Vous êtes sur la page 1sur 7

Abad ke 19

Abad ke 19 dapat dianggap sebagai abad mulai berkembangnya sosiologi, terutama


sesudah Auguste Comte (1798-1857) memperkenalkan istilah sosiologi, sebagai usaha untuk
menjawab adanya perkembangan interaksi sosial dalam masa industrialisasi. Pada masa ini
sosiologi dianggap mulai dapat mandiri. Kondisi yang baru dalam taraf mulai mandiri ini
disebabkan walaupun sosiologi sudah dapat menunjukkan adanya obyek yang dijadikan fokus
pembahasan (interaksi manusia), namun di dalam pengembangan ilmunya masih
menggunakan metode-metode ilmu-ilmu yang lain (ilmu ekonomi misalnya).
Abad ke 20
Baru pada abad ke 20 inilah sosiologi dapat benar-benar dianggap mandiri karena:
1. Mempunyai obyek khusus yaitu interaksi antar manusia,
2. Mampu mengembangkan teori-teori sosiologi,
3. Mampu mengembangkan metode khusus sosiologi untuk pengembangan sosiologi,
4. Sosiologi menjadi sangat relevan dengan semakin banyaknya kegagalan pembangunan
karena tidak mendasarkan dan memperhatikan masukan dari sosiologi.
Pada akhir abad ke 20 ini, maka salah satu kelemahan (masih dianggap ketinggalan) dari
sosiologi, namun yang pada saat ini juga sudah mulai dapat dipecahkan, yaitu dalam kaitannya
dengan perkembangan dan permasalahan global. Di sini interaksi antar manusia yang dapat
diamati adalah adalah interaksi tidak langsung lewat telepon, internet, dan lain-lain yang
menghubungkan manusia yang saling berjauhan letaknya. Sumber: Kuswan
Para Pendiri Sosiologi
Sampai saat ini, yang disebut sebagai Bapak Sosiologi adalah Auguste Comte, Karl Marx, Max
Weber, dan Emile Durkheim. Sementara para pemikir sebelumnya tidak dianggap sebagai
pendiri Sosiologi. Mungkin karena ke-empat orang inilah yang pemikirannya menjadi dasar
teori-teori Sosiologi modern sampai saat ini. Meskipun tidak berarti pemikiran dan Plato,
Aristoteles, Machiavelli, John Locke, Thomas Hobbes, J.J. Rousseau, dan lain-lain di
kesampingkan begitu saja. Pemikiran mereka tentang masyarakat, hubungan antar individu,
hubungan negara dengan rakyat, dan hak asasi manusia tetap menjadi bagian tidak
terpisahkan dalam pembahasan Sosiologi.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa pemikiran Auguste Comte, Karl Marx, Max Weber, dan
Emile Durkheim lah yang memberi stimulan diskusi panjang tentang pelbagai persoalan terkait
dgn kehidupan ekonomi, politik, dan kebudayaan.
1. Auguste Comte (1798-1857)
Auguste Comte (Perancis, 1798-1857) mengemukakan istilah awal: SOCIAL PHYSICS
(FISIKA SOSIAL) karena istilah ini sudah digunakan oleh ahli statistik sosial Belgia
Adophe Quetelet, maka istilah diubah menjadi sociology.
Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua pendekatan yakni:
1. Statika sosial (social static): mengkaji tatanan sosial. Statika mewakili stabilitas.
2. Sosial dinamik: mengkaji kemajuan dan perubahan social. Dinamika mewakili
perubahan. Progress dalam membaca fenomena sosial perlu melihat masyarakat
secara keseluruhan sebagai unit analisis.
Dengan memakai analogi dari biologi, Comte menyatakan bahwa hubungan antara
statika dan dinamika merujuk pada konsep order didalamnya ditekankan bahwa bagian-
bagian dari masyarakat tidak dapat dimengerti secara terpisah, tetapi harus dilihat
sebagai satu kesatuan yg saling berhubungan.
2. Karl Marx (1818-1883)
Karl Marx lahir di Trier, Jerman tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniwan Yahudi.
Tamat dari perguruan tinggi menjadi editor di sebuah surat kabar di Jerman.
Pandangannya amat kritis terutama sangat anti penindasan yang hadir bersama sistem
kapitalis yang mewarnai peradaban Eropa Barat. Beliau pindah ke Paris setelah terjadi
pertentangn dengan pemerintah Jerman. Ia berkolaborasi dengan Friedrich Engels
menulis buku berjudul The Communist Manifesto (1848). Lalu menulis buku: Das
Capital, dua bab terakhir buku ini diteruskan oleh Engels karena Marx keburu
meninggal.
Menurut Marx, sejarah manusia mulai dari pertanian primitive, feudal dan industri,
ditandai hubungan social yg melembagakan sifat ketergantungan untuk mengontrol atau
