunikasi dan informasi. Lihat Prihananto, Teknologi Komunikasi untuk Pengembangan
Pesantren: Konsepsi dan Alternatif Penerapannya dalam Manajemen Pesantren, (Yogyakarta:PT.
LKiS Pelangi Aksara, 2005) Cet. Ke-1, h. 154
95
Hubungan yang serba kompleks ini ditunjang oleh teknologi
transportasi dan telekomunikasi yang serba canggih, maka hubungan antar
manusia dalam berbagai tempat dan keadaan, dapat berlangsung dengan sangat
cepat. Filosofi materialistis yang telah mendominasi dunia, membuat ukuran
dan target hidup manusia menjadi terbingkai dalam deretan angka-angka. Ini
berlaku pada skala kehidupan individu maupun sosial. Ini semua memberikan
stimulasi baru untuk memperkokoh posisi waktu dan kemudian memunculnya
dalam makna yang mendalam yaitu berupa kecepatan. Kecepatan, saat ini telah
menjadi standar sosial.
Dimana-mana kecepatan telah menjadi buah bibir dalam berbagai
lapangan kehidupan. Kecepatan seolah telah menjadi kekuatan baru.Maka,
dalam makna kecepatan itu pula manusia berhubungan dalam berbagai dimensi
kehidupan. Sehingga untuk berpacu dalam kecepatan, manusia harus
berkompetisi. Maka kompetisi kemudian menjadi fenomena sosial. Manusia
saling berkompetisi dalam semua bidang kehidupan. Dalam kondisi seperti ini,
keunggulan menjadi ambisi setiap orang. Pada makna kompetisi dan
keunggulan ini, ilmu dan teknologi mendapatkan posisi yang menguntungkan
dan karenanya menjadi simbol keunggulan.
Didasari fenomena tadi, sumber daya alam seolah telah digantikan oleh
sumber daya manusia. Keunggulan sosial ditentukan oleh keunggulan
indivbidual. Globalisasi semacam ini telah mempengaruhi doktrin-doktrin
pendidikan dengan sangat kuat. Ia mempengaruhi proses pembuatan kebijakan
pendidikan. Ia mempengaruhi cara orang tua mendidik anaknya. Kompetisi,
96
kecepatan dan keunggulan adalah doktirn era globalisasi yang sadar, telah
berubah menjadi harapan-harapan sosial setiap orang tua pada anak-anaknya.
Setiap pasangan muda, memasuki jenjang perkawinan dengan membawa
harapan sosial itu. Anak-anak masa depan akan menghadapi kompetisi yang
semakin ketat. Karena itu mereka harus berkompetisi, memiliki kecepatan
berpikir dan bergerak, agar bisa unggul diantara rekan-rekannya.
Harapan-harapan sosial itu selanjutnya membentuk pola pendidikan
anak. Dan sekarang, setiap waktu terdengar berdirinya sebuah sekolah
unggulan dalam berbagai tingkatan pendidikan. Karena semua orang tua ingin
punya anak-anak unggul, banyak orang tua yang memberi les tambahan untuk
anaknya, memanggil guru privat atau memasukannya ke tempat kursus
tertentu. Anak unggul. Itu ambisi setiap orang tua modern. Dan kita, keluarga
muslim, juga mengalaminya karena ita hidup di zaman yang sama.
Tidak ada yang salah pada makna-makna itu; kompetisi, kecepatan dan
keunggulan. Ini adalah nilai yang senantiasa menyertai kehidupan manusia.
Walaupun kkonteks kehidupan modern telah memberikan pengertian yang lain
terhadap makna-makna tersebut. Dalam surat Al-Ashr Allah menjelaskan ciri
orang yang selamat dari kerugian dan meletakkannya dalam konteks waktu.
Dalam konteks waktu pula, berkali-kali Al-Quran menegaskan makna
kompetisi. Fastabiqul khairat, was saabiquunal awwaluuna. Kompetisi itu
perlu ditegaskan karena Allah membuat kewajiban ibadah yang sangat benyak
melebihi waktu yang dimiliki per individu.
97
Tetapi Al-Quran sendiri tidak menggunakan keunggulan sebagai kata
final. Istilah yang digunakan Al-Quran dalam hal ini adalah Al-Insan Ash-
Shalih (manusia shalih). Kata shalih mengacu kepada kebaikan yang hakiki
dan murni. Kebaikan semacam ini akan berlaku pada semua tempat dan waktu.
Unsur primer yang menentukan kebaikan adalah niat dan cara melaksanakan.
Tetapi ada unsur sekundear yang juga menentukannya, yaitu batasan
kemampuannya. Dengan demikian keshahihan itu, berarti bahwa ia
memanfaatkan semua kemampuan yang telah diberikan Allah padanya,
ditujukan untuk-Nya dan dengan cara yang diridhoi oleh-Nya.
Dengan demikian, nilai keunggulan seseorang tidak dapat digambarkan
dengan angka, tapi terkait dengan kemampuan. Allah telah menciptakan
manusia disertai dengan kemampuan. Kemampuan yang dibawanya itu, harus
dijadikan landasan pengembangan dirinya. Sejak anak-anakdilahirkan, mereka
harus tumbuh pada alur kemampuannya. Hanya dengan cara inilah mereka
akan menjadi optimal. Dan ternyata keunggulan seseorang terkait dengan
konteks kemampuannya.
Ada banyak orang tua yang menjadikan harapan sosialnya sebagai
kriteria keunggulan. Para orang tua mengharapkan anak-anak mereka menjadi
apa yang mereka inginkan. Umumnya, ayah ibu yang cerdas mempunyai
keinginan bahwa mereka harus memiliki anak yang cerdas juga.
Sehingga ada situasi dimana orang menyaksikan bahwa banyak anak-
anak berubah fungsinya tak ubahnya sebagai botol tempat orang tua
menumpahkan seluruh harapan sosialnya. Para orang tua, membekali anak-
98
anaknya dengan berbagai kursus, les, dan semacamnya. Sehingga, tidak sedikit
dari anak-anak itu yang mengalami tekanan psikologis karena ia harus menjadi
duplikat dari harapan sosial orang tuanya. Kadang kadang harapan para orang
tua itu tidak dapat diakomodasi sepenuhnya oleh kemampuan anak-anaknya.
Setelah sekolah, ia harus mengiluti les dan kursus. Dan skarang ia lelah. Lelah
secara psikologis.
Steven R. Covey, penulis buku Tujuh Kebiasaan Manusia Yang Sangat
Efektif, punya pengalaman ini. Ia mempunyai harapan sosial yang terlalu
muluk untuk salah satu anaknya yang ternyata berkemampuan fisik dan mental
dibawah rata-rata.
2
Tapi ia gagal. Yang ia lakukan kemudian adalah merubah
visinya tentang anaknya tumbuh sesuai dengan alur kemampuannya. Tapi
ternyata itulah jalan yang membuat anaknya mencapai prestasi besar. Kalau
kemampuan yang jadi ukuran, maka bukan anak unggul yang seharusnya
diharapkan, melainkan anak sholeh; atau anak yang tepat.
B. Konsep Manajemen Pendidikan Islam Yang Diisyaratkan Al-Quran
Surat AlAshr ayat 1-3
1. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam, bila dilihat dari segi kehidupan cultural umat
manusia tidak lain adalah merupakan salah satu alat pembudayaan
(enkulturasi) masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan dapat
difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup
2
Steven R. Covey,2004. The 7 Habits of Highly Effective People, alih bhs. Archangela
Yenny Satriawan, PT. Buana Ilmu Populer; Jakarta, 2004, h. 2
99
manusia, (sebagai makhluk pribadi dan sosial), kepada titik optimal
kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan hidupnya di akhirat. Dalam hal ini, maka kedayagunaan
pendidikan sebagai alat pembudayan sangat bergantung pada pemegang alat
tersebut yaitu pendidik.
Pendidikan sebagai usaha membentuk peribadi manusia harus
melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat
diketahui dengan segera, berbeda denagan membentuk benda mati yang
dapat dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya. Pendidikan Islam
pada khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam disamping
menanamkan atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut,
juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan denagan
nilai-nilai Islam yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiariah
yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak didik kearah
kedewasaan/kematangan yang menguntungkan dirinya.
Yusuf Al-Qardhawi memberikan pengertian bahwa: pendidikan
Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya; rohani dan
jasmaninya; akhlak dan ketrampilanya. Karena itu, pendidikan Islam
menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam keadaan damai maupun
perang dan menyiapkanya untuk masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatanya, manis dan pahitnya.
3
Adapun tujuan akhir pendidikan Islam
hakikatnya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang
3
Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Bustami A.
Gani dan Zainal Abidin Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, h.157
100
membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir
dan batin, di dunia dan akhirat.
Sedangkan menurut Al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan harus
mengarah kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik
penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan
bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan kemegahan
dunia. Sebab jika tujuan pendidikan diarahkan selain untuk mendekatkan
diri pada Allah, akan menyebabkan kesesatan dan kemundaratan.
4
Menurut Ibnu Taimiyah,
5
bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan
pada terbentuknya pribadiyang baik, yaitu seorang yang berfikir, merasa dan
bekerja pada berbagai lapangan kehidupan pada setiap waktu sejalan dengan
apayang ada pada al Quran dan as Sunnah. Pribadi yang baik menurutnya
adalah pribadi yang sempurnah kepribadiannya yaitu mereka yang
lurus jalan pikiran serta jiwanya, bersih keyakinannya, kuat jiwanya
sertasanggup menajalankan perintah Allah SWT.
Konsep pendidikan Islam adalah bersumber dari hablum min Allah
(hubungan dengan Allah) dan hablum min al-Nas (hubungan dengan sesama
manusia) dan hablum min al-alam (hubungan dengan manusia dengan alam
sekitas) yang selanjutnya berkembang ke berbagai teori yang ada seperti
sekarang ini. Inprirasi dasar yaitu berasal dari al-Quran.
Pendidikan Islam penuh dengan nilai insaniah dan ilahiyah; Agama
Islam adalah sumber akhlak, kedudukan akhlak sangatlah penting sebagai
4
Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, PT. Grafindo Persada, Jakarta,
2000. hal.1372 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta, 2005. hal.85
5
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Kencana, Jakarta, 2005. hal.85
101
pelengkap dalam menjalankan fungsi kemanusiaan di bumi. Pendidikan
merupakan proses pembinaan akhlak pada jiwa. Meletakkan nilai-nilai
moral pada anak didik harus diutamakan. Nilai-nilai ketuhanan harus
dikedepankan, pendidikan Islam haruslah memperhatikan pendidikan akhlak
atau nilai dalam setiap pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat tertinggi
dan mengutamakan fadhilah dan sendi moral yang sempurna.
Islam dalam ajarannya mengatur berbagai aktivitas kehidupan
manusia dilakukan secara benar, tertib, teratur dan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi kehidupan masyarakat. Proses-prosesnya harus
diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan
6
,
mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai
dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara, termasuk
mengatur masalah pendidikan. Semua itu diperlukan pengaturan yang baik,
tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak
dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efektif dan efisien. Dalam bidang
pendidikan, kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-
baiknya, sebab jika tidak akan menimbulkan hasil yang negatif tentang
pendidikan Islam yang ada pada masyarakat, bahkan pendidikan Islam yang
hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang
berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib:
kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh
kebathilan yang tersusun rapi.
6
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Syariah; Principles on Managemen in Practice,
Jakarta: Gema Insani, 2006, h. 3-4
102
Karena itulah agar pendidikan, khususnya pendidikan Islam dapat
dikelola dengan baik, maka perlunya diterapkan manajemen yang efektif
dan efisien dalam penyelenggaraannya.
Konsep berasal dari bahasa Inggris concept yang berarti ide yang
mendasari sekelas sesuatu objek,dan gagasan atau ide umum. Kata
tersebut juga berarti gambaran yang bersifat umum atau abstrak dari
sesuatu.
7
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan dengan (1) rancangan
atau buram surat tersebut. (2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkrit (3) gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada
diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal- hal lain.
8
Dari segi bahasa manajemen berasal dari bahasa Inggris yang
merupakan terjemahan langsung dari kata management yang berarti
pengelolaan, ketata laksanaan, atau tata pimpinan. Sementara John M.
Echols dan Hasan Shadily bahwa management berasal dari akar kata to
manage yang berarti mengelola, mengurus, mengatur, melaksanakan, dan
memperlakukan.
9
Ricky W. Griffin
10
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
7
A.S. Hornby, A.P. Cowie (Ed), AS. Hornby. 1990. Oxford Edvanced Dictionary of
English. London: Oxford, 1974, h. 174
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989. Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,, 1989, h. 456
9
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggri- Indonesia, 1995, h. 372
10
Griffin, R.. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall. 2006, p. 161
103
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.[5]
Ramayulis
11
menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan
hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan
derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al
Quran seperti firman Allah SWT:
Terjemah: Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu
tahun menurut perhitunganmu. QS. 32 [Al Sajdah]: 5
Dari isi kandungan ayat di atas dapatlah diketahui bahwa Allah swt
adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti
kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia
yang diciptakan Allah SWT telah dijadaikan sebagai khalifah di bumi, maka
dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknyasebagaimana
Allah mengatur alam raya ini. Sementara manajemen menurut istilah adalah
proses mengkordinasikan aktifitas-aktifitas kerja sehingga dapat selesai
secara efesien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
12
11
Ramayulis, Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008, h. 362
12
Robbin dan Coulter, Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th
Edition. NJ: Prentice Hall. 2007, h. 8
104
Bila memperhatikan pengertian manajemen di atas maka dapatlah
dipahami bahwa manajemen merupakan sebuah proses pemanfaatan semua
sumber daya melalui bantuan orang lain dan bekerjasama dengannya, agar
tujuan bersama bisa dicapai secara efektif, efesien, dan produktif.
Sedangkan Pendidikan Islam merupakan proses transinternalisasi nilai-nilai
Islam kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Dengan demikian maka yang disebut dengan manajemen pendidikan
Islam sebagaimana dinyatakan Ramayulis
13
adalah proses pemanfaatan
semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau
lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut
dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan
produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia
maupun di akhirat.
2. Fungsi-fungsi Manajemen Pendidikan Islam
Menjelaskan fungsi manajemen pendidikan Islam tidak terlepas dari
fungsi manajemen secara umum seperti yang dikemukakan Henry Fayol
seorang industriawan Prancis, dia mengatakan bahwa fungsi-fungsi
manajemn itu adalah merancang, mengorganisasikan, memerintah,
mengoordinasi, dan mengendalikan. Gagasan Fayol itu kemudian mulai
digunakan sebagai kerangka kerja buku ajar ilmu manajemen pada
pertengahan tahun 1950, dan terus berlangsung hingga sekarang.
13
Ramayulis, Op Citm h, 260.
105
Sementara Mahdi bin Ibrahim
14
menyatakan bahwa fungsi
manajemen atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi
berbagai hal, yaitu:Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.
