Vous êtes sur la page 1sur 2

Nama: Erytrina Cania Syafiatri

NIM: 13/351961/SP/25942

Dalam UU no.25 tahun 2007 (UUPM) terdapat beberapa kritik yang dapat dibahas. Hal ini dapat
kita lihat melalui pasal-pasal tersebut, misalnya pada penjelasan Pasal 3 ayat (1) huruf d UUPM
yang berbunyi, asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negaraadalah asas
perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
baik antara penanammodal dalam negeri dan penanam modal asing maupun antarapenanam
modal dari satu negara asing dan penanam modal dari negara asing lainnya.
Pasal 3 ayat (1) huruf d UUPM memberikan perlakuan yang sama terhadap penanam modal
asing dan penanam modal dalam negeri. Seharusnya penegasan perlakuan yang sama hanya
berlaku untuk penanam modal dalam negeri, agar penanam modal dalam negeri mendapat
prioritas yang utama. Perlakuan yang sama terhadap penanam modal asing dan penanam modal
dalam negeri tentu saja membuka peluang besar bagi para investor asing untuk memperoleh
kesempatan berivestasi disegala bidang.
Pasal 8 Ayat (1) UUPM yang menyatakan bahwa Penanam modal dapat mengalihkan aset
yang dimilikinya kepada pihak yang diinginkan oleh penanam modal sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. Hal ini memberikan keleluasaan bagi penanam modal untuk
melakukan pengalihan aset dengan leluasanya, sehingga akan memberikan suatu ketidakpastian
bagi tenaga kerja, karena sewaktu-waktu perusahaan dapat melakukan pengalihan aset dengan
cara menutup perusahaan, merelokasi usaha dan penanaman modalnya yang berakibat pada
pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran.
Ketentuan Pasal 12 ayat (4) UUPM yang mengatur tentang kriteria dan persyaratan bidang
usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang
tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan
Presiden memberikan peluang besar kepada presiden untuk menentukan kriteria bidang usaha
terbuka sehingga akan berpotensi besar peraturan presiden sarat dengan kepentingan pribadi dan
kelompok-kelompok tertentu, terutama para pemodal asing. Menangani Pasal 12 ayat (4)
seharusnya bidang-bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan harus disebutkan secara jelas
dalam undang-undang tersebut.
Undang-Undang yang tidak didasarkan pada tanggung jawab negara serta tidak didasarkan pada
kebutuhan rakyat, secara vulgar telah melawan konstitusi. UUPM merupakan upaya negara
untuk berpaling dari kewajiban konstitusionalnya dengan mengalihkan kewajiban tersebut
kepada kuasa modal. Jadi secara konstitusional, sama sekali tidak beralasan untuk menjadikan
UUPM sebagai instrumen untuk mensejahterakan rakyat bahkan sebaliknya, UUPM dapat
menyebabkan semakin tergantungnya bangsa Indonesia kepada kekuatan perekonomian asing.

Vous aimerez peut-être aussi