Vous êtes sur la page 1sur 13

Praktikum Kimia Instrumen

AAS









Oleh :
Helny Lydarisbo
114665
III C


Kementrian Perindustrian
SMK _ SMAK MAKASSAR
2014
AAS (Atomic Absorbsion Spektrophotometri)

Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat yang digunakan pada
metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan
pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari
unsur-unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb),
dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis
sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS pada umumnya digunakan untuk analisa
unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal sistem single beam dan double
beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal fotometer nyala yang
hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama unsur
golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung
yang mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak bergantung pada
temperatur. Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen yaitu unit teratomisasi, sumber
radiasi, sistem pengukur fotometerik.
Teknik AAS menjadi alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan karena sebelum
pengukuran tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena
kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan,
asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia. AAS dapat digunakan untuk
mengukur logam sebanyak 61 logam.
Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari
elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi
sampel yang telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor
melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal
dari sumber radiasi, dan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak
arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik dari
sumber radiasi atau sampel.
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi maka atom
tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik ke
tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi, maka
energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga
elektron tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali
ke keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut.
CARA KERJA AAS :
1. pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting,
main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul perintah
apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik Yes dan jika
tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor
lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup,
kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas supaya
lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan mudah.
4. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
5. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working mode.Dipilih
unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada symbol unsur yang
diinginkan.
6. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings. Diatur
parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ; measurement;
concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration : ppm ; number of
standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
7. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
8. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu menyala
alat siap digunakan untuk mengukur logam.
9. Pada menu measurements pilih measure sample.
10. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
11. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang sama
untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
12. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
13. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
14. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
15. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon print
atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
16. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas
burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada
komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu ducting
dan terakhir gas.



Bagian-Bagian pada AAS


a) Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda memiliki masa
pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada setiap unsur yang
akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu,
hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua
macam, yaitu : Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur Lampu
Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya
saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol digunakan untuk
memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu dimasukkan ke dalam soket
pada AAS. Bagian yang hitam ini merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-
empat besi lainnya.
Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga
unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak
ada ruang kosong untuk keluar masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam,
karena bila ada gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada
lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan, maka lampu
dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan pada tempat busanya di
dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai
penggunaan, lamanya waktu pemakaian dicatat.

b) Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi gas asetilen.
Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu 20000K, dan ada juga tabung gas yang
berisi gas N2O yang lebih panas dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30000K.
regulator pada tabung gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang
akan dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian
kanan regulator. Merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut, yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air, untuk pengecekkan.
Bila terdengar suara atau udara, maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada
gas yang keluar. Hal lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air
sabun pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor.
Sebaiknya pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan
dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung dapat keluar karena
disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung berisi aseton yang dapat
membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga memiliki tekanan.

c) Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa pembakaran
pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian luar pada atap
bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan
sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di
dalam ducting, agar ppolusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting secara horizontal,
agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak akan ada serangga atau binatang
lainnya yang dapat masuk ke dalam ducting. Karena bila ada serangga atau binatang
lainnya yang masuk ke dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah miring, karena
bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup. Ducting berfungsi untuk
menghisap hasil pembakara yang terjadi pada AAS, dan mengeluarkannya melalui
cerobong asap yang terhubung dengan ducting.

d) Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena alat iniberfungsi
untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan oleh AAS, pada waktu
pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol pengatur tekanan, dimana pada
bagian yang kotak hitam merupakan tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah
merupakan besar kecilnya udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai
pengatur tekanan, sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan udara
setelah usai penggunaan AAS. Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar
bersih.posisi ke kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri meerupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat mengakibatkan
lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya pada saat menekan ke kanan
bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap, agar lantai tidak menjadi basah., dan uap
air akan terserap ke lap.

e) Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena burner
berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan aquabides, agar tercampur
merata, dan dapat terbakar pada pemantik api secara baik dan merata. Lobang yang
berada pada burner, merupakan lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal
dari proses pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang aspirator
dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan
proses pencucian pada aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang
aspirator digunakan untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang
akan diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk mengalirkan gas
asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus
dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam
yang berada di dalam larutan, akan mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi
tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna api
yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat konsentrasi logam yang diukur.
Bila warna api merah, maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api
paling biru, merupakan warna api yang paling baik, dan paling panas, dengan
konsentrasi

f) Buangan Pada AAS
Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah pada AAS.
Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar sedemikian rupa,
agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat
mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga
kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk.
Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indicator. Bila lampu indicator menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api
pada proses pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar tempat atau
wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah penuh, isi di dalam wadah
jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit, agar tidak kering.

