Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASFIKSIA DI RUANG NICU


RSU PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT














Disusun Oleh

ANIS WULANDARI
08.01.0981




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS-IXB
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) MATARAM
MATARAM
2013


A. Pengertian
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur saat
bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah lahir (Buku
Acuan APN 2006).

B. Penyebab
Perkembangan paru-paru neonatus terjadi pada menit
pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan
teratur, bila terjadi gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O
2
dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia
janin atau neonatus.
Towel (2004), penyebab kegagalan pernafasan pada
bayi:
1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu.
b. Usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun.
c. Gravida 4 atau lebih.
d. Sosial ekonomi rendah.
e. Penyempitan pembuluh darah ibu yang mengganggu
pertukaran gas janin.
2. Faktor plasenta
a. Plasenta tipis.
b. Plasenta kecil.
c. Plasenta tidak nempel pada tempatnya.
d. Solusio plasenta.
e. Perdarahan plasenta.

3. Faktor janin/neonatus
a. Prematur, SUGR.
b. Gemeli.
c. Tali pusat menumbung.
d. Tali pusat melilit pada leher.
e. Kelainan kongenital.

4. Faktor persalinan
a. Partus lama.
b. Partus tindakan.

C. Tanda dan Gejala

1. Pernafasan cuping hidung.
2. Pernafasan cepat.
3. Nadi cepat.
4. Warna kulit kebiruan
5. Kejang
6. Penurunan kesadaran

D. Patofisiologi

Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak
berperan dalam pertukaran gas oleh karena plasenta
menyediakan oksigen dan mengangkat CO
2
keluar dari tubuh
janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara,
sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi
didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk
respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat ini sangat
rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh karena konstriksi dari arteriol dalam
paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru akan
melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk
kedalam arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menarik nafas yang
pertama kali (menangis), pada saat ini paru janin mulai
berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara
akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan
meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan dengan
ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah
kedalam paru akan meningkat secara memadai. Duktus
Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dengan
meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah
dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA
dan masuk kedalam Aorta akan mulai memberi aliran darah
yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang mulai
mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk
sirkulasi extrauterin akan dipertahankan.
Pada saat lahir alveoli masih berisi cairan paru,
suatu tekanan ringan diperlukan untuk membantu
mengeluarkan cairan tersebut dari alveoli dan alveoli
mengembang untuk pertama kali. Pada kenyataannya memang
beberapa tarikan nafas yang pertama sangat diperlukan
untuk mengawali dan menjamin keberhasilan pernafasan bayi
selanjutnya. Proses persalinan normal (pervaginam)
mempunyai peran yang sangat penting untuk mempercepat
proses keluarnya cairan yang ada dalam alveoli melalui
ruang perivaskuler dan absorbsi kedalam aliran darah atau
limfe. Gangguan pada pernafasan pada keadaan ini adalah
apabila paru tidak mengembang dengan sempurna (memadai)
pada beberapa tarikan nafas yang pertama. Apnea saat
lahir, pada keadaan ini bayi tidak mampu menarik nafas
yang pertama setelah lahir oleh karena alveoli tidak
mampu mengembang atau alveoli masih berisi cairan dan
gerakan pernafasan yang lemah, pada keadaan ini janin
mampu menarik nafas yang pertama akan tetapi sangat
dangkal dan tidak efektif untuk memenuhi kebutuhan O
2

