Vous êtes sur la page 1sur 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENANGANAN DAN PEMANFAATAN


LIMBAH KELAPA SAWIT










DISUSUN OLEH :
NAMA : ILHAM WILLIYANTO
NIM : 12/ 14912/ STPK
ACARA : ANALISA PADATAN DALAM AIR
CO. ASS : GOBIX ROMDHON FATHONI


JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2014
I. ACARA : Analisa Padatan Dalam Air
II. TUJUAN :


III. DASAR TEORI
Jenis Padatan Dalam Air
Padatan dalam air dapat ditetapkan sebagai total padatan, padatan
tersuspensi, padatan terendap dan padatan terlarut. Total padatan menunjukan
jumlah bahan padatan total dalam contoh baik yang larut dalam air maupun
yang tidak larut alam air, termasuk bahan anorganik, organik, tersuspensi,
terlarut atau terapung. Padatan tersuspensi adalah sisa padatan yang tertinggal
setelah air disaring melalui penyaring asbes atau cawan penyaring dari gelas,
dan dikeringkan selama 1 jam. Bagian dari padatan yang dapat melalui
penyaring asbes adalah merupakan padatan terlarut. Padatan terendap adalah
bagian dari padatan tersuspensi yang dapat diendapkan dengan cara
mendiamkan air didalam suatu tabung atau bejana selama beberapa waktu
(Anonim, 2014).
Standar umum mutu air untuk industri pangan menetapkan total
padatan terlarut maksimum yang ditoleransi adalah sebesar 850 ppm. Bila
terdapat dalam jumlah melebihi toleransi maksimum, maka akan timbul rasa
pada air dan kemungkinan penghambatan terhadap reaksi-reaksi kimia. Untuk
minuman penyegar tanpa karbonat dan untuk es air mentah, batas toleransi
maksimum lebih rendah lagi yaitu masing-masing 500 ppm dan 170-350
ppm. Air yang mengandung bahan tersuspensi tidak dapat segera
mengkarbonat dan minuman penyegar yang diolah dengan air ini akan cepat
menjadi hambar. Total padatan terlarut lebih dari 500 ppm akan
menyebabkan minuman penyegar mempunyai rasa payau (masin) ( Anonim,
2014).
Residu dari analisa total padatan atau padatan tersuspensi dapat
dinyatakan sebagai padatan menguap (pengabuan pada suhu 600
o
C) yang
dapat diinterpretasikan sebagai padatan organik dalam contoh. Padatan yang
Untuk mengetahui total padatan dan tingkat
kekeruhan dalam berbagai sampel air yang
disebabkan oleh penyimpanan sinar
yang nyata menembus suspensi tersebut.
hilang ini dapat disebabkan karena hilangnya sisa air hidrasi, terbentuknya
CO
2
dari karbonat, oksigen dari nitrat dan atau, penguapan dari garam-garam
amonium. Oleh karena itu metode ini tidak dapat diandalkan untuk
menetapkan kadar bahan organik dalam air. Metode yang paling tepat adalah
dengan menduga amonia yang dilepaskan oleh bahan organik bila air disuling
dengan larutan alkali kuat kalium permanganat, dan menetapkan oksigen
yang diserap dari suatu larutan asam permanganat (Anonim, 2014).
Total Padatan
Total padatan dalam air ditetapkan dengan menguapkan air pada
suhu 103
o
C selama 1 jam. Cawan pengabuan yang akan digunakan, sebelum
dipanaskan didalam oven selama 1 jam pada suhu 103
o
C, atau dinyalakan
didalam oven pengabuan pada suhu 600
o
C selama 20 menit untuk penetapan
total padatan organik. Selanjutnya cawan didinginkan didalam desikator
hingga mencapai suhu kamar, kemudian ditimbang (W
1
). Contoh yang telah
diaduk diambil sebanyak 25-50 ml, dimasukkan kedalam cawan dan
ditimbang bersama cawannya (W
2
). Airnya diuapkan di atas penangas air,
dan diteruskan dengan pengeringan di dalam oven pada suhu 103
o
C selama 1
jam. Selanjutnya cawan didinginkan didalam desikator, kemudian ditimbang
(W
3
). Untuk penetapan total padatan organik, cawan berisi contoh yang telah
dikeringkan, diabukan lebih lanjut didalam oven pengabuan pada suhu 600
o
C
selama kira-kira 20 menit, atau semua padatan berubah menjadi abu yang
berwarna putih. Cawan didinginkan sebentar dan dimasukkan kedalam
desikator supaya mencapai suhu kamar, lalu ditimbang (W
4
)( Anonim, 2014
).
Perhitungan
Total padatan ( % ) 100 x
) W W (
) W - (W

