Vous êtes sur la page 1sur 29

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Dismenorea Primer
1. Pengertian Dismenorea Primer
Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang
paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat
mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan wanita
penderita beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam
atau beberapa hari (Joseph dan Nugroho, 2010: 33).
Dismenorea adalah istilah untuk rasa sakit waktu haid sebanyak 16%
wanita yang mengalami dismenorea tidak bisa diatasi dengan obat-obat anti
sakit dan memerlukan istirahat, 40% dismenorea terjadi pada tahun pertama
mendapat haid, 20% berikutnya tahun kedua, 20% berikutnya tahun ketiga
(Yatim, 2006). Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh
kejang otot uterus (Mitayani, 2009). Manuaba mendifinisikan dismenorea
sebagai sakit atau yang dirasakan saat menstruasi yang mengakibatkan
aktivitas sehari-hari terganggu (Manuaba, 2007).
Dismenorea merupakan mentruasi yang disertai rasa sakit yang hebat
dan kram (Lastiko Bramantyo, 2008:11). Dismenorea merupakan rasa nyeri
saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan
mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi kedokter,
10

puskesmas atau datang kebidan. Dismenorea primer dan dismenorea sekunder
(Manuaba, 2009:402)
Dismenorea adalah sejumlah ketidaknyamanan selama hari pertama
atau hari kedua mentruasi yang sangat umum terjadinya (Perry, et all., 2010).
Sedangkan menurut Bobak, et all., (2005), dismenorea adalah menstruasi
yang menimbulkan nyeri dan merupakan salah satu masalah ginekologis yang
paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia.
Menurut Hendrik (2006) dismenorea adalah nyeri (kram) pada daerah
yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat
bertahan selama 24 jam pertama saat terjadi selama 24-36 jam, meskipun pada
umumnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadi perdarahan
haid. Sedangkan menurut Andrews (2010) dismenorea adalah menstruasi
yang disertai dengan rasa nyeri.
2. Pembagian Dismenorea
Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi menjadi :
a. Dismenorea Spasmodik
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut
dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai.
Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik merasa
sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang menderita
dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula
kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya (Mansjoer,
2001).
11

b. Dismenorea sekunder
Dismenorea ini sangat jarang terjadi biasanya, terjadi pada wanita yang
berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25% wanita yang
mengalami dismenorea (Andira, 2010).
3. Gejala Klinis Dismenorea Primer
Gejala klinis yang sering ditemukan yaitu, sebagai berikut :
a. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan
haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
b. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, dan sebagainya (Mitayani, 2009).
4. Penyebab Dismenorea
Menurut Winkjosastro (1999 dikutip dalam Arya, 2010), beberapa faktor
memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer, antara lain :
a. Faktor kejiwaan
Pada gadis yang secara emosional tidak stabil mudah timbul dismenorea.
Apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses
haid.
b. Faktor konstitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga
menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor ini seperti
anemia, penyakit menular, dan sebagainya.


12

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea
primer adalah stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak
dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea.
d. Faktor endokrin
Pada mulanya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktifitas otot usus
(winkjosastro, 1999 dikutip dalam Arya 2010) menyatakan bahwa
endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin yang
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang
berlebihan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea,
dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea, muntah.
e. Faktor Alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenorea dengan urtikaria, migraine, atau asma brongkhiale.
5. Diagnosa Dismenorea
Diagnosa dismenorea hanya didasarkan pada wanita yang mengeluh
kesakitan pada waktu haid, tetapi perlu juga pemeriksaan yang canggih,
seperti :
a. Ultrasonografi untuk mencari adanya kelainan dalm anatomi rahim
b. Hosterosalphingografi untuk mencari apakah terjadi kelainan dalam
rongga rahim.
13