Untuk mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen
pendidikan Islam, dapat diuraikan fungsi manajemen pendidikan Islam
sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Robbin dan Coulter yang
pendapatnya senada dengan Mahdi bin Ibrahim yaitu: Perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan/kepemimpinan, dan pengawasan.
Perencanaan (Planning) adalah sebuah proses perdana ketika hendak
melakukan pekerjaan baik dalam bentuk pemikiran maupun kerangka kerja
agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Demikian
pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah
pertama yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para
pengelola pendidikan Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting
dari sebuah kesuksesan, kesalahan dalam menentukan perencanaan
pendidikan Islam akan berakibat sangat patal bagi keberlangsungan
pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada setiap orang
yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan dilakukan
dikemudian hari. Allah berfirman:
14
Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 1997, h.61
106
Terjemah: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. QS. 59 [ Al Hasyr] : 18
Ketika menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam
tidaklah dilakukan hanya untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus
jauh lebih dari itu melampaui batas-batas target kehidupan duniawi.
Arahkanlah perencanaan itu juga untuk mencapai target kebahagiaan dunia
dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa dicapai secara seimbang.
Mahdi bin Ibrahim (l997:63) mengemukakan bahwa ada lima
perkara penting untuk diperhatikan demi keberhasilan sebuah perencanaan,
yaitu:
a. Ketelitian dan kejelasan dalam membentuk tujuan;
b. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai;
c. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan penanggung
jawab operasional, agar mereka mengetahui fase-fase tersebut dengan
tujuan yang hendak dicapai;
d. Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi penerimaan
masyarakat, mempertimbangkan perencanaa, kesesuaian perencanaan
dengan tim yang bertanggung jawab terhadap operasionalnya atau dengan
mitra kerjanya, kemungkinan-kemungkinan yang bisa dicapai, dan
kesiapan perencanaan melakukan evaluasi secara terus menerus dalam
merealisasikan tujuan;
107
e. Kemampuan organisatoris penanggung jaawab operasional.
15
Sementara itu menurut Ramayulis (2008:271) mengatakan bahwa
dalam Manajemen pendidikan Islam perencanaan itu meliputi:
a. Penentuan prioritas agar pelaksanaan pendidikan berjalan efektif, prioritas
kebutuhan agar melibatkan seluruh komponen yang terlibat dalam proses
pendidikan, masyarakat dan bahkan murid;
b. Penetapan tujuan sebagai garis pengarahan dan sebagai evaluasi terhadap
pelaksanaan dan hasil pendidikan;
c. Formulasi prosedur sebagai tahap-tahap rencana tindakan;
d. Penyerahan tanggung jawab kepada individu dan kelompok-kelompok
kerja.
16
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam Manajeman
Pendidikan Islam perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan
aktivitas berikutnya. Tanpa perencanaan yang matang aktivitas lainnya
tidaklah akan berjalan dengan baik bahkan mungkin akan gagal. Oleh
karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin agar menemui
kesuksesan yang memuaskan.
Setelah dibuat perencanaan sesuai dengan ketentuan di atas, maka
langkah selanjutnya adalah pengorganisasian (organizing). Ajaran Islam
senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu
secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak
15
Ibid, h. 63
16
Ramayulis, Op cit, h. 271
108
terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluhlantakan oleh
kebathilan yang tersusun rapi.
Menurut Terry
17
pengorganisasian merupakan kegiatan dasar dari
manajemen dilaksanakan untuk mengatur seluruh sumber-sumber yang
dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan sukses.
Organisasi dalam pandangan Islam bukan semata-mata wadah,
melainkan lebih menekankan pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan
secara rapi. Organisasi lebih menekankan pada pengaturan mekanisme
kerja. Dalam sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan.
18
Pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan
struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas
secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Isla, baik yang
bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan. Sebuah organisasi
dalam manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain
perjalanan organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika
kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses
pengelolaan lembaga pendidikan islam akan sangat membantu bagi para
manajer pendidikan Islam.
Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian
merupakan fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
17
Terry, George R., Guide to Management, Penj. J. Smith D.F.M., cet. ke-8, Jakarta:
Bumi Aksara, 2006, h. 73
18
Didin dan Hendri, Op Cit, h.101
109
Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu
terlalu berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian
diperlukan tenaga-tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja
yang efektif. Banyak pikiran, tangan, dan keterampilan dihimpun menjadi
satu yang harus dikoordinasi bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang
bersangkutan, tetapi juga untuk menciptakan kegunaan bagi masing-masing
anggota kelompok tersebut terhadap keinginan keterampilan dan
pengetahuan.
Untuk melaksanakan perencanaan yang telah diorganisir tersebut
juga perlu diberikan pengarahan (directing), yakni proses memberikan
bimbingan kepada rekan kerja sehingga mereka menjadi pegawai yang
berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu
pengarah, yang diberi pengarahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan.
Pengarah adalah orang yang memberikan pengarahan berupa perintah,
larangan, dan bimbingan. Yang diberipengarahan adalah orang yang
diinginkan dapat merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu
yang disampaikan pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun
bimbingan. Sedangkan metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara
pengarah dan yang diberi pengarahan.
Dalam manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang
diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan
110
baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa
prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan,
dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun
bimbingan hendaknya tidak memberatkan dan diluar kemampuan
sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan berharap isi
pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima pengarahan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan
dalam manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari
prinsip-prinsip religius kepada rekan kerja, sehingga orang tersebut mau
melaksanakan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan bersemangat disertai
keikhlasan yang sangat mendalam.
Jika semua fungsi manajemen tersebut sudah berjalan sesuai dengan
fungsinya masing-masing, untuk mencapai keberhasilannya harus dilakukan
pengawasan (Controlling), yaitu bahwa keseluruhan upaya pengamatan
pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam pandangan
Islam, pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus,
mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.
Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses
pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan
secara konsekwen baik yang bersifat materil maupun spirituil.
Menurut Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam
mempunyai karakteristik sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan
111
spiritual, monitoring bukan hanya manajer, tetapi juga Allah Swt,
menggunakan metode yang manusiawi yang menjunjung martabat manusia.
Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa pelaksana berbagai
perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab kepada
manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi
lain pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan
pendekatan manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen pendidikan
Islam adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat
Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain
secara efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat.
Bila Para Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan
tugasnya dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen di atas, terhindar dari
semua ungkapan sumir yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam
dikelola dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka
tidak akan ada lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan zaman,
tidak teroganisir dengan rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai.
C. Isyarat Surat Al-Ashr terhadap Konsep Manajemen Pendidikan Islam
Lamanya hidup manusia di dunia telah ditetapkan. Seiring berjalannya
waktu, umur yang dimiliki makin pendek. Maka, menarik sekali apa yang
112
diungkapkan ar-Razi
19
dalam tafsirnya, mengenai keterkaitan antara waktu dan
kerugian. Ketika rugi dipahami sebagai hilangnya modal, sementara modal
manusia adalah umur yang dimilikinya, maka manusia senantiasa mengalami
kerugian. Sebab, setiap saat, dari waktu ke waktu, umur yang menjadi
modalnya terus berkurang. Tidak diragukan lagi, jika umur itu digunakan
manusia untuk bermaksiat, ia benar-benar mengalami kerugian; bukan hanya
tidak mendapatkan kompensasi apa pun dari modalnya yang hilang, bahkan
dapat membahayakan dan mencelakan dirinya. Demikian juga jika umurnya
dihabiskan untuk mengerjakan perkara-perkara yang mubah. Ia tetap dikatakan
merugi. Sebab, modal yang dimiliki (umur) habis tanpa meninggalkan
pengaruh apa pun bagi diri maupun orang lainnya.
Bertolak dari pemahaman tersebut, maka orang yang beruntung
hanyalah yang bersedia menghabiskan umurnya untuk mengerjakan amal salih.
Sebab, hanya dengan mengerjakan amal salih manusia mendapatkan ganti dari
modalnya yang telah hilang, bahkan jauh lebih besar daripada yang hilang
darinya. Allah Swt. menjanjikan pahala berlipat bagi amal salih yang
dikerjakan manusia. Allah berfirman:
Terjemah: Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak
ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang
bertakwa. QS al-Qashash [28]: 83).
19
Fakhruddin al-Razi, Atl-Tafsr al-Kabr aw Mafth al-Ghayb. Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, 1990, 82.
113
Beberapa gagasan yang baik untuk jadi tindakan terkait dengan
manajemen waktu dikemukakan oleh Drucker. Setiap waktu, misalnya,
luangkan waktu sebanyak yang diperlukan dalam membuat keputusan yang
mempengaruhi orang banyak. Kemudian memastikan semua orang memahami
mengenai apa sebenarnya bisnis yang dilakukan. Dan jangan pernah tinggalkan
untuk mempelajari apa yang terjadi di luar bisnis dan diantara pelanggan
maupun non pelanggan.
20
Pemikiran Druker itu tidak jauh dari manajemen
berdasarkan waktu, desentralisasi dan delegasi. Mengelola pekerjaan dengan
pengetahuan, serta melakukan manajemen waktu dan mengembangkan
kekuatan inovasi.
Ini semua memberikan stimulasi baru untuk memperkokoh posisi waktu
dan kemudian memunculnya dalam makna yang mendalam yaitu berupa
kecepatan. Kecepatan, saat ini telah menjadi standar sosial. Dimana-mana
kecepatan telah menjadi buah bibir dalam berbagai lapangan kehidupan.
Kecepatan seolah telah menjadi kekuatan baru.
Maka, dalam makna kecepatan itu pula manusia berhubungan dalam
berbagai dimensi kehidupan. Sehingga untuk berpacu dalam kecepatan,
manusia harus berkompetisi. Maka kompetisi kemudian menjadi fenomena
sosial. Manusia saling berkompetisi dalam semua bidang kehidupan. Dalam
kondisi seperti ini, keunggulan menjadi ambisi setiap orang. Pada makna
20
Petter F. Drucker. The Essential Drucker: Selections From the Management Works of
Peter F. Drucker. HarperCollins Publisher. 2001.h. 10
114
kompetisi dan keunggulan ini, ilmu dan teknologi mendapatkan posisi yang
menguntungkan dan karenanya menjadi simbol keunggulan.
Kompetisi, kecepatan dan keunggulan adalah doktirn era globalisasi
yang sadar, telah berubah menjadi harapan-harapan sosial setiap orang tua pada
anak-anaknya. Setiap pasangan muda, memasuki jenjang perkawinan dengan
membawa harapan sosial itu. Anak-anak masa depan akan menghadapi
kompetisi yang semakin ketat. Karena itu mereka harus berkompetisi, memiliki
kecepatan berpikir dan bergerak, agar bisa unggul diantara rekan-rekannya.
Tidak ada yang salah pada makna-makna itu; kompetisi, kecepatan dan
keunggulan. Ini adalah nilai yang senantiasa menyertai kehidupan manusia.
Walaupun kkonteks kehidupan modern telah memberikan pengertian yang lain
terhadap makna-makna tersebut. Dalam surat Al-Ashr Allah menjelaskan ciri
orang yang selamat dari kerugian dan meletakkannya dalam konteks waktu.
Dalam konteks waktu pula, berkali-kali Al-Quran menegaskan makna
kompetisi. Fastabiqul khairat, was saabiquunal awwaluuna. Kompetisi itu
perlu ditegaskan karena Allah membuat kewajiban ibadah yang sangat benyak
melebihi waktu yang dimiliki per individu.
Tetapi Al-Quran sendiri tidak menggunakan keunggulan sebagai kata
final. Istilah yang digunakan Al-Quran dalam hal ini adalah Al-Insan Ash-
Shalih (manusia shalih). Kata shalih mengacu kepada kebaikan yang hakiki
dan murni. Kebaikan semacam ini akan berlaku pada semua tempat dan waktu.
Unsur primer yang menentukan kebaikan adalah niat dan cara melaksanakan.
Tetapi ada unsur sekunder yang juga menentukannya, yaitu batasan
115
kemampuannya. Dengan demikian keshalihan itu, berarti bahwa ia
memanfaatkan semua kemampuan yang telah diberikan Allah padanya,
ditujukan untuk-Nya dan dengan cara yang diridhoi oleh-Nya. Dalam beberapa
referensi ilmu manajemen dikatakan bahwa, Manajemen adalah mengerjakan
segalanya secara benar, sedangkan Kepemimpinan adalah mengerjakan hal-hal
yang benar.
Dalam melaksanakan kegiatan manajemen, seorang pemimpin dituntut
untuk dapat memenuhi kedua persyaratan di atas secara menyeluruh (kaffah).
Seringkali para pemimpin menemui dilema dalam pengambilan keputusan
karena hal benar yang mereka kerjakan pada saat ini bukan merupakan hal
yang dibenarkan secara manajemen dalam kesempatan yang lain, artinya
dimensi waktu bisa menegatifkan pengambilan keputusan sebelumnya.
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu
sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan
efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dan efisien tidak lain mengandung dua makna,
yaitu: makna pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu
menggunakan waktu yang ada.
Manajemen waktu bertujuan kepada produktivitas yang berarti rasio
output dengan input. Tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu
dengan mengikuti fungsi manajemen dalam mengelola waktu. Merencanakan
terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan
116
memberikan pedoman dan arah bahkan pengawasan terhadap waktu. Dari
tinjauan secara komprehensif pekerjaan yang hendak dikerjakan dan rumusan
tertulis sebuah rencana dapat diketahui prioritas hubungan antar aktivitas yang
akan dikerjakan sendiri serta yang didelegasikan.
Dalam situasi waktu sesuai rencana belum habis sedangkan pekerjaan
telah tuntas seyogyanya dipergunakan untuk menambah kuantitas,
merencanakan pekerjaan selanjutnya dan atau investasi waktu. Dengan
demikian, kualitas manajamen waktu berpedoman kepada empat indikator,
yaitu: tetap merencanakan, tetap mengorganisasikan, tetap menggerakkan, dan
tetap melakukan pengawasan. Empat prinsip tersebut, applicable dalam semua
pekerjaan. Variasi terjadi dalam kerumitan dan kecepatan setiap tahap
dilakukan.
Kalau boleh dikatakan bahwa setiap orang memiliki pengertian dan
konsep yang berbeda tentang waktu. Ada yang merasa kaya (banyak
mempunyai) dengan waktunya, namun ada pula yang merasa tidak punya
banyak waktu (miskin). Orang yang merasa kaya akan waktunya, seringkali
menyia-nyiakan waktunya, dan karenanya tidak mengherankan ia akan
menunda pekerjaan yang seharusnya bisa ia selesaikan, ia beranggapan bahwa
ia memiliki waktu untuk hari esok dalam mengerjakan pekerjaannya, dan
akhirnya ia terkenal dengan julukan mengulur atau menunda waktu dan
mengabaikan segala peluang yang ada.
