PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS-IXB SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM MATARAM 2013
A. Pengertian Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Buku Acuan APN 2006).
B. Penyebab Perkembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur, bila terjadi gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Towel (2004), penyebab kegagalan pernafasan pada bayi: 1. Faktor ibu a. Hipoksia ibu. b. Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. c. Gravida 4 atau lebih. d. Sosial ekonomi rendah. e. Penyempitan pembuluh darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin. 2. Faktor plasenta a. Plasenta tipis. b. Plasenta kecil. c. Plasenta tidak nempel pada tempatnya. d. Solusio plasenta. e. Perdarahan plasenta.
3. Faktor janin/neonatus a. Prematur, SUGR. b. Gemeli. c. Tali pusat menumbung. d. Tali pusat melilit pada leher. e. Kelainan kongenital.
4. Faktor persalinan a. Partus lama. b. Partus tindakan.
C. Tanda dan Gejala
1. Pernafasan cuping hidung. 2. Pernafasan cepat. 3. Nadi cepat. 4. Warna kulit kebiruan 5. Kejang 6. Penurunan kesadaran
D. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO 2 keluar dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam arteriol paru. Segera setelah lahir bayi akan menarik nafas yang pertama kali (menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi extrauterin akan dipertahankan. Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru, suatu tekanan ringan diperlukan untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan alveoli mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang beberapa tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan untuk mengawali dan menjamin keberhasilan pernafasan bayi selanjutnya. Proses persalinan normal (pervaginam) mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau limfe. Gangguan pada pernafasan pada keadaan ini adalah apabila paru tidak mengembang dengan sempurna (memadai) pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat lahir, pada keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas yang pertama setelah lahir oleh karena alveoli tidak mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O 2
tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obat anesthesi pada operasi sesar. Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli dan masuknya udara kedalam alveoli masih ada masalah lain yang lebih panjang, yakni sirkulasi dalam paru yang berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara lain vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat menurunkan perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan perfusi paru seringkali disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan menurun dan terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap tertutup dan Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan pertukaran gas dalam paru tidak terjadi. Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi ke jaringan tubuh tidak mungkin terjadi. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi, gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO 2
tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ini akan mengganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular yang ditandai oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2, menurunnya pH darah dipakainya sumber glikogen tubuh dan gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya menimbulkan masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat lanjut pada masa neonatus dan masa pasca neonatus. Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu Hypoxic Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara cepat dan tepat (Aliyah Anna, 2007).
E. Crinical Pathway (terlampir)
F. APGAR SCORE
Tanda Nilai 0 1 2 A: Appearance (Color) Biru/ pucat Tubuh kemerahan/ ekstermitas biru Tubuh dan ekstermitas kemerahan P: Pulse (Heart Rate) Tidak ada <100x/menit >100x/menit G: Grimance (Refleks) Tidak ada Gerakan sedikit Menangis A: Activity (Tonus Otot) Lumpuh Flrksi Lemah Aktif R: Respiration Tidak ada Lemah, merintih Tangisan kuat Penilaian: 7-10:Normal 4-6 : Asfiksia Sedang 0-3 : Asfiksia Berat
G. Komplikasi
1. Sembab Otak 2. Pendarahan Otak 3. Anuria atau Oliguria 4. Hyperbilirubinemia 5. Obstruksi usus yang fungsional 6. Kejang sampai koma 7. Komplikasi akibat resusitasinya sendiri : Pneumonthorax
H. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Data Subyektif Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan (Allen Carol V. 1998). Data subyektif terdiri dari 1) Biodata atau identitas pasien : Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin 2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 2007). 3) Riwayat kesehatan Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus asfiksia berat yaitu : a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru. b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, inkompetensia serviks, hidramnion, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm. c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan. d) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau semakin menurun. e) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm). 4) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji : a) Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal, perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa. b) Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal distress, ibu kelelahan, persalinan dengan tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi). c) Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu sistem pernafasan. Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan. 5) Riwayat post natal Yang perlu dikaji antara lain : a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan. b) Berat badan lahir : kurang atau lebih dari normal (2500-4000 gram). Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal. 6) Pola nutrisi Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia berat gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena. Kebutuhan parenteral Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D 5 % Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D 10 % Kebutuhan nutrisi enteral BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam Kebutuhan minum pada neonatus : Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200 cc/kg BB/hari (Iskandar Wahidiyat, 2007) 7) Pola eliminasi Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah Latar belakang sosial budaya Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian asfiksia Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
8) Hubungan psikologis Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan asfiksia karena memerlukan perawatan yang intensif b. Data Obyektif Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 2005) 1) Keadaan umum Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik. 2) Tanda-tanda Vital Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 2006).
3) Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 2005). a) Kulit Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanogo dan verniks. b) Kepala Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial. c) Mata Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya. Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir. d) Mulut Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak. e) Telinga Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan f) Leher Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek g) Thorax Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
h) Abdomen Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna. i) Umbilikus Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada tali pusat. j) Genitalia Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan. k) Anus Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses l) Ekstremitas Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya. m) Refleks Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 2005) c. Data Penunjang Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan adalah : 1) Darah Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O 2 dalam darah sedikit. Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct) Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi. Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO 2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO 2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea. PO 2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO 2 pada bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif. HCO 3 (normal 24-28 mEq/L) 2) Urine Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari : Natrium (normal 134-150 mEq/L) Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L) Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L) Photo thorax Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan pemenuhan kebutuhan O 2 sehubungan dengan post asfiksia berat. b. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses persalinan yang lama c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah d. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat e. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.
3. Intervensi keperawatan a. Gangguan pemenuhan kebutuhan O 2 sehubungan dengan post asfiksia berat. Tujuan: Kebutuhan O 2 bayi terpenuhi Kriteria: a. Pernafasan normal 40-60 kali permenit. b. Pernafasan teratur. c. Tidak cyanosis. d. Wajah dan seluruh tubuh Intervensi : a. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm. Rasional : Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas. b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu. Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna. c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam Rasional : Deteksi dini adanya kelainan. d. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O 2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri. Rasional : Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO 2 menunjukkan hypoventilasi b. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya roses persalinan yang lama Tujuan Tidak terjadi hipotermia Kriteria Suhu tubuh 36,5 37,5C Warna seluruh tubuh kemerahan Akral hangat Intervensi : a. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer) Rasional : Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat b. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handuk / kain yang kering dan hangat. Rasional : Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi c. Observasi suhu bayi tiap 6 jam. Rasional : Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia d. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan. Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah Tujuan Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria a. Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik. b. Berat badan tidak turun lebih dari 10%. c. Retensi tidak ada Intervensi : a. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi. Rasional : Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan / perawatan yang tepat. b. Monitor turgor dan mukosa mulut. Rasional : Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut c. Monitor intake dan out put. Rasional : Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance) d. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan Rasional : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat. e. Lakukan control berat badan setiap hari. Rasional : Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor
d. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan metabolisme yang meningkat Tujuan: Tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan. Kriteria a. Akral hangat b. Tidak cyanosis c. Tidak apnea d. Suhu normal (36,5C -37,5C) Intervensi : a. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi. Rasional : Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk pemantauan intake dan out put. b. Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan Rasional : Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi. c. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi) Rasional : Deteksi dini adanya kelainan. d. Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostik. Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.
e. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah. Tujuan : Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
Kriteria : a. Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi. b. Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri. Intervensi : a. Jelaskan pada ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang. Rasional : Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan ibu/keluarga. b. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya. Rasional : Membantu memecah-kan permasalahan yang dihadapi. c. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit. Rasional : Ketidaktahuan memperbesar stressor. d. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas). Rasional : Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas. e. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan Rasional : Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Allen Carol Vestal, 2008, Memahami Proses Keperawatan, EGC : Jakarta Aminullah Asril,2004, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Aliyah Anna, dkk. 2007, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan perinatologi Indonesia (Perinasia): Jakarta Effendi Nasrul, 2005, Pengantar Proses Keperawatan, EGC : Jakarta Hasan Rusepno, dkk 2001, Penata Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Ilyas Jumlarni, 2005, Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta. Margareth. G.M, 2008, Intrudcutory Pediatric Nursing,Lippincott : New York Rustam Mochtar, 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, EGC : Jakarta. Tucher Martin Susan, 1999, Standart Perawatan Pasien, Proses keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi, EGC : Jakarta. Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC : Jakarta.