menguasai sumber-sumber ekonomi. Mereka yg menguasai dan mengonytol sumber-
sumber ekonomi adalah kelas atas, seangkan mereka yg hanya memiliki sedikit atau
bahkan tidak punya sama sekali adalah dari kelas bawah. Terjadi penindasan oleh kelas
atas terhadap kelas bawah. Fokus perhatian Marx pada dua kelas penting: BORJUIS
(kelas atas/kapitalis yg memiliki memiliki alat-alat produksi seperti pabrik dan mesin) dan
PROLETAR (kelas bawah/ para buruh yg bekerja pada borjuis).
Pendapat Marx terhadap fenomena sosial semacam itu (penindasan /eksploitasi kaum
borjuis terhadap kaum proletar) hanya dapat dihentikan dengan cara mengganti atau
merusak system kapitalis. Caranya dengan melakukan revolusi (prinsip konflik)
kemudian menggantinya dengan sistem yg lebih menghargai martabat manusia. Ini tidak
mudah karena para buruh harus menghilangkan False Consciousness (kesadaran
palsu) dengan class consciousness kesadaran kelas. Melalui bimbingan pemimpin-
pemimpin revolusioner, para buruh akan menjadi setia dan mau berkorban demi
perjuangan kelas. Dengan demikian akan muncul masyarakat yang adil, sama rata
sama rasa, dan terhindar dari segala bentuk eksploitasi, ini yang disebutnya sebagai
masyarakat komunisme modern. Disamping dipuja banyak orang, Marx juga dikecam
banyak orang, terutama pendapatnya tentang agama sebagai candu masyarakat (the
opium of the people).
3. Max Weber (1864-1920)
Max Weber lahir di Erfurt, Jerman berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ayahnya
seorang birokrat (kelak akan mewarnai pikiran beliau tentang birokrasi) yg menduduki
posisi politik penting, sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama Calvinisme yg
sangat taat (juga mempengaruhinya melakukan studi tentang kaitan etika protestan
dengan spirit kapitalisme industrial).
Beliau menempuh kuliah di Universitas berlin belajar hukum. Setelah berhasil
mengambil gelar doctor ia berprofesi sebagai praktisi hukum, di samping itu ia juga
bekerja sebagai dosen di Universitas Wina dan Munich. Ia banyak mendalami masalah
ekonomi, sejarah, dan sosiologi. Bukunya yg terkenal berjudul A Contribution to the
histoy of Medieval Business Organizations dan The Protestant Ethic and The Spirit of
Capitalism (1904). Dalam bukunya yg kedua ini ia mengemukakan tesisnya mengenai
keterkaitan antara etika protesan dengan munculnya kapitalisme di Eropa Barat.
Pandangan Weber, kenyataan sosial lahir dari motivasi individu dan tindakan-tindakan
social (social action). Dari pandangannya sebenarnya Weber lazim digolongkan
nominalis yang lebih percaya bahwa hanya individu-individu sajalah yg riil secara
obyektif, dan masyarakat adalah satu nama yg menunjukan pada sekumpulan individu
yg menjalin hubungan. Pandangan beliau tentang tindakan sosial inilah yg kemudian
menjadi acuan dikembangkannya teori sosiologi yg membahas interaksi sosial.
4. mile Durkheim (1858-1917)
Lahir di Epinal, Perancis dan berasal dari keluarga yg mewarisi tradisi sebagai pendeta
Yahudi. Durkheim sebenarnya bersekolah untuk menjadi pendeta.
Durkheim merupakan ilmuwan yg sangat produktif. Salah satu karyanya yg berjudul
The division of Labor in Society (1968) membahas mengenai gejala yg sedang
melanda masyarakat: pembagian kerja. Ia mengemukakan bahwa di bidang
perekonomian seperti industri modern terjadi penggunaan mesin serta konsentrasi
modal dan tenaga kerja yg mengakibatkan pembagian kerja ke dalam bentuk
spesialisasi dan pemisahan okupansi yg semakin rinci. Pembagian tersebut dijumpai
pula di bidang perniagaan dan pertanian. Lalu melebar pula pada bidang-bidang
kehidupan yg lainnya: hukum, politik, kesenian, dan bahkan keluarga. Tujuan kajian
Durkheim ialah untuk memahami fungsi pembagian kerja tersebut, serta untuk
mengetahui faktor penyebabnya. sumber: Pengantar Sosiologi

perkembangan sosiologi saat ini
seperti bidang ilmu lainnya, sosiologi juga memiliki masa evolusi nih...seperti yang dibilang pak
Herbert Spencer itu tuh...hihihi...

oke..kita lihat yuk bagaimana perkembangan sosiologi saat ini.....cekidootttttt...

