1. Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular.
2. Laporan kasus mengenai pasien perempuan berumur 16 tahun dengan keluhan benjol dan gatal di punggung dan leher selama 3 bulan.
3. Pasien didiagnosis dengan erupsi akneiformis berdasarkan gejala klinis dan dilakukan pengobatan sistemik dan topikal.
1. Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular.
2. Laporan kasus mengenai pasien perempuan berumur 16 tahun dengan keluhan benjol dan gatal di punggung dan leher selama 3 bulan.
3. Pasien didiagnosis dengan erupsi akneiformis berdasarkan gejala klinis dan dilakukan pengobatan sistemik dan topikal.
1. Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular.
2. Laporan kasus mengenai pasien perempuan berumur 16 tahun dengan keluhan benjol dan gatal di punggung dan leher selama 3 bulan.
3. Pasien didiagnosis dengan erupsi akneiformis berdasarkan gejala klinis dan dilakukan pengobatan sistemik dan topikal.
FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2014 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
ERUPSI AKNEIFORMIS
Disusun Oleh :
A.Mifta Paramitha Muchlis
PEMBIMBING: dr. H. A. AMAL ALAMSYAH MAKMUR, M,Si, SpKK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014
2
ERUPSI AKNEIFORMIS
PENDAHULUAN Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule, nodus, dan kista pada tempat predileksinya. (1) Akne ditandai dengan kondisi kulit yang berminyak dengan sebum yang berlebihan, komedo yang terbuka dan tertutup, papul eritema dan pustule, pada sebagian kasus juga terdapat nodul, pustul yang dalam dan pseudocysts. Kondisi ini selalu dimulai pada usia remaja dan paling sering pada usia 20 -30 tahun. (2)
Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi untuk membedakannya. Beberapa peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi yang berbeda. (1)
Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular. Etiologi penyakit ini masih belum jelas. Semula erupsi akneiformis disangka sebagai salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa etiopatogenesis dan gejalanya berbeda. (1) Erupsi akneiformis diinduksi oleh obat-obatan seperti yodida dari medium kontras yang radiopaque atau yodida potassium bromides seperti propantheline bromide, testosterone, siklosporin, obat antiepilepsi, litium dan kortikosteroid sistemik. (3)
Erupsi akneiformis dapat muncul pada lokasi yang tidak khas, misalnya lengan dan tungkai. Bentuk lesi pada umumnya monomorf dan tidak ditemukan komedo. (3) Berbeda dengan akne, erupsi akneiformis timbul secara akut atau subakut, dan tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja, namun di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Manifestasi klinis erupsi adalah papul dan pustule, monomorfik atau 3
oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo dapat terjadi sekunder kemudian setelah sisitem sebum ikut terganggu. Dapat disertai demam, males, dan umumnya tidak terasa gatal. Umur penderita berbeda dari remaja sampai orang tua. Tentu ada anamnesis obat yang lama dikonsumsi. (1)
LAPORAN KASUS Seorang perempuan berumur 16 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSKD Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 29 April 2014 dengan keluhan gatal dan benjol-benjol pada daerah punggung yang menjalar ke leher sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri pada daerah gatal tidak dirasakan. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Riwayat minum jamu, obat-obatan dan kosmetik disangkal. Dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal seperti ini. Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang eritem disertai papul. Pasien didiagnosis dengan Erupsi Akneiformis dan didiagnosis banding dengan Akne Vulgaris dan Folikulitis. Pasien diterapi dengan Doxyciclyn, Cetirizine, Methylprednisolon dan Vitamin A.