tubuh. keadaan tersebut bisa terjadi pada bayi kurang
bulan, asfiksia intrauterin, pengaruh obat yang
dikonsumsi ibu saat hamil, pengaruh obat-obat anesthesi
pada operasi sesar.
Dalam hal respirasi selain mengembangnya alveoli
dan masuknya udara kedalam alveoli masih ada masalah lain
yang lebih panjang, yakni sirkulasi dalam paru yang
berperan dalam pertukaran gas. Gangguan tersebut antara
lain vasokonstriksi pembuluh darah paru yang berakibat
menurunkan perfusi paru. Pada bayi asfiksia penurunan
perfusi paru seringkali disebabkan oleh vasokonstriksi
pembuluh darah paru, sehingga oksigen akan menurun dan
terjadi asidosis. Pada keadaan ini arteriol akan tetap
tertutup dan Duktus Arteriosus akan tetap terbuka dan
pertukaran gas dalam paru tidak terjadi.
Selama penurunan perfusi paru masih ada, oksigenasi
ke jaringan tubuh tidak mungkin terjadi. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat
dan lamanya asfiksia, fungsi tadi dapat reversible atau
menetap, sehingga menyebabkan timbulnya komplikasi,
gejala sisa, ataupun kematian penderita. Pada tingkat
permulaan, gangguan ambilan oksigen dan pengeluaran CO
2

tubuh ini mungkin hanya menimbulkan asidosis
respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung terus,
maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis
glikogen tubuh. Asam organik yang terbentuk akibat
metabolisme ini menyebabkan terjadinya gangguan
keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik. Keadaan
ini akan mengganggu fungsi organ tubuh, sehingga mungkin
terjadi perubahan sirkulasi kardiovaskular yang ditandai
oleh penurunan tekanan darah dan frekuensi denyut
jantung. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa pada
penderita asfiksia akan terlihat tahapan proses kejadian
yaitu menurunnya kadar PaO2 tubuh, meningkat PCO2,
menurunnya pH darah dipakainya sumber glikogen tubuh dan
gangguan sirkulasi darah. Perubahan inilah yang biasanya
menimbulkan masalah dan menyebabkan terjadinya gangguan
pada bayi saat lahir atau mungkin berakibat lanjut pada
masa neonatus dan masa pasca neonatus.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat
dari vasokonstriksi dan penurunan perfusi pru yang
berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi
konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit
sehingga penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti
jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia
berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan
cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan
oksigen pada organ vital dan saat ini akan mulai terjadi
suatu Hypoxic Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan
memberikan gangguan yang menetap pada bayi sampai dengan
kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru lahir
akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak
diatasi secara cepat dan tepat (Aliyah Anna, 2007).

E. Crinical Pathway (terlampir)

F. APGAR SCORE


Tanda Nilai
0 1 2
A: Appearance
(Color)
Biru/
pucat
Tubuh
kemerahan/
ekstermitas
biru
Tubuh dan
ekstermitas
kemerahan
P: Pulse (Heart Rate)
Tidak
ada
<100x/menit >100x/menit
G: Grimance (Refleks)
Tidak
ada
Gerakan
sedikit
Menangis
A: Activity (Tonus
Otot)
Lumpuh
Flrksi
Lemah
Aktif
R: Respiration
Tidak
ada
Lemah,
merintih
Tangisan
kuat
Penilaian:
7-10:Normal
4-6 : Asfiksia Sedang
0-3 : Asfiksia Berat



G. Komplikasi

1. Sembab Otak
2. Pendarahan Otak
3. Anuria atau Oliguria
4. Hyperbilirubinemia
5. Obstruksi usus yang fungsional
6. Kejang sampai koma
7. Komplikasi akibat resusitasinya sendiri :
Pneumonthorax

H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien
tentang masalah kesehatan (Allen Carol V. 1998).
Data subyektif terdiri dari
1) Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur,
agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura
A, 2007).
3) Riwayat kesehatan Riwayat antenatal yang perlu
dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus asfiksia berat yaitu :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia,
hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan
obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm
misalnya kelahiran multiple, inkompetensia
serviks, hidramnion, kelainan kongenital,
riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas
atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa
kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Gerakan janin selama kehamilan aktif atau
semakin menurun.
e) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan
usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).
4) Riwayat natal komplikasi persalinan juga
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :
a) Kala I : ketuban keruh, berbau, mekoneal,
perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa.
b) Kala II : persalinan lama, partus kasep, fetal
distress, ibu kelelahan, persalinan dengan
tindakan (vacum ekstraksi, forcep ektraksi).
c) Adanya trauma lahir yang dapat mengganggu
sistem pernafasan.
Persalinan dengan tindakan bedah caesar,
karena pemakaian obat penenang (narkose) yang
dapat menekan sistem pusat pernafasan.
5) Riwayat post natal Yang perlu dikaji antara lain
:
a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama
dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS
(4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
b) Berat badan lahir : kurang atau lebih dari
normal (2500-4000 gram). Preterm/BBLR < 2500
gram, untuk aterm 2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal,
hirocephalus anetrecial aesofagal.
6) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan post asfiksia
berat gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah
aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai
dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan
elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D
5
%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D
10
%
Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 200
cc/kg BB/hari
(Iskandar Wahidiyat, 2007)
7) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap kejadian
asfiksia
Kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan
tertentu terutama jenis psikotropika
Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang
makanan tertentu.

8) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir
dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi
bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana
bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian
serta dapat mempererat hubungan psikologis antara
ibu dan bayi. Lain halnya dengan asfiksia karena
memerlukan perawatan yang intensif
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui
suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan
standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul,
2005)
1) Keadaan umum
Pada neonatus post asfiksia berat, keadaannya
lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik
bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang
stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak
ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.
2) Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik
apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan
cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko
terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit,
sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan
belum teratur (Potter Patricia A, 2006).

3) Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan
fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien
(Effendi Nasrul, 2005).
a) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas
berwarna biru, pada bayi preterm terdapat
lanogo dan verniks.
b) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau
cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau
cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
c) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis,
tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera
tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
Hidung terdapat pernafasan cuping hidung dan
terdapat penumpukan lendir.
d) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir
atau tidak.
e) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
f) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus
pendek
g) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal,
perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali
per menit.


h) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm
dibawah arcus costaae pada garis papila
mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai
2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering
terdapat retensi karena GI Tract belum
sempurna.
i) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan
atau tidak, adanya tanda tanda infeksi pada
tali pusat.
j) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat
adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
k) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja,
frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses
l) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin,
perhatikan adanya patah tulang atau adanya
kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari
tangan serta jumlahnya.
m) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat
reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro
dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
(Iskandar Wahidiyat, 2005)
c. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting
artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang
tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang
tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
1) Darah
Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri
dari :
Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan
asfiksia Hb cenderung turun karena O
2
dalam darah
sedikit.
Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal
4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas
masih rendah sehingga resiko tinggi.
Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi
cenderung turun karena sering terjadi
hipoglikemi.
Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi
terdiri dari :
pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun
terjadi asidosis metabolik.
PCO
2
(normal 35-45 mmHg) kadar PCO
2
pada bayi
post asfiksia cenderung naik sering terjadi
hiperapnea.
PO
2
(normal 75-100 mmHg), kadar PO
2
pada bayi
post asfiksia cenderung turun karena terjadi
hipoksia progresif.
HCO
3
(normal 24-28 mEq/L)
2) Urine
Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia
terdiri dari :
Natrium (normal 134-150 mEq/L)
Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
Photo thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran
normal.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan O
2
sehubungan dengan
post asfiksia berat.
b. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan
adanya roses persalinan yang lama
c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan
dengan reflek menghisap lemah
d. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan
metabolisme yang meningkat
e. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan
bayi sehubungan dengan rawat terpisah.

3. Intervensi keperawatan
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan O
2
sehubungan dengan
post asfiksia berat.
Tujuan:
Kebutuhan O
2
bayi terpenuhi
Kriteria:
a. Pernafasan normal 40-60 kali permenit.
b. Pernafasan teratur.
c. Tidak cyanosis.
d. Wajah dan seluruh tubuh
Intervensi :
a. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data,
kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi
dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu
bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional : Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi
flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan
nafas.
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Rasional : Jalan nafas harus tetap dipertahankan
bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas
yang sempurna.
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis
tiap 4 jam
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
d. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O
2
dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri.
Rasional : Menjamin oksigenasi jaringan yang
adekuat terutama untuk jantung dan otak. Dan
peningkatan pada kadar PCO
2
menunjukkan
hypoventilasi
b. Resiko terjadinya hipotermi sehubungan dengan adanya
roses persalinan yang lama
Tujuan
Tidak terjadi hipotermia
Kriteria
Suhu tubuh 36,5 37,5C
Warna seluruh tubuh kemerahan
Akral hangat
Intervensi :
a. Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas
(infant warmer)
Rasional : Mengurangi kehilangan panas pada suhu
lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat
b. Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk
mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handuk /
kain yang kering dan hangat.
Rasional : Mencegah kehilangan tubuh melalui
konduksi
c. Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
Rasional : Perubahan suhu tubuh bayi dapat
menentukan tingkat hipotermia
d. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus
Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
Rasional : Mencegah terjadinya hipoglikemia

c. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan
reflek menghisap lemah
Tujuan
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria
a. Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik.
b. Berat badan tidak turun lebih dari 10%.
c. Retensi tidak ada
Intervensi :
a. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi
serta konsistensi.
Rasional : Deteksi adanya kelainan pada eliminasi
bayi dan segera mendapat tindakan / perawatan yang
tepat.
b. Monitor turgor dan mukosa mulut.
Rasional : Menentukan derajat dehidrasi dari turgor
dan mukosa mulut
c. Monitor intake dan out put.
Rasional : Mengetahui keseimbangan cairan tubuh
(balance)
d. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan
Rasional : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
adekuat.
e. Lakukan control berat badan setiap hari.
Rasional : Penambahan dan penurunan berat badan
dapat di monitor

d. Resiko terjadinya hipoglikemia sehubungan dengan
metabolisme yang meningkat
Tujuan:
Tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan.
Kriteria
a. Akral hangat
b. Tidak cyanosis
c. Tidak apnea
d. Suhu normal (36,5C -37,5C)
Intervensi :
a. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta
monitor setiap pemberian nutrisi.
Rasional : Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh
dan untuk pemantauan intake dan out put.
b. Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu
lingkungan
Rasional : Menjaga kehangatan agar tidak terjadi
proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan
suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.
c. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi)
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
d. Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan
laborat yaitu distrostik.
Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia
lebih lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada
organ - organ tubuh yang lain.

e. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi
sehubungan dengan rawat terpisah.
Tujuan :
Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.



Kriteria :
a. Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi.
b. Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya
sendiri.
Intervensi :
a. Jelaskan pada ibu / keluarga tentang keadaan
bayinya sekarang.
Rasional : Ibu mengerti keadaan bayinya dan
mengura-ngi kecemasan serta untuk kooperatifan
ibu/keluarga.
b. Bantu orang tua / ibu mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Membantu memecah-kan permasalahan yang
dihadapi.
c. Orientasi ibu pada lingkungan rumah sakit.
Rasional : Ketidaktahuan memperbesar stressor.
d. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi
oleh kaca pembatas).
Rasional : Menjalin kontak batin antara ibu dan
bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.
e. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika
keadaan bayi memungkinkan
Rasional : Rawat gabung merupakan upaya mempererat
hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan
pulang.










DAFTAR PUSTAKA


Allen Carol Vestal, 2008, Memahami Proses Keperawatan,
EGC : Jakarta
Aminullah Asril,2004, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Aliyah Anna, dkk. 2007, Resusitasi Neonatal, Perkumpulan
perinatologi Indonesia (Perinasia): Jakarta
Effendi Nasrul, 2005, Pengantar Proses Keperawatan, EGC :
Jakarta
Hasan Rusepno, dkk 2001, Penata Laksanaan Kegawat
Daruratan Pediatrik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
Ilyas Jumlarni, 2005, Diagnosa Keperawatan, EGC : Jakarta.
Margareth. G.M, 2008, Intrudcutory Pediatric
Nursing,Lippincott : New York
Rustam Mochtar, 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi
Patologi, EGC : Jakarta.
Tucher Martin Susan, 1999, Standart Perawatan Pasien,
Proses keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi, EGC :
Jakarta.
Talbot Laura A. 2007, Pengkajian Keperawatan, EGC :
Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi