Vous êtes sur la page 1sur 7

1

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN LAPSUS


FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


ERUPSI AKNEIFORMIS




Disusun Oleh :

A.Mifta Paramitha Muchlis


PEMBIMBING:
dr. H. A. AMAL ALAMSYAH MAKMUR, M,Si, SpKK


DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2014




2

ERUPSI AKNEIFORMIS

PENDAHULUAN
Akne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun
folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustule,
nodus, dan kista pada tempat predileksinya.
(1)
Akne ditandai dengan kondisi
kulit yang berminyak dengan sebum yang berlebihan, komedo yang terbuka
dan tertutup, papul eritema dan pustule, pada sebagian kasus juga terdapat
nodul, pustul yang dalam dan pseudocysts. Kondisi ini selalu dimulai pada usia
remaja dan paling sering pada usia 20 -30 tahun.
(2)

Akne meliputi berbagai kelainan kulit yang hampir mirip satu dengan
lainnya, sehingga diperlukan penggolongan/klasifikasi untuk membedakannya.
Beberapa peneliti atau penulis buku dermatologi mengemukakan klasifikasi
yang berbeda.
(1)

Erupsi akneiformis adalah kelainan kulit yang menyerupai akne berupa
peradangan folikular dengan manifestasi klinis papulopustular. Etiologi
penyakit ini masih belum jelas. Semula erupsi akneiformis disangka sebagai
salah satu jenis akne, namun kemudian diketahui bahwa etiopatogenesis dan
gejalanya berbeda.
(1)
Erupsi akneiformis diinduksi oleh obat-obatan seperti
yodida dari medium kontras yang radiopaque atau yodida potassium bromides
seperti propantheline bromide, testosterone, siklosporin, obat antiepilepsi,
litium dan kortikosteroid sistemik.
(3)

Erupsi akneiformis dapat muncul pada lokasi yang tidak khas, misalnya
lengan dan tungkai. Bentuk lesi pada umumnya monomorf dan tidak
ditemukan komedo.
(3)
Berbeda dengan akne, erupsi akneiformis timbul secara
akut atau subakut, dan tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja,
namun di seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea.
Manifestasi klinis erupsi adalah papul dan pustule, monomorfik atau
3

oligomorfik, pada mulanya tanpa komedo. Komedo dapat terjadi sekunder
kemudian setelah sisitem sebum ikut terganggu. Dapat disertai demam, males,
dan umumnya tidak terasa gatal. Umur penderita berbeda dari remaja sampai
orang tua. Tentu ada anamnesis obat yang lama dikonsumsi.
(1)


LAPORAN KASUS
Seorang perempuan berumur 16 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSKD Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 29 April 2014 dengan
keluhan gatal dan benjol-benjol pada daerah punggung yang menjalar ke leher
sejak 3 bulan yang lalu. Nyeri pada daerah gatal tidak dirasakan. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Riwayat minum jamu, obat-obatan dan
kosmetik disangkal. Dalam keluarga tidak ada yang mengalami hal seperti ini.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat penyakit sebelumnya. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang eritem disertai papul. Pasien didiagnosis
dengan Erupsi Akneiformis dan didiagnosis banding dengan Akne Vulgaris
dan Folikulitis. Pasien diterapi dengan Doxyciclyn, Cetirizine,
Methylprednisolon dan Vitamin A.

4



DISKUSI
Diagnosis Erupsi Akneiformis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien merasakan gatal dan benjol pada
daerah punggung dan menjalar ke leher sejak 3 bulan yang lalu. Pasien tidak
pernah memiliki riwayat penyakit sebelumnya. Dalam keluarga tidak ada yang
mengalami hal seperti ini. Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang eritma disertai papul. Hal ini sesuai
dengan kepustakaan bahwa Erupsi akneiformis timbul secara akut atau
subakut, dan tempat terjadinya tidak di tempat predileksi akne saja, namun di
seluruh bagian tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Manifestasinya
adalah papul dan pustule, monomorfik atau oligomorfik, pada mulanya tanpa
komedo.
(1)
Erupsi akneiformis biasananya berupa papula, vesikel berkelompok
dan lokalisasinya seluruh tubuh.
(6)
Induksi obat erupsi akneiformis adalah
Glukokortikoid, Fenitoin, Lithium, Isoniazid, Vitamin B Complex dosis tinggi,
senyawa Halogenated, dan reseptor inhibitor epidermal growth factor.
(7)