c. Hysteroscope untuk membuat gambar dalam rongga rahim
d. Laparoscopy untuk melihat kemungkinan endometriosis dan penyakit-
penyakit lain dalam rongga panggul (Yatim, 2006).
6. Dampak Dismenorea Pada Wanita
Adapun dampak dismenorea pada wanita antara lain : bisa
mengakibatkan anemia, rasa takut dan stress dapat menghambat kegiatan
(aktivitas) yang dilakukan sehari-hari.
7. Upaya Penanganan Dismenorea
Upaya penanganan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh
seseorang untuk mengatasi atau menangani suatu persoalan atau masalah
(Poerwadarmita, 2000 dikuti dalam Arya, 2010). Upaya penanganan keadaan
dismenore (Syaifuddin, 1999 dikuti dalam Arya, 2010), yaitu :
a. Pola hidup sehat
Dimana dengan menerapkan pola hidup sehat dapat membantu dalam
upaya menangani gangguan menstruasi khususnya dismenorea, yang
termasuk dalam pola hidup sehat yaitu olahraga secara teratur,
memperhatikan diit seimbang seperti buah, sayuran hijau, kacang-
kacangan, daging serta menerapkan istirahat yang cukup.
b. Pemberian obat analgetik
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik, jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat
ditempat tidur.

14

c. Terapi hormonal
Mempunyai tujuan terapi hormonal ialah untuk menekan ovulasi.
Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud membukakan bahwa
gangguan benar-benar dismenorea primer atau untuk memungkinkan
penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
d. Terapi dengan obat nonsteroid dan tiprostaglandin
Terapi dengan obat nonsteroid dan tiprostaglandin memegang peranan
yang semakin penting terhadap dismenore primer termasuk diindometasin,
ibuprofen, naproksen. Kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan
atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan
sebelum haid mulai 1 sampai 5 hari sebelum haid dan pada hari pertama
haid.
Selain cara diatas, ada beberapa pengobatan yang biasa dilakukan untuk
menghilangkan atau membantu mengurangi nyeri haid yang menganggu
yaitu :
1. Saat nyeri datang, mengkompres dengan menggunakan air hangat
didaerah perut bagian bawah.
2. Meningkatkan taraf kesehatan untuk mengurangi sensitivikasi terhadap
nyeri, misalnya dengan olahraga secara teratur untuk meningkatkan
hormone endorphine yang berperan sebagai natural pain killer.
15

Bisa juga dengan menyediakan waktu untuk istirahat agar tubuh tidak
terlalu rentan terhadap nyeri.
3. Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri
muncul saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya,
maka harus pergi kedokter untuk mendapatkan pertolongan, jika yang
terjadi adalah dismenorea sekunder.
8. Komplikasi Dismenorea
Menurut mitayani (2009) komplikasi dismenorea yaitu :
a) Syok
b) Penurunan kesadaran
9. Derajat Dismenorea
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara
siklik dibagi tiga tingkat keparahan, yaitu :
1. Dismenorea Ringan
Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan masih dapat
melaksanakan aktifitas sehari-hari dan biasanya berlangsung antara 1
sampai 2 hari.
2. Dismenorea Sedang
Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri
dan kondisi penderita masih dapat beraktifitas. Dismenorea ini biasanya
nyeri berlangsung antara 3 sampai 4 hari.

16

3. Dismenorea Berat
Dismenorea berat membuat remaja memerlukan istirahat beberapa hari
dan dapat disertai sakit kepala, migraine, pingsan, diare, rasa tertekan,
tertekan, mual.
(Manuaba, 1999)
10. Faktor Resiko Dismenore Primer
Faktor resiko terjadinya dismenorea primer adalah :
a. Siklus mentruasi ovulasi
Dismenorea hanya dapat terjadi pada siklus menstruasi ovulatorik
(Ehrethal, Hoffman, dan Hillard 2006). Karena setelah terjadinya ovulasi,
maka sel-sel folikel tua setelah ovulasi akan membentuk korpus luteum,
sewaktu korpus luteum berdegenerasi dan tidak terjadi pembuahan dan
implantasi, maka kadar estrogen dan progesterone di sirkulasi akan
menurun drastis. Penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut
menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium, serta
menyebabkan kontraksi uterus. Bila kadar prostaglandin berlebih akan
memicu dismenorea (Sherwood, 2001).
b. Usia menarche kurang dari 12 tahun
Menurut Widjanarko (2006) terdapat hubungan antara usia menarche
terhadap kejadian dismenorea primer dikarenakan saat menarche terjadi
lebih awal dari yang normal maka alat reproduksi belum siap untuk
mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim,
maka timbul rasa sakit saat menstruasi (Novia dan Puspitasari, 2008).
17