Keuntungan metode AAS
Keuntungan metode AAS dibandingkan dengan spektrofotometer biasa yaitu spesifik,
batas deteksi yang rendah dari larutan yang sama bisa mengukur unsur-unsur yang
berlainan, pengukurannya langsung terhadap contoh, output dapat langsung dibaca,
cukup ekonomis, dapat diaplikasikan pada banyak jenis unsur, batas kadar penentuan
luas (dari ppm sampai %). Sedangkan kelemahannya yaitu pengaruh kimia dimana AAS
tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya pengaruh fosfat terhadap Ca,
pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga
menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks
misalnya pelarut.

SISTEM ATOMISASI
1. SISTEM ATOMISASI NYALA
Setiap alat spektrometri atom akan mencakup dua komponen utama sistem introduksi
sampel dan sumber (source) atomisasi. Untuk kebanyakan instrumen sumber
atomisasi ini adalah nyala dan sampel di introduksikan dalarn bentuk larutan. Sampel
masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Aerosol biasanya dihasilkan oleh Nebulizer
(pengabut) yang dihubungkan ke nyala oleh ruang penyemprot (chamber spray).
Ada banyak variasi nyala yang telah diapakai bertahun-tahun untuk spektrometri atom.
Namun demikian. yang saat ini menonjol dan dipakai secara luas untuk pengukuran
analitik adalah udara-asetilen dan nitrous oksida- asetilen.Dengan kedua jenis nyala ini,
kondisi analisis yang sesuai untuk kebanyakan ana!it (unsur yang dianalisis) dapat
ditentukan dengan menggunakan metode-metode emisi, absorbsi dan juga fluoresensi.
Biasanya menjadi pilihan untuk analisis menggunakan AAS,. temperarur nyala-nya
yang lebih rendah mendorong terbentuknya atom netral dan dengan nyala yang kaya
bahan bakar pembentukan oksida dari banyak unsur dapat diminimalkan. Nitrous
oksida-asetilen .Dianjurkan dipakai untuk penentuan unsur-unsur yang mudah
membentuk oksida dan sulit terurai. Hal ini disebabkan temperatur nyala yang
dihasilkan relative tinggi. Unsur-unsur tersebut adalah: Al, B, Mo, Si, So, Ti, V danW.
Proses atomisasi adalah proses pengubahan sample dalam bentuk larutan menjadi
spesies atom dalam nyala. Proses atomisasi ini akan berpengaruh terhadap hubungan
antara konsentrasi atom analit dalam larutan dan sinyal yang diperoleh pada detektor
dan dengan demikian sangat berpengaruh terhadap sensitivitas analisis. Langkah-
langkah proses atomisasi melibatkan hal-hal kunci sebagaimana diberikan pada
Gambar 3. Secara ideal fungsi dari sistem atomisasi (source) adalah:
a. Mengubah sembarang jenis sampel menjadi uap atom fasa-gas dengan sedikit
perlakuan atau tanpa perIakuan awal.
b. Me!akukan seperti pada point 1) untuk semua elemen (unsur) dalam sampel
pada semua level konsentrasi.
c. Agar diperoleh kondisi operasi yang identik untuk setiap elemen dan sampel.
d. Mendapatkan sinyal analitik sebagai fungsi sederhana dari konsentrasi tiap-tiap
elemen. yakni agar gangguan(interfererisi) dan penganih matriks (media) sampel
menjadi minimal.
e. Memberikan analisis yang teliti (precise) dan tepat (accurate).
f. Mendapatkan harga beli, perawatan dan pengoperasian yang murah.
g. Memudahkan operasi.


2. SISTEM ATOMISASIDENGAN ELEKTROTHERMAL (TUNGKU)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat mengatasi
kelemahan dari sistem nyala seperti, sensitivitas, jumlah sampel dan penyiapan sampel.
Ada tiga tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
a. Tahap pengeringan atau penguapan larutan
b. Tahap pengabuan atau penghilangan senyawa-senyawa organik dan
c. Tahap atomisas
Unsur-unsur yang dapat dianalsis dengan menggunakan GFAAS adalah sama
dengan unsur-unsur yang dapat dianalisis dengan sistem nyala. Beberapa unsur yang
sama sekali tidak dapat dianalisis dengan GFAAS adalah tungsten, Hf, Nd, Ho, La, Lu, Os,
Br, Re, Sc, Ta, U, W, Y dan Zr, hal ini disebabkan karena unsur tersebut dapat bereaksi
dengan graphit.
Jangan menggunakan media klorida, lebih baik gunakan nitrat 2. Sulfat dan fosfat bagus
untuk pelarut sampel, biasanya setelah sampel ditempatkan dalam tungku. Gunakan
cara adisi sehingga bila sampel ada interferensi dapat terjadi pada sampel dan
standard.