1 2
1 3


Total padatan (ppm) 1000
mg ) W - (W

1 3
x
mlcontoh

Total padatan organik (%) 100 x
) W W (
) W - (W

1 3
4 3


( persen total padatan)
Total padatan organik (ppm) 100 x
mlcontoh
) W - (W

4 3

Padatan Tersuspensi
Sebelum digunakan, cawan penyaring atau corong penyaring atau
corong penyaring vakum berisi campuran asbes (2,5-5 g asbes didalam 900
ml air suling) dipanaskan di dalam oven pada suhu 103
o
C selama 1 jam, atau
di dalam oven pengabuan pada suhu 600
o
C 20 menit untuk penetapan wadah
organik tersuspensi kemudian ditimbang beratnya (W
1
). Jika digunakan
penyaring asbes, sebelum dipanaskan campuran asbes harus dicuci dengan air
suling sampai air yang melewati campuran tersebut telah kering. Contoh
sebanyak 25-100 ml disaring melalui salah satu penyaring tersebut diatas
dengan menggunakan pompa vakum pada tekanan 15 in Hg. Selanjutnya
dilakukan seperti pada penetapan total padatan, sehingga diperoleh berat
setelah pemanasan pada suhu 103
o
C selama 1 jam (W
2
) dan berat setelah
pengabuan pada suhu 600
o
C selama kira-kira 201 menit (W
3
) (Anonim,
2014).
Perhitungan
Padatan tersuspensi (ppm) 1000
mlcontoh
mg ) W - (W

1 2
x
Organik tersuspensi (ppm) 1000
mlcontoh
mg ) W - (W

3 2
x
Organk tersuspensi (%) 100
i tersuspens ppmpadatan
rsuspensi organik te ppm
x
( persen padatan tersuspensi)

Pada pengolahan secara konvensional, maka pengukuran zat-zat
yang terkandung di dalam limbah akan mengalami penurunan setelah melalui
proses pengolahan pertama dan proses pengolahan kedua. Berbeda halnya
dengan kandungan nitrogen, fosfor dan benda yang terlarut lainnya adalah
sangat sulit menghilangkannya (Sugiharto, 1978).

IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
1. Gelas ukur 100 ml : 3 buah
2. Erlenmeyer : 4 buah
3. Timbangan analitik : 1 unit
4. Corong : 1 buah
5. Oven : 1 unit
6. Cawan porselen : 4 buah
7. Beaker glass : 4 buah
8. Waterbath : 1 unit
B. Bahan :
1. Limbah tempe : 100 ml
2. Limbah tahu : 100 ml
3. Limbah potong ayam : 100 ml
4. Aquadest : 645 ml
5. COT : 25 ml
6. Air selokan : 25 ml
7. Umpan decanter : 25 gr
8. Kertas saring : 4 buah
9. Kertas label : secukupnya






V. CARA KERJA
A. Teoritis
a. Penentuan total padatan
1. Mengambil 3 macam contoh cair dalam jumlah yang berbeda dan
aquades sebagai kontrol masingmasing sebanyak 25 ml.
Selanjutnya diberi simbol A, B, C, dan K.
2. Memasukkan masing-masing sampel kedalam cawan porselin yang
sudah diketahui beratnya/ditimbang (a).
3. Menimbang cawan porselin + sampel limbah dan uapkan airnya
diatas penangas air, sampai menguap semuanya.
4. Mengeringkan dalam oven bersuhu 100
o
C selama 1 jam kemudian
masukkan dalam eksikator dan ditimbang (b).
5. Menghitung total padatan.
b. Penentuan padatan tersuspensi
a) Prosedur pertama (Kuantitatif)
1) Mengambil 3 macam limbah cair dari sumber yang berbeda dan
aquadest sebagai control. Selanjutnya diberi tanda A, B, C, dan
K untuk kontrol.
2) Memasukkan kedalam 4 buah erlenmeyer dan diamkan selama
30 menit sehingga ada bagian yang mengendap.
3) Megambil 50 ml larutan limbah yang telah disediakan yang
mengandung zat padat melayang (tersuspensi).
4) Menyaring dengan kertas saring yag telah diketahui beratnya
dan diisi dengan aquadest sebanyak 50 ml.
5) Mengeringkan kertas saring dalam oven sampai berat konstan
pada 100
o
C.
6) Menimbang kertas saring kemudian hitunglah jumlah padatan
tersuspensinya.