Siapapun mengetahui bahwa waktu terus bergerak maju dengan
kecepatan yang oleh banyak orang tidak disadarinya. Ketika seseorang sedang
117
asyik dengan pekerjaannya yang menyenangkan, maka ia baru sadar ketika ia
harus mengakhiri pekerjaan itu karena batas waktunya telah sampai. Artinya
waktu terus bergerak maju dan tak kenal kompromi kepada siapapun, konsep
ini dapat diterapkan pada bidang apa saja, untuk mengukur sejauh mana waktu
yang telah digunakan itu menjadi efektif dan efisien, sehingga waktu yang
bergerak maju ini menjadi tolok ukur agar waktu yang dimiliki tidak sia-sia.
Mengelola waktu (managing the time) dapat dilaksanakan jika seorang
bersikap konsisten dengan rencana-rencana yang telah dibuatnya sendiri, dan
karena setiap kegiatan sudah direncakan dengan batas waktunya sendiri, maka
ia harus mengerjakan sesuai dengan waktunya agar tidak terjadi tumpang tindih
(over lapping) dalam pelaksanaan suatu kegiatan.
Menurut Sudarwan Danim dan Suparno
21
bahwa salah satu kelemahan
sebagian besar kepala sekolah dan juga tenaga kependidikanlainnya serta
tenaga administrasi- adalah kurang disiplinnya dalam memanfaatkan waktu
yang sudah disusun oleh mereka sendiri, karena mungkin terlalu padat atau
juga terlalo longgar. Telah diketahui bahwa dalam manajemen setidaknya ada
empat kegiatan utama yang mendasari berjalannya sebuah pengelolaan, yaitu:
planning, organizing, actuating, dan controlling. Berikut akan kita coba
membahasnya dalam kerangkan manajemen waktu sebagai sebuah strategi
yang diterapkan agar tujuan sekolah khususnya dapat tercapai dengan
maksimal.
21
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kepala sekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi
Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009 h. 153
118
Manajemen atau pengelolaan waktu meliputi, 1) Kalender Pendidikan;
2) pengelolaan waktu dalam satu tahun (prota); 3) pengelolaan waktu dalam
satu semester (prose); 4) pengelolaan waktu harian (jadwal pelajaran); 5)
pengelolaan waktu pelaksanaan Ulangan atau Ujian; 7) pengelolaan kegiatan
lainnya.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan dalam mengelola waktu sangat penting karena
sebuah sekolah akan menentukan kapan suatu program akan dilaksanakan,
berapa lama program itu akan dilaksanakan, dan kapan program harus dikaji
ulang jika dalam pengerjaannya terdapat kendala yang menyebabkan
program tersebut tidak maksimal dalam pelaksanaannya. Untuk perencanaan
ini, seorang manajer atas (top manager) perlu duduk bersama dan
merumuskan jadwal dengan bawahannya, sehingga terdapat kesamaan
pandangan dan langkah dalam mencapai tujuan suatu lembaga/sekolah.
Perumusan sebuah visi, misi, dan tujuan serta program yang akan
dilaksanakan oleh sekolah harus jelas dan terukur serta dapat dilaksanakan
(realistis). Bagi sebuah lembaga sekolah, selayaknyalah seorang manajer
dapat mengatur waktu dalam berbagai kegiatan lembaga serta orang-orang
yang menjadi tanggung jawabnya, yaitu dalam melaksanakan kewajiban-
kewajiban serta dalam melaksanakan berbagai kegaitan, jangan sampai
kegaitan penting dikalahkan oleh kegiatan yang kurang penting atau bahkan
tidak penting. Kegitan yang penting dan urgen harus segera dilaksanakan,
sedangkan kegitan yang tidak menuntut untuk dikerjakan dengan segera dan
119
dapat ditunda pelaksanaanya dapat dikerjakan pada lain waktu dan sesuai
dengan time schedule yang telah dirancang.
Sebuah sekolah biasanya telah menyiapkan rencana kegiatan utama
yang tercantum dalam Kalender Pendidikan. Kalender pendidikan
merupakan jadwal kegiatan tahunan, yang diterjemahkan lagi kedalam
program semester, yang kemudian dibreak-down oleh bagian kurikulum
menjadi jadwal mengajar yang bersifat harian, dan bahkan seorang guru
mengelolanya lagi menjadi pertemuan/kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup dalam setiap pembelajrannya.
Selain kalender pendidikan yang menjadi pedoman kapan sebuah
kegiatan dilaksanakan, pada sebuah sekolah juga memiliki perencanaan
yang harus dilaksanakan dan tercapai dalam sebuah kerangka waktu, hal itu
biasa tertuang dalam Rencana Strategis Sekolah (RSS) dan Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) yang termasuk di dalamnya rencana jangka
pendek (satu tahun), rencana jangka menengah (4 tahun), dan rencana
jangka panjang (8 tahun).
Disamping kepala sekolah sebagai top manager yang merancang
kegiatan dengan menggunakan jadwal (time schedule), seorang guru juga
dituntut untuk dapat merencanakan pembelajaran yang harus disampaikan
kepada siswa agar siswa dapat menguasai kompetensi yang diinginkan oleh
kurikulum. Karenanya seorang guru (middle manager) dituntut membuat
time schedule pembelajaran yang disebut dengan program tahunan, program
semester, dan bahkan dalam pembelajaran di kelas juga harus dikelola
120
dengan baik sehingga terlihat berapa menit untuk kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
2. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Sebenarnya pengelolaan waktu ini akan terkait dengan manajemen
lainnya dalam pengelolan pendidikan, misalnya, akan terkait dengan tahap
pengorganisasian dan kordinasi pada pelaksanaan kurikulum menurut
panduan manajemen sekolah.
Fungsi pengorganisasian ini lebih dintensifkan agar tidak terjadi hal-
hal yang menghambat jalannya sebuah organisasi atau lembaga. Jadi,
pengorganisasian waktu dilakukan agar dalam pelaksanaanya tidak terjadi
kendala, sehingga seorang manajer dituntut keahliannya dalam
pengorganisasian waktu ini, kapan harus melaksanakan satu kegiatan rapat -
misalnya- agar tidak menggaggu jawdal yang sudah ditetapkan.
3. Fungsi Pelaksanaan (Actuating)
Tahap berikutnya dalam manajemen waktu ini adalah tahap
pelaksanaan, dan karena suatu kegiatan telah direncanakan dan kapan
dilaksanakan serta telah diorganisasikan agar tidak terjadi tumpang tindih
kegaitan dan tabrakan waktu, maka dalam pelaksanaanya tidak akan
terjadi kendala yang berarti, hanya saja kemungkinan ada sedikit atau
sebagian kecil insiden yang mengganggu jadwal yang telah direncanakan,
namun hal itu tidak terlalu mengacaukan semua jadwal, karena telah
terorganisirnya jadwal dengan baik.
121
Agar tujuan suatu lembaga pendidikan tercapai, maka semua
manajer (dari level top manager, middle manager, dan lower manager)
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan waktu yang
sudah disepakati bersama.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Pengawasan sebagai bagian penting dalam kegiatan sebuah
manajemen memerlukan kemampuan untuk bertindak objektif, efektif dan
efisien. Objektif berarti bahwa seorang manajer mampu melihat jalannya
sebuah lembaga/sekolah dengan profesional dan proporsional, dia harus
mampu mengesampingkan kepentingan pribadi atau golongan untuk melihat
pada kepentingan pencapaian tujuan lembaga yang sudah terjadwal.
Selain pengawasan yang bersifat top-down (dari atas ke bawah) yang
dilakukan oleh top manager kepada bawahannya, tetapi bisa juga dilakukan
dengan pola bottom-up, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh bawahan
kepada atasan, ketika suatu rencana belum atau tidak dilaksanakan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan. Karena bisa saja seorang manajer atau
kepala sekolah lupa dengan kegiatan yang harusnya dilaksanakan, dan
disinilah peran seorang wakil kepala sekolah untuk mengingatkan kepala
sekolah tentang kegiatan yang harus dilaksanakan pada waktu yang telah
ditentukan.
Ada beberapa kaidah-kaidah yang aplikatif dalam mencapai
keberhasilan seorang manajer dalam mengelola waktu pada satu lembaga
pendidikan, yaitu:
122
1. Menganalisis sikap terhadap manajemen waktu dan mengenali sejauh
mana kemampuan manajer dalam mengelola waktu. Apakah manajer
menggunakan waktu dengan bijaksana? Dengan menggunakan skala
prioritas atau tidak.
2. Menyadari nilai akan pentingnya waktu, serta sejauh mana seorang
manajer memandang kebutuhan waktu terhadap warga lembaga
pendidikannya. Seorang manajer/kepala sekolah yang diharapkan adalah
yang bisa menghargai dan konsen terhadap waktu, sehingga tidak patut
kiranya seorang kepala sekolah menunggu dimotivasi oleh orang lain,
tetapi seharusnya ialah yang memotivasi orang lain agar menggunakan
waktu dengan bijak. Jika kita lihat bagaimana Allah SWT bersumpah
dengan waktu, ini menunjukkan bahwa seorang yang menghargai
pentingnya nilai sebuah waktu akan menjadi pemenang dan sukses dalam
kehidupan.
3. Menyusun skala prioritas dengan tidak melupakan kewajiban komitmen
terhadap waktu. Hal ini bisa dilihat dari terorganisirnya jadwal kegiatan
serta tujuan sekolah (tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang, serta
kalender pendidikan, program tahunan, program semester, ulangan
semester dsb.)
4. Mengenali hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam mengelola waktu
secara efektif. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan membuat daftar
kegiatan yang harus dilakukan agar menunjang tujuan sekolah.
123
5. Mengenali hal-hal yang mengganggu pengelolaan waktu. Ada beberapa
hal yang mengganggu profesionalitas dan efektifitas manajemen waktu,
Melihat dan belajar kepada orang yang berhasil mengelola waktu dengan
baik.
6. Mengatasi atau mengurangi hal-hal yang mengganggu manajemen
waktu.
7. Meluruskan persepsi keliru terhadap manajemen waktu.
8. Mempelajari cara mendelegasikan dengan efektif. Seorang manajer harus
bisa mendelegasikan tugasnya yang bisa kerjakan bawahan agar ia bisa
fokus pada tugas yang harus dikerjakan sendiri oleh kepala sekolah
Manajemen waktu diperlukan oleh seorang manajer/kepala
sekolah/madrasah agar dalam usaha menjalankan tugas kekepala
sekolahannya dapat berjalan dengan baik, dan tujuan yang telah ditetapkan
dengan berdasar skala prioritas dapat tecapai dengan maksimal.
Kualitas manajamen waktu berpedoman kepada empat indikator,
yaitu: tetap merencanakan, tetap mengorganisasikan, tetap menggerakkan,
dan tetap melakukan pengawasan, yang kesemuanya ternyata applicable
dalam semua pekerjaan.
124
BAB IV
KARAKTERISTIK MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
YANG DIISYARATKAN DALAM AL-QURAN SURAT AL-ASHR
A. Manajemen Waktu
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. QS. 103 [Al-Ashr]: 1-3
Waktu adalah sesuatu yang sangat berharga, bahkan materi sebesar
apapun tidak akan pernah bisa menggantikannya. Ketika kehilangan uang maka
ada kemungkinan untuk mendapatkannya kembali cepat atau lambat, namun
bila kehilangan waktu, maka jangan pernah harap untuk bisa dapat
membalikkan dan mengulang waktu. Waktu sangatlah penting, bahkan apabila
seseorang mau berfikir lebih panjang, waktu adalah investasi yang sangat
berpotensi.
Demikian pentingnya waktu, Allah SWT berfirman dalam surat Al-
Ashr yang artinya seperti di atas, bahwa sesungguhnya manusia benar-benar
dalam kerugian. Hanya orang yang beriman dan beramal shaleh yang dapat
mempergunakan waktu sebaik-baiknya, yaitu orang-orang yang mengerjakan
amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan saling
menasehati dalam kesabaran.
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa waktu merupakan investasi
yang sangat besar bagi manusia. Banyak hal yang bisa dilakukan apabila bisa
memanfaatkan waktu. Pepatah Arab yang mengatakan bahwa waktu adalah
124
125
pedang, artinya waktu merupakan sesuatu yang sangat tajam, apabila
dipergunakan dengan baik maka pedang akan memberikan manfaat yang
sangat besar bagi pemiliknya. Namun bila seseorang tidak bisa memperguna
kan pedangnya, maka pedang itu akan melukai pemiliknya sendiri. Begitu juga
waktu, apabila seseorang bisa menggunakan dengan baik, maka waktu adalah
sesuatu yang sangat menguntungkan. Dan sebaliknya, apabila seseorang lengah
dan tidak dapat mendayagunakan waktu, maka orang itu akan tergilas sendiri
oleh waktu. Hal ini menunjukkan arti penting dari waktu itu sendiri.
Pada penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, diperlukan adanya
suatu pengelolaan waktu agar semua amanah atau pekerjaan dapat diselesaikan
dengan baik. Imam Hasan Al Banna
1
(dalam Yusuf Qardhawy) mengatakan
bahwa; sesungguhnya amanah yang dipikul manusia lebih besar dari pada
waktu yang ada.
Oleh karena itu diperlukan suatu manajemen untuk mengatur waktu
dalam melaksanakan sesuatu aktivitas, termasuk dalam penyelenggaraan
pendidikan. Manajemen waktu berfungsi dan merupakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu
menjadi salah satu sumber daya unjuk kerja (performa), sumber daya yang
mesti dikelola secara efektif dan efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya
tujuan menggunakan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dan efisien
tidak lain mengandung dua makna, yaitu: makna pengurangan waktu yang
ditentukan, dan makna investasi menggunakan waktu yang ada.
1
Yusuf Qardhawy, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Bana, Bulan Bintang:
Jakarta, 1980, h. 43.
126
Manajemen waktu bertujuan kepada produktivitas, yang berarti rasio
output harus lebih besar daripada input. Jika dihubungkan dengan manajemen
ilmiah, hal ini sesuai dengan teori manajemen Fedrick Winslow Taylor (1856-
1915)
2
yang mendapat julukan The Father of Scientific Management, adalah
seorang insiyur mengembangkan satu konsep yang merupakan dasar dari
pembagian kerja (division of work). Analisis dengan pendekatan gerak dan
waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual. Taylor menjelaskan
beberapa elemen tentang teori manajemen, yaitu bahwa: (a) Setiap orang harus
mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam waktu satu hari itu
juga; (b) Pekerjaan harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan
tugas yang menjadi bagiannya, dan (c) Bonus dan insentif wajar diberikan
kepada yang berprestasi maksimal yang dikerjakan dengan waktu yang efisien.
Atas dasar itu, maka merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak
mencapai sasaran yang telah ditentukan (personal loss). Tampak dan dirasakan
seperti membuang-buang waktu dengan mengikuti fungsi manajemen dalam
mengelola waktu. Merencanakan terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah
suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan arah bahkan
pengawasan terhadap waktu.
Dari tinjauan secara komprehensif pekerjaan yang hendak dikerjakan
dan dirumuskan tertulis sebuah rencana dapat diketahui perioritas hubungan
antar aktivitas yang harus dikerjakan sendiri atau didelegasikan.