c. Adanya stress
Risiko untuk mengalami dismenorea meningkat pada wanita yang
mempunyai riwayat dismenorea dan stress tinggi sebelumnya
dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stress
sebelumnya (Ehrethal, Hoffman, dan Hillard 2006).
d. Seseorang dengan overweigh, obese dan underweigh
Menurut Widjanarko (2006) kelebihan berat badan dapat mengakibatkan
dismenorea primer, karena didalam tubuh orang mempunyai kelebihan
berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat
mengakibatkan hyperplasia pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah
oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang
seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan timbul
dismenorea primer (Novia dan Puspitasari, 2008). Status gizi underweight
dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, menderita suatu
penyakit, adanya perilaku yang salah, ataupun karena ketergantungan obat
dan alkohol. Karena asupan makanan yang kurang, dikhawatirkan asupan
dari dari zat besi juga akan kurang, maka dapat terjadi anemia (Gragnolati
dan Bank 2006). Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang
dapat menyebabkan dismenorea (Prawirohardjo dan Widjosastro, 2008).
e. Olahraga
Dengan berolahraga maka akan menurunkan gejala dismenorea primer
(Ehrenthal, dkk, 2006). Dengan berolahraga akan menurunkan kadar
18

prostaglandin, serta melepaskan endorphin yang dapat memberikan
penurunan rasa sakit (Sinclair, 2010).
Kejadian dismenorea akan meningkatkan dengan kurangnya aktifitas
selama menstruasi dan kurangnya olahraga, hal ini dapat menyebabkan
sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran
darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.
11. Gejala Dismenorea
Pada perempuan yang mengalami dismenorea primer akan merasakan :
a. Nyeri pada perut yang timbul tidak lama sebelumnya bersamaan dengan
awal haid, dapat berlangsung beberapa jam, 24 jam atau bahkan sampai
beberapa hari.
b. Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan diarea perut bawah
dan dapat menyebar kepinggang dan paha.
c. Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo dan Wikjosastro
2008).
12. Dampak Dismenorea Pada Remaja
Dismenorea yang berat seringkali menjadi alasan bagi perempuan
untuk mencari bantuan tenaga kesehatan. selain itu, dismenorea juga
berdampak pada ketidakhadiran ditempat kerja dan sekolah dan juga
mempengaruhi kehidupan seseorang termasuk aspek ekonomi. Diperkirakan
dismenorea berat menyebabkan kerugian produktifitas sebanyak 600 juta jam
kerja dan 2 milyar dolar setiap tahun, dismenorea terutama dengan kondisi
19

yang berat, akan berdampak pada aktifitas remaja. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Shama et all., (2008), dari total responden remaja yang
bersekolah sebanyak 35% mengatakan biasanya mereka tidak datang ke
sekolah selama episode dismenorea, 5% mengatakan walaupun mereka datang
kesekolah tapi mereka tidur dikelas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa dismenorea pada remaja harus dapat ditangani dengan tepat untuk
menghindari dampak negatif yang timbul.
B. Tinjauan Umum Tentang Remaja Putri
1. Pengertian Remaja Putri
Remaja putri adalah seorang remaja yang menempuh pendidikan
setara dengan SMP atau SMA. Seorang remaja putri identik dengan
perubahan dan permasalahan yang terjadi pada dirinya diusia remaja. Masa
remja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa,
selama masa remaja akan terjadi penambahan kecepatan pertumbuhan atau
pacu tumbuh (Growth Spurt) mulai munculnya tanda-tanda seks sekunder,
perubahan psikososial (soetjiningsih, 2007).
2. Tahap-Tahap Masa Remaja
Tahap-tahap masa remaja menurut Kartono (1999, dikutip oleh Arya,
2010) dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Remaja awal / dini (Early Adolosceace)
Umur 12-15 tahun. Pada masa ini remaja mengalami perubahan jasmani
yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang intensif sehingga
minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak
20