b) Prosedur kedua (kualitatif)
1. Mengambil 3 buah gelas ukur yang panjang
2. Mengambil kertas putih dan dibuat tanda positif (+) dengan
tebal 1 mm dan panjang sama dengan diameter gelas ukur.
3. Meletakkan gelas ukur diatas tanda tersebut.
4. Mengisi gelas ukur perlahan-lahan dengan air limbah sampai
tidak dapat melihat lagi tanda positif dibawah gelas ukur
tersebut, melalui air limbah tegak lurus dari atas.
5. Mengukur tinggi kolam limbah tersebut dengan gelas ukur (1
mm) dan hubungkan dengan data prosedur berikut.
B. Skematis
a. Penentuan total padatan
1. Diambil 3 macam contoh cair dalam jumlah
yang berbeda dan aquades sebagai kontrol
masingmasing sebanyak 25 ml. Selanjutnya
diberi simbol A, B, C, dan K.
2. Dimasukkan masing-masing sampel
kedalam cawan porselin yang sudah
diketahui beratnya/ditimbang (a).
3. Ditimbang cawan porselin + sampel limbah
dan uapkan airnya diatas penangas air,
sampai menguap semuanya.
4. Dikeringkan dalam oven bersuhu 100
o
C
selama 1 jam kemudian masukkan dalam
eksikator dan ditimbang (b).
5. Dihitung total padatan.
b. Penentuan padatan tersuspensi
a) Prosedur pertama (Kuantitatif)
1. Diambil 3 macam limbah cair dari sumber
yang berbeda dan aquadest sebagai
control. Selanjutnya diberi tanda A, B, C,
dan K untuk kontrol.
2. Dimasukkan kedalam 4 buah erlenmeyer
dan diamkan selama 30 menit sehingga
ada bagian yang mengendap.
3. Diambil 50 ml larutan limbah yang telah
disediakan yang mengandung zat padat
melayang (tersuspensi).
4. Disaring dengan kertas saring yag telah
diketahui beratnya dan diisi dengan
aquadest sebanyak 50 ml.
5. Dikeringkan kertas saring dalam oven
sampai berat konstan pada 100
o
C.

6. Ditimbang kertas saring kemudian
hitunglah jumlah padatan tersuspensinya.
b) Prosedur kedua (kualitatif)
1. Diambil 3 buah gelas ukur yang panjang


2. Diambil kertas putih dan dibuat tanda positif
(+) dengan tebal 1 mm dan panjang sama
dengan diameter gelas ukur.
+ + +
3. Diletakkan gelas ukur diatas tanda tersebut.
4. Diisi gelas ukur perlahan-lahan dengan air
limbah sampai tidak dapat melihat lagi tanda
positif dibawah gelas ukur tersebut, melalui
air limbah tegak lurus dari atas.
5. Diukur tinggi kolam limbah tersebut dengan
gelas ukur (1 mm) dan hubungkan dengan
data prosedur berikut.

VI. HASIL PENGAMATAN
a. Penentuan total padatan
Tabel 1. Total padatan







Perhitungan:
ml 25
1000 x a) - b (
Padatan Total
a. Aquadest
ml 25
1000 x ) 42,22 - (42,23

0,4 mg/liter
b. Air selokan
ml 25
1000 X ) 40,66 - (40,67

0,4 mg/liter
c. Decanter
ml 25
1000 X 40,03) - (40,42

= 15,6 mg/liter
d. Air Selokan
ml 25
1000 X 37,58) - (41,73

= 16,6 mg/liter







No Jenis Limbah
Berat Cawan
Berat Cawan Berat cawan + sampel
1. Aquadest 42,22gr 42,23gr
2 Air selokan 40,66gr 40,67gr
2. Decanter 40,03gr 40,42gr
3. COT 37,58gr 41,73gr
b. Penentuan padatan tersuspensi
a) Prosedur pertama (Kuantitatif)






Perhitungan :
W1 = berat awal W2 = berat akhir
Padatan yang tersuspensi
ml
w
50
1000 x w1) - 2 (

a. Aquadest
ml 50
1000 0,9409)X - (0,9509

0,4 mg/liter
b. Air cucian
ml 50
1000 X 1,0124) - (1,0687

= 2,252 mg/liter
c. Air selokan
ml 50
1000 X 0,9949) - (1,0628

= 2,716 mg/liter
b) Prosedur kedua (kualitatif)