2
Frederick Winslow Yaylor, The Principles of Scintific Management, Harper & Brothert
Publishers, 1919. p. 12
127
Dalam mengatur waktu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar
manajemen waktu dapat berjalan dengan optimal, diantaranya adalah:
1. Mentukan peta hidup, hal ini dilakukan untuk menentukan arah dan tujuan
hidup yang sesuai dengan diajarkan Al-Quran surat Al-Ashr, yakni
menjalani hidup dengan beramal shaleh.
2. Membuat jadwal perencanaan, yakni mem-breakdown arah dan tujuan hidup
tersebut kedalam jadwal tahunan, bulanan, mingguan dan harian serta
dilaksanakan dengan penuh keimanan. Setiap aktivitas yang dilakukkan
perlu perencanaan dan untuk itu dibuat program supaya tidak terjadi
pemborosan waktu yang terbuang sia-sia. Hal ini penting agar target-target
yang diinginkan sudah direncanakan sehingga target itu bisa tercapai secara
efektif dan efisien.
3. Menentukan perioritas; Ada kalanya seseorang dihadapkan oleh pilihan-
pilhan. Seorang yang beriman dan beramal shaleh seharusnya cermat dalam
memilih, jangan sampai pilihan yang ditetapkan akan mengorbankan
sesuatu yang lebih penting. Oleh karena itu perioritas juga akan menentukan
keberhasilan dalam memanaj waktu.
4. Melakukan evaluasi (muhasabah). Inilah yang sering kali dilupakan banyak
manusia. Setelah menyelesaikan suatu jadwal kegiatan baik itu harian,
mingguan,bulanan maupun tahunan dibutuhkan suatu evaluasi (muhasabah)
terhadap apa yang telah dikerjakan. Ini dilakukan agar bisa terus
memperbaiki kesalahan ataupun kekurangan yang terjadi dihari-hari
sebelumnya. Sebab bila hari ini lebih baik dari hari kemarin maka termasuk
128
orang yang beruntung. Namun jika hari ini sama dengan hari kemarin,
termasuk orang yang merugi, apalagi lebih buruk dari hari-hari sebelumnya.
Dengan demikian, kualitas manajamen waktu berpedoman kepada
empat indikator, yaitu: tetap merencanakan, tetap mengorganisasikan, tetap
menggerakkan, dan tetap melakukan pengawasan. Empat prinsip tersebut,
applicable dalam semua pekerjaan, termasuk dalam pengelolaan lembaga
pendidikan Islam. Prinsip sederhana dalam manajemen waktu adalah tidak
membiarkan sedetik pun waktu tanpa adanya manfaat. Tampak simpel namun
butuh usaha dan kemauan keras dalam melaksanakannya, sesuai dengan hadist
Rasulullah SAW; ingat lima perkara sebelum lima perkara. yaitu hidup
sebelum mati, muda sebelum tua, kaya sebelum miskin, sehat sebelum sakit
dan luang sebelum sempit. Jika pendidikan Islam ingin berhasil dengan baik,
dibutuhkan memperhatikan waktu seefektif dan efisien mungkin agar
sebanding dengan kinerja yang dihasilkannya.
Manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu
sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif dan
efisien. Efektifitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dan efisien tidak lain mengandung dua makna,
yaitu: makna pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu
menggunakan waktu yang ada.
Manajemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio
output dengan input. Tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu
129
dengan mengikuti fungsi manajemen dalam mengelola waktu. Merencanakan
terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan
memberikan pedoman dan arah bahkan pengawasan terhadap waktu. Dari
tinjauan secara komprehensif pekerjaan yang hendak dikerjakan dan rumusan
tertulis sebuah rencana dapat diketahui prioritas hubungan antar aktifitas yang
akan dikerjakan sendiri serta yang didelegasikan. Jebakan yang sering muncul
disini adalah rasa percaya diri dapat cepat bila dikerjakan sendiri dimana hal itu
perasaan yang kurang tepat. Setelah pengorganisasian terjadi maka
penggerakan pun dilakukan yang mencakup pelaksanaan sendiri dan pemberian
motivasi kepada pemegang delegasi.
Beberapa hal perlu diperhatikan tentang konsep manajemen waktu,
yaitu bahwa waktu terus bergerak maju, waktu terus berlalu, waktu tidak bisa
ditabung, dan waktu bisa dikelola. Mengelola waktu (managing the time) dapat
dilaksanakan jika seorang bersikaf konsisten dengan rencana-rencana yang
telah dibuatnya sendiri, dan karena setiap kegiatan sudah direncakan dengan
batas waktunya sendiri, maka ia harus mengerjakan sesuai dengan waktunya
agar tidak terjadi tumpang tindih (over lapping) dalam pelaksanaan suatu
kegiatan.
Ada beberapa kaidah-kaidah yang aplikatif dalam mencapai
keberhasilan seorang manajer dalam mengelola waktu pada satu lembaga
pendidikan, yaitu:
130
1. Menganalisa sikap terhadap manajemen waktu dan mengenali sejauh mana
kemampuan manajer dalam mengelola waktu, dengan menggunakan skala
prioritas.
2. Menyadari nilai akan pentingnya waktu, serta sejauh mana seorang manajer
memandang kebutuhan waktu terhadap warga lembaga pendidikannya.
Seorang manajer/kepala madrasah yang diharapkan adalah yang bisa
menghargai dan konsen terhadap waktu, sehingga tidak patut kiranya
seorang kepala sekolah menunggu dimotivasi oleh orang lain, tetapi
seharusnya ialah yang memotivasi orang lain agar menggunakan waktu
dengan bijak. Bagaimana Allah SWT bersumpah dengan waktu, ini
menunjukkan bahwa seorang yang menghargai pentingnya nilai sebuah
waktu akan menjadi pemenang dan sukses dalam kehidupan.
3. Menyusun skala prioritas dengan tidak melupakan kewajiban komitmen
terhadap waktu. Hal ini bisa dilihat dari terorganisirnya jadwal kegiatan
serta program madrasah (program jangka pendek, menengah, dan panjang,
serta kalender pendidikan, program tahunan, program semester, ulangan
semester dsb.)
4. Mengenali hal-hal yang sangat dibutuhkan dalam mengelola waktu secara
efektif. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan membuat daftar kegiatan yang
harus dilakukan agar menunjang tujuan pendidikan.
5. Mengenali hal-hal yang mengganggu pengelolaan waktu. Ada beberapa hal
yang mengganggu profesionalitas dan efektifitas manajemen waktu.
131
6. Melihat dan belajar kepada orang yang berhasil mengelola waktu dengan
baik.
7. Mengatasi atau mengurangi hal-hal yang mengganggu manajemen waktu.
8. Meluruskan persepsi keliru terhadap manajemen waktu.
9. Mempelajari cara mendelegasikan dengan efektif. Seorang manajer harus
bisa mendelegasikan tugasnya yang bisa kerjakan bawahan agar ia bisa
fokus pada tugas yang harus dikerjakan sendiri oeh seorang kepala sekolah
Dari gambaran yang diuraikan di atas, intinya adalah betapa pentingnya
mengelola waktu sebagai anugerah dari Allah swt dalam melaksanakan
berbagai aktivitas kehidupan. Dengan waktu seseorang dapat memperoleh
kebahagiaan, dan karena waktu pula seseorang mendapat kerugian dalam
kehidupannya. Hanya orang-orang yang beriman, berilmu dan beramal shaleh
yang dapat saling mengingatkan untuk menggunakan waktu secara efektif dan
efisien sehingga menghasilkan perjalanan waktu dengan produktivitas.
B. Karakteristik Pendidikan Islam
Sebelum dijelaskan analisis kajian tentang karakteristik manajemen
pendidikan Islam yang diisyaratkan dalam Al-Quran surat Al-Ashr ayat 1-3,
perlu dilakukan pengkajian terhadap bagaimana konsep pendidikan Islam yang
bersumber dari Al-Quran dan Al-Sunnah dibanding dengan pendidikan
konvensional (konsep berbasis barat). Dari kajian ini dapat ditemukan
bagaimana karakteristik pendidikan Islam sehingga menuntut konsep
manajemen dalam penyelenggaraan pendidikan Islam memiliki karakteristik
sebagaimanayang diisyaratkan surat Al-Ashr tersebut dalam implementasinya.
132
Untuk sampai kepada menemukan karakteristik konsep manajemen
pendidikan Islam sebagaimana yang diiisyaratkan dari surat Al-Ashr, dibutuh
kan pengkajian dan pemahaman tentang apa dan bagaimana serta tujuan
pendidikan Islam itu sendiri sebagai bahan rujukan. Karena itu perlu meninjau
beberapa konsep tujuan pendidikan Islam yang bersumber dari Al-Quran dan
Hadits Nabi. Yusuf Qaradhawi
3
memberikan pengertian pendidikan Islam
sebagai pendidikan manusia seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya; akhlak dan keterampilannya. Pendidikan Islam menyiapkan
manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.
Sedangkan Mohammad Athiyah al-Abrasyi
4
dalam kajiannya tentang
pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan
Islam yang diuraikan dalamAl-Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha yakni:
1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam
tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya
dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya
sekaligus.
3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui
dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga
3
Qardhawi, Yusuf, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, (terj. Bustani A.
Gani dan Zainal Abidin Ahmad), Jakarta: Bulan Bintang, 1980. h. 18
4
Al-Abrosyi, M. Athiyah, Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam (terjemahan KH
Abdullah Zaky al-Kaaf), Pustaka Setia, Bandung, 2003, h. 13
133
agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam
berbagai jenisnya.
4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia
dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu,
supaya ia dapat mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping
memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau
sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan
pada tujuan-tujuan, kurikulum, ilmu pengetahuan dan aktivitasnya. Tidaklah
tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu
pengetahuan.
Ada dua misi yang harus ditempuh dalam pendidikan Islam, pertama
menanamkan pemahaman Islam secara komprehenship agar peserta didik
mampu mengetahui ilmu-ilmu Islam sekaligus mempunyai kesadaran untuk
mengamalkannya. Pendidikan Islam tidak semata-mata mengajarkan
pengetahuan Islam secara teoritik sehingga hanya menghasilkan seorang
Islamolog, tetapi pendidikan Islam juga menekankan pada pembentukan sikap
dan perilaku yang islami dengan kata lain membentuk manusia Islamist.
Kedua, memberikan bekal kepada peserta didik agar nantinya dapat berkiprah
dalam kehidupan masyarakat yang nyata, serta suvive menghadapi tantangan
kehidupan melalui cara-cara yang benar.
134
Untuk kepentingan ini, pendidikan Islam harus mampu mengakses
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Pendidikan Islam tidak boleh
mengasingkan diri dari realitas kehidupan yang senantiasa berkembang dan
terus berubah sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Maka dalam
kerangka ini dituntut adanya stategi dan taktik dalam mengelola pendidikan
Islam. Strargei ini mutlak harus disiapkan agar pendidikan Islam tidak terlibas
oleh hegemoni perubahan itu sendiri.
Dari pemikiran, konsep dan tujuan pendidikan Islam di atas dapat
diketahui bahwa pendidikan Islam yang berbasis pada Al-Quran dan As-
Sunah memiliki karakteristik yang jelas dibanding dengan pendidikan
konvensional (konsep barat). Jika dibandingkan antara konsep pendidikan
Islam dan Barat akan memperlihatkan adanya kesenjangan pola berfikir yang
digunakan para ilmuwan mereka sehingga menghasilkan karakter yang
berbeda.
Jika sumber dan metodologi ilmu di Barat bergantung sepenuhnya
kepada kaidah empiris, rasional dan cenderung materialistik serta mengabaikan
dan memandang rendah cara memperoleh ilmu melalui wahyu dan kitab suci,
maka metodologi dalam ilmu pengetahuan Islam bersumber dari kitab suci al-
Quran yang diperoleh dari wahyu, Sunnah Rasulullah saw, serta ijtihad para
ulama. Jika Westernisasi ilmu hanya menghasilkan ilmu-ilmu sekular yang
cenderung menjauhkan manusia dengan agamanya sehingga terjadi kekalutan
di dalamnya, maka Islamisasi ilmu justru mampu membangunkan pemikiran
dan keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani pribadi muslim yang akan
135
menambahkan lagi keimanannya kepada Allah SWT. Islam mempunyai sifat
eksklusif sekaligus inklusif. Ketika berhadapan dengan masalah teologi,
hakikat sifat-sifatNya, seorang muslim tidak boleh berkompromi dengan
persepsi agama lain, kecuali yang berhubungan dengan masalah rubbbiyyah.
Sebaliknya ketika membicarakan masalah nilai-nilai moral dan etika, maka
pintu komunikasi, dialog dan kerjasama dapat dibuka seluas-luasnya.
Pemahaman tentang artikulasi dan justifikasi pendidikan Islam di atas,
tampaknya sesuai dengan pandangan yang dikemukakan Azyumardi Azra
5
,
yang mengatakan bahwa pendidikan Islam memiliki beberapa karakteristik
yang menunjukkan keunggulannya dibanding dengan pendidikan konvensional
(berbasis barat), yaitu:
Pertama, Penguasaan ilmu pengetahuan.Ajaran dasar Islam
mewajibkan mencari ilmu pengetahuan bagi setiap Muslim dan muslimat.
Setiap Rasul yang diutus Allah lebih dahulu dibekali ilmu pengetahuan, dan
mereka diperintahkan untuk mengembangkan llmu pengetahuan itu.
Kedua, Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai
harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw
sangat membenci orang yang memiliki ilmu pengethauan, tetapi tidak mau
memberi dan mengembangkan kepada orang lain (HR. Ibn al-Jauzy) .
Ketiga, penekanan pada nilai-nilai akhlak dalam penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang didapat dari
pendidikan Islam terikat oleh nilai-nilai akhlak .
5
Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: PT.
Logos Wacana Ilmu, 1999. h. 89
136
Keempat, penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, hanyalah
untuk pengabdian kepada Allah dan kemaslahatan umum. Kelima, penyesuaian
terhadap perkembangan anak.
Sejak awal perkembangan Islam, pendidikan Islam diberikan kepada
anak sesuai umur, kemampuan, perkembangan jiwa, dan bakat anak. Setiap
usaha dan proses pendidikan haruslah memperhatikan faktor pertumbuhan
anak. Ali bin Abi Thalib sebagaimana dikutif Fazhur Rahman
6
berkata : Heart
of people have desires and aptitudes; sometimes they are ready to listen and
others time are not. Enter to people's hearts through their aptitudes. Talk to
them when they ready to listen. For the condition of heart is such that you force
to do something, then it becomes blind (and refuses to accept it).
Keenam, pengembangan kepribadian. Bakat alami dan keampuan
pribadi tiap-tiap anak didik diberikan kesempatan berkembang sehingga
bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Setiap anak didik dipandang sebagai
amanah Tuhan, dan seluruh kemampuan fisik & mental adalah anugerah
Tuhan. Perkembangan kepribadian itu berkaitan dengan seluruh nilai sistem
Islam, sehingga setiap anak dapat diarahkan untuk mencapai tujuan Islam.