Sejarah Perkembangan Sosiologi

Sebagai suatu disiplin akademis yang mandiri, sosiologi masih berumur relatif muda yaitu
kurang dari 200 tahun. Istilah sosiologi untuk pertama kali diciptakan oleh Auguste Comte dan
oleh karenanya Comte sering disebut sebagai bapak sosiologi. Istilah sosiologi ia tuliskan
dalam karya utamanya yang pertama, berjudul The Course of Positive Philosophy, yang
diterbitkan dalam tahun 1838. Karyanya mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap
metode ilmiah. Menurut Comte ilmu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi
yang sistematis bukan pada kekuasaan dan spekulasi. Hal ini merupakan pandangan baru
pada saat itu.
Di Inggris Herbert Spencer menerbitkan bukunya Principle of Sociology dalam tahun 1876. Ia
menerapkan teeori evolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar
tentang evolusi sosial yang diterima secara luas beberapa puluh tahun kemudian.
Seorang Amerika Lester F. Ward yang menerbitkan bukunya Dynamic Sociology dalam tahun
1883, menghimbau kemajuan sosial melalui tindakan-tindakan sosial yang cerdik yang harus
diarahkan oleh para sosiolog.
Seorang Perancis, Emile Durkheim menunjukkan pentingnya metodologi ilmiah dalam sosiologi.
Dalam bukunya Rules of Sociological Method yang diterbitkan tahun 1895, menggambarkan
metodologi yang kemudian ia teruskan penelaahannya dalam bukunya berjudul Suicide yang
diterbitkan pada tahun 1897. Buku itu memuat tentang sebab-sebab bunuh diri, pertama-tama
ia merencanakan disain risetnya dan kemudian mengumpulkan sejumlah besar data tentang
ciri-ciri orang yang melakukan bunuh diri dan dari data tersebut ia menarik suatu teori tentang
bunuh diri.
Kuliah-kuliah sosiologi muncul di berbagai universitas sekitar tahun 1890-an. The American
Journal of Sociology memulai publikasinya pada thun 1895 dan The American Sociological
Society (sekarang bernama American Sociological Association) diorganisasikan dalam tahun
1905.
Sosiolog Amerika kebanyakan berasal dari pedesaan dan mereka kebanyakan pula berasal dari
para pekerja sosial; sosiolog Eropa sebagian besar berasal dari bidang-bidang sejarah,
ekonomi politik atau filsafat.
Urbanisasi dan industrialisasi di Amerika pada tahun 1900-an telah menciptakan masalah
sosial. Hal ini mendorong para sosiolog Amerika untuk mencari solusinya. Mereka melihat
sosiologi sebagai pedoman ilmiah untuk kemajuan sosial. Sehingga kemudian ketika terbitnya
edisi awal American Journal of Sociology isinya hanya sedikit yang mengandung artikel atau
riset ilmiah, tetapi banyak berisi tentang peringatan dan nasihat akibat urbanisasi dan
industrialisasi. Sebagai contoh suatu artikel yang terbit di tahun 1903 berjudul The Social Effect
of The Eight Hour Day tidak mengandung data faktual atau eksperimental. Tetapi lebih berisi
pada manfaat sosial dari hari kerja yang lebih pendek.
Namun pada tahun 1930-an beberapa jurnal sosiologi yang ada lebih berisi artikel riset dan
deskripsi ilmiah. Sosilogi kemudian menjadi suatu pengetahuan ilmiah dengan teorinya yang
didasarkan pada obeservasi ilmiah, bukan pada spekulasi-spekulasi.
Para sosiolog tersebut pada dasarnya merupakan ahli filsafat sosial. Mereka mengajak agar
para sosiolog yang lain mengumpulkan, menyusun, dan mengklasifikasikan data yang nyata,
dan dari kenyataan itu disusun teori sosial yang baik.

Sosiologi dan Pengetahuan

Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk yang paling mulia. Sejak lahir Tuhan mengkaruniai
manusia akal budi. Akal budi diciptakan untuk berfikir, berkehendak, dan merasa. Dengan
fikirannya manusia mendapatkan (ilmu) pengetahuan; dengan kehendaknya manusia
mengarahkan perilakunya; dan dengan perasaannya manusia dapat mencapai kesenangan.

Sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dinamakan logika. Logika merupakan ajaran
yang menunjukkan bagaimana manusia berfikir secara tepat dengan berpedoman pada ide
kebenaran. Ketika kita sudah mengetahui batasan sosiologi, pertanyaan yang muncul kemudian
ialah apakah sosiologi merupakan suatu ilmu pengetahuan?
Kalau para pelopor sosiologi, sejak dahulu tentunya menganggap bahwa sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan. Namun benarkah demikian? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentunya kita
harus mengetahui dahulu apa yang disebut sebagai ilmu pengetahuan?
Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan (knowledge) yang tersusun secara sistematis
dengan menggunakan kekuatan pemikiran, dan pengertahuan itu dapat dikontrol oleh orang
lain atau umum (obyektif). Atau ilmu pengetahuan bisa dirumuskan apabila memiliki beberapa
elemen (unsur) yang menjadi suatu kebulatan, yaitu :
1. pengetahuan (knowledge)
2. tersusun secara sistematis
3. menggunakan pemikiran
4. bersifat obyektif (dapat dikontrol secara kritis oleh umum)
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca
inderanya. Misalnya : pengetahuan jenis-jenis kain, pengetahuan mengenai bebauan minyak
wangi, pengetahuan mengenai cara pembuatan tempe.
Sistematis berarti berdasarkan urutan unsur-unsur yang merupakan satu kebulatan, sehingga
akan jelas apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Tidak
semua pengetahuan merupakan suatu ilmu, hanya pengetahuan yang tersusun sistematis saja
yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistem tadi merupakan suatu konstruksi yang abstrak dan
teratur sehingga merupakan keseluruhan yang terangkai.
Menggunakan pemikiran : ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis menggunakan
kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis (obyektif).
Apabila sosiologi memenuhi rumusan-rumusan di atas maka sosiologi merupakan suatu ilmu
sejauh sosiologi mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang
didasarkaan pada penelitian ilmiah. Sejauh sosiologi meninggalkan mitos, dongeng dan angan-
angan, dan mendasarkan kesimpulannya pada bukti-bukti ilmiah maka sosiologi adalah suatu
ilmu. Bila ilmu didefinisikan sebagai suatu metode penelaahan, maka sosiologi adalah suatu
ilmu sejauh sosiologi menggunakan metode penelaahan ilmiah.
Ilmu Pengetahuan sendiri dikelompokkan dalam 2 (dua) macam :
1. Ilmu Pengetahuan murni (pure science).
Ilmu pengetahuan murni bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan
secara abstrak, untuk mempertinggi mutunya, tanpa menggunakannya langsung dalam
masyarakat. Misalnya : seorang ahli fisika bukanlah membuat jembatan, ahli kimia bukanlah
membuat obat, juga ahli sosiologi hanya mengemukakan pendapatnya yang berguna bagi
pembentuk undang-undang, birokrat, petugas administrasi, guru-guru, diplomat dan lain
sebagainya akan tetapi mereka tidak akan menentukan secara langsung apa yang dikerjakan
oleh petugas-petugas tersebut.
Sosiologi bertujuan untuk mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat
dipergunakan untuk mememecahkan persoalan-persoalan masyarakat. Akan tetapi itu bukan
berarti bahwa sosiologi tidak berguna bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan Terapan (applied science)
Ilmu pengetahuan terapan merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk
mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat.
Misalnya : ilmu pengetahuan tentang berbagai seni, sebagaian besar dipergunakan dan
diterapkan langsung.












1. Menurut Herodotus, sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh
bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban
2. Menurut Aristoteles, sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak
awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga
Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod
atau bukti-bukti yang konkrit.
3. Ibnu Khaldun, mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat
manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat itu.
4. Menurut R. G. Collingwood,sejarah ialah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal
yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau.ar-benar terjadi pada masa
lampau.
5. .Menurut Moh. Ali, Sejarah merupakan keseluruhan perubahan, dan kejadian-kejadian
yang benar-benar telah terjadi. Sejarah adalah ilmu yang menyelidiki perubahan-
perubahan yang benar.
6. Roeslan Abdulgani, mengemukakan bahwa sejarah ialah ilmu yangmeneliti dan
menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta
kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk
menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-
pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres
masa depan.Ilmu sejarah ibarat penglihatan tiga dimensi; pertama penglihatan ke
masa silam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang.
Atau dengan kata lain, dalam penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari
kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidak
dapat kita melepaskan diri dari perspektif masa depan
7. Menurut Muhammad Yamin, Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan cerita bertarikh sebagai hasil penafsiran tentang kejadian-kejadian dalam
masyarakat manusia pada waktu yang telah lampau, yaitu susunan hasil penyelidikan
bahan-bahan tulisan atau tanda-tanda yang lain.

Vous aimerez peut-être aussi