METODE ANALISIS
Ada tiga teknik yang biasa dipakai dalam analisis secara spektrometri. Ketiga teknik
tersebut adalah :

(1) Metoda Standar Tunggal
Metoda sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah
diketahui konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan
absorbsi larutan sampel (Asmp) diukur dengan Spektrofotometri.

(2) Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode ini dibuat suatu seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan
absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan AAS Langkah selanjutnya adalah
membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan Absorbansi (A) yang akan merupakan
garis lurus melewati titik nol. dengan slope = b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan
sampel dapat dicari setelah absorbansi larutan sampel diukur dan diintrapolasi ke
dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh
dengan menggunakan program regresi linear pada kurva kalibrasi.

(3) Metoda Adisi Standar
Metoda ini dipakai secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan
yangdisebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks) sampel dan
standar.Dalam metoda ini dua atau lebih sejumlah volume tertentu dari sampel
dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampat volume tertentu
kemudian diukur absorbansinya tanpa ditambah dengan zat standar, sedangkan
larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dulu dengan
sejumlah tertentu tarutan standar dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.
Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut :
Ax = k.Cx AT = k(Cs + Cx)
Dimana.,
Cx = konsentrasi zat sampel
Cs = konsentrasi zat standar yang ditambahkan ke larutan sampe
Ax = Absorbansi zat sampel (tanpa penambahan zat standar)
Ar = Absorbansi zat sampel + zat standar
Jika kedua persarnaan diatas digabung akan diperoleh:
Cx = Cs x {Ax/(AT - Ax)}
Konsentrasi zat dalam sampel (Cx) dapat dihitung dengan mengukur Ax dan AT dengan
spektrofotometer. Jika dibuat suatu seri penambahan zat standar dapat pula dibuat
suatu grafik antara AT lawan Cs, garis lurus yang diperoleh diekstrapolasi ke AT = 0,
sehingga diperoleh.
Cx = Cs x {Ax/(O - Ax)} ; Cx = Cs x (Ax /-Ax)
Cx = Cs x ( -1) atau Cx = - Cs

GANGGUAN DALAM ANALISIS DENGAN SSA
Ada tiga gangguan utama dalam SSA :

(1) Gangguan ionisasi
Gangguan lonisasi: Gangguan ini biasa terjadi pada unsur alkali dan alkali tanah
dan beberapa unsur yang lain karena unsur-unsur tersebut mudah terionisasi
dalam nyala. Dalam analisis dengan FES dan AAS yang diukur adalah emisi dan
serapan atom yang tidak terionisasi. Oleh sebab itu dengan adanya atom-atom
yang terionisasi dalam nyala akan mengakibatkan sinyal yang ditangkap
detek'tor menjadi berkurang. Namun demikian gangguan ini bukan gangguan
yang sifatnya serius, karena hanya sensitivitas dan linearitasnya saja yang
terganggu. Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yaug
mudah terionisasi ke clalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari
unsur yang dianalisis.


(2) Gangguan akibat pembentukan senyawa refractory (tahan panas)
Pembentukan Senyawa Refraktori: Gangguan ini diakibatkan oleh reaksi antara
analit dengan senyawa kimia, biasanya anion yang ada dalam larutan sampel
sehingga terbentuk senyawa yang tahan panas (refractory). Sebagai contoh,
pospat akan bereaksi dengan kalsium dalam nyala menghasilkan kalsium
piropospat (CaP2O7). Hal ini menyebabkan absorpsi ataupun emisi atom
kalsium dalam nyala menjadi berkurang. Gangguan ini dapat diatasi dengan
menambahkan stronsium klorida atau lantanum nitrat ke dalam tarutan. Kedua
logam ini lebih mudah bereaksi dengan pospat dihanding kalsium sehingga
reaksi antara kalsium dengan pospat dapat dicegah atau diminimalkan.
Gangguan ini juga dapat dihindari dengan menambahkan EDTA berlebihan.
EDTA akan membentuk kompleks chelate dengan kalsium, sehingga
pembentukan senyawa refraktori dengan pospat dapat dihindarkan.
Selanjutnya kompleks Ca-EDTA akan terdissosiasi dalam nyala menjadi atom
netral Ca yang menyerap sinar. Gangguan yang lebih serius terjadi apabi!a unsur-
unsur seperti: AI, Ti, Mo,V dan lain-lain bereaksi dengan O dan OH dalam nyala
menghasilkan logam oksida dan hidroksida yang tahan panas. Gangguan ini
hanya dapat diatasi dengan menaikkan temperatur nyala., sehingga nyala yang
urnum digunakan dalam kasus semacam ini adalah nitrous oksida-asetilen.