Ketujuh, penekaanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak
didik diberi semangat dan dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan
sehingga benar-benar bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat secara
keseluruhan. Amal shaleh dan tanggung jawab itulah yang menghantarkannya
kelak kepada kebahagiaan di hari kemudian kelak (HR. Muslim).
6
Fazhur Rahman, Islam dan Modernitas: Tentang Trancfbrmasi Intelektual. Bandung:
Pustaka. 1985. h, 298
137
Dengan karakteristik-karakteristik pendidikan tersebut tampak jelas
keunggulan pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena,
pendidikan dalam Islam mempunyai ikatan langsung dengan nilai-nilai dan
ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupannya.
Dalam pendidikan Barat, ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama
tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai. Namun sebenarnya tidak
benar-benar bebas nilai tapi hanya bebas dari nilai-nilai-nilai keagamaan dan
ketuhanan. Menurut Naquib al-Attas,
7
ilmu dalam peradaban Barat tidak
dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun dibangun di atas tradisi
budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan
kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional.
Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh
rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga dari cara pandang yang
seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular.
Menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban
Barat, pertama, menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia;
kedua, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran; ketiga, menegaskan
aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular; keempat,
menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, menjadikan drama dan tragedi
sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan.
7
Al-Attas, Syekh Naquib,. Konsep Pendidikan Dalam Islam, Suatu Pembinaan Filsafat
Pendidikan Islam, terj. Haidar Baqir. cet.IV. Bandung: Mizan. 1994, h. 17
138
Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan Barat
8
sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
Pandangan tersebut semakin mempertegas bahwa pendidikan Islam
adalah bersifat normatif dan penuh dengan tata nilai, manusiawi serta
berorientasi kemaslahatan dan kesalehan, baik kemaslahatan individu maupun
kemaslahatan umum. Perilaku kesalehan tersebut berlaku dalam segala aspek
kehidupan, termasuk dalam melaksanakan manajemen pendidikan. Karena itu,
dibanding dengan manajemen yang berasal dari teori barat, maka manajemen
pendidikan Islam jauh lebih manusiawi dan fleksibel.
C. Karakteristik Manajemen Pendidikan Islam Yang Diisyaratkan Al-
Quran Surat Al-Aashr 1-3
Pernyataan Allah dalam surat Al-Ashr ayat 1-3 setidaknya menegaskan
beberapa isyarat, yaitu masalah waktu, iman, perilaku amal shaleh, wasiat serta
sikap sabar. Semuanya menjadikan suatu konsep dan pegangan dalam
kehidupan umat manusia di dunia menuju tiket kebahagiaan untuk menjalani
kehidupan yang abadi akhirat kelak.
Ada ahli yang memberikan definisi tentang waktu. Dikatakannya
bahwa waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa
berlangsung. Waktu termasuk besaran scalar. Satuan waktu antara lain sekon
8
Ilmu yang dikembangkan dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran
falsafah mereka yang dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme,
sekularisme, dan rasionalisme. Pemikiran ini mempengaruhi konsep, penafsiran, dan makna ilmu
itu sendiri.
139
atau detik dalam Standar Internasional yang disingkat SI, menit, jam dan hari.
Alat untuk mengukur waktu biasanya arloji, stopwatch dan ticker time.
Sedangkan definisi waktu standar atau pengertian waktu baku adalah waktu
yang digunakan sebagai patokan waktu (standar waktu) adalah perputaran
bumi pada porosnya (rotasi). Karena perputaran ini tidak tetap, maka diambil
rata-ratanya. Berdasarkan hal ini ditetapkan bahwa 1 detik sama dengan
1/86.400 hari matahari rata-rata.
Dalam pengamatan astronomi, waku ini ternyata kurang tetap akibat
adanya pergeseran. Kemudian, digunakan patokan waktu dari getaran atom
cesium. 1 detik merupakan waktu yang digunakan atom cesium -133 untuk
bergetar sebanyak 9.192.631.770 kali. Patokan ini dianggap lebih teliti
dibandingkan dengan patokan waktu rotasi bumi karena kesalahan waktu
hanya 1 detik dalam kurun waktu 5.000 tahun. Sekarang, telah ditemukan alat
yang mempunyai ketelitian lebih tinggi lagi, yaitu Maser Hidrogen.
Kemungkinan kesalahan alat ini adalah 1 detik dalam kurun waktu 33 juta
tahun.
9
Demikian dahsyatnya bila dipahami dengan hitungan kuantitatif eksak.
Demikian bernilainya harga sebuah waktu. Dengan logika ini, maka sangat
masuk akal jika Allah menyatakan benar-benar merugi bagi manusia yang
tidak memanfaatkan waktu secara produktif. Benar-benar meruginya orang
yang tidak mau menggunakan waktu untuk mengimani kebesaran pembuatnya.
Dinyatakan oleh Allah, hanya orang yang beriman, beramal shaleh serta saling
9
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2112613-pengertianwaktu/#ixzz1jJymjDhG
140
menasehati tentang kebenaran dan kesabaran yang benar-benar tidak pernah
merugi. Karena orang yang demikian, melewati beredarnya waktu itu
menghasilkan kepercayaan dan keyakinan kepada pembuat waktu (Allah),
menghasilkan perbuatan-perbuatan yang benar, baik dan memberikan
keuntungan bagi diri maupun orang lain, dan agar tidak terlena dengan
berlalunya waktu dengan sia-sia, dianjurkan untuk saling mengingatkan dengan
penuh kesabaran.
Dalam terminologi kemanusiaan, iman berarti pembenaran hati. Yakni
membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan
dengan anggota badan (perbuatan).
Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang
dibawa oleh Rasulullah saw. Mengikrarkan dengan lisan maksudnya, sebuah
pernyataan sikap dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, dan
mengamalkan dengan anggota badan mengandung maksud, hati mengamalkan
dalam bentuk keyakinan, sedang anggota badan mengamalkannya dalam
bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya. Dengan demikian, maka iman
itu bisa bertambah dan berkurang seiring dengan bertambah dan berkurangnya
amal shalih yang diperbuatnya. Dengan demikian, maka iman adalah: (1)
pengucapan dengan lisan, (2) keyakinan dengan hati, (3) pengamalan dengan
anggota tubuh, (4) bertambah dengan melaksanaan ketaatan dan (5) berkurang
dengan melaksanakan kemaksiatan.
1. Pengucapan lisan. Seseorang dikatakan tidak beriman terhadap sesuatu
sampai dia mengucapkan dengan lisannya.
141
2. Keyakinan dengan hati. Tidak ada iman tanpa keyakinan hati. Hal ini
berdasarkan kesepakatan para ulama akan kafirnya kaum munafikin yang
mengaku beriman dengan lisan dan amalan mereka akan tetapi mereka tidak
meyakininya dengan hati.
3. Pengamalan dengan anggota tubuh. Ini termasuk permasalahan yang butuh
dipahami dengan baik, yaitu amalan adalah bagian dari definisi iman, bukan
penyempurnanya dan bukan pula sekedar suatu kewajiban dari iman,
bahkan dia adalah keimanan itu sendiri. Tidak ada amalan tanpa iman dan
tidak ada juga iman tanpa amalan.
Adapun amal shaleh terdiri dua kata yaitu amal dan shaleh. Rangkaian
kata ini sering ditemukan dalam berbagai literatur yang berkaitan dengan
agama. Pengertian amal itu sendiri adalah penggunaan segala daya untuk
menghasilkan sesuatu. Sekurangnya ada empat jenis daya pada manusia yaitu:
pertama adalah daya yang berkaitan dengan jasad atau daya jasadi, yang kedua
adalah daya atau kemampuan berfikir logika sehingga lazim disebut daya fikir,
ketiga daya ruhiy yang menuntun seseorang berfikir abstrak sehingga condong
kepada ketauhidan dan rasa kecintaan akan seni, serta keempat adalah daya
nasfu atau lazim pula disebut hawa nafsu.
Sedangkan kata shaleh bermakna segala sesuatu yang bersifat baik,
menguntungkan dan berguna. Sehingga jika disambungkan kata amal dan
shaleh maka ia akan bermakna penggunaan segala daya yaitu daya jasadi, daya
fikir, daya ruhiy serta daya nafsu untuk menghasilkan sesuatu yang sifatnya
baik, menguntungkan dan berguna. Dalam Al Quran banyak ditemukan
142
contoh-contoh amal shaleh, misalnya sholat, puasa, zakat, haji, berjihad dan
masih banyak yang lainnya. Amal shaleh yang amat disukai Allah SWT adalah
amal-amal yang telah diwajibkan kepada manusia untuk dilaksanakan misalnya
shalat lima waktu.
Sekalipun keimanan adalah merupakan hidayah atau pemberian dari
Allah, namun manusia pada setiap saat dianjurkan untuk selalu memohon
kepada-Nya, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, maupun anak-anaknya, dan
bahkan siapapun yang dikehendakinya. Dengan cara ini, atas kehendak-Nya
pula seseorang menjadi beriman. Memberikan penekanan bahwa keimanan
adalah atas kehendak-Nya terasa sangat penting, karena Allah sendiri yang
berhak memberikan hidayah itu. Bekal kedua menuju keselamatan hingga
masuk surga, adalah amal saleh.
Dalam terminologi lain, amal adalah kerja atau berbuat, sedangkan
saleh artinya adalah benar, lurus, tepat, atau dalam bahasa sekarang adalah
professional. Dari pengertian sederhana ini, amal saleh artinya adalah
pekerjaan yang dilakukan secara benar, tepat, lurus atau professional. Namun
akhir-akhir ini berkembang wacana untuk memberikan pengertian amal saleh
secara lebih luas, hingga memunculkan istilah saleh ritual, saleh intelektual,
saleh social, saleh professional dan tentu saleh-saleh yang lainnya.
Perkembangan wacana seperti itu cukup bagus, hingga menjadikan
pengertian itu lebih luas dan juga semakin jelas. Menyangkut wacana
kesalehan itu, akhir-akhir ini muncul analisis bahwa umat Islam selama ini
lebih banyak, baru berhasil mengembangkan kesalehan ritual. Aklibatnya,
143
umat Islam sangat peka terhadap hal-hal yang bersifat ritual ini. Bahkan
munculnya perbedaan diantara umat Islam, sehingga melahirkan berbagai
organisasi keagamaan di Indonesia, sebenarnya di antaranya, diawali oleh
perbedaan-perbedaan dalam membangun kesalehan ritual itu. Makna kesalehan
dalam Islam itu sedemikian luas. Padahal pertama kali ayat al Qurn turun,
adalah justru membangun kesalehan intelektual. Ketika itu nabi disuruh untuk
membaca dan diperkenalkan Tuhan dengan nama Yang Maha Pencipta.
Persoalan membaca dan juga apalagi Pencipta adalah wacana yang terkait
dengan kesalehan intelektual. Kesalehan ritual jika tidak diikuti oleh kesalehan
sosial misalnya, dianggap tidak sempurna, bahkan disebut sebagai kebohongan.
Dengan demikian, dikatakan orang shaleh harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Beriman kepada Allah dan hari kiamat, karena benar imannya maka mereka
itu melaksanakan apa yang diimaninya. Dengan demikian akan tumbuh
pada mereka perilaku yang lurus dan selalu mawas diri, inilah yang disebut
Muraqabah, yaitu merasa diawasi Allah meskipun mereka tidak dapat
melihat Allah. Orang yang memiliki keimanan yang kokoh akan memiliki
loyalitas atau kesetiaan yang fokus kepada Allah swt., karenanya dia akan
meninggalkan perbuatan syirik.
2. Menyuruh yang baik (maruf), dan ini menjadi bagian dari dakwah untuk
mengajak, menyeru, mengingatkan, menganjurkan, kepada hal-hal yang
mengandung kebaikan.
144
3. Mencegah yang berbuat jahat (munkar), hal ini penting dilakukan karena
apabila seseorang melihat suatu kemaksiatan tetapi tidak melakukan
tindakan pencegahan, maka Allah akan menimpakan azab yang mana azab
tersebut dampaknya tidak hanya menimpa kepada mereka yang maksiat
saja, namun juga menimpa kepada orang-orang yang baik yang ada di
sekitar mereka.
4. Mengerjakan kebaikan, seperti : Dzikrullah.
Terjemah: Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. QS. 33 [Al-
Ahzab]: 41.
Terjemah: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan dzikirlah (ingatlah)
Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. QS.62[Al-
Jumuah]: 10.
Rajin membaca, memahami, mengamalkan dan mengajarkan Al
Quran, Al-Quram merupakan cahaya Allah, sungguh merugi orang Islam
yang tidak mendapatkan cahaya Allah karena jauh dari Al-Quran, lari dari Al
Quran, tidak menggunakan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Oleh sebab
itu mereka tidak bisa menerima pancaran cahaya Al-Quran, dan mereka juga
tidak dapat menerima manfaat Al-Quran.
Dalam konteks manajemen, dalam pandangan ajaran Islam, segala
sesuatu harus dilakukan secara tertib, rapi, benar, dan teratur. Proses-prosesnya
harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan.
Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai
145
dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara, semua itu
diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah
manajemen agar tujuan yang hendak dicapai dapat diraih dan bisa selesai
secara efektif dan efisien. Karena tanpa ilmu manajemen, kinerja seseorang
akan buruk.
Di lain sisi ilmu manajemen yang berkembang saat ini hanya bersumber
dari pengalaman dan kreativitas manusia. Sementara Allah merupakan Al-
Khaliq, pencipta manusia dan alam Semesta, Yang Maha Mengetahui
keharmonisan tatanan kehidupan ini. Manusia memanajemeni aktivitasnya
menjadi lebih bermanfaat. Al-Quran memberikan panduan manajemen yang
sempurna, dan inilah manfaat dari epistemologi ilmu manajemen pendidikan
Islam.
Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-
baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan
Islam yang ada pada masyarakat, akan tetap melekat dan sulit dihilangkan
bahkan mungkin Pendidikan Islam yang haq itu akan hancur oleh kebathilan
yang dikelola dengan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana
dikemukakan Ali bin Abi Thalib:kebenaran yang tidak terorganisir dengan
rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi.
Pendidikan Islam merupakan proses trans-internalisasi nilai-nilai Islam
kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Dengan demikian maka yang disebut
dengan manajemen pendidikan Islam adalah proses pemanfaatan semua
146
sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga pendidikan atau lainnya)
baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui
kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien, dan produktif untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik didunia maupun di akhirat.
Eksistensi kebenaran pada manajemen pendidikan Islam yaitu
eksistensi sensual, logik, etik, dan transedent yang paralel dengan riayah,
isyarah, hudan, dan rahmah. Filsafat yang secara eksplisit mengakui yang
transedent adalah phenomenologi dan reaslisme metaphisik. Filsafat yang
secara implisit mengakomodasikan yang etik dan transedent adalah
rasionalisme.