Pasien didiagnosis banding dengan Akne vulgaris dan Akne venenata.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa gejala predominan salah satunya,
komedo, papul yang tidak meradang dan pustule, nodus dan kista yang
beradang, dapat diserta rasa gatal, namun umunya keluhan penderita adalah
keluhan estetis.
(1)

5

Akne vulgaris merupakan peradangan kronis unit pilosebasea.
Penyebabnya multifactor. Keluhan berupa gatal, nyeri +/- dan estetis.
Efloresensinya berupa komedo hitam (terbuka) dan putih (tertutup), papul,
pustule, nodul, kista, jaringan parut, dan pigmentasi.
(4)
Umumnya pasien
didiagnosis akne vulgaris didasarkan pada lesi berbentuk komedo, papula,
nodul pada muka, punggung, dan dada.
(5)
Papul dan pustule berukuran 1-5 mm
yang disebabkan oleh infalamasi, oleh karena itu ditemukan pula eritema dan
edema.
(3)
Penyebab pasti belum jelas, sebum yang dihasilkan oleh kelenjar
palit merupakan faktor penting terjadinya akne vulgaris.
(4)
Diagnosis akne
vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum, yaitu
pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ektrsaktor (sendok Unna).
Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai massa padat seperti lilin atau
massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik
berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa
sebum di dalam folikel.
(5)
Akne venenata merupakan erupsi setempat pada lokasi kontak dengan
zat kimia yang digunakan, terjadinya subkronis, umumnya monomorf berupa
komedo dan papul, tidak gatal
(1)
Erupsi terbatas pada folikel kelenjar palit,
dimulai dengan komedo kemudian pada fase yang lebih lanjut timbul
peradangan.
(5)

Penatalaksanaan yang digunakan pada pasien ini adalah Cetirizine,
Doxyciclyn, Methylprednisolon dan Vitamin A. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan mengenai penatalaksanaan Erupsi Akneiformis yaitu pengobatan
topical dengan obat yang bersifat iritan, misalnya sulfur, resorsinol atau asam
vitamin A.
(1)

PROGNOSIS
Erupsi akneiformis merupakan penyakit yang dapat sembuh, apabila
penyebab induksi obat bisa dihentikan. Apabila hal tersebut tidak mungkin
6

dilaksanakan karena vital, maka pengobatan topical maupun sistemik akan
memberikan hasil yang cukup baik.
(1)

EDUKASI PASIEN
Edukasi pasien sangat penting. Pasien dianjurkan untuk menghentikan
konsumsi obat yang dipakai untuk menghentikan bertambahnya erupsi dan
secara perlahan mengilangkan erupsi. Kepatuhan dalam penggunaan obat juga
berperan, begitupun dalam kontrol makanan. Pasien dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi makanan berlemak dan tentunya selalu menjaga
hygiene.














7

DAFTAR PUSTAKA
1. Wasitaatmadja SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin, Editor. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., Edisi
Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007 : Hal 253-60

2. Layton AM. Disorders of the Sebaceous Gland in Rooks Textbook of
Dermatology. 8
th
ed. WileyBlackwell. Singapore. 2010.

3. James DW, Timothy GB, Dirk ME. Diseases of The Skin Clinical Dermatology
11
th
ed. Saunders Elsevier. 2011.

4. Daili SS, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum di Indonesia,
Sebuah Panduan Bergambar. Penerbit : PT Medical Multimedia Indonesia.
Jakarta Pusat. Hal 90-3

5. Widjaja, SE. Rosasea dan Akne Vulgaris Dalam Ilmu Penyakit Kulit. Harahap
M, Editor. Hipokrates Jakarta : 2000. Hal 31-45

6. Siregar R.S, Editor. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC :
Jakarta : 2004. Hal 178-84
7. Zaenglaein AL, Graber EM, Thiboutout DM, Fitzpatrick;s Dermatology In
General Medicine. 8
th
ed. McGraw-Hill 2012: Hal 1264-87.

Vous aimerez peut-être aussi