(3) Gangguan fisik alat
Gangguan Fisik Alat : yang dianggap sebagai gangguan fisik adalah semua
parameter yang dapat mempengaruhi kecepatan sampel sampai ke nyala dan
sempurnanya atomisasi. Parameter-parameter tersebut adalah: kecepatan alir
gas, berubahnya viskositas sampel akibat temperatur atau solven, kandungan
padatan yang tinggi, perubahan temperatur nyala dll. Gangguan ini biasanya
dikompensasi dengan lebih sering membuat Kalibrasi (standarisasi).

Bahan Bakar Asitilena
Asetilena (Nama sistematis: etuna) adalah suatu hidrokarbon yang tergolong
kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang paling
sederhana, karena hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada
asetilena, kedua karbon terikatmelalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom
karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan
keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H
sebesar 180.
Asetilena ditemukan oleh Edmund Davy pada 1836, yang
menyebutnya karburet baru dari hidrogen. Nama asetilena diberikan oleh
kimiawan Perancis Marcellin Berthelot, pada tahun 1860. Pada tahun 1812, sebuah
ledakan asetilena membutakan fisikawan Gustaf Daln, yang kemudian pada tahun
yang sama memperoleh hadiah Nobel di bidang fisika.
Sifat Fisika Dan Sifat Kimia Gas Acetylene
Penampakan, Bau dan Bentuk : Merupakan gas tak berwarna. Asetilen dengan
tingkat kemurnian 100% tidak berbau tetapi asetilen yang dijual secara komersial
memiliki bau seperti bawang yang tajam.
Berat Molekul : 26,04
Titik Didih (10 psig) : -103,4 oF (-75 oC)
Berat Jenis (Udara = 1) : 0,906
Titik Beku / Titik Lebur : -116 oF (-82,2 oC)
Tekanan Uap (Pada 70 oF (21,1 oC)) : 635 psig
Rapat Massa Gas (Pada 32 oF (0 oC) dan 1 atm) : 0,07314 lb./cu ft
Laju Penguapan (Butil Asetat = 1) : Tidak berlaku (Gas)
Kelarutan Dalam Air (Vol./Vol. pada 32 oF (0 oC) dan 1 atm) : 1,7.

Stabilitas Dan Reaktivitas
Stabilitas Kimia : Tidak Stabil. Stabil pada saat dikirimkan. Jangan digunakan pada
tekanan di atas 15 psig.
Kondisi Yang Harus Dihindari : Tabung tidak boleh mengalami kejutan tiba-tiba atau
terekspos dengan sumber panas.
Inkompatibilitas (Material yang harus dihindari) : Dalam kondisi tertentu, asetilen
dapat bereaksi dengan tembaga, perak, dan merkuri dan membentuk asetilida, suatu
senyawa yang dapat menjadi sumber pengapian. Kuningan yang mengandung kurang
dari 65% tembaga dalam bentuk alloy dan alloy nikel tertentu cocok digunakan untuk
asetilen dalam kondisi normal. Asetilen dapat bereaksi dengan menimbulkan ledakan
bila dikombinasikan dengan oksigen dan oksidator lain termasuk semua halogen dan
senyawa halogen. Kehadiran cairan, asam-asam tertentu, atau zat basa cenderung
memperlaju pembentukan tembaga asetilida.
Reaktivitas :
a. Produk Dekomposisi Berbahaya: Hidrogen, karbon.
b. Polimerisasi Berbahaya: Tidak akan terjadi

Informasi Tentang Bahaya Keracunan
LC50 (Pernapasan) : Asetilen dapat menimbulkan sesak napas.
LD50 (Oral) : Tidak ada yang dilaporkan.
LD50 (Kulit) : Tidak ada yang dilaporkan.
Korosivitas Terhadap Kulit : Asetilen tidak bersifat korosif.

Informasi Ekologi :
Diperkirakan tidak akan terjadi pengaruh ekologis yang merugikan. Acetylene tidak
mengandung bahan kimia Kelas I atau Kelas II yang dapat mengurangi ozon (40 CFR
Part 82). Asetilen tidak terdaftar sebagai zat polutan laut oleh DOT (49 CFR Part 171).

Pertimbangan Mengenai Pembuangannya
Metode Pembuangan Limbah : Jangan mencoba membuang residu atau kuantitas yang
tak terpakai. Kembalikan tabung kepada supplier. Tabung yang tak bisa terpakai harus
dikembalikan kepada supplier agar dapat dibuang secara aman dan benar.

























Daftar Pustaka
http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/01/spektrofotometer-
serapan-atom-aas.html
http://www.pabrikgasacetylene.com/tag/sifat-fisik-dan-kimia-gas-acetylene/
http://id.wikipedia.org/wiki/Asetilena

Vous aimerez peut-être aussi