Dilihat dari postulasi aksiologiknya manajemen pendidikan Islam itu
ilmu normatif, sehingga perlu dan harus diorientasikan kepada nilai atau
values baik yang insaniyah (berkembang bersama budaya manusia) maupun
yang Ilahiyah (diwahyukan). Filsafat yang diketengahkan pada postulasi
ontologik. Dan untuk nash, model logika refleksi probabilistik dengan terapan
tematik atau maudhui lebih tepat digunakan. Allahberfirman:
Terjemah: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yangmenyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung."Dengan
demikian, hanya orang-orang yang mengerjakan yang ma'ruf
danmeninggalkan yang munkarlah orang-orang yang memperoleh
keuntungan. QS. 3 [Al-Imran]: 104
147
Setiap muslim yang memahami ayat di atas, tentu saja berupaya secara
optimal mengamalkannya. Dalam kondisi kekinian dimana banyak sekali
ragam aktivitas yang harus ditunaikan, ditambah pula berbagai kendala dan
tantangan yang harus dihadapi.
Seorang muslim seyogyanya lebih pandai untuk mengatur segala
aktivitasnya agardapat mengerjakan amal shalih setiap saat, baik secara vertikal
maupun horizontal. Secara vertikal, dirinya menginginkan sebagai ahli ibadah,
dengan aktivitas qiyamullail, shaum sunnah, bertaqarrub illallah, dan menuntut
ilmu-ilmu syar'i. Dalam hubungannya secara horizontal, ia menginginkan
bermuamalah dengan masyarakat, mencari maisyah bagi keluarganya.
Semua itu tentu saja harus diatur secara baik, agar apa yang diinginkan
dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus meninggalkan yang lain.
Misalnya, ada orang yang lebih memfokuskan amalan-amalan untuk
bertaqarrub kepada Allah, tanpa bermu'amalah dengan masyarakat. Ada juga
yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi
mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya.
Dalam hal ini, manajemen waktu untuk merencanakan, mengatur, dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah memiliki landasan-
landasan berikut.
1. Pengetahuan kaidah yang rinci tentang optimalisasi waktu
Setiap orang yang beriman, hendaknya memahami dan mengetahui kaidah-
kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal ini bertujuan
untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain. Tokoh-tokoh
148
seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah orang-
orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan
waktu semasa hidupnya.
2. Memiliki manajemen hidup yang baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala urusan hidupnya dengan
baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam pertimbangan
dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus
berpikir, membuat program, mengatur dan melaksanakannya.
3. Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau fleksibilitas dalam
berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak, berpengetahuan
luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu penting
sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4. Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan jauh ke depan, bisa
mengantisipasi berbagai persoalan yag akan terjadi di tahun-tahun
mendatang
5. Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya secara optimal, tidak melihat
masalah secara parsial. Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas.
Mengetahui urutan ibadah dan perioritas, serta mengklasifikasi berbagai
masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu agar menghasilkan
149
kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan menghindarkan
dari ketidak teraturan kegiatan.
6. Tidak Isti'jal dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa dan berdasar pada
ketenangan jiwa yang stabil mewujudkan hidup yang lebih baik. Sementara,
orang yang musta'jil menginginkan agar dalam waktu singkat ia mampu
melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus meninggalkan hal-hal yang tidak
terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan sunah kauniyah, yaitu hukum alam
dan kebiasaan.
7. Berupaya seoptimal mungkin
Jika seorang muslim, menginginkan terwujudnya aktivitas amal shalih,
maka secara optimal dapat mengarahkan diri pada persoalan itu sesuai
kemampuan yang ada.
8. Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian tertentu. Ia boleh memiliki
pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan pada keahlian tertentu.
Landasan-landasan di atas hanya dapat dipenuhi, jika telah memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Disiplin dan Pembiasaan sejak dini
Penanaman disiplin akan waktu, mengahargai waktu sejak kecil
merupakan hal penting. Dengan demikian, ia akan terbiasa untuk
mengatur hidupnya secara mandiri dan optimal untuk merencanakan
berbagai macam aktivitas. Disiplin terkait dengan ibadah, tidur, makan,
150
termasuk senda gurau. Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Berilah istirahat
hati karena kalau dipaksakan akan membabi buta."
b. Memiliki kecerdasan dan kejeniusan
Munculnya indikasi kecerdasan pada seseorang merupakan faktor
penting untuk bisa mewujudkan hal di atas.
c. Memiliki kondisi fisik dan mental yang positif
Untuk melaksanakan manajemen waktu yang optimal, memang perlu
ditunjang dengan adanya keinginan yang kuat, tindakan yang terus
menerus, aktif, lapang dada, penuh optimisme, berpengetahuan luas,
mampu memadukan berbagai pemikiran dan mampu mengendalikan
emosi, seperti sedih, berduka dan susah, disamping memiliki budi pekerti
dan akhhlak yang tinggi.
d. Memiliki keterampilan
Pengetahuan yang luas, tanpa diiringi dengan keterampilan hanya akan
menjadi aksi yang tidak kongkret. Banyak orang yang pandai berbicara,
tetapi hanya sedikit orang yang bisa bekerja dan menekuni bidang
pekerjaannya.
9. Sabar dalam menjalankan planning hidup dan manajemen waktu yang
dibuat. Menyusun planning hidup dan manajemen waktu berdasarkan shalat
fardhu amatlah mudah. Namun menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
cukup sulit. Lebih sulit lagi menjaganya terus menerus sehingga menjadi
habit (kebiasaan hidup) sehari-hari. Untuk itu, diperlukan semangat baja,
tekad yang kuat yang tak kenal menyerah dan putus asa. Untuk meraih itu
151
semua, sabar adalah kata kuncinya. Ternyata sabar dalam ketaatan jauh
lebih berat dari kesabaran untuk tidak melakukan maksiat. Sebab itu, sabar
dan shalat itu sangat mahal harganya, erat kaitannya dan tidak bisa
dipisahkan. Sabar dan shalat adalah syarat mendapatkan pertolongan Allah.
Sedangkan kesabaran salah satu syarat kesediaan Alllah untuk mau bersama
kita, sebagaimana firman Alllah:
Terjemah: Wahai orang-orang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) melalui sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah bersama
orang-orang yang sabar. QS. 2 [Al-baqarah]: 153
Dari berbagai makna dan pengertian surat Al-Ashr di atas, dapat
dijelaskan isyarat-isyarat yang terkandung dari penafsiran ayat-ayat tersebut.
Dalam konteks manajemen, maka dari makna kandungan ayat-ayat tersebut
banyak isyarat yang dapat dijadikan sebagai konsep-konsep yang memiliki
karakteristik tersendiri dalam penerapan manajemen, khususnya manajemen
pendidikan Islam.
Jika dikaitkan makna waktu, ini mengisyaratkan pentingnya disiplin,
konsisten dan amanah dalam menerapkan manajemen pendidikan Islam.
Karena waktu harus digunakan secara efisien dan efektif supaya produktif tidak
merugi. Dalam istilah manajemen, time is money. Ini terkandung maksud
bahwa setiap saat waktu yang dilewati harus mendatangkan produktivitas
keberhasilan dan keuntungan, tidak boleh merugi. Karena itu perlunya dibuat
perencanaan yang realistis dalam mengefektifkan waktu untuk suatu pekerjaan.
152
Makna iman mengisyaratakan bahwa dalam pekerjaan mengelola
lembaga pendidikan Islam harus didasarkan kepada keyakinan dalam hati,
mengorganisasikan sumberdaya manusia secara profesional, the right man on
the right place. Menempatkan orang sesuai dengan keahlian dan kemampuan di
bidangnya. Sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan
benartidak menyimpang dari aturan-aturan diajarkan dalam Al-Quran.
Secara manajerial, beramal shaleh berarti bahwa menyeleksi SDM yang
kompeten, bagaikan menyimpan uang di Bank (John Boudreaw). Dalam
konsep manajemen modern dikatakan bahwa Sumberdaya manusia dalam
sebuah organisasi harus dipandang sebagai asset yang berharga, bukan
sebagai beban (Richard Cushing). Ini mengindikasikan bahwa manusia yang
dapat bekerja dengan baik, benar, penuh dedikasi serta memiliki integritas dan
keikhalsan, dianggap sebagai asset yang dapat menguntungkan perusahaan.
Sedang saling berwasiyat dimaknai bahwa dalam suatu organisasi ada
pembagian kerja yang jelas, yang harus dijalankan sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Karena
itu dalam kegiatannya harus diarahkan dan diawasi agar tidak melenceng dari
tujuan organisasi itu sendiri.
Dan kata keshabaran mengisyaratkan bahwa setiap pekerjaan tertutama
dalam mengelola manusia dalam pendidikan harus dilakukan dengan penuh
ketekunan dan kesabaran, agar membuahkan hasil sebagaimana yang
diharapkan.
153
Dengan demikian, dari makna surat Al-Ashr banyak isyarat yang dapat
dijadikan sebagai konsep dalam penyelenggaraan manajemen, khususnya
konsep manajemen dalam mengelola lembaga pendidikan Islam. Konsep-
konsep yang diisyaratkan dari makna surat Al-Ashr dalam konteks manajemen
pendidikan Islam memiliki karakteristik yang cukup spesifik bila dibandingkan
dengan konsep manajemen konvensional. Diantara karakteristik dalam
manajemen pendidikan yang diisyaratkan dari surat Al-Ashr ini antara lain
bahwa dalam mengelola lembaga pendidikan Islam harus benar-benar
memanfaatkan waktu (disiplin) secara efektif dan produktif. Amal perbuatan
dalam melakukan pekerjaan harus profesional dilandasi dengan rasa keimanan
dan harus mempertanggungjawabkannya bukan hanya kepada pimpinan, lebih
dari itu harus mempertanggung jawabkannya di hadapan Allah swt. Pimpinan
lembaga harus selalu memberikan bimbingan, arahan serta pengawasan untuk
mengingatkan agar dalam melaksanakan tugas tidak menyimpang dari aturan-
aturan yang sudah ditentukan, serta dilakukan dengan penuh ketekunan dan
kesabaran, memberikan keteladanan, lebih-lebih dalam mendidik anak-anak
yang masih berusia dini.
154
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam menafsirkan Surat AlAshr ayat 1-3, para ulama sepakat bahwa inti dari
kandungan surat Al-Ashr adalah peringatan tentang waktu yang
dianugerahkan Allah kepada hambaNya sebagai sumber dan modal utama
dalam kehidupan. Orang yang tidak menggunakan waktu untuk kebaikan dan
kebenaran akan mengalami kerugian. Orang-orang yang tidak merugi adalah
mereka yang beriman, beramal shaleh, saling menasehati dengan kebenaran
dan kesabaran bila menghadapi suatu kesulitan. Dengan waktu, manusia dapat
beriman dan beramal shaleh. Dengan waktu manusia dapat memperoleh
kerugian atau keberuntungan. Waktu harus dimanaj secara efisien dan
produktif. Waktu dapat menentukan kegagalan atau keberhasilan manusia
dalam menjalani kehidupannya. Waktu yang digunakannya di dunia dengan
baik, akan menghasilkan keberunungan di akhirat kelak..
2. Kaitan tafsir surat Al-Ashr dengan konsep manajemen pendidikan Islam,
bahwa ada kesesuaian antara konsep Al-Quran dengan konsep manajemen
pendidikan dalam mengelola lembaga pendidikan Islam. Kesesuaian tersebut
terlihat terutama dalam penerapan fungsi-fungsi manajemen pendidikan. Al-
Quran surat Al-Ashr mengisyaratkan bahwa dalam mengelola lembaga
pendidikan agar menggunakan waktu dengan sebaiknya (disiplin), yakni
dengan membuat perencanaan, pengorganisasian, membina dan membimbing
154
155
dalam bekerja secara baik dan benar (amal shaleh) serta perlunya melakukan
pengawasan terhadap kinerja perusahaan, dengan penuh keimanan.
3. Konsep-konsep yang diisyaratkan dari makna surat Al-Ashr dalam konteks
manajemen pendidikan Islam memiliki karakteristik yang cukup spesifik bila
dibandingkan dengan konsep manajemen konvensional. Diantara karakteristik
dalam manajemen pendidikan yang diisyaratkan dari surat Al-Ashr ini antara
lain bahwa dalam mengelola lembaga pendidikan Islam harus benar-benar
memanfaatkan waktu (disiplin) secara efektif dan produktif. Amal perbuatan
dalam melakukan pekerjaan harus profesional dilandasi dengan rasa keimanan
dan harus mempertanggungjawabkannya bukan hanya kepada pimpinan, lebih
dari itu harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah swt. Pimpinan
lembaga harus selalu memberikan bimbingan, arahan serta pengawasan untuk
mengingatkan agar dalam melaksanakan tugas tidak menyimpang dari aturan-
aturan yang sudah ditentukan, serta dilakukan dengan penuh ketekunan dan
kesabaran, memberikan keteladanan, lebih-lebih dalam mendidik anak-anak
yang masih berusia dini.
B. Saran
1. Bagi setiap kita adalah untuk mempergunakan dan memanaj waktu dengan
sebaik-baiknya agar tidak tergolong kepada orang yang rugi.
2. Bagi peneliti lain hendaknya meneliti tafsir dari ayat-ayat lain dalam Al
Quran yang berkaitan dengan manajemen waktu
156
DAFTAR PUSTAKA
---------------, Muh. Athiyyah. 2003. At-Tarbiyah Al-Islamiyah (Prinsip-prinsip
Dasar Pendidikan; alih bhs. Abdullah Zakiy Al-Kaaf) Bandung: Pustaka
Setia.
Abd al-Halim al-Najjar, 1955. Mazahib al-Tafsir al-Islami li al-Alam al-
Mustashriq Ignas Golziher, Maktabah al-Khanji, Mesir,
A.S. Hornby, A.P. Cowie (Ed), AS. Hornby. 1990. Oxford Edvanced Dictionary
of English. London: Oxford, 1974,
Abd a-Hay al-Farmawi,1977, al-Bidayah fi al-Tafsir, al-Maudhui, al Matmaat
al-Hadarat al Arabiyat, Cet ke-2.
Abd al-Baqy, Muhammad Fuad, Al-Mujam al-Mufahras li Alfadz al-Quran al-
Karim, (Beirut : Dar al-Fikr, 1996).
Abd al-Rahman, Fahd, Ittijah al-Tafsir fi fi al-Rabi Asyar, (Mamlakah al-
Arabiyyah al-Suudiyyah, 1986),
Abu al-Falah Abd al-Hayy bin al-Imad al-Hanbali (w.109), Shazrat alzahab fi
akhbar min zahab, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, tth., juz 7
Abu Al-Qosim Mahmud bin Umar Al-Zamakhsyari, Tafsir Al-Kasyaf, Maktabat
Misykat Al-Islamiyyah, 1424, Juz I
Abu Bakar, Bahrun, 1989. Tarjamah Tafsir Al Maraghi, Semarang : CV. Thoha
Putra Semarang,
Abu Bakr ar-Razi, op. cit., Tartb Mukhtr al-Shihh, Beirut: Dar al-Fikr, 1993,
Abu Hayyan al-Andalusi, 1993.Tafsr al-Bahr al-Muhth vol. 8. Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah.
Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsr al-Bahr al-Muhth vol. 8. Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiyyah, Abu Tahir bin Yaqub al-Fairuzabadi, tt. Tanwir al-Miqbas
min Tafsir Ibn Abbs, Dar al-Fikr, Beirut.
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan,
Jakarta: Rajawali Press, 2004.
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periodr Klasik dan Pertengahan,
Jakarta: Rajawali Press, 2004, ------------------, 2008, Manajemen
Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia, Edisi
Kedua, Jakarta: Prenada Media Group.
157
Ahmad Al-Ansori al-Qurtubi,Ibnu, Al-Jamiul Ahkam Al-Quran, Darul Hud, juz
V.
Ahmad al-Shirbasi, 1994. Sejarah Tafsir Quran, terj. Team Pustaka Firdaus,
Pustaka Fitdaus, cet III.
Ahmad Ibrahim Abu Sinin, 200, Al-Idarah fi al-Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada 6, terj. Dimyauddin Djuwaini, Manajemen Syariah;
Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer,
Ahmad Ibrahim Abu Sinin, 2006. Al-Idarah fi al-Islam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, terj.
Ahmad M Al Maraghi, 2006.Tafsir Al Marghi, Jilid 10/380 Beirut: Darul Fikr.
Ahmad, Sayyid al-Hasyimi Bek, 1948. Mukhtar al-Hadts Nabawiyyah, Kairo:
Maktabah al-Hijazi,.
Al-Azami, M.M, 2005. Sejarah Teks Al-Quran dari Wahyu sampai Kompilasi,
Jakarta: Gema Insani.
Al-Abrasyi, Moh. Athiyah, 2008. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (alih bhs.
Abdullah Zakiy Al-Kaaf) Jakarta: Bulan Bintang.
Al-Attas, Syed Naquib, 1994. Konsep Pendidikan Dalam Islam, Suatu Pembinaan
Filsafat Pendidikan Islam, terj. Haidar Baqir. cet.IV. Bandung: Mizan.
Al-Baydhawy, Nashiruddin Abi Said Abdillah bin Umar bin Muhammad al-
Syaerazy Al-Baydhawy, tt. Tafsir Al-Baydhawy, Jilid II, Dar l=Kutub
ilmiyah, Bairut-Libanon.
Al-Farmawy, Abd al-Hayy, Al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhui, (Qahirah :
Maktabah Jumhuriyyah, 1977).
Al-Farmawy, Abd al-Hayy, 1977. Al-Bidayah fi Tafsir al-Maudhui, (Qahirah :
Maktabah Jumhuriyyah, 1977).
Algar, Hamid. 1985. The Roots of the Islamic Revolution. London: The Open
Press.
Al-Hafid Syams al-Din Muhammad bin Ali Ibn Ahmad al-Dawudi,1992.
Tabaqat al-Mufassirin, Maktabah Wahbah, Abidin.
Al-Hasyimi, Sayid Ahmad, 1995. Mukhtarul Ahadits an-Nabawiyah, Penj.
Mahmud Zaini, Jakarta: Pustaka Amani.
Al-Hasyimi, Sayid Ahmad, 1995. Mukhtarul Ahadits an-Nabawiyah, Penj.
Mahmud Zaini, Jakarta: Pustaka Amani, 1995
158
Ali Bin Muhammad Al-Jarjani, 2003. At-Tarifaat, Beirut: Darul Kutub Al-
Ilmiyah, Cet. Ke-3
Ali Muhammad Taufik, 2004.Praktik Manajemen Berbasis Al-Quran, Jakarta:
Gema Insani.
Al-Imam al-Mubarak bin Muhammad ibn al-Asir al-Jazari, 1983. Jami al-Usul fi
Ahadis al-Rasul, Dar al-Fikr, Beirut.
Al-Maraghy, Ahmad Musthafa, 1985. Tafsir Al-Maraghy, Juz XXX, Mesir;
Musthafa al-Bab al-Halaby, 1390/1970 (terj. Bahrun Abu Bakar); Toha
Putra: Semarang.
Al-Qththan, Manna, Mabahits fi Ulum al-Quran, (Riyad : Mansyurat al-Ashr
al-Hadits, 1971).
Al-Raghib al-Ashfahani,tt. Mujam Mufradat Alfdz al-Qurn. Beirut: Dar al-
Fikr.
Al-Sarqawi, Effat. 1981. Filsafat Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Hidayah.
Al-Sayuthi, Imam Jamaluddin Abdurahman bin Abi Bakr, tt. al-Jam' al-Shaghr f
al-Hadts.
Al-Syaukani, tt. Fath al-Qadr, vol. 5. Beirut: Dar al-Fikr
Al-Thabari, 1992. Tafsr ath-Thabari, vol. 12. Beirut: Dar al-Fikr.
Alvin Toffler (1989) dalam Prihananto,2005. Teknologi Komunikasi untuk
Pengembangan Pesantren: Konsepsi dan Alternatif Penerapannya dalam
Manajemen Pesantren, (Yogyakarta:PT. LKiS Pelangi Aksara.
Al-Zarkasyi, Badr al-Din Muhammad bin Abd Allah, Al-Burhan fi Ulum al-
Quran, Juz I, (Beirut, Dar al-Fikr, 1988).
Al-Zuhaily, Wahbah, 1991, Al-Tafsir Al-Munl-Maiir, Jilid 29-30, Beirut-
Libanon: Daar Al-Fikri al-Maashir.
An-Nahlawi, Abdurrahman, 1995.Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan
Masyarakat, Penj. Shihabuddin, Jakarta: Gema Insani Press.
AryBogdan, RC and Bihlen,SK,1982,Qualitative Reseach For Education An
Introduction to Theory and Methods, London,Allyn and Bacon,Inc.
Asnawir, 2006.Manajemen Pendidikan, Padang: IAIN IB Press.
159
Ath-Thabari, Tafsr ath-Thabari, vol. 12. Beirut: Dar al-Fikr, 1992, 684; asy-
Syaukani, Fath al-Qadr, vol. 5. Beirut: Dar al-Fikr, t.t., 5; Ibn Katsir,
Tafsr al-Qur'n al-Azhm, vol. 4. Beirut: Dar al-Fikr, 2000, 2070.
Azyumardi Azra, Azyumardi Azra. Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam
Transisi dan Modernisasi. Jakarta: Logos.2000
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium
Baru, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, hal. 5
Az-Zuhaili, op. cit., 392; ar-Raghib al-Ashfahani, Mujam Mufradat Alfdz al-
Qurn. Beirut: Dar al-Fikr, t.t., 148.
Bagir, Haidar. 1988. Murthada Muthahhari, Sang Mujahid, Sang Mujtahid.
Bandung: Yayasan Muthahhari.
Baidan, Nahruddin, 2000, Rekonstruksu Ilmu Tafsir, Yogyakarta, Dana Bakti
Primayasa.
Bertrand Russell, Human Knowledge: Its Scope and Limits, New York: Simon
and Schuster, 1948.
Bertrand Russell, Human Knowledge: Its Scope and Limits, New York: Simon
and Schuster, 1948.
Bovee L.Courland, dan John V. Thill, 1995, Bussines Communication Today,
Fourth Edition, New York: McGraw-Hill, Inc.,
BSNP, 2006, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Cawidu, Harifudin, 1991, Konsep Kufr dalam Al-Quran: Suatu Kajian Teologis
dengan pendekatan tafsir tematik, Jakarta: Bulan Bintang
Charles Michael Stanton, Higher Learning of Islam: The Classical Periode A.P.
700-1300, Meryland: remand and Littlefield Publisher, 1990.
Charles Michael Stanton, Higher Learning of Islam: The Classical Periode A.P.
700-1300,Meryland: remand and Littlefield Publisher, 1990, h. 92-93.
Cowie, Hornby, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English,
London:Oxford University Press, 1974
Danim, Sudarwan dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasional Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era
Teknologi, Situasi Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2009
160
David Hume, Theatise of Human Nature, Philosophical Essay Concerning
Human Understanding and Inquiri Concerning the principle of Morale,
dalam Titus, Living Issues in Philosophy, New York, 1979.
David Hume, Theatise of Human Nature, Philosophical Essay Concerning
Human Understanding and Inquiri Concerning the principle of Morale,
dalam Titus, Living Issues in Philosophy, New York, 1979.
Deddy Mulyana, 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif; Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
cet. Ketiga.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya,
Bandung, Gema Risalah Press, 1992
Departemen Agama RI, Al Quran Dan Tafsirnya (Edisi Yang di Sempurnakan),
Jakarta; Departemen Agama RI, 2008
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta; Balai Pustaka, 1990), cet. 3, h. 553
Depdiknas,2001, Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education)
Buku I, Jakarta
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Syariah; Principles on Managemen in
Practice, Jakarta: Gema Insani, 2006
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung,2006. Syariah; Principles on Managemen
in Practice, Jakarta: Gema Insani.
E. Mulyasa, 2005. MBS: Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung:
Rosdakarya.
Echols, John M., dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta; PT.
Gramedia, 1995
Edward Sallis, ( 2006 ) Total Quality Management, Alih Bahasa, Ahmad Ali
Riyadi. Ircisod, Yogyakarta.
Effat Al-Sarqawi, Filsafat Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1981),
hal. 114-115.
Fakhruddin al-Razi, 1990. Atl-Tafsr al-Kabr aw Mafth al-Ghayb. Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyyah.
Fakhruddin al-Razi, Atl-Tafsr al-Kabr aw Mafth al-Ghayb. Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, 1990,
161
Fakhruddin al-Razi, Atl-Tafsr al-Kabr aw Mafth al-Ghayb. Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiyyah, 1990, 82.
Farid Abd al-Aziz al-Jundi, 1919. Mujam al-Buldan, Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, Beirut, 1990.
Frederick Winslow Yaylor, The Principles of Scintific Management, Harper &
Brothert Publishers,.
Frederick Winslow Yaylor, The Principles of Scintific Management, Harper &
Brothert Publishers, 1919. juga lihat Henri Fayol, Industril and General
Administrative Process, NJ. Chathan, 1991.
Gani, KH. Bustami A. dan H. Chatibul Umam, Ed., Beberapa Aspek Ilmiah
tentang Quran, (Jakarta : Pustaka Litera AntarNusa, Cet. II, 1994)
George L. Grice, 1993, Mastering Public Speaking, Masachussetts: Simon
Company
George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2006
Glann,Ethel C. 1990, Public Speaking Today and Tomorrow, New Jersy: Prantice
Hall Inc.
Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall.
H. B. Hamdani Ali, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Kota Kembang, 1993.
H.M. Faried Ali, Filsafat Administrasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004,
h. 46.
Hamid Algar, The Roots of the Islamic Revolution (London: The Open Press,
1983), hal. 9.
HAR. Tilaar & Riant Nughroho, 2009. Kebijakan Pendidikan, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
HAR. Tilaar, 1992. Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Harold H. Titus, Marilyn S. Smith dan Richard T. Nolan, Living Issues in
Philosophy, (1979), terjemahan H.M.Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang,
1984.
Harold H. Titus, Marilyn S. Smith dan Richard T. Nolan, Living Issues in
Harold Koontz & Cyrill ODonnell, Principles of Manajemen to Analysis
Manajerial Function, Tokyo: Kogakusha Company, Ltd., Asian Student.
162
Haryani, Sri, 2001, Komunikasi Bisnis, Yogyakarta, UUP AMP YKPN,
Hasbullah, 2006. Otonomi Pendidikan; Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Henri Fayol, Industril and General Administrative Process, NJ. Chathan, 1991.
Hermawan Warsito, 1993. Pengantar Metodologi Penelitian (Jakarta: APTIK
dengan PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hick, Herbert G. dan G. Ray Gullet,1995. Organization: Theory and Behavior,
Penj. G. Kartasapoetra, Jakarta:Bumi Aksara, 1995, cet. ke-2
Hidayati, Titiek Rohana, 2005,Hubungan antara Ketrampuilan Manajerial
Kepala Sekolah, pelatihan Guru, Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi
dengan Kinerja Guru Madrasah Aliyah Swasta se kabupaten jember,
Unpublished Dissertation, malang:UM Malang.
Hugiono dan Poerwantara, Pengantar Ilmu Sejarah (Semarang: Rineka Cipta,
1992),
Husin al-dzahabi,M., 1962, al-Tafsir wa al-Mufassirun, I, Kairo, Dar al kutub al-
haditsat
Ibn Katsir, 2000. Tafsr al-Qur'n al-Azhm, vol. 4. Beirut: Dar al-Fikr.
Ibn Khaldun, Abdurrahman 1993. Muqaddimah Ibn Khaldn; wa Hiya
Muqaddimah al-Kitb al-Musamma Kitb al-Ibar wa Dwn al-Mubtada
wa al-Khabar f Ayym al-Arb wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man
sharahum min Dzaw al-Sulthn al-Akbar, Beirut: Dar al-Kitab al-
Ilmiyah, 1993
Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001, hal.
763
Ibnu Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq, Mesir: al-Mathbah al-Husainiyyah, tanpa
tahun, hal. 27
Ibrhim al-Huwaimil, tt. Silsilah Manhij Dawrt asy-Syariyyah- at-Tafsr-
Fi`ah an-Nsyi`ah,
Imad bin Abu Fida Ismail Al-Hafidz Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quraan Al-Adziim,
Ismail ibn Katsir Al-Kuraesyi Al-Dimasiqy, 1969 M/1388M. Tafsir Al-Quran
Al-Adhim, Jilid IV, Daar al-Marifah, Beirut-Libanon.
163
Ismail ibn Katsir Al-Kuraesyi Al-Dimasiqy, 1969, Tafsir Al-Quran Al-Adhim,
Jilid IV, Beirut-Libanon: Daar al-Marifah.
Ismail ibn Katsir Al-Kuraesyi Al-Dimasiqy, Tafsir Al-Quran Al-Adhim, Jilid
IV, Daar al-Marifah, Beirut-Libanon, 1969 M/1388
J.Panglaykim dan Hazil Tanzil, Manajemen Suatu Pengantar, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1991.
Jalal al-Din al-Mahalli, Jalal al-Din al-Suyuti, 1981. Tafsir al-Quran al-Adim
(Jalalain), Dar al-Fikr, Beirut.
Jawwad, M. Ahmad Abdul, Manajemen Waktu, Bandung; PT. Syamil Cipta
Media, 2004, terj. Khozin Abu Faqih, Ed. Nalus, cet. 2
Jean Jacques Rousseau, Discourse on the Sxiences and the Erts dan The Social
Contract dalam Titus, Living Issues in Philosophy, New York, 1979.
Jerome S. Arcaro, 2007. Pendidikan Berbasis Mutu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
John M. Echols dan Hassan Sadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta; PT.
Gramedia, 1995) cet. XXI, h.372
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1999
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1999.
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1999, cet. Ke-14 h. 5-6.
Katsir, Ibnu, Tafsir Ibnu Katsir, Terjemah dan Tafsir, terjemahan Salim Bahreisy,
Said Bahreisy, PT. Bina Ilmu, 1990.
Khaldun, Abdurrahman Ibn, 1993.Muqaddimah Ibn Khaldn; wa Hiya
Muqaddimah al-Kitb al-Musamma Kitb al-Ibar wa Dwn al-Mubtada
wa al-Khabar f Ayym al-Arb wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man
sharahum min Dzaw al-Sulthn al-Akbar, Beirut: Dar al-Kitab al-
Ilmiyah, 1993
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi
Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
Sudarwan Danim dan Suparno, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Teknologi, Situasi
Krisis, dan Internasionalisasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009),
164
Syafaruddin, 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press.
Syafaruddin, 2005. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press.
Syihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Jakarta : Lentera Hati, 2009
165
Khaldun, Abdurrahman Ibn, Muqaddimah Ibn Khaldn; wa Hiya Muqaddimah al-
Kitb al-Musamma Kitb al-Ibar wa Dwn al-Mubtada wa al-Khabar f
Ayym al-Arb wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man sharahum min Dzaw
al-Sulthn al-Akbar, Beirut: Dar al-Kitab al-Ilmiyah, 1993
Khalil,Komaruddin, 2005, Kiat Sukses Menjadi Pembicara yang Mengugah dan
Mengubah, Bandung : MQS Publishing
Komarudin Hidayat, dalam acara Ensiklopedi Islam yang ditayangkan di Metro
TV, hari Minggu tanggal 24 September 2006
Kuntowijoyo, Paradigma Islam (Bandung: Mizan, 1993), hal. 327.
Kuntowijoyo. 1993. Paradigma Islam. Bandung: Mizan.
Langgulung, Hasan, 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta:
Pustaka al-Husna
Langgulung, Hasan, 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta:
Pustaka al-Husna.
Lihat QS. Al-Ashr [103]: 1-3 (ada pada halaman 3-4 makalah ini)
Louis A. Allen, Karya Manajemen, terj. J.M.A Tuhuteru, Jakarta: PT.
Pembangunan
M. Ahmad Abdul Jawwad, 2006. Manajemen Rasulullah; Panduan Sukses Diri
dan Oerganisasi, Bandung: PT Syamil Cipta Media.terj. Khozin Abu
Faqih, h. 1
M. Ahmad Abdul Jawwad, Manajemen Waktu, (Bandung; PT. Syamil Cipta
Media, 2004), terj. Khozin Abu Faqih, Ed. Nalus, cet. 2, h. xvi
M. Quraish Shihab, 1996. Wawasan Al-Quran; Tafsir MaudhuI atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: Mizan.
M. Quraish Shihab, 1996. Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudlui atas pelbagai
persoalan Umat, Bandung: Mizan.
166
M. Quraish Shihab, 1996. Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudlui atas pelbagai
persoalan Umat, (Bandung: Mizan, cet. keIV
M. Quraish Shihab, 2003. Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, cet. ke XXVI.
M. Quraish Shihab, 2003. Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehodupan Masyarakat, (Bandung: Mizan 2003), cet keduapuluh
enam.
M. Quraish Shihab, 2003. Membumikan Al-Quran; Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehodupan Masyarakat, Bandung: Mizan. cet keduapuluh enam.
M. Quraish Shihab, 2007. Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Quran, Juz Amma, Jakarta: Lentera hati.
M.Ahmad Abdul Jawwad, 2006. Manajemen Rasulullah; Panduan Sukses Diri
dan Oerganisasi, Bandung: PT Syamil Cipta Media, terj. Khozin Abu
Faqih
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, Rineka Cipta, 2004.
Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, Pustaka Al Kautsar, Jakarta,
1997
Manna al-Qattan, 1994. Mabahis fi Ulum al-Quran, Muassasah al-Risalah,
Beirut.
Mazheruddin Siddiqi, Konsep Quran tentang Sejarah (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1986), hal. 178.
Mohamad Natsir, Mohd. Nasir Omar .2005. Akhlak dan kaunseling Islam. Kuala
Lumpur Malaysia: Utusan Publicatins & Distrobutors Sdn Bhd, Terbitan
1954.
Muh. Thalhah hasan, Dinamika Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Lantabora
Press) hal. 58
Muh. Thalhah hasan, Dinamika Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Lantabora
Press.
Muhaimin dkk, 2010. Manajemen Pendidikan: Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta: Kencana.
Muhammad Baqir Shadr, Sejarah, hal. 126.
Muhammad Baqir Shadr, Tafsir Modern (Jakarta: Risalah Masa, 1992), hal. 86.
167
Muhammad Husain al-Zahabi, 1976. al-Tafsir wa al-Mufassirun, Dar al-Kutub al-
Hadisah, Beirut.
Muhammad Qutb, Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam (Jakarta: Gema Insani
Press, 1992), hal. 20-21.
Mujamil Qomar, 2007. Manajemen Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga.
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam, (Erlangga, 2007), cet. 1, h. 160-161
Mujamma Al Malik Fahd Li Thibaat Al Mushhaf Asy Syarif Medinah
Munawwarah, 1415 H. Al-Quran dan Terjemahnya (Kerajaan Saudi
Arabia: Mujamma Al Malik Fahd Li Thibaat Al Mushhaf Asy Syarif
Medinah Munawwarah
Mulyasa, E, 2002 Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, Yogyakarta: Infinite
Press, 2004, hal. 25-30
Murthada Muthahhari, Falsafah Kenabian (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), hal.
45.
Murthada Muthahhari, Islam dan Tantangan Zaman (Jakarta: Pustaka Hidayah,
1996), hal. 329.
Murthada Muthahhari, Menguak Masa Depan Manusia Suatu Pendekatan Filsafat
Sejarah (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1991), hal. 22-23.
Murthada Muthahhari, Menguak, hal. 150.
Murthada Muthahhari, Menguak, hal. 25.
Murthada Muthahhari, Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama
(Bandung: Mizan, 1984), hal. 65-67.
Mustafa al-Sawi al-Juwaini, tt. Manahij fi al-Tafsir, al-Maarif, Iskandariyah.
Muthahhari, Kritik Islam terhadap Faham Materialisme (Jakarta: Risalah Masa,
1992), hal.89.
Muthahhari, Murthada. 1984. Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama.
Bandung: Mizan.
Nasr, SH, 1972, Ideals and Realies of Islam, London, George Allen & Unwin
Ltd.,
168
Nasution.M.N. ( 2004 ) Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia.
Natsir, Muhammad, Kapita Selekta, Bandung, Gravenhage, 1954
Nazir,Moh,2005, Metode Penelitian., Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Nizar Ali & Ibi Syatibi, 2009. Manajemen Pendidikan Islam: Ikhtiar Menata
Kelembagaan Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Isfahan.
Nizar, Samsul, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2001
Noeng Muhadjir, Epistemologi Pendidikan Islam Pendekatan Teoritik-Filosofik,
Majalah ilmiah Khazanah, Banjarmasin: IAIN Antasari Banjarmasin,
1994, No 44, h. 6.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Jakarta
Pidarta, made,2004, Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta
Program Pascasarjana STAIN Cirebon, 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,
Cirebon.
Qardhawi, Yusuf, al-Waqtu f Hayat al-Muslim, diterjemahkan oleh Abu Ulya
dengan judul Time is Up!, Manajemen Waktu Islami, Yogyakarta: Qudsi
Media, Agustus 2007
Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam: Strategi Baru Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam, Erlangga, 2007
Qutb, Muhammad. 1992. Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam. Jakarta: Gema
Insani Press.
Raghib al-Afshanai, tt. Mujam al-Mufradat li al-Fadz al-Quran, Berut Dar al-
Fikr. tt.
Rahim, Husni, 2001, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos
Wacana Ilmu.
Ramayulis, 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008
Redaksi Penerbit, Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006
169
Rivai, Veithzal, 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Rajawali
Pers.
Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007
Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice
Hall.
Robbins, Stephen dan Mary coulter. 2007. Management, 8th Edition. NJ: Prentice
Hall.
Sayyid Quthb, 1992. F Zhill al-Qur'n. Beirut: Darus Syuruq.
Sayyid Quthb, F Zhill al-Qur'n.Jilid XII, Terj.
Schein, Edgar H., 1980. Organizational Psychology, Englewood Cliffs, N.J.:
Prentice Hall.
Schein, Edgar H., Organizational Psychology, Englewood Cliffs, N.J.: Prentice
Hall, 1980
Shadr, Muhammad Baqir. 1992. Tafsir Modern. Jakarta: Risalah Masa.
Shihab, M. Quraish, at all., Sejarah & Ulum al-Quran, (Jakarta : Pustaka
Firdaus, Cet. III, 2001).
Shihab, Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung, Mizan: 1994
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,
Jakarta: Lentera Hati, 2002 Vol. 1
Shihab, Quraish, Tasfir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran,
Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 11
Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Quran; Kajian Tematik Atas Ayat-Ayat
Hukum Dalam Al-Quran, Jakarta: Penamadani, 2005
Shihabudin As-Sayid Muhammad Afnady, 1993. Al Alusi Al-Baghdadi, Ruhul
Ma'ani fiTaf siri Qur'anulAzhim wa Sab'u Matsni, Juz 30.
Siagian, Sondang P.2007, Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta: Bumi
Aksara,cet. ke-5.
Siddiqi, Mazheruddin. 1986. Konsep Quran tentang Sejarah. Jakarta: Pustaka
Firdaus.
170
Sidi, 1, 2001, Strategi Pendidikan Nasional, Makalah, disampaikan pada
simposium dan musyawarah Nasional 1 Alumni Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang tanggal 13-14 oktober 2001 di Malang.
Smith, The Spirit of American Philosophy, American, t.tp.1963.
Sondang P Siagian, Filsafah Administrasi, CV Masaagung, Jakarta, 1990
Statistik Pendidikan Agama dan Keagamaan T.P. 2007/2008, Jakarta: Ditjen PI
Depag RI, 2007
Stephen M. and Colin Morgan, 1993, Total Quality Mangement and The School,
Open University Press, Buckingham-Philadelphia.
Sumahamijaya, Suparman dkk,2003, Pendidikan Karakter Mandiri dan
Kewiraswastaan, Suatu upaya bagi keberhasilan Program Pendidikan
Berbasis Luas/BBE dan Life Skills, Bandung : PT Angkasa
Surya Subrata ( 2004 ) Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta. PT.Rineka
Cipta.
Suryadi Prawirosentono, 2002, Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu,
Jakarta, PT.Bumi Aksara.
Suryanegara, Ahmad Mansur. 1995. Menemukan Sejarah. Bandung: Mizan.
Syafaruddin, 2007. Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press.
Syafrudin, 2002, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan Konsep, Strategi
dan Aplikasi, Jakarta, PT.Grasindo .
Syahab, A. R., Al-Quran dan Science (tafsir As Samawat), (Surabaya, Karunia,
Cet. I, 1977).
Sukardi KD, Ed., Belajar Mudah Ulum al-Quran Studi Khazanah Ilmu
Al-Quran, (Jakarta :Lentera Basri Tama, Cet.I, 2002).
Syihab, M. Quraish, Tafsir Al-Quran Al-karim Tafsir Atas Surat-Surat Pendek
Berdasarkan Atas Turunnya Wahyu , Bandung : Pustaka Hidayah, 1997
Taqiyuddin an-Nabhani, 2003. Syakhshiyyah al-Islmiyyah, vol. 1 Beirut: Dar al-
Ummah.
Taqiyuddin an-Nabhani, Syakhshiyyah al-Islmiyyah, vol. 1 Beirut: Dar al-
Ummah, 2003, 29.
171
Taufik Adnan Amal, 1994. Islam dan Tantangan Modernitas; Studi atas
Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, Bandung: Mizan, , Cet. ke V.
Taufik Adnan Amal, 1994. Islam dan Tantangan Modernitas; Studi atas
Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, Bandung: Mizan Cet. ke V.
Terry, George R., 2006. Guide to Management, Penj. J. Smith D.F.M., Jakarta:
Bumi Aksara, cet. ke-8
Terry, George R., Guide to Management, Penj. J. Smith D.F.M., Jakarta: Bumi
Aksara, 2006, cet. ke-8. Hal.
Thameem Ushama, 1995. Methodologies of the Quranic Exegesis, A.S.
Noordien, Kuala Lumpur.
Thomas Hobbes, Leviathan (1651) dalam The Social Contract (1972) dalam
Titus,Living issues in Philosophy, terj. Prof.Dr.Rasjidi. Jakarta: Bulan
Bintang, 1984.
Thomas Hobbes, Leviathan (1651) untuk kemudian dipertegas adanya kekuasaan
tertinggi yaitu negara dalam The Social Contract (1972) dalam Titus, ibid.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1989. Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bandung: Fokus Media, 2003
Untuk pendalaman pemahaman hal itu dapat ditelusuri Smith dalam bukunya
masing-masing: The Spirit of American Philosophy, 1963, Purpose and
Thought, The Meaning of Pragmatisme, 1978.
Ushuluddin, Win, 2002, Sintesis Pendidikan Islam Asia Afrika,Yogyakarta:
Paradigma
UU sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
Veithzal Rivai, 2009. Education Management, Jakarta: Rajawali Pers.
Vocational Business: Training, Developing and Motivating People by Richard
Barrett Business & Economics 2003. Page 51.
Wahbah Al-Zuhayli, 1991. At-Tafsr al-Munr fi al-Aqdah wa al-Syarah wa
al-Manhaj vol. 15. Beirut: Dar al-Fikr, 1991.
172
Wahbah az-Zuhayli, At-Tafsr al-Munr fi al-Aqdah wa al-Syarah wa al-
Manhaj vol. 15. Beirut: Dar al-Fikr, 1991, 390.
Wahjo, 2003, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Wahjosumidjo, 2001, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia
William C.Chittick, The Suf Path of Knowlwdge, Hermeunetika al-Quran Ibnu Al-
Arabi, Terj Ahmad Nidzam et.al , Yogyakarta: Qalam, 2001.
William C.Chittick, TheSuf Path of Knowlwdge, Hermeunetika al-Quran Ibnu Al-
Arabi, Terj Ahmad Nidzam et.al , Yogyakarta: Qalam, 2001, cet. Ke-1, h.
37-38.
Winardi, J., Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali Press,
2006, hal.
Winardi, J.,2006. Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta: Rajawali
Press.
Winarno Surakhmad, 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan
Teknik, Bandung: Tarsito.
Yasin Dutton, tt. The Origins of Islamic Law: The Quran, the Muwaaand
Madinan Amal
Yasin, Asad , Tarjamah Tafsir Fi Dzilal Al Quran, Jakarta : Gema Insani Press,
2002
Yusuf Qardhawi, al-Waqtu f Hayat al-Muslim, diterjemahkan oleh Abu Ulya
dengan judul Time is Up!, Manajemen Waktu Islami, (Yogyakarta: Qudsi
Media, Agustus 2007), cet. 2, hl. 39-40
Yusuf Qardhawy, 1980. Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Bana, Bulan
Bintang: Jakarta.
Zarkasyi, Abdullah Syukri, 2003, Manajemen Pesantren, Pengalaman Pondok
Modern Gontor, Ponorogo:Trimurti Press

Vous aimerez peut-être aussi