mau dianggap kanak-kanak lagi namun, sebelum bisa meninggalkan pola
kanak-kanaknya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi,
ragu, dan tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.
b. Masa remaja akhir
Dalam masa remaja akhir, yang berlangsung antara usia 16 sampai 21
tahun, anak remaja anda mulai menyadari bahwa dia sudah mengatasi
masalah ketidak tergantungan, dan pada waktu itu gambaran dirinya
berubah menjadi gambaran diri seseorang yang dewasa.
Masa remaja akhir, bagi banyak orang tua merupakan masa yang sulit
untuk ditangani, Karena masa itu sering bertepatan dengan masa krisis
dari orang tua, yaitu krisis usia pertengahan, karena dalam tahun-tahun ini
anak masih melawan orang tua secara emosional (Fitzhugh Dodson,
2006:371-373).
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan terhadap proses
pembelajaran. Proses ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti
motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan
sosial budaya (Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI, 2007).
Pengetahuan atau kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki
seseorang didalam menilai suatu obyek yang didasarkan kepada penalaran
secara ilmiah, logis, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan
(Nursalam, 2009: 63).
21

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang
terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan melalui indera yang
dimilikinya (seperti mata, hidung, dan telinga) terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2003; Taufik, 2007).
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca inderanya (Mubarak. Wl,dkk, 2007). Pengetahuan adalah
hasil pengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah
dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah
orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu
(Wahit.dkk,2006).
Menurut Jan Hidayat Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu dalam
bukunya Knowledge management disebutkan bahwa pengetahuan diperoleh
dari sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga
memiliki makna. Informasi diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir,
dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui
bahasa, grafik dan tabel) sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan
dimiliki seseorang dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi
memori) diotaknya. Kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan pada suatu
masalah maka informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya
dan yang terkait dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan
tersusun secara sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau
memiliki pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang dihadapnya.
22

Kemampuan memiliki pengetahuan atas obyek masalah yang dihadapi sangat
ditentukan oleh pengalaman, latihan atau proses belajar (proses berfikir) (Jan
Hidayat Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu, 2006).
2. Tingkatan pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007:49) pengetahuan mencangkup
didalamnya domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini
adalah pengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
karena itu tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur orang bahwa tahu tentang materi yang telah dipelajari antara
lain : menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengiterprestasikan
materi tersebut secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari misalnya harus menjelaskan mengapa
harus melakukan pemeriksaan payudara sendiri
23

c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diuraikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi dapat diartikan pula sebagai hukum-hukum, rumus-rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnya, dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil
penelitian dapat menggunakan prinsip-prinsip didalam pemecahan
masalah kesehatan yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
subyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis dapat digunakan pada penggunaan kata kerja, dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
yang baru dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya
dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan
dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah
ada.
24

f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
pemikiran terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu didasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang ada.
3. Cara memperoleh pengetahuan
Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami suatu,
umumnya manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh
pengetahuan. Secara garis besar, metode yang biasa dilakukan untuk
memperoleh pengetahuan berjumlah empat metode. Keempat metode ini biasa
disebut sebagai metode memperoleh pengetahuan atau methods of knowing,
yaitu:
a. Tenacity yaitu cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan
sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakininya belum
tentu benar, keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut
umunya terjadi.
b. Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan
pada pihak yang dianggap kompoten. Contoh: seseorang percaya bahwa
besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang
diberikan oleh prakiraan cuaca esok hari.
c. Apriory yaitu suatu metode memperoleh pengetahuan dengan
menitikberatkan pada kemauan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa
mempertimbangkan informasi dari pihak luar. Contoh: seseorang yang
25

tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan
keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.
d. Secience yaitu cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan
serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian
dugaan, mengontrol variabel, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap
sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan
yang diperoleh. Hal ini karena pada science yang telah dilakukan
serangkaian percobaan akhirnya memperoleh pengetahuan berupa
kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan
pada ketiga metode sebelumnya.
4. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoatmodjo, 2007). Kedalam pengetahuan yang ingin
diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.
Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan
dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut;
a. Pertanyaan subjektif ; untuk pertanyaan berupa essay.
b. Pertanyaan objektif ; jenis pertanyaan berupa pilihan ganda, betul/salah dan
pertanyaan menjodohkan.
Pertanyaan berupa essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian
untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga
nilainya akan berbeda dari seseorang nilai dibandingkan dengan yang lain
26

dan dari satu waktu kewaktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda,
betul/salah, menjodohkan, disebutkan pertanyaan objektif karena
pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dinilai secara pasti oleh penilainnya
tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai (Notoatmodjo, 2007).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah dalam menerima
konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.
Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang,
semakin tinggi pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang
kesehatan (Hastono, 2008). Tingkat pendidikan turut pula menentukan
mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang
mereka peroleh, pada umunya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya (Lukman, 2008).
b. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang (Lukman, 2008).
c. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
27