4
DISKUSI Diagnosis Erupsi Akneiformis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien merasakan gatal dan benjol pada daerah punggung dan menjalar ke leher sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak pernah memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal seperti ini. Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang eritma disertai papul. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa Erupsi akneiformis timbul secara akut atau subakut, dan tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja, namun di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Manifestasinya adalah papul dan pustule, monomorfik atau oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. (1) Erupsi akneiformis biasananya berupa papula, vesikel berkelompok dan lokalisasinya seluruh tubuh. (6) Induksi obat erupsi akneiformis adalah Glukokortikoid, Fenitoin, Lithium, Isoniazid, Vitamin B Complex dosis tinggi, senyawa Halogenated, dan reseptor inhibitor epidermal growth factor. (7)
Pasien didiagnosis banding dengan Akne vulgaris dan Akne venenata. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa gejala predominan salah satunya, komedo, papul yang tidak meradang dan pustule, nodus dan kista yang beradang, dapat diserta rasa gatal, namun umunya keluhan penderita adalah keluhan estetis. (1)
5
Akne vulgaris merupakan peradangan kronis unit pilosebasea. Penyebabnya multifactor. Keluhan berupa gatal, nyeri +/- dan estetis. Efloresensinya berupa komedo hitam (terbuka) dan putih (tertutup), papul, pustule, nodul, kista, jaringan parut, dan pigmentasi. (4) Umumnya pasien didiagnosis akne vulgaris didasarkan pada lesi berbentuk komedo, papula, nodul pada muka, punggung, dan dada. (5) Papul dan pustule berukuran 1-5 mm yang disebabkan oleh infalamasi, oleh karena itu ditemukan pula eritema dan edema. (3) Penyebab pasti belum jelas, sebum yang dihasilkan oleh kelenjar palit merupakan faktor penting terjadinya akne vulgaris. (4) Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ektrsaktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam. Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. (5) Akne venenata merupakan erupsi setempat pada lokasi kontak dengan zat kimia yang digunakan, terjadinya subkronis, umumnya monomorf berupa komedo dan papul, tidak gatal (1) Erupsi terbatas pada folikel kelenjar palit, dimulai dengan komedo kemudian pada fase yang lebih lanjut timbul peradangan. (5)
Penatalaksanaan yang digunakan pada pasien ini adalah Cetirizine, Doxyciclyn, Methylprednisolon dan Vitamin A. Hal ini sesuai dengan kepustakaan mengenai penatalaksanaan Erupsi Akneiformis yaitu pengobatan topical dengan obat yang bersifat iritan, misalnya sulfur, resorsinol atau asam vitamin A. (1)
PROGNOSIS Erupsi akneiformis merupakan penyakit yang dapat sembuh, apabila penyebab induksi obat bisa dihentikan. Apabila hal tersebut tidak mungkin 6
dilaksanakan karena vital, maka pengobatan topical maupun sistemik akan memberikan hasil yang cukup baik. (1)
EDUKASI PASIEN Edukasi pasien sangat penting. Pasien dianjurkan untuk menghentikan konsumsi obat yang dipakai untuk menghentikan bertambahnya erupsi dan secara perlahan mengilangkan erupsi. Kepatuhan dalam penggunaan obat juga berperan, begitupun dalam kontrol makanan. Pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak dan tentunya selalu menjaga hygiene.
7
DAFTAR PUSTAKA 1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Editor. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007 : Hal 253-60
2. Layton AM. Disorders of the Sebaceous Gland in Rooks Textbook of Dermatology. 8 th ed. WileyBlackwell. Singapore. 2010.
3. James DW, Timothy GB, Dirk ME. Diseases of The Skin Clinical Dermatology 11 th ed. Saunders Elsevier. 2011.
4. Daili SS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia, Sebuah Panduan Bergambar. Penerbit : PT Medical Multimedia Indonesia. Jakarta Pusat. Hal 90-3
5. Widjaja, SE. Rosasea dan Akne Vulgaris Dalam Ilmu Penyakit Kulit. Harahap M, Editor. Hipokrates Jakarta : 2000. Hal 31-45
6. Siregar R.S, Editor. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC : Jakarta : 2004. Hal 178-84 7. Zaenglaein AL, Graber EM, Thiboutout DM, Fitzpatrick;s Dermatology In General Medicine. 8 th ed. McGraw-Hill 2012: Hal 1264-87.