No Jenis Limbah Berat Kertas Saring
Sebelum Sesudah
1. Aquadest 0,9409 gr 0,9509 gr
2. Air cucian 1,0124 gr 1,0687 gr
3. Air selokan 0,9949 gr 1,0628 gr
No Jenis Limbah Banyaknya limbah terpakai
(ml)
1. Aquadest 100
2. Air selokan 48
VII. PEMBAHASAN
Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat
padat (pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi
dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton,
zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik) seperti
detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi merupakan
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi
sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi
kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. Penetrasi cahaya
matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung
efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis
tidak berlangsung sempurna. Sebaran zat padat tersuspensi di laut antara
lain dipengaruhi oleh masukan yang berasal dari darat melalui aliran sungai,
ataupun dari udara dan perpindahan karena resuspensi endapan akibat
pengikisan(Anonim, 2014
a
).
Zat padat tersuspensi adalah zat padat terapung yang selalu bersifat
organis dan zat padat terendap yang bersifat organis dan anorganis. Zat
padat terendap adalah zat padat dalam suspensi yang dalam keadaan tenang
dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh gaya beratnya,
yang lebih dikenal dengan metoda gravimetri (Sugiharto, 1987).
Dari hasil praktikum diketahui bahwa setiap kertas saring setelah
digunakan untuk menyaring masing masing sampel beratnya semakin
menurun hal itu dikarenakan pada saat dioven kertas saring semakin kering
sehingga kelembabannya pun berkurang yang menyebabkan beratnya juga
semakin berkurang. Dalam metode analisa zat padat, terdapat zat padat total
yang merupakan semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu
bejana, jika sampel dalam bejana itu dikeringkan pada suhu tertentu. Zat
padat total terdiri dari zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi yang dapat
bersifat organis maupun anorganis (Anonim, 2014).
Pada penentuan total padatan dari aquadest diperoleh total padatan
sebanyak 0,4 mg/l, pada air selokan total padatan sebanyak 0,4 mg/l, pada
decanter sebanyak 15,6 mg/l dan pada COT adalah sebanyak 16,6 mg/l.
Pada aquadest, padatan tersuspensi sebanyak 0,4 mg/l, pada air limbah
cucian sebanyak 2,252 mg/l, dan pada air selokan adalah sebesar 2,716
mg/l. Semakin banyak padatan tersuspensi, dapat dikatakan tingkat
pencemarannya akan lebih tinggi daripada air yang tingkat padatan
tersuspensinya rendah. Seperti pada air selokan yang tingkat padatan
tersuspensinya lebih berat daripada aquadest maupun air cucian. Hal
tersebut akan mempengaruhi tingkat pencemaran karena semakin banyak
padatan tersuspensi akan memicu tumbuhnya mikrobia pengurai yang
terkadang membuat cemaran limbah berupa bau dan kondisi yang tidak bik
untuk kesehatan, maka dengan hal tersebut banyak perusahaan sudah
mengupayakan berbagai macam cara untuk menanggulangi cemaran
limbahnya dengan penanganan yang sebaik mungkin sehingga masyarakat
dan kehidupan hayati di alam sekitarnya tidak terganggu dengan hadirnya
limbah hasil olahan dari industry sebuah produk (Anonim, 2014).















VIII. KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan praktikum baik dalam pengamatan, perhitungan
maupun pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Zat padat tersuspensi (Total Suspended Solid) adalah semua zat padat
(pasir, lumpur, dan tanah liat) atau partikel-partikel yang tersuspensi
dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti
fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik.
2. Zat padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan
yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat
organik di suatu perairan.
3. Dalam metode analisa zat padat, terdapat zat padat total yang merupakan
semua zat-zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, jika
sampel dalam bejana itu dikeringkan pada suhu tertentu.
4. Pada penentuan total padatan dari aquadest diperoleh total padatan
sebanyak 0,4 mg/l, pada air selokan total padatan sebanyak 0,4 mg/l,
pada decanter sebanyak 15,6 mg/l dan pada COT adalah sebanyak 16,6
mg/l.
5. Pada Pada aquadest, padatan tersuspensi sebanyak 0,4 mg/l, pada air
limbah cucian sebanyak 2,252 mg/l, dan pada air selokan adalah sebesar
2,716 mg/l.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Buku Petunjuk Praktikum Sanitasi dan Penanganan Limbah.
Institut Pertanian STIPER, Yogyakarta.
Anonim, 2014
a
. Zat Padat Tersuspensi.. http://repository.ui.ac.id. Diakses pada
tanggal 4 april 2014.
Sugiharto, 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air limbah. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.













Yogyakarta, 5 April 2014
Menyetujui
Co. ass Praktikan



(Gobix Romdhon Fatoni) (Ilham Williyanto)

Vous aimerez peut-être aussi