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar (Lukman, 2008).
d. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,
dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir,
menurut (Lukman, 2008).
e. Kultur /budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperolah suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengalaman pengetahuan (Lukman, 2008).
f. Sosial ekonomi
Seseorang memiliki tingkat ekonomi tinggi biasanya tingkat pendidikannya
tinggi, tingkat pengetahuannya juga tinggi (Lukman, 2008)
g. Informasi
Imformasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan. Dengan
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radia
atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang (Lukman, 2008).

28

h. Pengalaman
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain
(Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan berpangkal dari pengalaman-
pengalaman, jadi semakin banyak pengalaman semakin tinggi pula tingkat
pengetahuan (Lukman, 2008).
D. Tinjauan Umum Tentang Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus
atau objek. Menurut Newcomb dalam notoadmodjo (2003) sikap merupakan
kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan
suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap merupakan reaksi yang tertutup tidak dapat dilihat secara
langsung dapat ditafsirkan melalui perilaku yang tampak (Notoadmodjo,
2005). Menurut Athinson dalam Riyanto (1999) sikap meliputi rasa suka atau
tidak suka, mendekati atau menghindari situasi, orang, kelompok dan aspek
lingkungan yang dapat lainnya termasuk gagasan abstrak kebijakan sosial.
Nilai (value) dan opini atau pendapat sangat berat berkaitan dengan
sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam difinisi
mengenai sikap. Nilai lebih bersikap mendasar dan stabil sebagai bagian dari
ciri kepribadian, sedangkan sifat bersifat evaluative dan berakar pada nilai
atau norma yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu obyek
(Azwar, 2000).
29

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa
yang ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya
pematangan fungsi seksual, pada remaja putri ditandai dengan timbulnya
tanda-tanda pubertas menstruasi yang pertama, sedangkan ada remaja laki-laki
ditandai dengan mimpi basah. Masa remaja sebagai periode strum und drang,
yaitu periode peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa yang penuh
gejolak (Purwanto, 2000).
Dalam hal ini yang berkaitan dengan menstruasi adalah yang
ditampilkan seseorang dalam memperlihatkan reaksi dismenore yang meliputi
sikap terhadap perilaku dalam menghadapi kodratnya sebagai perempuan,
mengalami kontraksi setiap mendapat haid behkan merasakan rasa sakit yang
sangat hebat selama masa menstruasi. Seseorang dalam menyikapi dismenore
berbeda-beda tergantung dari pengetahuan yang ada pada remaja. Kesehatan
reproduksi meliputi kesehatan sesama remaja ketika secara biologis kehidupan
seksualnya mulai aktif dan ketika kaum wanita mulai mengalami haid. Dalam
hal ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya yang berkaitan
dengan fungsi reproduksi akan meningkatkan kemampuan mereka dalam
mencegah penyakit dan ketepatan dalam mengambil tindakan (Kartono,
1999).
Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari setiap perilaku yang tertutup. Dalam bagian lain Allport
(2000) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni
kepercayaan suatu objek, kehidupan emosional, atau evaluasi emosional
30

terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen
ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Seperti halnya dengan
pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni :
a. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperahtikan stimulus yang
diberikan (objek).
b. Merespon (responding)
Dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indkasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoadmodjo, 2007).
2. Pembentukan dan pengubahan sikap
faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap yaitu sebagai
berikut :
a. Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu
menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,
serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal
yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri
31

individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu
pembentukan sikap. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap yang
bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat
dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus
(faktor fisologis).
b. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk
dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya
individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu
melalui perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik
elektronik maupun nonelektronik. (Azwar,2003:23) Menurut Azwar
(2003), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap
individu, yaitu : a) Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan
sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus-menerus sehingga
lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu,
dan akan mempengaruhi pembentukan serta perubahan terhadap sikap
individu. b) Deferensiasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan
sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman, intelegensi,
dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, hal-hal yang tadinya dianggap
sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya sehingga
membentuk sikap tersendiri.
c) Integrasi
32

Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi
secara tahap demi tahap, diawali dari macam-macam pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada
akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut.
d) Trauma
Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu
kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan
mendalam dalam diri individu tersebut. Kejadian tersebut akan
membentuk atau mengubah sikap individu terhadap kejadian sejenis.
e) Generalisasi
Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena
pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat
menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau
sebaliknya.
E. Tinjauan Umum Tentang Penanganan
1. Pengertian penanganan
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenore
sehingga menurunkan angka kejadian dismenore tidak bertambah berat,
diantaranya :
a. Penerangan dan nasehat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore primer adalah
gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi mengenai
33

informasi dismenore tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan
ketingkat berat. Penerangan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu
diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi
remaja menjadi baik. Dengan status gizi baik tersebut maka ketahanan
tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat dicegah. Nasehat
mengenai makan bergizi, istirahat dan olahraga cukup dapat berguna.
b. Pemberian obat analgesik
Obat analgesic yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin,
fenastin. Contoh obat paten yang beredar antara lain postan, novalgin.
c. Pola hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat dapat membentu dalam upaya menangani
gangguan menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola
hidup sehat adalah olahraga cukup dan teratur, mempertahankan diit
seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.
d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenore primer.
Termasuk di sini indomestamin, ibuprofen dan naproksen. Kurang lebih
70 % penderita mengalami perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan
sebelum haid dan pada hari pertama haid.
(Winkjosastro, 1999).
Selain beberapa cara diatas, Menurut Taruna (2003) ada cara pengobatan
lain yang dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu :
34

1) Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air
hangat diperut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan
otot-otot dan system saraf.
2) Apabila dismenore sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid
muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah
merasakannya, maka periksakan kondisi anda untuk mendapatkan
pertolongan segera, terlebih jika dismenore yang dirasakan mengarah
ke dismenore sekunder.
Menurut Akatri (2000), nyeri haid dapat diatasi dengan :
a) Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan ditempat
datar. Lutut ditekuk dan didekatkan kedada.
b) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan
c) Meningkatkan konsumsi sayur, buah, ikan sebagai sumber makanan
yang mengandung vitamin B6.
Tujuan pengobatan dismenore primer adalah mengurangi nyeri atau
gejala yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin (Proctor
dan Farquhar, 2007), sehingga pemberian obat yang menghambat sintesis
prostaglandin dan mempunyai efek analgesik merupakan pilihan (Kamir,
2009).
Pengobatan lain yang umum dipakai adalah latihan fisik, pemanasan
daerah pelvis, intervensi tingkah laku, suplemen diet obat tradisional. Latihan
fisik dapat meningkatkan aliran darah daerah pelvis sehingga menstimulasi
pelepasan endorfin yang bekerja sebagai analgesic nonspesifik. Penempelan
35

panas dengan suhu 39 selama 12 jam terbukti efektifnya dengan
penggunaan ibuprofen (Proctor dan Fraquhar, 2006).
F. Tinjauan Umum Tentang Tindakan
1. Pengertian tindakan
Tindakan dalam hal ini adalah suatu upaya atau gerakan yang
dilakukan oleh seseorang setelah mengetahui dan menyikapi penanganan
dismenore, hal ini sangat berpengaruh pada suatu keadaan dimana apabila
dalam pengambilan tindakan mengenai penanganan dismenore. Menurut
Notoatmodjo (2003), praktek terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
c. Mekanisme, dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau
sesuatu itu merupakan kebiasaan maka ia akan mencapai praktek tingkat
ke tiga
d. Adaptasi,suatu praktek/tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakan tersebut.
G. Kerangka Konsep
1. Dasar Pemikiran
Berdasarkan penjelasan hal tersebut diatas penelitian bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
36

tindakan penananganan dismenorea primer. Pengetahuan merupakan faktor
predisposisi dalam pembentukan sikap yang dilakukan merupakan perilaku
kesehatan bagi seorang siswi.
2. Skema Kerangka Konsep
Independen Dependen

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel terikat
: Hubungan
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H
0
: Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
Pengetahuan

Sikap
Tindakan
penanganan
Dismenorea
Primer
37

Ha : Ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
b. H
0
: Tidak ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
Ha : Ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan dismenorea
primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.
c. H
0
: Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan
penanganan dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun
2013.
Ha : ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan penanganan
dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

Vous aimerez peut-être aussi